Anda di halaman 1dari 14

1.

Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan
akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan
terminologik (istilah).
Dari sudut
kebahasaan
, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu
Isim Mashdar (bentuk infinitif) dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
sesuai dengan
Wazan Tsulasi Mazid
afala, yufilu, ifalan
,
yang berarti
al
-
Sajiyyah
(perangai),
al
-
thabiah
(kelakuan, tabiat, watak dasar),
al
-
adat
(kebiasaan, kelaziman),
al
-
muruah
(peradaban yang baik), dan
al
-
din
(agama).
23
Namun akar kata akhlak dari kata
akhlaqa
sebagaimana tersebut
di atas tampaknya kurang tepat, sebab isim mashdar dari kata
akhlaqa
bukan
akhlaq
tetapi
ikhlaq.
Berkenaan de
ngan hal ini maka timbul
pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlak merupakan
isim jamid atau isim ghoiru musytaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar
kata, melainkan kata tersebut memang sudah ada demikian adanya.
23
Luis Maluf,
Kamus al
-
Munjid,
(Beirut :
al
-
Maktabah al
-
Katulikiyah, tt), h. 194.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.
ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.
ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Kata
akhlak
berasal d
ari bahasa Arab yang
sudah meng
-
Indonesia,
dan merupakan jamak taksir dari kata
khuluq,
yang berarti
tingkah laku, budi pekerti, tingkah laku atau tabiat.
24
Kadang juga
diartikan
syakhsiyyah yang artinya lebih
dekat dengan
personality
(kepribadian).
Kepribadian merupakan ciri
atau karakteristik atau gaya
atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan
-
bentukan
yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan
juga bawaan seseorang sejak lahir.
25
Kata tersebut menga
ndung segi
-
segi persesuaian dengan
perkataan
khalqun
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya
dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai
media yang m
emungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan
makhluk. Ibnu Athir menjelaskan bahwa Hakikat makna
akhlak
itu, ialah
gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat
-
sifatnya), sedang
khalqun
merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, war
na kulit,
tinggi rendahnya tubuh dan
lain sebagainya.
Para ahli bahasa mengartikan akhlak dengan istilah watak,
tabiat, kebiasaan, perangai, dan aturan.
26
Sedangkan
menurut
para ahli
ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan jiwa seseo

21
yang berada di belakang kata akhlak dalam
hal menempati posisi
sebagai sifat.
6
Dengan demikian akhlak Islami adalah
perbuatan yang di
lakukan
dengan mudah, disengaja
, mendarah daging dan s
ebenarnya yang
didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari
segi sifatnya yang universal,
maka akhlak islami juga bersifat universal.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah
akhlak yang disamping
mengakui adanya nilai
-
nilai universal sebagai dasar bentuk akhla
k, juga
m
engakui nilai
-
nilai yang bersifat lokal dan temporal
sebagai penjabaran
atas nilai
-
nilai yang universal itu.
7
2.
Dasar
dan sumber
Akhlak
a.
Dasar Akhlak
Dasar akhlak berinduk pada tiga perbuatan
yang utama, yaitu
hikah
(bijaksana),
syajaah
(perwira atau kesatria), dan
iffah
(menjaga diri dari perbuatan dosa dan
maksiat). Ketiga
macam induk akhlak ini muncul dari sikap
adil, yaitu sikap
pertengahan atau seimbang dalam
mempergunakan ketiga
potensi rohaniah yang terdapat dala diri
manusia, yait
u
aql
(pemikiran), yang berp
usat di kepala,
ghadab
(amarah) yang
berp
usat di dada, dan
nafsu syahwat
(dorongan seksual) yang
berpusat di perut.
86
Nata Abuddin,
Akhlak Tasawuf,
( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 147
7
Ibid
,
hlm. 147
8
Ibid,
hlm. 43
-
44
22
b.
Sumber Akhlak
Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam,
sumber akhlak
adalah Alquran dan Sunnah, bukan akal
pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika
dan moral.
Dalam
konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik
atau buruk, terpuji
atau tercela, semata
-
mata karena Syara (Alquran dan Sunnah)
menilainya demikian.
9
3.
Macam
-
macam Akhlak
1.
Akhlak Te
rpuji
Akhlak terpuji merupakan terjemahan
Pendefinisian agama Islam dengan akhlak yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah
haji dengan wukuf di `Arafah. Rasulullah SAW menyebutkan, Haji adalah wukuf di `Arafah.
Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuf di Arafah, begitu pula dengan akhlak.

Oleh karena itu, dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa
dan sangat penting, di antara keistimewaannya adalah:

1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok
risalah Islam dalam mengemban amanahnya, Sebagaimana beliau bersabda:
( )

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.(HR.Baihaqi)

1. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah SAW
pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik. Diriwayatkan bahwa seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW:

( ) . : ,

Ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab: (Agama adalah ) Akhlak yang baik.
(HR. Ahmad)

1. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

( )

Tidak ada sesuatu pun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seorang hamba
mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik....(HR.Tirmidzi)

1. Rasulullah SAW menjadikan baik dan buruknya akhlak seseorang itu sebagai ukuran
imannya ketika ia hidup di dunia. Beliau bersabda:

( )

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. ( HR
Tirmidzi ).

1. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadahnya kepada Allah
SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji yang akhirnya ditandai dengan akhlak yang
baik. Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

Tentang shalat Allah berfirman :

(45 : )

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar. (Al-Ankabut :
45).

Tentang shaum Rasulullah bersabda :

( ) . :
Apabila salah seorang di antara kamu sedang shaum, maka janganlah ia berkata kotor dan
kasar. Jika ia dicaci maki atau diajak bertengkar oleh seseorang, hendaknya dia mengatakan ,
sesungguhnya aku sedang shaum. (Muttafaq Alaih).

Tentang zakat Allah berfirman :


(103 : )

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka (QS. At-Taubah : 103)

Tentang haji Allah berfirman :

(197 : )


Haji itu (dilakukan pada) bulan-bulan tertentu. Barang siapa yang menetapkan niatnya
pada bulan-bulan itu akan melaksanakan haji, maka tidak boleh ia

khlak atau dalam bahasa arab khuluq adalah perangai atau budi pekerti. Secara istilah
akhlak dapat diartikan sebagai suatu perbuatan manusia yang tidak direncanakan baik itu
perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Sedangkan untuk merujuk arti akhlaq ini dapat diambi
beberapa pendapat para imam, sebagai berikut: Sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.1[1]
Imam Ghazali berpendapat: Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.2[2]
Beberapa ahli mengutarakan pendapatnya mengenai pengertian akhlak secara terminologi.
Diantaranya adalah Ibnu Maskawaih Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang
mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan
pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus
dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat. Didalam buku akhlak dalam berbagai
dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan
dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau
buruknya dalam pandangan manusia.3[3]

3
Perbuatan baik dan buruk bukan merupakan sesuatu yang mutlak ditetapkan oleh Allah
SWT. Melainkan manusia dapat memilih untuk melakukan salah satunya. Pada dasarnya, akhlak
sudah melekat dalam diri manusia secara fitriah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan manusia
untuk membedakan yang mana hal yang baik dan yang mana hal yang tidak baik. Mana hal yang
bermanfaat bagi manusia itu sendiri dan lingkungannya, dan mana yang tidak bermanfaat.
Dan sebenarnya manusia lebih cenderung memilih hal yang baik dari pada hal yang buruk.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa tidak ada manusia yang menganggap bahwa mencuri, berbohong,
merusak, menindas, menipu dan hal buruk lainnya adalah suatu bentuk kebaikan. Mereka pasti
akan menolak segala perbuatan seperti diatas. Dan sebaliknya, tidak ada manusia yang
menganggap bahwa sikap tenggang rasa, saling menghormati, sopan, santun, saling menghargai
dan hal baik lainnya adalah merupakan suatu hal yang buruk. Mereka pasti akan mampu
menerima dengan mudah hal-hal seperti itu.
Syeikh Muhammad Abduh ketika menafsirkan QS. al-Baqarah (2): 286 menjelaskan bahwa
kebaikan dikaitkan dengan kasaba, sedang keburukan dikaitkan dengan iktasaba. Ini menandakan
bahwa fitrah manusia pada dasarnya adalah cenderung kepada kebaikan, sehingga manusia dapat
melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda dengan keburukan, yang akan dikerjakan dengan
susah payah, goncang, dan kacau.4[4]
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak
adalah segala perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, spontan, tanpa pertimbangan dan
tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Itulah yang dimaksud dengan akhlak.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari
kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1. Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia,
tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau
nenek moyangnya.5[5]

5
2. Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat
sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai
sesuatu yang lahir (yang nyata).6[6]
3. Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai
hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham)
dari allah swt.7[7]

Ada beberapa kata istilah yang hampir sama dengan akhlak, yaitu etika, moral, dan
kesopanan dan kesusilaan. Namun dari ketiga kata tersebut sebenarnya memiliki perbedaan
dengan kata akhlak. Hal itu dapat dibedakan dari pengertian ketiganya. Pengertian adalah etika
berasal dari bahasa Yunani; ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin; mores, yang berarti kebiasaan. Dan Susila berasal dari bahasa
Sansakerta, su dan sila. Su; baik dan bagus, sedangkan sila; dasar, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Dengan demikian, susila mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan masyarakat hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yaitu ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-
Quran dan hadits. Dengan kata lain etika, moral dan susila berasa dari manusia sedangkan
akhlak berasal dari Tuhan.8[8]

B. Ruang Lingkup Akhlak.


Ruang lingkup ilmu akhlak adalah mengkaji tentang perbuatan-perbuatan manusia. Yaitu
menggolongkan perbuatan-perbuatan tersebut kepada perbuatan yang baik dan perbuatan yang
dianggap buruk. Ilmu akhlak sebenarnya berisi pengenalan terhadap tingkah laku manusia yang
berkaitan dengan norma atau penilaian perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut: Bahwa objek ilmu akhlak
adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau

8
buruk. Dengan demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang bersifat
kolektif.9[9]
Jadi yang dijadikan objek kajian Ilmu Akhlak di sini adalah perbuatan yang memiliki ciri-
ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan.
Sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara terus-menerus sehingga mentradisi
dalam kehidupannya. Perbuatan atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak
dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak, dan tidak pula termasuk ke
dalam perbuatan akhlaki.

C. Sumber Akhlak Islam.


Dalam islam telah dijelaskan mengenai akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Hal itu
tercantum dalam Al-Quran dan juga hadits Nabi SAW. Yang pada akhirnya kedua hal tersebut
dijadikan sebagai sumber ilmu akhlak dalam islam. Namun demikian, Islam tidak menafikan
adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruk akhlak
manusia.
Standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan
nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Dengan hati nuraninya, manusia dapat
menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia
berupa tauhid.10[10]
Allah Swt. Berfirman yang Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)". (QS. al-Araf [7]: 172).
Dalam ayat yang lain Allah Swt. Berfirman yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

10
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. al-Rum [30]: 30).

D. Pola Umum Akhlak Islam.


Akhlak Islam berbeda dengan etika pada umumnya yang dibedakan dari sopan santun
antar sesama manusia dan berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak Islam mencakup
berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga kepada sesama makhluk.11[11]

1. Akhlak Terhadap Allah.

Yang dimaksud akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kepasrahan kepada Allah,
yaitu mengakui bahwa Allah itu ada, mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya, ikhlas dalam semua amal, berbaik sangka terhadap semua ketetapan Allah,
dan bertaubat serta beristighfar ketika berbuat salah.

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri.

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah menjaga diri dari hal yang
tidak terpuji, baik secara lahiriah maupun batiniah. Contohnya adlah dengan tidak menyakiti diri
sendiri dan tidak berlarut dalam kesedihan.

3. Akhlak Terhadap Keluarga.

Akhlak kepada keluarga bisa dilakukan seperti berbakti kepada kedua orang tua, bergaul
dengan maruf, memberi nafkah dengan sebaik mungkin saling mendoakan, dan bertutur kata
dengan lemah lembut kepada semua anggota keluarga.

4. Akhlak Kepada Tetangga.

Membina tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah sahabat yang paling dekat.
Bahkan dalam sabdanya Nabi saw. menjelaskan: Tidak henti-hentinya Jibril menyuruhku untuk
berbuat baik pada tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli waris (HR. al-
Bukhari). Bertolak dari hal ini Nabi saw. memerinci hak tetangga sebagai berikut: mendapat

11
pinjaman jika perlu, mendapat pertolongan kalau minta, dikunjingi bila sakit, dibantu jika ada
keperluan, jika jatuh miskin hendaknya dibantu, mendapat ucapan selamat jika mendapat
kemenangan, dihibur jika susah, diantar jenazahnya

Anda mungkin juga menyukai