Anda di halaman 1dari 11

Objek Kajian Ilmu Maani, berupa Kalm Khabar, Kalm Insya, al-Qishr, jaz,

Ithnab dan Muswah


Posted on June 18, 2013 by muhamadfirdausbinabbas
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengkajian sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan
menggairahkan. Ketika dorongan rasa ingin tahu menggelora, maka pengembaraan
pengkajian itu terasa indah dan bergairah. Sebelum mengkaji sesuatu secara
mendalam, perlu diketahui sebelumnya objek kajian apa saja yang terkandung
dalam kajian tersebut, karena pengetahuan tentang sesuatu akan lebih mudah
dipelajari dengan metode dan kajian yang sistematik.
Ilmu Balghah, sebagaimana ilmu lain berangkat dari sebuah proses penalaran
untuk menemukan premis-premis pengetahuan yang dianggap benar untuk
kemudian disatukan menjadi kumpulan teori. Setelah teori itu terkumpul secara
generik dengan pembagian-pembagian yang sepesifik, maka ada kecenderungan
untuk mempelajari bagian-bagian tersebut secara parsial banyak yang menyebut al-
Sakkki sebagai tokoh yang mengubah balghah dari shinah menjadi marifah
dari induktif menjadi deduktif. Dari paparan tersebut tersirat bahwa setiap ilmu
mempunyai obyek kajian yang membatasi ruang gerak keilmuan tertentu, agar
jelas dan tidak mengaburkan pembahasan.
Sastra yang merupakan ekspresi merdeka, bukan sesuatu yang tanpa aturan dan
rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya beragam ilmu sastra yang
menentukan kualitas karya saatra yang dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab,
balghah setelah menjadi ilmu mempunyai rumusan-rumusan tertentu yang
digunakan sebagi basis konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan ke-
balghah-an karya sastra. Balghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi
dan sintaksis, kajian balghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara teori
prasyarat mempelajari balagah harus menguasai morfologi (sharf) dan sintaksis
(nahw). Makalah ini secara ringkas berusaha untuk mendeskripsikan objek kajian
Ilmu al-Balghah.

1.2. Batasan Masalah


Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan
tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi
masalah hanya pada ruang lingkup Objek Kajian Ilmu Maani, berupa Kalm
Khabar, Kalm Insya, al-Qishr, jaz, Ithnab dan Muswah.

1.3. Metode pembahasan


Dalam hal ini penulis menggunakan:
1. Metode Deskriptif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu Objek Kajian Ilmu Maani,
berupa Kalm Khabar, Kalm Insya, al-Qishr, jaz, Ithnab dan Muswah.
2. Penelitian Kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan,
mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan-bahan
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang akan di jelaskan.

BAB II
PEMBAHASAN
Objek Kajian Ilmu Maani, berupa Kalm Khabar, Kalm Insya,
al-Qishr, jaz, Ithnab dan Muswah
2.1. Pengertian Ilmu Maani
Ilmu Mani adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan pola kalimat
berbahasa Arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki
penutur. Tujuan ilmu al-mani adalah menghindari kesalahan dalam pemaknaan
yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan tutur (Ahmad Hasyimi,
1994: 39-40).
Dari terminologi ilmu al-mani yang ingin menyelaraskan antara teks dan
konteks, maka obyek kajiannya-pun berkisar pada pola-pola kalimat berbahasa
arab dilihat dari pernyataan makna dasar ashly, bukan tabiy yang dikehendaki
oleh penutur. Menurut as-Sakkki, yang dikehendaki oleh pembacaan model
mani bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada makna
yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam pembacaan
maani adalah pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur dengan
pemahaman yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom (Yusuf ibn Abi
Bakar Yakub ibn Ali al-Sakkaki, 1987: 161).
2.2. Objek Kajian Ilmu Maani
Adapun objek kajian Ilmu Maani adalah tema-tema berikut, (1) Kalm Khabar (2)
Kalm Insya (3) al-Qishr (4) jaz, Ithnab dan Muswah.
1. Kalm Khabar (Statement Sentence)
Kalm Khabar atau kalimat berita adalah kalimat yang penuturnya bisa dikatakan
jujur atau bohong. Penutur dikatakan jujur jika kalimatnya sesuai dengan fakta, dan
dikatakan bohong jika kalimatnya tidak sesuai dengan fakta (Ali al-Jarim dan
Musthafa Amin, 1977: 139). Contoh kalm khabar purnama telah datang dan
pekat-pun berlalu, bisa saja berita ini benar bisa juga salah. Adapun tujuan
kalimat berita (kalm khabar) bermacam-macam, diantaranya;
Sebagai permohonan belas kasihan (istirhm), contoh:

Menampakkan kelemahan dan kepasrahan , contoh:

Penyesalan dari sesuatu yang diharapkan, contoh;

Dilihat dari sisi susunan gramatikalnya kalm khabar dibagi kedalam dua bentuk
(Haddam Banna, tth, 13-16) :
Pertama: al-jumlah al-filiyyah (verbal sentence), menunjukkan suatu pekerjaan
yang temporal, dengan tiga keterangan waktu, sekarang, yang telah berlalu dan
yang akan datang. Contoh:

Kedua: al-jumlah al-ismiyah (nominal sentence), biasanya untuk menentukan
ketetapan sifat kepada yang disifati dan untuk menyatakan kebenaran umum
(general thuth). Contoh:

2. Kalm Insya(originative sentence)
Kalm Insya adalah kalimat yang penuturnya tidak bisa dinilai bohong ataupun
jujur (Ali al-Jarim dan Musthafa Amin, 1977: 139). Kalm insya dibagi kedalam
dua bagian, yaitu (1) Insya thalaby (2) Insya ghairu thalaby.

a. Insya thalaby
Insya thalaby adalah kalimat yang menghendaki suatu permintaan yang belum
diperoleh saat meminta. Insya thalaby dibagi kedalam lima macam, yaitu
(Haddam Banna, tth, 22) :
1) Al-`amr.
Al-`amr adalah meminta terlaksananya suatu pekerjaan kepada lawan bicara
dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan perintah. Dilihat dari bentuk
kalimatnya, al-`amr dalam bahasa Arab memiliki empat bentuk, yaitu:
a) Fiil `amr, contoh:

12: ( )
b) Fiil mudhri yang bersambung dengan lm al-`amr, contoh:
7: ( )

c) Ism fiil al-`amr, contoh:

105: (
)
d) Mashdar sebagai ganti fiil `amr, contoh:

83: (
)
Selain model pola kalimat al-`amr juga memiliki beberapa fungsi makna,
diantaranya:
a) Al-dua` (doa), contoh:

19: (
)
b) Al-Irsyd (petuah bijak), contoh:
282: (
)
c) Al-Tahdd (ancaman), contoh:
: (
)
d) Al-Ta`jz (melemahkkan), contoh:

: (

)
e) Al-Ibhah (pembolehan), contoh:
: ( )

2) Al-Nahy
Al-nahy adalah meminta dihentikannya suatu pekerjaan kepada lawan bicara
dengan superioritas dari penutur untuk melaksanakan permintaan. Struktur
kalimatnya disusun dengan menyambungkan fiil mudhri dengan l nhiyah (
berarti: jangan..!) (Ali Jarim dan Musthafa Amin, 1977: 184-187) contoh:
85: ( )

Seperti halnya amr, struktur nahy juga memiliki beberapa fungsi makna,
diantaranya:
a) Al-du`(berfungsi sebagai doa), contoh:

8: ( )
b) Al-Irsyd ( memberi petuah bijak), contoh:

101: ( )
c) Al-Dawm (keabadian), contoh:
42: (


)
d) Al-Tahdd (ancaman), contoh:
..
e) Al-Tamann (pengharapan), contoh:
*
3) Al-Istifhm,
Al-Istifhm adalah mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui
sebelumnya, dengan menggunakan adt al-istifhm (kata sandang untuk istifhm),
yaitu: hamzah, hal, man, m, mat, ayyna, kayfa, aina, kam dan ayyu . Dilihat dari
segi bentuk permintaannya, istifhm dibagi menjadi tiga macam, yaitu (Haddam
Banna, tth, 29-38):
a) Pertanyaan yang kadang meminta konfirmasi dan kadang meminta afirmasi
(tashawwur). Adt yang digunakan adalah hamzah, contoh:


b) Pertanyaan yang meminta afirmasi saja, adt al-istifhm yang digunakan adalah
hal.contoh:

c) Pertanyaan yang meminta konfirmasi saja. Adt yang digunakan adalah semua
adt al-istifhm kecuali hal dan hamzah.contoh:

4) al-Tamann
Al-Tamann adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil digapai atau yang tidak
mampu digapai (Ali Jarim dan Musthafa Amin, 1977: 206-207).
a) Sesuatu yang mustahil digapai, contoh:
*
b) Sesuatu yang mungkin digapai namun tidak mampu teraih, contoh:


79: ( )


Al-Tamann memiliki satu `adt ashly yakni dan mempunyai tiga `adt yang
tidak ashly sebagai penggantinya, yaitu:
a) Hal (apakah, adakah, akankah), contoh:




53:)(
b) Lau (jika, sekiranya..), contoh:
102:) (
c) Laalla( niscaya), contoh:
*
5) al-Nid
al-Nid adalah meminta kedatangan sesorang atau sesuatu dengan kata ganti yang
bermakna aku memanggil. Ada delapan kata sandang dalam istifhm, yaitu:
hamzah, aiy, y, w, a, ay, hay dan w. Hamzah dan aiy berfungsi untuk
memanggil sesuatu yang berada di dekat pemanggil, sedangkan `adt yang lain
untuk sesuatu yang jauh dari pemanggil. Contoh (Ali Jarim dan Musthafa Amin,
1997: 210-212):
*
Selain berfungsi memanggil, al-nid memiliki makna yang beragam seiring
konteks yang melingkupinya, macam-macam arti nid antara lain:
a) Al-Ighr` (bujukan, anjuran), seperti anjuran kepada seseorang yang mondar
mandir mau masuk rumah musuhnya:
..
b) Al-Zijr (hardikan, cacian), contoh:
*
c) Al-Tahassur wa al-tauj` (penyesalan dan kesakitan), contoh:
40:) (
d) Al-Istightsah (permintaan pertolongan), contoh:
.
e) Al-Nudbah (ratapan), contoh:
*
b. Insya Ghair Thalaby
Insya Ghairu Thalaby adalah kalimat yang didalamnya tidak menghendaki suatu
permintaan. Insya ghairu thalaby bisa berbentuk, al-Madh wa al-Dzam,Shiygh
al-Uqd, al-Qasam dan al-Taajjub wa al-Raja. Contoh (Ahmad Hasyimi, 1994:
6) :

a) al-Madh wa al-Dzam,menggunakan kata nima, bi`sa dan habbadza, contoh:


.
b) Shiyaghu al-Uqd. kebanyakan menggunakan shghah fiil madhi, contoh:

c) al-Qasam, menggunakan wawu, ba, ta dan lain sebagainya, contoh:

d) al-Taajjub, biasanya berisi dua pernyataan yang berkebalikan, contoh:
28:) (
e) al-Raja, biasanya menggunakan, as, hariyyu (laalla) dan ikhlaulaqa, contoh:

3. Al-Qishr (rhetorical restriction)
Al-Qishr berarti mengkhususkan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan cara
yang khusus pula, kata pertama adalah al-maqsr (yang mengkhususkan) dan kata
yang kedua adalah al-maqsr alaihi (yang dikhususkan) (Ahmad Hasyimi, 1994:
154). Metodologi pembentukan qishr ada empat macam yaitu:
a) Al-nafyu wa al-istitsn`, contoh:

b) Innam, contoh:
28:) (
c) Mendahulukan kata yang seharusnya berada diakhir, contoh:
)
5: (
d) Athaf dengan l, bal dan lakin, contoh:
*
Qishr dilihat dari eksistensinya ada dua macam:
Pertama: Qashr Haqqy yaitu pengkhususan sesuatu berdasarkan realitas kenyataan
tuturan dan tidak keluar dari itu. Contoh,
Kedua: Qashr idhfi yaitu pengkhususan sesuatu yang didasarkan pada
penyandaran sesuatu yang berada diluar ujaran. Contoh:

4. jaz (brachylogi), Ithnab (periphrasis), Muswah (equality)


a. jaz adalah adanya makna yang luas dibalik kalimat yang pendek. jaz ada dua
macam, ada kalanya Qishr (meringkas) dan ada kalanya Hadf (membuang)
(Haddam Banna, tth: 66-67). Contoh:
) (
) (
b. Ithnab adalah menambah kata-kata dari makna yang sebenarnya untuk tujuan
tertentu (Gorys Keraf, 2004: 133-134). Contoh:

c. Muswah adalah kalimat dimana kata-katanya sepadan dengan maknanya dan
maknanya sepadan dengan kata-katanya, tidak lebih dan tidak kurang.
*
5. Al-Fashl dan al-Washl
Al-Washl adalah menyambungkan kalimat dengan kalimat yang lainnya dengan
huruf wawu (Ahmad Hasyimi , 1994: 170-171). contoh:
)
119: (
Al-Fashl adalah kebalikan dari al-washl, yakni tidak menyambungkan antara dua
kalimat, contoh:

34: (

)

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ilmu Mani adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan pola kalimat
berbahasa Arab agar bisa disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki
penutur. Tujuan ilmu al-mani adalah menghindari kesalahan dalam pemaknaan
yang dikehendaki penutur yang disampaikan kepada lawan tutur.
Dari terminologi ilmu al-mani yang ingin menyelaraskan antara teks dan
konteks, maka obyek kajiannya-pun berkisar pada pola-pola kalimat berbahasa
arab dilihat dari pernyataan makna dasar ashly, bukan tabiy yang dikehendaki
oleh penutur. Menurut as-Sakkki, yang dikehendaki oleh pembacaan model
mani bukan pada struktur kalimat itu sendiri, akan tetapi terdapat pada makna
yang terkandung dalam sebuah tuturan. Jadi yang terpenting dalam pembacaan
maani adalah pemahaman pendengar terhadap tuturan penutur dengan
pemahaman yang benar, bukan pada tuturan itu secara otonom
Adapun objek kajian Ilmu Maani adalah tema-tema berikut,
a) Kalm Khabar
b) Kalm Insya
c) al-Qishr
d) jaz, Ithnab
e) Muswah.

DAFTAR PUSTAKA

Banna, Haddam. Al-Balghah: fi Ilm al-Maani. Ponorogo: Darussalam Press.


Hasyimi, Ahmad. Jawhir al-Balghah.Beirut : Dr al-Fikri. 1994.
Jarim, Ali dan Musthafa Amin. Al-Balghah al-Wadhihah. Mesir:Dr al-
Marif. Cet.X. 1977.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cet. XIV. 2004.
Sakkki, Ysuf ibn Abi Bakar Yakub ibn Ali. Mifthul Ulm. Beirut : Dru
al-Kutub al-Ilmiyyah. Cet. II. 1987.

Anda mungkin juga menyukai