Anda di halaman 1dari 48

Terjemah Al-I’Jaz Al-Balaghi fil Qur’anil Karim

Surat Al Fatihah & Surat Al Baqarah ayat 1-83


Halaman Kitab (13-27)
Diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Oleh:
A’AN MI’DAD ARRIZA
202510001
Kelas 1A

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN TAFSIR


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2020 M./ 1441 H.
Halaman 13

Surat Al Fatihah
(Pembukaan)
[ Makiyyah, 7 ayat menurut ijma’ ]
Dalam menerangkan luasnya makna surat Al Fatihah

Surat Al Fatihah merupakan surat yang agung, memiliki beberapa nama terkenal di
antaranya sebagai berikut :

Pertama : (Al Fatihah / Pembukaan)


Ibnu Jarir At Thabari berkata : dinamai Al Fatihah (Pembukaan kitab) karena surat ini
membuka mushaf (Al Qur’an) dengan penulisannya, juga surat ini dibaca dalam shalat.1

Kedua : (Ummul Kitab/ induknya kitab)


Dinamai Ummul Kitab karena mengandung maksud utama kitab suci Al Qur’an,
didalamnya ada pujian kepada Allah azza wa jalla, ada penetapan Tauhid Rubibiyah, ada
penyembahan kepada perintah Allah subhanahu wa ta’ala, ada memohon petunjuk dan ada
ketetapan iman. Jadi Surat Al Fatihah seperti ibu untuk surat-surat lainnya (dalam Al-Qur’an),
orang arab menamai setiap hal yang meliputi keseluruhan bagi Makkah Al-Mukarramah
dengan sebutan (Ummul Qura) karena yang selainnya (Mekah) mengikuti induknya

Ketiga : As sab’ul masani (7 ayat yang diulang-ulang)


Karena surat Al Fatihah merupakan 7 ayat yang diulang-ulang dalam setiap shalat,
Allah berfirman : ‫“ َولَقَدْ آتَيْنَاكَ َس ْب ًعا ِم َن الْ َمثَايِن‬Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh

(ayat) yang (dibaca) berulang-ulang...... “ .Yang dimaksud dengan 7 ayat yang diulang-ulang
ialah surat Al Fatihah karena terdapat 7 ayat menurut ijma’ ahli quro dan ulama.

Imam Al Qurtubi ra telah menuturkan dalam tafsirnya (Al Jami’ li ahkami al Qur’an)
bahwa surat ini mempunyai 12 nama diantaranya : Asy-Syifa (Obat), Al-Waqiyah
(Perlindungan), Al-Kafiyah (Kecukupan), Al-Asas (Dasar), Al-Hamdu (Pujian)... dst)2

Halaman 14

1
Jami’ul bayan karya Imam Thabari, juz 1
2
Jami’ul Ahkam al Qur’an karya Qurtubhi, juz 1 hal. 112
Keutamaan Surat Al Fatihah

Pertama :
Imam Bukhori telah meriwayatkan di dalam (kitab) sahih-nya, dari Said bin Mu’alla
RA, sesungguhnya dia berkata : (Suatu Ketika aku sedang shalat di masjid, tiba tiba
Rasululullah Shallallahu alaihi wa salam memanggilku , namun aku tidak menjawab sampai
aku selesai sholat kemudian aku mendatanginya (Rasul), maka (Rasul) berkata : “Apa yang
menghalangimu untuk datang kepadaku?” maka aku berkata : “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya saat itu aku sedang shalat”, maka (Rasul) bersabda : “Bukankah Allah telah
berfirman :
‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُو ۟ا ٱ ْس َتجِ ي ُبو ۟ا هَّلِل ِ َو ِل َّلر ُسولِ َذا َدعَامُك ْ ِل َما حُي ْ ِييمُك‬
‫ِإ‬
“Wahai orang orang yang beriman , penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”.

Kemudian (rasul ) bersabda : Maukah engkau aku ajari satu surat yang paling agung
dari surat surat di Quranul Karim (Al-Quran yang mulia) sebelum kamu keluar dari masjid?
kemudian beliau (Rasul) memegang tanganku maka ketika hendak keluar, aku berkata
kepadanya: “Wahai Rasulullah bukankah engkau berkata (Maukah engkau aku ajari suatu
surat yang paling agung di dalam Quran?) Beliau bersabda : Alhamdu (Lillahi robbil alamin)
itu adalah tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan alquran agung yang diberikan padaku.3

Kedua :
Imam Ahmad telah meriwayatkan di dalam musnadnya sesungguhnya (Ubay bin
Ka’ab) telah membaca Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an) di depan Nabi Saw, maka Rasul
Saw bersabda : (Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah diturunkan
di dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan tidak pula di dalam Al Quran yang seperti ummul
Qur’an, yaitu tujuh (ayat) yang diulang ulang dan Al Quran agung yang diberikan padaku.4

Ketiga :

3
Riwayat Bukhori dan Abu Daud dan Nasai
4
Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dan berkata Timidzi hadist Hasan Sahih
Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam Sahihnya, dari Ibnu Abbas RA,
sesungguhnya dia berkata : (Ketika malaikat Jibril sedang duduk di samping Nabi shallallahu
alaihi wasallam tiba-tiba ia mendengar suara pintu dibuka dari arah atas kepalanya. Lalu
malaikat Jibril berkata: "Itu adalah suara salah satu pintu langit yang dibuka, sebelumnya ia
belum pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini." Lalu keluarlah daripadanya malaikat.
Jibril berkata: "Ini adalah malaikat yang hendak turun ke bumi, sebelumnya ia belum pernah
turun ke bumi sama sekali kecuali pada hari ini saja." Lalu ia memberi salam dan berkata:
"Bergembiralah atas dua cahaya yang diberikan kepadamu dan belum pernah diberikan
kepada seorang Nabipun sebelummu, yaitu pembuka Al Kitab (surat Al-Fatihah) dan penutup
surat Al Baqarah. Tidaklah kamu membaca satu huruf dari kedua surat itu kecuali telah
diberikan kepadaku.")5

Halaman 15

Macam-macam Balaghoh dalam Surat Al Fatihah


Terdapat di dalam kitab Bahrul Mu’hith bahwasannya di dalam surat al fatihah
terdapat macam-macam balaghoh dan fashahah (perkataan yang jelas) sebagai berikut:
 Pertama : Pembukaan yang indah dan pengantar yang piawai.
 Kedua : Mubalaghah6 dalam pujian, hal tersebut karena umumnya kata “ ْ‫ ”ال‬di dalam
“Al Hamdu” berfungsi sebagai “istighroq” (mencakup).
 Ketiga : Khitob (pokok pembicaraan) dengan gaya bahasa yang halus pada perkataan
“Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah) karena dibentuk dengan khobar
(pemberitahuan), padahal maknanya amr (perintah) yang berarti : “ katakanlah segala
puji bagi Allah”.
 Keempat : Ikhtishos (mengkhususkan) dengan “ lam” yang ada pada lafadz “ِ ‫ ” هَّلِل‬yang
mana lam tersebut menunjukkan bahwasannya seluruh pujian dikhususkan hanya
kepada Allah Ta’ala karena Dia lah yang Maha Agung lagi Maha Tinggi yang berhaq
atasnya (Pujian).
 Kelima : Al-Hadzfu (menghilangkan), dan itu terjadi dengan menghapus kata “ siroth
“ Dalam Firman Allah ta’ala : َ ‫غَرْي ِ الْ َمغْضُ ْو ِب عَلَهْي ِ ْم َواَل الضَّ ۤا ِِّل;<نْي‬

5
Riwayat Muslim dan Nasai …… Lihat Qurthubi Juz 1 halaman 116
6
Mubalaghah menurut Imam As Suyuthi ialah jika seorang pembicara itu menyebutkan suatu sifat dan
menambah-nambahkannya sehingga melebihi makna yang dikehendakinya (Al Itqon fi ulumil Qur’an).
 Keenam : Taqdim (mendahulukan lafadz) dan Ta’khir (mengakhirkan lafadz) di
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ۗ ُ ‫)ااَّي كَ ن َ ْع ُبدُ َو ِااَّي كَ ن َ ْس َت ِعنْي‬, begitu juga terdapat di Dalam Firman

Allah ta’ala : ( َ ‫)غَرْي ِ الْ َمغْضُ ْو ِب عَلَهْي ِ ْم َواَل الضَّ ۤا ِِّل<;نْي‬.

 Ketujuh : Tasrih (Penjelasan) setelah samar, dan itu terdapat Dalam Firman Allah

ta’ala : (‫ ) ا ْه ِداَن الرِّص َ َاط الْ ُم ْس َت ِقمْي رِص َ َاط اذَّل ِ ْي َن َانْ َع ْم َت عَلَهْي ِ ْم‬sebagaimana shiroth ditafsirkan.

 Kedelapan : Iltifat7, dan itu terdapat Dalam Firman Allah ta’ala :


( ‫ ) ِااَّي كَ ن َ ْع ُبدُ َو ِااَّي كَ ن َ ْس َت ِعنْي ِا ْه ِداَن الرِّص َ َاط الْ ُم ْس َت ِقمْي‬dimana dipindahkannya dari domir mukhotob kepada

domir mutakalim.
 Kesembilan : Thalab (permintaan), yang dimaksud bukan hasilnya tetapi
kelangsungan dan keberlanjutannya. Hal itu ada Dalam Firman Allah ta’ala
( ‫ ) ا ْه ِداَن الرِّص َ َاط الْ ُم ْس َت ِقمْي‬maksudnya tetapkanlah kami di dalamnya (jalan yang lurus).

 Kesepuluh: Saja’ yang sejajar, yaitu kesesuaian dua kata terakhir di dalam zaman dan
narasi, itu terdapat Dalam firman Allah ta’ala “ ِ ۙ ‫ال; َّ;رمْح ٰ ِن ال; َّ;ر ِحمْي‬, ‫ ” الرِّص َ َاط الْ ُم ْس َت ِقمْي‬dan Dalam

ْ َ‫ن‬, َ‫“ واَل الض َّۤالِّ ْين‬.8


Firman Allah ta’ala : “‫ست َِعيْن‬

Halaman 16

2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)


Dalam menerangkan luasnya makna surat Al Baqarah.

Surat Al Baqarah ini termasuk ke dalam Madaniyah tanpa perselisihan, ayatnya


berjumlah 287 ayat, termasuk dari yang pertama diturunkan di kota Madinah, menurut segi
hukum surat ini kedudukannya surat Madaniyah, yang membahas sistem, hukum perundang-
undangan yang mana kamu muslimin membutuhkannya dalam kehidupan dunia, termasuk

7
Iltifat merupakan pemindahan ibarat/ungkapan dari sebagian jalan yang ketiga (takallum, khitob, ghoib) ke
jalan lainnya. (Jauharul Maknun).
8
Bahrul Muhit karya Abu Hayyan juz 1 hal. 31.
surat mulia yang secara dominan membahas berbagai hukum syariat dalam masalah akidah,
ibadah, muamalah, akhlak, pernikahan, talaq, iddah dan lain-lain dari hukum syara.
Seperti mengenai sifat-sifat kaum mukmin, kafir, munafiq, menjelaskan hakikat iman,
hakikat kafir, munafiq, kemudian menceritakan awal mulapenciptaan, dituturkan kisah Nabi
Adam AS, mengenai ahli kitab secara mendetail, khususnya Bani Israil karena mereka
bersebelahan dengan kamum muslim di Madinah Al Munawwaroh. Surat ini
menginformasikan kepada kaum mukmin tentang kejahatan dan tipu daya Bani Israil, apa
yang ada pada dada mereka (Bani Israil) dari kejahatan, keburukan, alasan, dan khianat.
Kemudian beralih pada segi hukum perundang-undangan yang ada dalam surat Al-
Baqarah ini, karena kaum muslimin pada saat itu berada di awal daulah islamiyah
(pemerintahan islam). Mereka berada dalam kebutuhan yang mendesak pada peraturan hukum
samawi (yang turun dari Allah SWT) dimana mereka akan menjalankannya seperti ibadah,
jihad, kriminal, riba, lintah darat, bahwa mereka akan mengalami hari yang buruk (karena
memakan riba), setiap jiwa akan meninggal dengan membawa apa yang telah dikerjakannya
tanpa didzalimi sedikit pun, surat mulia ini ditutup dengan nasehat untuk kaum mukminin
untuk bertaubat, kembali, serta merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Surat mulia ini
dinamai dengan Al Baqarah sebagaimana disebutkan di dalamnya, diceritakan mukjizat luar
biasa yang terjadi di zaman Sayyidina Musa as dimana ada seseorang yang dibunuh dan tidak
diketahui pembunuhnya, lalu para penduduk menyampaikan masalah tersebut kepada
Sayyidina Musa as barangkali dia mengetahui pembuuhnya. Lalu Allah SWT mewahyukan
kepadanya untuk memerintahkan kaumnya menyembelih sapi betina dan memukul mayat
(yang terbunuh tadi) dengan bagian dari sapi betina, lalu hiduplah mayat tersebut dengan izin
Allah SWT, lalu mayat tersebut memberitahu mereka orang yang membunuhnya dan menjadi
bukti kekuasaan Allah azza wa jalla dalam menghidupkan ciptaan-Nya setelah meninggal.

Halaman 17

Keutamaan Surat Al Baqarah


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Janganlah kalian jadikan rumah-
rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya syetan itu akan lari dari rumah yang di
dalamnya dibacakan surat Al Baqarah." 9
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda : “Bacalah Al Baqarah, karena
dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan meninggalkannya akan menyebabkan

9
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi
penyesalan, dan (pembacanya) tidak dapat (dikuasai /dikalahkan) oleh Kebathilan (Al-
10
Bathalah), maksudnya adalah tukang-tukang sihir.

Macam-macam Balaghah dalam Surat Al Baqarah


Sebenarnya dalam surat Al Baqarah mengandung banyak ragam ilmu bayan dan ilmu
badi’, kami rangkum seperti berikut ini :
 Majaz ‘Aqli 11, terdapat dalam firman Allah ta’ala : َۙ ‫هُدً ى ِِّل;<لْ ُمتَّ ِقنْي‬
“Petunjuk bagi orang yang bertaqwa” {ayat nomor 2 },
Ayat itu menyandarkan petunjuk (hidayah) kepada Quran, sedangkan pemberi petujuk
yang hakiki (yang sebenarnya) adalah Allah Azza wa Jalla.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ‫ٰذكِل َ ْال ِك ٰت ُب‬

“Kitab Al Qur’an ini” [ayat nomor 2]”


Menggunakan isim isyaroh “ َ ‫ ” ٰذكِل‬berfungsi untuk lilba’id (makna jauh), yang diwahyukan

oleh Yang Maha Tinggi keberadaannya dan tinggi pula martabatnya (posisinya) dalam
kesempurnaan.

َ ‫ُاو ٰلۤ ِٕ;ٕى َك عَىٰل هُدً ى ِ ّم ْن َّرهِّب ِْم ۙ َو ُاو ٰلۤ ِٕ;ٕى َك مُه ُ الْ ُم ْف ِل ُح‬
 Dalam Firman Allah ta’ala : ‫ون‬
“Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya , dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung”. [ ayat no 5].
Pengulangan isim isyaroh (kata tunjuk) “ ‫ ” ُاو ٰلۤ ِٕ;ٕى َك‬untuk menunjukkan perhatian terhadap

orang yang bertakwa, domir (hum) berfungsi untuk membatasi seolah olah dikatakan :
“mereka itulah orang yang beruntung” bukan yang lainnya.

 Dalam Firman Allah ta’ala : ‫َس َو ۤا ٌء عَلَهْي ِ ْم َء َانْ َذ ْرهَت ُ ْم َا ْم لَ ْم تُ ْن ِذ ْرمُه ْ اَل يُؤْ ِمنُ ْون‬
“Sama saja bagi mereka , engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak beri
peringatan, mereka tidak akan beriman”. [ayat no 6].

Halaman 18

10
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Sahih-nya
11
Menyandarkan perbuatan atau yang semakna kepada sesuatu yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah serta
qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafadz tersebut.
Menjelaskan bahwa putus asa dari keimanan itu masuk dalam kekufuran, pada ayat ini
menunjukkan tentang berlebihannya mereka dalam kekufuran dan berbuat sewenang-wenang,
serta tidak adanya kesiapan dari mereka untuk beriman.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ‫خَمَت َ اهّٰلل ُ عَىٰل قُلُ ْوهِب ِم‬
“Allah telah mengunci hati mereka” [ayat 7],

Merupakan isti’aroh tasrihiyyah12, dimana hati –hati mereka disamakan dengan enggan
menerima kebenaran. Pendengaran dan penglihatan mereka yang tidak dapat melihat
cahaya hidayah, seperti wadah yang tertutup rapat tanpa celah sehingga tercegah-lah
sampainya sesuatu pada wadah tersebut. Peminjaman kata “al-khotmu” dan “al-
ghisyawah” sebagai contoh isti’aroh tashrihiyyah.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ ۘ ‫) َو َما مُه ْ ِب ُم ْؤ ِم ِننْي‬
“Mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman” [dari ayat ke 8].
Pada asalnya dikatakan : “‫( ” ٰا َمنُ ْوا َو َما‬mereka tidak beriman ), untuk menyesuaikan firman
Allah dengan ucapan mereka (orang kafir) lafadz “‫ ( “ ٰا َمنَّا‬kami beriman), tetapi diubah
dari fiil ke isim untuk mengeluarkan diri mereka (orang kafir) dari golongan kaum
mukmin, kemudian dikuatkan dengan huruf “ ba” yang berfungsi untuk mubalaghoh
(melebihkan) atas tidak adanya keimanan pada orang kafir.
 Di dalam firman Allah ( َ ‫) خُي ٰ; ِدع ُْو َن اهّٰلل‬ “mereka menipu Allah” [dari ayat 9]. Isti’aroh

tamsiliyyah13, dimana diserupakannya keadaan mereka dengan Tuhan mereka, di dalam


menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran, sama halnya dengan rakyat
yang berbohong kepada penguasanya, dipinjamnya isim musyabah bih nya kepada
musyabbah dengan cara isti’aroh.
 Dalam Firman Allah ta’ala (‫قُلُ ْوهِب ِ ْم َّم َر ٌۙض‬ ْ ‫ “ )يِف‬dalam hati mereka ada penyakit” [ayat 10 ],
kinayah (makna yang tersirat) dari kemunafikan karena penyakit itu merusak badan,
sedangkan munafiq itu merusak hati.
 Dalam firman Allah ta’ala ( َ‫”)آَاَل اِنَّهُ ْم هُ ُم ْال ُم ْف ِس ُدوْ ن‬Ingatlah, sesuangguhnya merekalah yang
berbuat kerusakan”. [dari ayat 12], jumlah muakkadah (kalimat asertif) dengan 4 alat-alat
penguat, yaitu ( ‫ ) آَاَل‬lit tanbih : peringatan/perhatian, ( ‫ )اِ َّن‬lit ta’kiid : untuk menguatkan,
domir munfasil (‫ )هُ ْم‬: ta’rifil khobar (mengenalkan khobar), (‫) ْال ُم ْف ِس ُدوْ ن‬. Dan contoh serupa

12
Isti’arah yang musyabbah bih – nya disebutkan dengan jelas di dalam kalimat.
13
Penggunaan kalimat yang tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya.
lainnya di dalam firman Allah Ta'ala ( ‫“ )آَاَل اِنَّهُ ْم هُ ُم ال ُّسفَهَ ۤا ُء‬Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang kurang akal”.
 Dalam firman Allah ta’ala (‫“ ) هّٰللَا ُ يَ ْستَه ِْز ُئ بِ ِه ْم‬Allah akan memperolok-olok mereka” [dari
ayat 15]. Musyakalah14, dimana hukuman diserupakan dengan mengolok-olok/mengejek.
Lafadz ustuhzi’a dinarasikan dengan cara musyakalah itu merupakan keserupaan di dalam
lafadz, namun beda secara makna.15
 Dalam firman Allah ta’ala (‫د ۖى‬wwُٰ ‫ ٰللَةَ بِ ْاله‬ww‫الض‬ ْ ) “ yang membeli kesesatan dengan
َّ ‫تَ َر ُوا‬ww‫اش‬
petunjuk” isti’aroh tashriyyah, Dimana mereka telah mengganti kesesatan dengan
kebenaran , kekafiran dengan keimanan. Maka disini, rugilah jual beli mereka, dan
perdagangan mereka tidak menghasilkan apapun. Lafadz syiro’ (membeli) disini dipinjam
untuk arti mengganti , kemudian kejelasan akan hal itu bertambah dengan firman Allah
ْ ‫”) فَ َما َربِ َح‬maka perdagangan mereka itu tidak beruntung”. Ini adalah
ta’ala : (‫ت تِّ َجا َرتُهُ ْم‬
tarsyih yang disampaikan dengan isti’aroh puncak tertinggi.16

Halaman 19

Dalam firman Allah ta’ala : (‫“ ) َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذى ا ْستَوْ قَ َد نَارًا‬perumpamaan mereka seperti
orang yang menyalakan api” [ayat nomor 17], terdapat isti’arah tamsili.17
ٌ ٰ‫ب ِّمنَ ال َّس َم ۤا ِء فِ ْي ِه ظُلُم‬
Begitupun dalam firman Allah ta’ala ( ‫ت‬ َ ‫ “ ) اَوْ َك‬atau seperti orang
ٍ ِّ‫صي‬
yang ditimpa hujan lebat dari langit yang disertai kegelapan” [ayat nomor 19].
Pada contoh pertama diserupakan kaum munafiq dengan tungku api dan menyatakan
iman dengan cahaya lalu terputus kegunaannya dengan padamnya api. Pada contoh kedua
islam diserupakan dengan hujan, karena hidupnya hati dengan islam, seperti hidupnya bumi
dengan air, dan diserupakan perumpamaan kaum kafir dengan kegelapan. Dan yang ada di
dalam Al Qur’an tentang janji dan ancaman yang diserupakan dengan guntur dan kilat.
Dalam firman Allah ta’ala (‫ابِ َعهُ ْم فِ ْٓي ٰا َذانِ ِه ْم‬ww‫ص‬
َ َ‫وْ نَ ا‬wwُ‫“ ) يَجْ َعل‬mereka menyumbat telinga
dengan jari jemarinya”. [ayat nomor 18]. Tasybih baligh18 yaitu mereka seperti tuli, bisu,
buta dengan tidak memanfaatkan panca indera, dibuang adat tasybih dan wajhu syibhi-nya
maka jadilah tasybih baligh.

14
Menuturkan suatu makna dengan menggunakan kata lain, yang mana kedudukannya berfungsi sebagai
pengimbang.
15
Lihat dalam Talkhisul Bayan karya Syarif Ar Ridha juz 1 hal.3
16
Lihat Al Kasyaf juz 1 hal 35.
17
Kiasan yang menyerupakan/analogi.
18
Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih dan wajah syabah-nya.
Dari sebagian keindahan ilmu badi’ terdapat saja’19 yang berada di akhir ayat, hal ini
terjadi agar enak didengar dan memberikan efek yang luar biasa dalam jiwa, seperti firman
Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َولَهُ ْم َع َذابٌ اَلِ ْي ٌم ۢ ەۙ بِ َما َكانُوْ ا يَ ْك ِذبُوْ ن‬dan bagi mereka siksaan yang pedih disebabkan
kedustaan mereka”
Dalam firman Allah ta’ala :( َ‫“ )قَالُ ْٓوا اِنَّ َما نَحْ نُ ُمصْ لِحُوْ ن‬mereka menjawab : sesungguhnya
kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan”.
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫وْ ن‬wwُ‫انِ ِه ْم يَ ْع َمه‬wwَ‫ ُّدهُ ْم فِ ْي طُ ْغي‬w‫“ ) َويَ ُم‬dan membiarkan mereka
terombang ambing dalam kesesatan.
Dalam firman Allah ta’ala : (‫“ ) ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم‬Hai manusia! Sembahlah olehmu
Tuhanmu”. [ ayat nomor 21] Penuturan rububiyah dengan mengidofatkannya kepada
mukhotob dengan tujuan untuk memuliakan dan mengagungkan.
Dalam firman Allah ta’ala : (‫ب ِّم َّما نَ َّز ْلنَا ع َٰلى َع ْب ِدنَا‬
ٍ ‫“ ) َواِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬Sekiranya kamu merasa
ragu tentang apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami”. [ ayat nomor 23].

Halaman 20

Penyandaran (kata ‘abdina) bertujuan sebagai penghormatan dan pengkhususan. Ini


merupakan yang paling mulia yang disifatkan kepada Rasulullah Saw.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ه‬wٖ wِ‫وْ َر ٍة ِّم ْن ِّم ْثل‬w‫أْتُوْ ا بِ ُس‬wwَ‫“ ) ف‬maka buatlah satu surah semisal
dengannya” [dari ayat no 23].
Ini merupakan Ta’jiz (sebagai bentuk perlemahkan/olokan ) dimana fiil amr (perintah) keluar
dari bentuk sighatnya kepada makna melemahkan. Kemudian lafadz “suroh” dinakirahkan
untuk memperoleh makna umum dan menyeluruh.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ا ًء‬wۤ wَ‫ َم ۤا َء بِن‬w‫َّالس‬ َ ْ‫“ ) َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر‬yang menjadikan bumi
َّ ‫ض فِ َرا ًشا و‬
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap” [dari ayat no 22] Terdapat
muqabalah20 yang indah dimana saling beriringan antara langit dan bumi, lalu hamparan
dan atap. Ini merupakan sebagian dari keindahan ilmu badi’. Sebagaimana dalam firman
Allah Ta’ala : ( ‫“ ) فَا ِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا َولَ ْن تَ ْف َعلُوْ ا‬jika kamu tidak mampu membuatnya dan pasti tidak
akan mampu”. [dari ayat no 24].

19
Persesuaian dua akhir kata pada huruf akhir kalimat.
20
Muqabalah ialah mengungkapkan dua lafadz atau lebih lalu diiringi dua lafadz lain yang merupakan antonim
dari dua lafadz pertama dan disebutkan secara beriringan.
Terdapat jumlah i’tiradhiyah (kalimat berlawanan/berbandingan) : (‫وْ ا‬wwwُ‫ ) َولَ ْن تَ ْف َعل‬untuk
menjelaskan makna tantangan di masa lalu dan masa akan datang. Juga menjelaskan
ketidakmampuan mereka yang utuh di dalam setiap masa.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ار‬
َ َّ‫“ ) فَاتَّقُوا الن‬maka takutlah kamu akan api neraka”. [dari
ayat no 24]. Terdapat I’jaz21 yang indah dengan penuturan kinayah (makna tesirat), yaitu
jika kalian tidak berdaya (lemah) maka takutlah akan neraka jahanam dengan pembenaran
kalian terhadap Al quran yang mulia.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) اِ َّن هّٰللا َ اَل يَ ْستَحْ ٖي‬sesungguhnya Allah tidak segan membuat
perumpamaan” [dari ayat no 26]. Majaz Mursal22 dari bab ithlaqul malzum wa irodatul
lazim ( menyebutkan yang ditetapi tapi yang dimaksud ialah yang menetapi), maknanya
bahwa Allah Swt diungkapkan dengan malu dari meninggalkan karena sebenarnya
meninggalkan merupakan buah dari rasa malu. Barang siapa yang mempunyai malu dari
mengerjakan sesuatu maka dia akan meninggalkannya. 23
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ِ ‫“ ) الَّ ِذ ْينَ يَ ْنقُضُوْ نَ َع ْه َد هّٰللا‬yaitu orang-orang yang melanggar
perjanjian Allah” [ dari ayat no 27] Istir’aroh makniyah24 dimana diserupakan perjanjian
dengan tali. Lalu dibuang musyabbah bih-nya dan melambangkan pada sesuatu yang tak
dapat dihindari yaitu pelanggaran, sebagai contoh istir’aroh makniyah.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ِ ‫“ ) َك ْيفَ تَ ْكفُرُوْ نَ بِاهّٰلل‬Bagaimana kamu ingkar kepada Allah”.
[dari ayat no 28]. Dari sebagian bab iltifat, sebagai bentuk celaan dan teguran. Pada asal
kalimatnya dengan menggunakan bentuk ghaib kemudian dipindahkan pada bentuk
mukhotob lalu ditujukan dengan bentuk hadir. Ini merupakan contoh dari percontohan
ilmu badi’.

Halaman 21

 Di Dalam Firman Allah ta’ala (‫“ ) َوه َُو بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu”. [ayat ke 29].
Terdapat bentuk mubalaghoh di dalam kata “ aliimun “ karena Allah SWT memiliki ilmu
yang sangat luas dan ilmu-nya Allah itu mencakupi segala sesuatu.

21
Meminimalisir ungkapan tanpa merusak makna.
22
Digunakan untuk menunjukkan selain arti aslinya karena melihat persesuaian yang bukan penyerupaan serta
adanya pertanda yang menunjukkan untuk tidak menghendaki makna aslinya.
23
Dinyatakan oleh Zamakhsyari.
24
Isti’aroh yang musyabbah bih-nya tidak disebutkan dan sebagai gantinya disebutkan sifat-sifat atau kekhasan
atau kebiasaan yang ada pada padanannya.
 Di Dalam Firman Allah ta’ala (‫ “ ) َواِ ْذ قَا َل َربُّ َك‬dan ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman” [ayat ke 30], merupakan sebuah tantangan dengan simbol rububiyah serta
disandarkannya kepada rasulullah Saw untuk mnghormati dan memuliakan maqom-
ۤ
nya yang agung. Juga di Dalam Firman Allah ta’ala (‫ َك ِة‬wِ‫ )لِ ْل َم ٰل ِٕٕى‬ini terdapat taqdiim/
mengedepankan jar majrur karena adanya perhatian khusus pada yang didahulukan
dan untuk meninggikan pada yang diakhirkan.
 Terdapat uslub amr (gaya bahasa bermakna perintah) di dalam ayat : (‫ُٔوْ نِ ْي‬wُ‫)اَ ۢ ْنبِٔـ‬, makna
perintah disini keluar dari makna sebenarnya kepada makna melemahkan dan
mencela.25

 َ َ‫ ِه ۙ ْم ق‬wِ‫”)فَلَ َّمٓا اَ ۢ ْنبَاَهُ ْم بِا َ ْس َم ۤا ِٕٕى‬setelah dia (Adam) menyebutkan


Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ال‬
nama-namanya, Dia berfirman..” [ayat ke 23]. Terdapat majaz bil hadzfi (dihapus).
Seharusnnya (fa ambaa ahum bihaa fa lamma amba-ahum), dihapus karena untuk
adanya kefahaman makna.

 Dalam firman Allah SWT: (‫ضهُ ْم‬


َ ‫“ )ثُ َّم َع َر‬kemudian Dia perlihatkan” dari bab taghlib.
Karena mimnya adalah ciri untuk jamak mudzakar bagi yang berakal. Jika tidak
disampaikan demikian maka akan berkata : (tsumma ‘arodho ) atau (‘arodohunna ).

 Dalam Firman Allah ta’ala :( ‫ض‬


ِ ۙ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫مٰ ٰو‬w‫الس‬ َ ‫ٓي اَ ْعلَ ُم َغي‬wْْٓ ِّ‫“ )اِن‬bahwa aku mengetahui
َّ ‫ْب‬
rahasia langit dan bumi”. [ayat ke 33].

Kemudian Allah berfirman ( َ‫ ُدوْ ن‬w ‫ا تُ ْب‬ww‫”) َواَ ْعلَ ُم َم‬dan Aku mengetahui apa yang kamu
nyatakan”sebagai bentuk perhatian khusus pada khobar dan peringatan atas
komprehensifnya (meratanya) ilmu Allah SWT atas segala sesuatu. Ini disebut dengan
al –ithnaab .
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ “ ) َواَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدوْ نَ َو َما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُموْ ن‬dan Aku mengetahui apa
yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan”.[ ayat ke 33], terdapat thibaq
(kesesuaian) antara (tubdhuuna dan wataqtumuuna ).
ۤ
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ َك ِة‬wِ‫ “ ) َواِ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰل ِٕٕى‬dan ingatlah ketika Kami berfirman
kepada Malaikat” [ayat ke 34], adanya redaksi jama’ untuk mengagungkan. Dan itu
terma’thuf ( tersambung) kepada firman-Nya yang berbunyi : ( ‫ك‬ َ َ‫) َواِ ْذ ق‬. Di dalam
َ ُّ‫ال َرب‬
25
Dinyatakan oleh Abu Sa’ud
ayat tersebut terdapat iltifat dari dhomir ghoib kepada mutakallim untuk mengajarkan
kewibawaan dan menampakkan kemuliaan.

Halaman 22

 Dalam firman Allah ta’ala (‫ “ ) فَ َس َجد ُْٓوا‬maka mereka pun sujud”. [ayat nomor 34].
Menyatakan cepatnya dalam mengambil pelajaran dan ketaatan, ringkasnya dengan
hadzaf (membuang) yaitu maka mereka bersujud kepada Adam.
 Dalam firman Allah ta’ala : (َ‫“ ) َواَل تَ ْق َربَا ٰه ِذ ِه ال َّش َج َرة‬tetapi janganlah kamu dekati pohon
ini”. [ayat nomor 35].
Larangannya ialah memakan buah dari pohon itu, maksudnya larangan untuk berada di
dekatnya ( tetapi janganlah kamu dekati) bermaksud melebihkan dalam larangan dari
memakannya, sekiranya jika dilarang mendekati maka dilarang pula mengerjakannya dengan
cara penyampaiannya, seperti Firman Allah ta’ala ( dan janganlah kamu sekalian mendekati
zina) dilarang mendekati zina berarti memutus jalan melakukan zina.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ ِه‬w‫ا فِ ْي‬wwَ‫“ ) ِم َّما َكان‬dari segala kenikmatan ketika mereka
berdua berada disana (surga)”, [ayat nomor 36] menyampaikan maksud keagungan
berupa kebaikan dari kenikmatan atau surga dimana hal tersebut merupakan bagian
dari gaya bahasa balaghah yang bertujuan untuk membesarkan sesuatu yang
diibaratkan dengan lafadz yang samar, seperti ( ‫ ِه‬wwْ‫ا فِي‬wwَ‫ ) ِم َّما َكان‬untuk menghilangkan
pendengaran seseorang dari membayangkan agungnya dan sempurnanya sejauh yang
anda bisa.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ َّر ِح ْي ُم‬w ‫“ ) التَّوَّابُ ال‬Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang”. Dari sigat mubalagoh yaitu bahwa Allah Yang Maha Suci banyak
menerima taubat dan luas rahmatnya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) ٰيبَنِ ْٓي اِس َْر ۤا ِء ْي َل ْاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتِ َي‬Hai Bani Israil! Ingatlah akan
nikmat-Ku”. [ayat nomor 40]. Mengidofatkan kata ni’mat (karunia) kepada Allah yang
Maha Suci ( karunia-Ku) memberi isyarat akan agungnya kekuasaan-Nya dan luas
kebaikan-Nya dan indah keberadaan-Nya, karena disandarkan yang menyatakan
kehormatan, seperti firman Allah ta’ala ( rumah Allah) dan ( unta Allah).
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َواَل تَ ْشتَرُوْ ا بِ ٰا ٰيتِ ْي‬dan janganlah kalian jual ayat-ayat-
Ku”. [ayat nomor 41].
Menjual disini tidak nyata tetapi sebagai perumpamaan sebagaimana yang terdahulu dalam
ٰۤ ُ
firman Allah ta’ala : ‫ك الَّ ِذ ْينَ ا ْشت ََر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ْاله ُٰدى‬
َ wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ا‬
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk”.

Halaman 23

 Pengulangan dalam firman Allah ta’ala : (‫ ) َواَل ت َْلبِسُوا ْال َح َّق‬dan dalam Firman Allah ta’ala
َّ ‫[ ) َوتَ ْكتُ ُموا ْال َح‬ayat no 42] untuk menambah celaan yang terlarang , karena dalam
(‫ق‬
penjelasannya bukanlah pada domir dalam menguatkan. Hal ini disebut dengan al-
ithnab.
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬rukuklah beserta orang yang rukuk” [pada
ayat no 43] dari bab tasmiyatul kulli bi ismil juz’i (menyebut seluruhnya dengan menyebutkan
pada sebagian), yaitu shalatlah bersama orang-orang yang sholat dihubungkan dengan rukuk.
Maksud shalat disini merupakan contoh dari majaz mursal.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫)واِيَّا َي فَارْ هَبُوْ ِن‬
َ “dan takutah kepada-Ku saja” dan ( ‫َّاي‬
َ ‫َّواِي‬
‫“ )فَاتَّقُوْ ِن‬dan bertakwalah hanya kepada-Ku” tidak ditujukan sebagai ikhtisos
(mengkhususkan).

َ َّ‫“ )اَتَأْ ُمرُوْ نَ الن‬Mengapa kamu menyuruh orang lain


 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫اس بِ ْالبِ ِّر‬
(mengerjakan) kebajikan? ” [pada ayat no 44].
Istifham tujuannya mencela menegur. Bentuk fiil mudhori berguna untuk pembaruan dan
keberlangsungan, serta mengibaratkan meninggalkan perbuatan mereka dengan lupa ( َ‫َوتَ ْن َسوْ ن‬
‫)اَ ْنفُ َس ُك ْم‬. Makna mubalaghoh (melebihkan) dalam kata meninggalkan berarti seolah-olah
mereka tidak peduli dan menggantungkan diri mereka, menjadi penguat untuk makna
َ ‫ ) َواَ ْنتُ ْم تَ ْتلُوْ نَ ْال ِك ٰت‬ini
mubalaghoh dalam kelalaian yang berlebihan. Dalam firman Allah ta’ala : (‫ب‬
adalah jumlah haliyah (kalimat menunjukkan keadaan) yang di dalamnya bermakna celaan,
teguran dan cacian.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َواَنِّ ْي فَض َّْلتُ ُك ْم َعلَى ْال ٰعلَ ِم ْين‬dan Aku telah melebihkan kamu
dari semua umat yang lain di alam ini ” [dari ayat no 47].
Dari bab ‘ataf khos ‘alal ‘am (menyambungkan yang khusus kepada yang umum) untuk
menjelaskan kesempurnaan, karena anugerah (nikmat) yang telah diterima. Ini adalah
ْ “ingatlah nikmat-Ku”, menyeluruh
keutamaan dari Allah melalui firman-Nya : (‫)اذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتِ َي‬
terhadap semua nikmat tatkala diatafkan kepada ayat ‫“ َواَنِّ ْي فَض َّْلتُ ُك ْم‬dan aku telah melebihkan
kamu”, dari bab ataf khos alal ‘am (diatafkan dari yang khusus kepada yang umum).
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ ) َواتَّقُوْ ا يَوْ ًما‬dan takutlah pada hari” [dari ayat no 48].
Kata ‫ يَوْ ًما‬dinakirohkan untuk menakut-nakuti, yakni hari yang buruk sebagaimana
ٍ ‫“ نَ ْفسٌ ع َْن نَّ ْف‬tidak seorang pun dapat membela orang lain” yang
firman Allah ta’ala ‫س‬
berarti secara umum tidak dapat memberi manfaat dan memutus semua.

ِ ‫“ ) يَسُوْ ُموْ نَ ُك ْم س ُۤوْ َء ْال َع َذا‬mereka menimpakan siksaan yang


 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ب‬
sangat berat kepadamu” [ pada ayat no 49]. Yaitu membebankannya mereka terhadap
siksaan it, merupakan isti’arah dari kata “as saum” (beban) dalam jual beli, lalu
ditafsirkan siksaan yang sangat berat (buruk) dengan lanjutan ayat : ( ‫ا َء ُك ْم‬wۤ wَ‫ َذبِّحُوْ نَ اَ ْبن‬wُ‫ي‬
‫“ ) َويَ ْستَحْ يُوْ نَ نِ َس ۤا َء ُك ْم‬mereka menyembelih anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-
anak perempuanmu”.26

Halaman 24

 Dalam Firman Allah ta’ala :( ‫“ )بَاَل ۤ ٌء ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َع ِظ ْي ٌم‬cobaan yang besar dari Tuhan-Mu”,
[dalam ayat 54]. Menggunakan nakirah untuk menunjukkan makna mengagungkan
dan menakut-nakuti.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ ُك ْم‬wِ‫ار ِٕٕى‬ww ٰ ْٓ ‫“ )فَتُوْ ب‬karena itu bertobatlah kepada
ِ َ‫وا اِلى ب‬wwُ
penciptamu” (ayat nomor 54). Penentangan dengan menyebutkan pencipta untuk
menginformasikan kepada mereka bahwa kebodohan dan kedunguan mereka telah
melampui batas, di mana mereka meninggalkan ibadah kepada Allah yang telah
menciptakan mereka, dan dengan halus diungkapkan dengan menyembah sapi. Ini
adalah perumpamaan yang samar. 27
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ ُكرُوْ ن‬www‫وْ تِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت َْش‬www‫ ِد َم‬wwwْ‫”)ثُ َّم بَ َع ْث ٰن ُك ْم ِّم ۢ ْن بَع‬kemudian Kami
membangkitkankamu setelah kamu mati agar kamu bersyukur” [dari ayat 56],
dihubungkannya kebangkitan setelah mati untuk menegaskan bahwa mati yang
dimasudkan adalah mati yang sesungguhnya. Dan untuk membantah keraguan mereka
bahwa mereka dibangkitkan setelah pingsan atau tidur.
 ِ ‫وْ ا ِم ْن طَي ِّٰب‬wwُ‫”) ُكل‬makanlah makanan yang baik-baik” ,
Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ت‬
diringkas dengan cara kadzf (pembuangan) dan taqdirnya adalah ‫ا لهم‬ww‫“ ُكلُوْ ا قلن‬kami
berkata kepada mereka makanlah....”. Dan dalam firman Allah (‫“ )وما ظلمونا‬mereka
tidak mendzalimi Kami” taqdirnya (asalnya) adalah ‫“ اَ ْنفُ َس ُه ْم َف َظ َل ُم ْو‬maka mereka
menzholimi diri mereka sendiri” dengan cara kufur dan mereka tidaklah menzholimi
26
Kitab At Tashil juz 1 hal.47
27
Abu Sa’ud.
kami, dan yang menunjukkan adanya hadzaf (pembuangan) adalah dalam firman-
ْ َ‫“ ) َو ٰل ِك ْن َكانُ ْٓوا اَ ْنفُ َسهُ ْم ي‬tetapi justru merekalah yang mendzalimi diri sendiri”.
Nya : ( َ‫ظلِ ُموْ ن‬

Dan dikumpulkannya antara fiil madhi dan mudhari’


menunjukkan atas keterlaluan mereka dalam kezaliman dan terus menerus dalam
kekufuran.28
 َ َ‫ا َعلَى الَّ ِذ ْين‬wwَ‫“ )فَا َ ْن َز ْلن‬maka Kami turunkan kepada
Dalam Firman Allah ta’ala : (‫وْ ا‬ww‫ظلَ ُم‬
orang-orang yang dzalim itu” [dalam ayat 59], Allah tidak menggunakan kata ‫فأنزلنا‬
‫ عايهم‬yang bermakna menjelekkan dan melebihkan dalam mencela dan mencaci. Kata
(‫ )رجزا‬dinakirahkan maknya untukmenakut-nakuti dan membesarkan.

Halaman 25

 Dalam firman Allah ta’ala : (ِ ‫ق هّٰللا‬


ِ ‫“ ) ُكلُوْ ا َوا ْش َربُوْ ا ِم ْن ر ِّْز‬Makan dan minumlah dari rezeki
yang diberikan Allah” [ayat nomor 60]. Mengagungkan karunia dan nikmat dari
Allah azza wa jalla dimana rezeki nya dihasilkan tanpa lelah dan tanpa susah.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ض ُم ْف ِس ِد ْين‬
ِ ْ‫“ ) َواَل تَ ْعثَوْ ا فِى ااْل َر‬dan janganlah kamu berbuat
onar di muka bumi dengan melakukan pengruksakan” [ayat nomor 60].
Melebihkan dalam mencela kerusakan, gaya ini dari segi fasohah bahwa orang yang berbicara
(mutakalim) telah sungguh melebihkan perhatian menjadikan perintah atau larangan
melayang disekitarnya , atau ragu dalam perhatian penguatan, firman Allah : (melakukan
pengruksakan). Menghasilkan larangan dari merusak secara kuat dan menjadikannya jauh
untuk diabaikan atau dilupakan.29
 ُ ِ‫“ ) ِم َّما تُ ۢ ْنب‬dari apa yang ditumbuhkan bumi” .[ayat
Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ‫ت ااْل َرْ ض‬
nomor 61].
Majaz ‘aqli alaqohnya ialah assababiyah (penyebab), yang menumbuhkan hakihatnya ialah
Allah ta’ala, sedangkan bumi menjadi sebab tumbuhnya yang disandarkan kepadanya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ِّذلَّةُ َو ْال َم ْس َكنَة‬
ْ َ‫ُرب‬
ِ ‫)وض‬
َ “lalu ditimpakan atas mereka
kenistaan dan kemiskinan”. [ ayat nomor 61].
Kinayah (perumpamaan yang samar) yang diarahkan kepada mereka (kaum nabi Musa),
seperti membawa kubah oleh orang yang membuatnya. Sebagaimana ucapan seorang penyair
:

28
Al Futuhatul Ilahiyyah juz 1 hal.57.
29
Shofwatut Tafasir juz 1 hal.47.
Sesungguhnya kemurahan, kewibawaan, dan kelembutan itu # terdapat dalam kubah yang
dibuat untuk Ibnu Khorj.
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫“ ) ُخ ُذوْ ا َمٓا ٰاتَ ْي ٰن ُك ْم بِقُ َّو ٍة‬peganglah dengan teguh apa yang
Kami berikan kepadamu ini” [ayat nomor 63]. Disingkat dengan hadzaf (membuang)
yaitu kami ucapkan kepada mereka ambillah maka ini seperti yang telah dikatakan
Zamakhsyari sebagai kehendak ucapan.

Halaman 26

ِ ‫ َر َدةً َخ‬w ِ‫وْ ا ق‬wwُ‫“ ) ُكوْ ن‬jadilah


(Sambungan halaman 25) Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ ْين‬wِِٕ‫اسٕـ‬
kalian kera yang hina”. [ayat nomor 65]. Makna fiil Amr itu keluar dari ruang lingkupnya
kepada makna penghinaan dan menganggap rendah, berkata sebagian mufassir : ini adalah fiil
amr taskhir (menghina) dan takwin (penetapan) yaitu pengibaratan dari hubungan
kemampuan dengan memindahkan dari hakikat manusia kepada hakikat kera.30
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ )لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْيهَا َو َما َخ ْلفَهَا‬bagi orang orang pada masa itu
dan bagi mereka yang datang kemudian” [dari ayat no 66]. Kinayah (sindiran) bagi
orang yang datang sebelumnya atau datang sesudahnya dari bangsa bangsa dan ciptaan
atau menjadi pelajaran (ibroh ) bagi mereka yang datang kemudian atau belakangan.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) فَ َذبَحُوْ هَا َو َما َكا ُدوْ ا يَ ْف َعلُوْ ن‬Lalu mereka menyembelihnya
dan nyaris mereka tidak melaksanakan (perintah) itu” [ dari ayat no 71] dari sebgaian
ijaz (ringkasan) Al Quran adalah bahwa dua kalimat yang dapat di mengerti telah
dihapus dari tajuk kalimat ini dari susunan kalimat, takdirnya “ lalu mereka mencari
sapi betina seluruhnya untuk mensifati yang terdahulu dan mereka mendapati sapi
betina itu, ketika mereka mendapat petunjuk tentang sapi betina itu lalu mereka
menyembelihnya” dan ini adalah ijaz bil hadzfi (meringkas dengan menghapus).
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َوهّٰللا ُ ُم ْخ ِر ٌج َّما ُك ْنتُ ْم تَ ْكتُ ُموْ ن‬Tetapi Allah menyingkapkan
apa yang kamu sembunyikan” [dari ayat no 72]. Ini adalah jumlah i’tirodiyah (kalimat

30
Irsyadul ‘Aqli As Salim juz 1 hal.90
protes) antara firman-Nya (‫“ )فَا ٰ ّد َر ْءتُ ْم‬lalu kamu tuduh menuduh” dan firman-Nya (‫فَقُ ْلنَا‬
ُ‫ “ )اضْ ِربُوْ ه‬lalu kami berkata pukullah mayat itu”, dan kalimat protes antara perihal
komunikasi memunculkan penyelesaian yang menambahkan baginya perkataan yang
fasih nan baik. Manfaat protes (keberatan) disini adalah untuk memberi tahu pihak
yang dituju bahwa kebenaran pasti akan terungkap.
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫وْ بُ ُك ْم‬wwُ‫ت قُل‬
ْ w‫“ )ثُ َّم قَ َس‬kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras” [dari ayat no 74]. Menggambarkan hati dengan keras dan kasar dimaksudkan
adanya pengaruh pikiran dan tidak adanya nasehat yang membekas, di dalamnya
mengandung isti’arah tasrihiyah, Abu Al-Saud berkata: Keras itu ibarat kasar, keras
kepala serta kaku sebagaimana batu. Dipinjam lafadz qoswah “keras” karena tidak
mempannya hati mereka dari nasehat yang membekas seperti jalanan yang menuju ke
gunung dan melunaknya batu cadas.31
 Dalam Firman Allah ta’ala: (‫“ )فَ ِه َي َك ْال ِح َجا َر ِة‬sehingga (hatimu) seperti batu” [pada ayat
no 74]. Di dalamnya mengandung analogi yang disebut mursal mujammal karena adat
tasybihnya disebutkan sedangkan wajhu syibhinya dihilangkan.

Halaman 27

 Di dalam firman –Nya : (‫“ ) لَ َما يَتَفَ َّج ُر ِم ْنهُ ااْل َ ْنهٰ ۗ ُر‬pasti ada sungai-sungai yang airnya
memancar dari padanya” [ayat nomor 74].
Maksudnya adalah air sungai. Orang arab memutlaqkan isim mahal (nama tempat) seperti
sungai kepada hal (keadaan) di dalamnya seperti air. Indikasi yang jelas karena yang
memancar itu adalah air. Ini disebut majaz mursal.
 Di dalam firman-Nya :( َ‫وْ ن‬w‫“ ) َوهُ ْم يَ ْعلَ ُم‬padahal mereka mengetahuinya” [ ayat 75].
Dalam ayat ini ada sebuah keindahan yang memberi faidah sempurnanya keburukan
perbuatan mereka dan penyelewengan mereka kepada taurot karena maksud dan
adanya rencana untuk menyimpang. Dan barang siapa yang berbuat maksiat atas
pengetahuan dan maksudnya maka pantas baginya cobaan dan teguran.
 َ ‫“ )يَ ْكتُبُوْ نَ ْال ِك ٰت‬yang menulis kitab dengan tangan mereka
Di dalam firman –Nya : (‫ب بِا َ ْي ِد ْي ِه ْم‬
sendiri” [ ayat nomor 79 ]. Penyebutan pada kata “tangan”disini untuk mencegah
sangkaan berupa majaz dan untuk menegaskan bahwasannya tulisan itu benar-benar
dari diri mereka sendiri sebagaimana seseorang yang berkata : aku menulis dengan
tanganku dan mendengar dengan telingaku.

31
Irsyadul ‘Aqli As Salim juz1 hal.90.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َما يُ ِسرُّ وْ ن‬apa yang mereka sembunyikan” [ ayat nomor
77]. Ayat ini termasuk dari sebagian keindahan ilmu badi’ yang mana terdapat thibaq
(kesesuaian) antara َ‫ ي ُِسرُّ وْ ن‬s"embunyikan" dan lafadz َ‫" يُ ْعلِنُوْ ن‬nyatakan", ini adalah thibaq
al ijab.
 َ ‫”)فَ َو ْي ٌل لِّلَّ ِذ ْينَ يَ ْكتُبُوْ نَ ْال ِك ٰت‬maka celakalahorang-orang
Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ب بِا َ ْي ِد ْي ِه ْم‬
yang menulis kitab dengan tangan mereka sendiri”[ ayat nomor 79].
 ْ َ‫“ )فَ َو ْي ٌل لَّهُ ْم ِّم َّما َكتَب‬maka celakalah mereka karena
Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ت اَ ْي ِد ْي ِه ْم‬
tulisan tangan mereka” [ayat 79].
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َو َو ْي ٌل لَّهُ ْم ِّم َّما يَ ْك ِسبُوْ ن‬dan celakalah mereka karena apa
yang mereka perbuat” [ayat 79] .
Pengulangan kata ditujukan sebagai celaan dan teguran untuk menjelaskan bahwasannya,
kejahatan mereka sudah sampai kepada puncak di dalam keburukan dan kekejiaan.
 Di dalam Firman Allah ta’ala : ( ٗ‫تُه‬wََٔ‫ه َخ ِط ۤ ْئـ‬wwww
ٖ ِ‫ت ب‬ْ َ‫ اط‬wwww‫“ ) َّواَ َح‬dan dosanya telah
menenggelamkannya” [ayat 81]. B
Termasuk isti’arah makniyah32 dimana diserupakannya kesalahan dengan tentara
musuh yang telah menenggelamkannya. Dipinjam lafadzh “menenggelamkan” untuk
mengalahkan keburukan terhadap kebaikan.
 Di dalam firman Allah ta’ala : (َ ‫“ )اَل تَ ْعبُ ُدوْ نَ اِاَّل هّٰللا‬janganlah kamu menyembah selain
Allah” [ayat nomor 83].

Halaman 28

Khobar dalam makna larangan, hal tersebut memberitahukan jelasnya larangan seperti
yang dikatakan Abu Sa’ud ketika di dalamnya ada pemalsuan. Sesungguhnya yang dilarang
darinya ialah untuk mempercepat penyelesaian seolah telah selesai. Datanglah dengan shigat
khobar yang menghendaki larangan.
 ِ َّ‫“ ) َوقُوْ لُوْ ا لِلن‬dan bertutur katalah yang baik kepada
Dalam firman Allah ta’ala : (‫اس ُح ْسنًا‬
manusia). [ ayat nomor 83].
Masdar yang ada disini merupakan sifat yaitu ucapan yang baik. Ini dimaksudkan
mubalagoh ( melebihkan), karena orang arab menempatkan masdar pada tempat isim fail atau
sifat dengan tujuan melebihkan, seperti ucapan mereka: (dia adil).
 Dinakirahkan dalam firman Allah SWT : (‫ ُّد ْنيَ ۚا‬w ‫ي فِى ْال َحيٰ و ِة ال‬
ٌ ‫ ْز‬w‫“ ) ِخ‬kenistaan dalam
kehidupan dunia” , untuk membesar-besarkan dan menakut-nakuti.

32
Isti’arah yang dibuang musyabbah bih-nya, dan sebagai isyarat ditetapkan salah satu sifat khasnya
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫“ ) تَ ْقتُلُوْ نَ اَ ْنفُ َس ُك ْم‬kamu bunuh dirimu (sesamamu)”. [ ayat
nomor 85], dari bab majaz untuk batas pemakaiannya dimana diibaratkannya
membunuh orang lain dengan membunuh diri sendiri. Karena barang siapa yang
menumpahkan dara orang lain seolah-olah dia menumpahkan darah sendiri.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) اَفَتُ ْؤ ِمنُوْ ن‬apakah kamu beriman” [ayat nomor 85].
Hamzah berfungsi untuk menyangkal dan menegur.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ “ )فَفَ ِر ْيقًا َك َّذ ْبتُ ْم َوفَ ِر ْيقًا تَ ْقتُلُوْ ن‬maka sebagian kamu dustakan
dan sebagian lagi kamu bunuh”. [ayat nomor 87].
Mendahulukan maf’ul bih (objek) dalam 2 subyek untuk memperhatikan dan mengejutkan
orang yang mendengar terhadap orang yang ditemui.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ “ ) َوفَ ِر ْيقًا تَ ْقتُلُوْ ن‬dan sebagian lagi kamu bunuh”. Tidak
diucapkan qotaltum (dengan fiil madi) karena fiil mudore berfungsi
berkesinambungan seolah menghadirkan bayangan membunuh para nabi di depan
orang yang mendengar, maka jadilah penyangkalannya lebih kuat dan berhenti lebih
besar.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) فَلَ ْعنَةُ هّٰللا ِ َعلَى ْال ٰكفِ ِر ْين‬Maka laknat Allah-lah atas orang-
orang yang ingkar”. [ayat nomor 89].
Menyimpan makna dzohir pada tempat domir, tidak diucapkan kepada mereka (kafir) agar
mereka menyadari penyebab tertimpanya laknat ialah kekafiran mereka.
ِ ‫“ ) َولَقَ ْد َج ۤا َء ُك ْم ُّموْ ٰسى بِ ْالبَيِّ ٰن‬Dan sesungguhnya telah datang
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ت‬
kepadamu Musa dengan membawa bukti-bukti kebenaran”. [ ayat nomor 92].
Khobar disini berfungsi untuk mencela dan menegur karena tidak mengikuti rasul.

Halaman 29

 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ ) َواُ ْش ِربُوْ ا فِ ْي قُلُوْ بِ ِه ُم ْال ِعجْ َل بِ ُك ْف ِر ِه ْم‬Dan di resapkanlah ke
dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran
mereka “ [dari ayat n0. 93]
Istri’arah Makniyah dimana diserupakan kecintaan menyembah patung anak sapi dengan
minuman yang enak.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ )بِ ْئ َس َما يَأْ ُم ُر ُك ْم بِ ٖ ٓه اِ ْي َمانُ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِ ْين‬Sangat buruk apa yang
diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu jika kamu orang orang beriman” [dari
ayat no 93].
Al-Zamakhshari menyandarkan perintah dengan iman untuk mengejek/mengolok-olok
mereka , seperti perkataan : “apakah shalatmu yang menyuruhmu”. Begitupun
diidofatkan (disandarkan) nya iman kepada perintah.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ )فَا ِ َّن هّٰللا َ َعد ٌُّو لِّ ْل ٰكفِ ِر ْين‬Sesungguhnya Allah musuh bagi
orang orang kafir” [dari ayat no 98]
Merupakan jumlah (kalimat) yang terletak pada jawab syarat yang datang dalam jumlah
ismiyah, bertujuan untuk menambah celaan karenanya berfungsi menetapkan dan
menempatkan isim dzahir pada tempat isim domir. Maka Allah berkata “ musuh bagi
orang-orang kafir “ menggantikan “musuh bagi mereka” untuk merekam sifat orang
kafir terhadap mereka dan karena permusuhan mereka terhadap malaikat, mereka menjadi
kafir.
 َ ‫“ ) َو ِجب ِْر ْي َل َو ِمي ْٰك‬Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail”
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ىل‬
[ dari ayat no 98].
Ada setelah penuturan para malaikat, ini merupakan sebagian dari bab dzikrul khos ba’dal
‘am (menyebutkan yang khusus setelah yang umum) untuk menghormati dan
memuliakan.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ِ ‫“) َولَ َّما َج ۤا َءهُ ْم َرسُوْ ٌل ِّم ْن ِع ْن ِد هّٰللا‬Dan setelah datang kepada
mereka seorang Rasul (Muhammad) dari Allah “ [dari ayat no 101
Dinakirahkan untuk memuliakan dan mendeskripsikan rasul bahwa dia datang dari sisi
Allah, yang berfungsi melebihkan keagungan.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ب هّٰللا ِ َو َر ۤا َء ظُهُوْ ِر ِه ْم َكاَنَّهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ۖن‬
َ ‫“ ) ِك ٰت‬melemparkan Kitab
Allah itu ke belakang (punggung), seakan akan mereka tidak tahu” [dari ayat no 101].
Bentuk Kinayah karena berpaling dari Taurat.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ )لَ َمثُوْ بَةٌ ِّم ْن ِع ْن ِد هّٰللا ِ خَ ْي ٌر ۗ لَوْ َكانُوْ ا يَ ْعلَ ُموْ ن‬Pahala dari Allah
pasti lebih baik , sekiranya mereka tahu” [dari ayat no 103].
Menggunakan Jumlah Ismiyah (Kalimat Nominal) sebagai pengganti dari jumlah filiyah
(kalimat verbal), untuk menunjukkan ketetapan dan stabilitas.

Halaman 30

 Di dalam firman –Nya: (‫“ ) ِّم ْن َّربِّ ُك ْم‬dari Tuhanmu” [ayat nomor 105]. Diidofatkan
untuk memuliakan.
 ْ َ‫ ۤا ُء ۗ َوهّٰللا ُ ُذو ْالف‬w‫)وهّٰللا ُ يَ ْختَصُّ بِ َرحْ َمتِ ٖه َم ْن ي ََّش‬
Di dalam Firman Allah ta’ala : (‫ ِل ْال َع ِظي ِْم‬w‫ض‬ َ “Tetapi
secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan
Allah pemilik karunia yang besar”. [ayat nomor 105]. Perintah menyeru pada
kemuliaan.
 Di dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ )اَلَ ْم تَ ْعلَ ْم‬tidakkah kamu tahu” [ayat nomor 107 ].
Istifham (kata tanya) untuk memastikan khitob kepada nabi Muhammad Saw. Yang
‫هّٰللا‬
ِ َ‫“ ) َو َما لَ ُك ْم ِّم ْن ُدوْ ِن ِ ِم ْن َّولِ ٍّي َّواَل ن‬Dan
dimaksud ialah umatnya dengan dalil firman-Nya : (‫صي ٍْر‬
tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah.” [ayat 107].
 Di Dalam Firman Allah ta’ala (َ ‫“ )اَ َّن هّٰللا‬bahwa sesungguhnya Allah” [ayat 106], dan
pada ayat (ِ ‫“ ) ِّم ْن ُدوْ ِن هّٰللا‬selain Allah” [ ayat 107].
Penuturan lafadz Jalalah untuk menumbuhkan rasa takut dalam jiwa.
 Di dalam firman-Nya : (‫ض َّل َس َو ۤا َء ال َّسبِي ِْل‬
َ ‫“ )فَقَ ْد‬dia telah tersesat dari jalan yang lurus” [ayat
nomor 108].
Diidofatkannya sifat kepada mausuf (yang disifati), yaitu yang mana golongan mereka di ahir
nanti akan menangis dan bersedih ketika mereka menyaksikan kebenaran dan ke adilan atas
kesesatan mereka.
 َ ‫“ )تِ ْل‬itu hanya angan-angan mereka” [ayat nomor 111].
Di dalam firmannya (‫ك اَ َمانِيُّهُم‬
Jumlah i’tirodiyah (kalimat protes/penyangkalan), bertujuan untuk menjelaskan untuk
menentang pengakuan mereka bahwasanya pengakuan mereka itu dusta.
 ٰ ‫“ )قُلْ هَاتُوْ ا بُرْ هَانَ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬tunjukkan bukti kebenaranmu jika
Di dalam firmannya ( َ‫ص ِدقِ ْين‬
kamu orang yang benar” [ayat nomor 111].
Amr (perintah) yang berfungsi untuk mencela dan mengalahkan.
 Di dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ ٌن‬w‫ َو ُمحْ ِس‬wُ‫هٗ هّٰلِل ِ َوه‬wwَ‫لَ َم َوجْ ه‬w‫“ )بَ ٰلى َم ْن اَ ْس‬Tidak! Barangsiapa
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik,” [ayat nomor 112].

Halaman 31

Mengkhususkan wajah dengan dzikir karena wajah merupakan anggota tubuh yang
paling mulia. Wajah disini (perumpamaan) yaitu dari menghadap ibadah kepada Allah dan
menjadikan penghadapan kepada-Nya secara keseluruhan.33
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫ “ ) ِع ْن َد َرب ٖ ِّۖه‬di sisi Tuhannya”. [ayat nomor 112].
Penyandaran untuk memuliakan, kata Rabb disimpan sebagai mudof disandarkan pada domir
orang yang menyerahkan dirinya pada tempat domir jalalah karena untuk menyatakan
penambahan kelembutan-Nya.

33
Talkhisul Bayan hal.10
 َ ِ‫“ )ۚ َك ٰذل‬demikian pula, dikatakan
Dalam firman Allah ta’ala : (‫ك قَا َل الَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ِم ْث َل قَوْ لِ ِه ْم‬
oleh orang-orang yang tidak mengetahui seperti ucapan mereka itu”. [ayat nomor
113].
Di dalamnya bermakna celaan yang besar kepada Ahli Kitab karena mereka mengatur diri
mereka beserta amalnya pada jalan orang yang tidak diketahui asal usulnya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ٗ‫ظلَ ُم ِم َّم ْن َّمنَ َع َم ٰس ِج َد هّٰللا ِ اَ ْن ي ُّْذ َك َر فِ ْيهَا ا ْس ُمه‬
ْ َ‫“ ) َو َم ْن ا‬Dan siapakah
lagi yang lebih aniaya daripada orang yang melarang menyebut nama Allah dalam
masjid-masjid-Nya”. [ayat nomor 114].
Istifham (pertanyaan) maknanya nafi ( meniadakan) yaitu tidak ada seorangpun yang
menganiayanya.
 ٌ ‫“ ) لَهُ ْم فِى ال ُّد ْنيَا ِخ ْز‬Mereka di dunia mendapat kehinaan”.
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ي‬
[ayat nomor 114].
Dinakirohkan karena untuk menakut-nakuti yaitu kehinaan yang besar sekali dan mengerikan
yang hampir tidak bisa dilukiskan.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ٗ‫ب ْٰحنَه‬w‫دًا ُۙس‬wَ‫ َذ هّٰللا ُ َول‬w‫ “ ) َوقَالُوا اتَّ َخ‬Dan mereka berkata: Allah
mempunyai anak. Maha Suci Dia”. [ayat nomor 116].
Kalimat Maha Suci Dia merupakan jumlah penolakan, fungsinya membatalkan seruan orang-
orang yang dzalim yang menuduh Allah mempunyai anak.
Abu Sa’ud berkata di dalam ayat ini terdapat tanzih baligh (kabar penyucian) yang berasalh
dari akar kata as sabhu (suci), dari segi arti dimasukkan ke wazan taf’il (tasbih) yang berarti
kesucian, dari segi keadilan termasuk kepada masdar yang bermakna tiada kesamaran,
maksudnya ialah menyucikan-Nya dengan kesucian yang sempurna.34

Halaman 32

 Dalam Firman Allah ta’ala: ( َ‫“ ) ُك ٌّل لَّهٗ قَانِتُوْ ن‬Semua tunduk kepada-Nya” [dari ayat no
116]
Shigat (bentuk) jamak berakal dalam lafadz ( َ‫ )قَانِتُوْ ن‬untuk mendominasi maksudnya
mendominasi orang-orang yang berakal terhadap yang lainnya. Juga mendominasi pada seni
yang disebutkan dalam keindahan ilmu bayan.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫ب ْال َج ِحي ِْم‬
ِ ‫ ُل ع َْن اَصْ ٰح‬wََٔ‫“ ) َّواَل تُسْٔـ‬Dan engkau tidak akan
diminta (pertanggung jawaban ) tentang penghuni-penghuni neraka “ [dari ayat no
119]

34
Tafsir Abu Sa’ud juz 1 Hal.117
Sebuah pengibaratan pada orang kafir dan para pendusta. Pada ayat ini juga dinyatakan
bahwa telah tercetak dalam hati mereka maka tidak diharapkan dari mereka kembali dari
kekafiran dan kesesatan menuju kepada keimanan.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ )هُ َو ْاله ُٰدى‬itulah petunjuk (yang sebenarnya)” [dari ayat
no 120].
Dima’rifatkannya lafadz Al-Huda menggunakan “ ْ‫ ”ال‬serta dibarenginya dengan dhomir
munfasil (kata ganti orang) disini memberikan tujuan untuk membatasi hidayah itu hanya
pada agama Allah, dari bab qosru sifat ‘alal mausuf (membatasi sifat terhadap yang disifati).
Islam itu ialah petunjuk itu sendiri secara keseluruhan, dan selain islam ialah batil.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٗ‫)واِ ِذ ا ْبت َٰلٓى اِب ْٰر ٖه َم َربُّه‬
َ “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji
Tuhannya” [dari ayat no 124]
Penghormatan baginya (Ibrahim) as dan menyatakan bahwa ujian tersebut adalah pelajaran
baginya dan menyaring pada perintah yang serius, artinya bahwa Allah azza wa Jalla tidak
memperlakukannya sebagai sarana percobaan, karena Dia membebankan perintah dan
larangan yang didzahirkan kepada Ibrahim sehingga dia layak untuk menjadi nabi.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ ) َواَ ْمنً ۗا‬dan tempat yang aman bagi manusia” [dari ayat
no 125]
Ditempatkan masdar pada tempat isim fail berfungsi untuk mubalaghah (melebikan) dan
sebagai penyandaran majazi, yaitu kami selamat dan orang-orang yang memasukinya.
Sebagaimana firman-Nya : ( ‫“ ) ۗ َو َمن َدخَ لَ ۥهُ َكانَ َءا ِمنًا‬dan siapapun yang memasukinya akan aman.
 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫“ )اَ ْن طَهِّ َرا بَ ْيتِ َي‬bersihkanlah rumah-Ku” [dari ayat no 125]
Diidofatkannya kata “al-bait” kepada dhomir jalalah sebagai bentuk penghormatan dan
memuliakan.
 Dalam Firman Allah ta’ala: ( ‫ت َواِسْمٰ ِع ْي ۗ ُل‬
ِ ‫“ ) َواِ ْذ يَرْ فَ ُع اِب ْٰر ٖه ُم ْالقَ َوا ِع َد ِمنَ ْالبَ ْي‬Dan (ingatlah) ketika
Ibrahim meninggalkan pondasi Baitullah bersama Ismail” [dari ayat no 127].

Halaman 33

Terdapat ungkapan di dalam fiil mudori yang dikisahkan dari fiil madhi, dimana untuk
menghadirkan gambaran, seakan akan terlihat lansung oleh mata, dan seakan akan orang yang
mendengar ini melihat dan menyaksikan. Ini merupakan sebagian dari keindahan ilmu bayan.
 ِ ‫“ )التَّوَّابُ الر‬Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” [ayat
Dalam firman-Nya : (‫َّح ْي ُم‬
nomo 128]. Terdapat redaksi- redaksi mubalaghoh (melebihkan).
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ‫“ ) َو َم ْن يَّرْ غَب‬dan orang yang membenci” [ayat nomor
130].
Terdapat istifham al inkari (kata tanya untuk penolakan) dan celaan yang terdapat di dalam
makna penafian yaitu (laa yarghobu) yaitu tidak membenci kaumnya Ibrahim kecuali orang –
orang yang bodoh.
 ّ ٰ َ‫ َر ِة لَ ِمن‬w‫“ ) َواِنَّهٗ فِى ااْل ٰ ِخ‬Dan sesungguhnya di akhirat dia
Dalam firman-Nya : ( َ‫لِ ِح ْين‬w ‫الص‬
termasuk orang-orang saleh”. [ayat nomor 130].
Dalam ayat ini ada jumlah muakkadah (kalimat penguat) dengan inna dan lam yang mana
keduanya itu untuk mengkabarkan atas kondisi tertentu , dan jumlah tersebut itu
membutuhkan kepada penegasan, dan ini beda dengan kondisi dunia yang bahwasannya
diketahui dan disaksikan.
 Dalam firman-Nya : (‫(“ )اِ ْذ قَا َل لَهٗ َرب ٗ ُّٓه اَ ْسلِ ۙ ْم‬Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya
(Ibrahim), “Berserahdirilah!.
Ayat ini masuk di dalam bab iltifat karena konteksnya (‫ ) إِ ْذ قُ ْلنَا‬dan iltifat ini termasuk dari
sebagian keindahan ilmu bayan. Dengan simbol ketuhanan untuk menampakkan lebih banyak
lagi kelembutan dan oleh karena itu datanglah jawaban nabi Ibrahim datang atas metode ini,
kemudian Ibrahim berkata dan aku telah pasrah kepadamu dengan sempurna kekuatan
keislamannya, kekhusyuan, kepatuhannya serta taat yang bagus.
 Dalam firman-Nya ( َ‫ك‬wِ‫“ ٰ)ابَ ۤا ِٕٕى‬nenek moyangmu” [ayat nomor 133].
Di dalam ayat tersebut mencakupi paman, ayah dan kakek, dan kakeknya adalah Ibrahim dan
pamannya adalah Ismail dan ayahnya adalah nabi Ishaq. Ini termasuk di dalam bab taghlib
(mendominasi ), ini dari sebagian majaz majaz yang dikenal.
 ٰ ‫“ ) َوقَالُوْ ا ُكوْ نُوْ ا هُوْ دًا اَوْ ن‬Dan mereka berkata, “Jadilah
Dalam firman-Nya : (‫َص ٰرى تَ ْهتَ ُدوْ ا‬
kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.”
Dalam ayat tersebut terdapat majaz bil hazfi (majaz dengan ada kata yang dibuang),
maksudnya orang yahudi berkata jadilah kalian yahudi dan orang nasrani berkata jadilah
kalian orang nasrani. dan maknanya bukan 2 kelompok karena kedua dalam setiap kelompok
ini, akan di hitung agama yang bathil.

Halaman 34

Maknanya bukan berarti sesungguhnya 2 golongan yang mereka katakan demikian karena
sebenarnya setiap 2 golongan kembali kepada agama lain secara batil.
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬www‫الس‬ ‫هّٰللا‬
 َ ‫يَ ْكفِ ْي َكهُ ُم ُ ۚ َوه‬www‫“ ) فَ َس‬Maka Allah akan
َّ ‫و‬wwwُ
memeliharamu dari –pemusuhan- mereka itu, Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. [ayat nomor 137].
Dalam ayat ini terdapat ijaz (ringkasan) dzahir yaitu Allah akan mencukupimu dari keburukan
mereka. Fiil yang didahuli dengan sin bukan saufa menginformasikan bahwa munculnya
permusuhan mereka itu akan menjadi nyata dalam waktu dekat.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ً‫ ْب َغة‬w ‫ص‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ َ‫نُ ِمن‬w ‫ ْب َغةَ ِ ۚ َو َم ْن اَحْ َس‬w ‫ص‬
ِ ) “Celupan Allah, dan
siapakah yang lebih baik celupannya dari Allah”. [ayat nomor 138].
Dinamai agama dengan celupan dengan cara isti’arah, dimana jelas cirinya kepada orang
mukmin seperti jelasnya bekas warna terhadap pakaian.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) قُلْ اَتُ َح ۤاجُّ وْ نَنَا فِى هّٰللا ِ َوهُ َو َربُّنَا َو َربُّ ُك ۚ ْم‬Katakanlah apakah kamu
hendak memperbantahkan tentang Allah Padahal Ia adalah Tuhan kami dan Tuhan
kami”. [ayat nomor 139].
Istifham (pertanyaan) yang berfungsi sebagai merendahkan dan mencela.

Halaman 35

Juz Kedua dari Al Quran

 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) ِم َّم ْن يَّ ْنقَلِبُ ع َٰلى َعقِبَ ْي ۗ ِه‬siapa yang berbalik ke belakang” [dari
ayat no 143] Metafora representatif (isti’aaroh tamtsiliyyah) dimana seseorang yang
menyimpang dari agamanya diwakili oleh seseorang yang berbalik.
 ٌ ْ‫لَ َرءُو‬  ) “Sungguh Allah Maha Penyayang kepada
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ف َّر ِح ْي ٌم‬
manusia” [dari ayat no 143] Kemurahan hati adalah bentuk teramat kasih sayang (Allah)
maka Dia memperlihatkan informasi sebagai bentuk pemeliharaan/perhatian yang
pasti/final dan huruf mim ini, Dalam Firman Allah ta’ala ( ‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ٍْم‬
ِ ) dan pada Firman-
ٌ ْ‫لَ َرءُو‬  ) keduanya adalah bentuk Shigah Mubalaghah.
Nya ( ‫ف َّر ِح ْي ٌم‬
 َ َ‫“ ) فَ َو ِّل َوجْ ه‬Maka hadapkanlah wajahmu”[ayat no 144]
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ك‬
adalah bentuk majaz mursal dimana dia (yang diberi kitab) memalingkan wajah dan
menginginkan diri terlepas sebagian dan terlepas keseluruhan.
 َ ‫ ْن اَتَيْتَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬wِ‫“) َولَ ِٕٕى‬Dan walaupun engkau
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب‬
(Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang orang yang diberi Kitab
itu” [ayat no 145] Penempatan Ishim Maushul (Alladzina) terdapat dhomir yang
menandakan kesempurnaan dari kondisi buruk mereka dari sikap keras kepala
(perlawanan).

  
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ ِن اتَّبَعْتَ اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم‬wِ‫“ ) َولَ ِٕٕى‬Dan jika engkau mengikuti keinginan
mereka” [dari ayat no 145] merupakan bagian dari hal yang menjengkelkan dan membuat
meradang untuk bertahan dalam kebenaran.
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫“ ) َو َمٓا اَ ْنتَ بِتَابِ ٍع قِ ْبلَتَهُ ْم‬dan engkau pun tidak akan mengikuti
kiblat mereka” [dari ayat no 145] Kalimat ini disampaikan sebagai bentuk penyangkalan
َ َ‫) َّما تَبِعُوْ ا قِ ْبلَت‬karena itu adalah kalimat kata benda pertama dan untuk
dari FirmanNya (‫ك‬
mengkonfirmasi penolakannya terhadap bab dua.

Halaman 36

 Dalam Firman Allah ta’ala ‫ا َءهُ ْم‬wۤ wَ‫وْ نَ اَ ْبن‬wwُ‫ْرف‬


( ِ ‫هٗ َك َما يَع‬wwَ‫ْرفُوْ ن‬ َ ‫ [ )اَلَّ ِذ ْينَ ٰاتَ ْي ٰنهُ ُم ْال ِك ٰت‬ayat no 146]
ِ ‫ب يَع‬
Terdapat mursal mufassil yaitu mereka mengetahui Muhammad dengan pengetahuan yang
jelas seperti mengetehui anak- anak mereka , bahwasannya umar ra berkata kepada
Abdullah bin salam .
Apakah engkau mengetahui Muhammad sebagaimanan enkau mengetahui anakmu,
dan kebanyakan orang orang yg terpercaya dari langit ke bumi dengan sifatnya, maka aku
telah mengeathuinya, dan aku tidak ragu bahwasannya dia adalah nabi dan adapun anakku
aku tidak mengetahui
 Dalam Firman Allah ta’ala ( ‫“ ) َك َمٓا اَرْ َس ْلنَا فِ ْي ُك ْم َرسُوْ اًل ِّم ْن ُك ْم‬Sebagaimana Kami telah mengutus
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu” [ pada ayat no 151 ]
Dalam ayat tersebut antara ( ‫ ) اَرْ َس ْلنَا‬dan ( ‫ ) َرسُوْ اًل‬itu adalah dari jenis musytaq yang sama
dan ini termasuk dari mahaasinul badi’iyyah.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ب َو ْال ِح ْك َمة‬
َ ‫“ ) َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِك ٰت‬dan mengajarkan kepadamu Kitab
(Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah)” [Pada ayat no 151] Setelahnya ada firman Allah
Ta’ala ( َ‫“ ) َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َّما لَ ْم تَ ُكوْ نُوْ ا تَ ْعلَ ُموْ ۗن‬serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
Merupakan bentuk penyebutan umum dahulu dari yang khusus dan ini berguna untuk
keseluruhan (syumul) dan hal ini dinamakan dengan ithnab.
 ٌ ‫“ ) َواَل تَقُوْ لُوْ ا لِ َم ْن يُّ ْقتَ ُل فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ اَ ْم َو‬Dan janganlah
Di Dalam Firman Allah ta’ala ( ‫ات ۗ بَلْ اَحْ يَ ۤا ٌء‬
kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati.
Sebenarnya (mereka) hidup.” [pada ayat no154] terdapat majaz bil hadzfi yaitu (laa
takuulum amwaatun bal ahyaau) dan terdapat pula kecocokan antara keduanya.
 ِ ْ‫ف َو ْالجُو‬
Dalam Firman Allah ta’ala ( ‫ع‬ ِ ْ‫“ ) َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِّمنَ ْال َخو‬Dan Kami pasti akan menguji
kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan” [pada ayat no 155] berguna untuk taqlil/
mensedikitkan yaitu dengan sesuatu yang kecil.
ٰۤ ُ
 Dalam Firman Allah ta’ala ( ٌ‫ت ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو َرحْ َمة‬
ٌ ‫صلَ ٰو‬
َ ‫كَ َعلَ ْي ِه ْم‬wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫[ ) ا‬pada ayat no 157] “Mereka
itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya”

Halaman 37

Tanwin pada keduanya untuk memuliakan dan penunjukan dengan judul rububiyyah
serta diidofatkan kepada domir hum (robbuhum/Tuhan mereka) untuk menjelaskan
bertambahnya pertolongan kepada mereka.
ٰۤ ُ
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْهتَ ُدوْ ن‬
َ wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ َوا‬ ) “Dan mereka orang-orang yang mendapat
petunjuk” [ ayat nomor 157]. Merupakan Uslub Qashr yaitu bab pemendekan sifat
kepada yang disifatkan (dijelaskan).

  
Dalam firman Allah ta’ala : ( ِ ‫ ِر هّٰللا‬wِ‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِم ْن َش َع ۤا ِٕٕى‬
َّ ‫“ ) اِ َّن ال‬Sesungguhnya Safa dan
Marwah merupakan sebagian syi‘ar (agama) Allah.” [ ayat nomor 158]. Merupakan Iijaz
bil hadzfi yaitu bagian dari syiar-syiar agama Allah.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َشا ِك ٌر َعلِ ْي ٌم‬Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui” [ayat
nomor 157]. Merupakan bentuk ketetapan dalam ketaatan. Abu Sa’ud berkata, diibaratkan
seperti itu bahwa syukur untuk melebihkan kebaikan kepada hamba-Nya. Maka disebutlah
syukur. Dimaksudnya sebagian dari cara mengumpamakan.(majaz).
  
Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ ‫يَ ْل َعنُهُ ُم هّٰللا‬  ) “ dikutuk oleh Allah “ [ayat nomor 159].
Pembalikkan dari domir mutakalim kepada ghoib karena asalnya (fiil madi : Kami
mengutuk mereka), tetapi dalam menjelaskan isim jalil (dikutuk oleh Allah) membawa
kegelisahan dan rasa takut dalam hati.
 ٰ ‫وي ْلعنُهُم‬  ) “Dan dikutuk pula oleh makhluk-makhluk
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫اللّ ِعنُوْ ۙن‬ ُ َ ََ
yang mengutuki.” [ayat nomor 159]. Jenis isytiqoq (asal usul kata) yaitu dari keindahan
ilmu badi’.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ‫“ ) ٰخلِ ِد ْينَ فِ ْيهَا ۚ اَل يُ َخفَّفُ َع ْنهُ ُم ْال َع َذاب‬Mereka kekal di dalamnya.
Tidak diringankan siksa dari mereka dan tidak pula mereka diberi tenggang waktu.”
[ayat 162]. Yaitu dalam laknatnya atau dalam neraka. Lafaz an-nar diberi domir untuk
membesarkan keadaannya dan menakuti keadaannya.

  
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) َواَل هُ ْم يُ ْنظَرُوْ ن‬Dan tidak pula mereka diberi tenggang
waktu.” [ayat nomor 162]. Jumlah ismiyah mengindikasikan selamanya dicegah dan
keberlangsungannya.
 ِ ‫“ ) َواِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّا ِح ۚ ٌد ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هُ َو الرَّحْ مٰ نُ الر‬Dan Tuhanmu yang
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫َّح ْي ُم‬
patutjadi sembahanmu, adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan melainkan Dia,
Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” [ayat nomor 163].
Halaman 38

Berita itu disampaikan tanpa konfirmasi, sehingga menjadi penyangkal status ketidak-
munkaran , padahal di tangan mereka ada bukti bukti yang terang dan argument yang pasti,
jika mereka telah merenungkannya, mereka akan menemukan di dalamnya sangat
meyakinkan.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ِ ‫“ ) َكحُبِّ هّٰللا‬Seperti mencintai Allah” [dari ayat no 165]
Didalamnya ada tasybihnya mursal mujmal dimana disebutkan adatnya dan dibuang
wajah syabahnya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ِ ‫“ ) اَ َش ُّد ُحبًّا هّٰلِّل‬Sangat besar cintanya kepada Allah” [dari ayat
no 165] Pelafalan dengan kata tersebut sangat tepat disampaikan daripada mengatakan
(saya mencintai), seperti Firman-Nya Ta’ala : ( ً‫“ )فَ ِه َي َك ْال ِح َجا َر ِة اَوْ اَ َش ُّد قَس َْوة‬Sehingga (hatimu)
seperti batu, bahkan lebih keras “ dengan valid dikatakan “lebih keras”
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُم ْٓوا‬ ) “Sekiranya orang orang yang berbuat
zalim itu melihat” [ dari ayat no 165] Menempatkan ishim dhohir menjadi ishim dhomir
(sekiranya mereka melihat) untuk menghadirkan gambaran di benak pendengar dan
mencatat penyebab (yang menjerumuskan) ke dalam adzab pedih dan itu adalah
kezaliman (ketidakadilan) yang melampaui batas.

   ْ ‫اب َوتَقَطَّ َع‬


Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ‫ت بِ ِه ُم ااْل َ ْسبَاب‬ َ ‫ َو َراَ ُوا ْال َع َذ‬ ) “dan mereka melihat adzab
dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus” [dari ayat no 166] Salah satu ilmu
badi’ dan itu dinamakan at-Tarshî' (homoeptoton) dan membentuk perkataan sajak (kalam
masju’)
 ِ َّ‫َار ِج ْينَ ِمنَ الن‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ار‬ ِ ‫“ ) َو َما هُ ْم بِخ‬dan mereka tidak akan keluar dari
api neraka” [ dari ayat no 167] merupakan jumlah ismiyah (kalimat yang di awali kata
benda) dan maksundya dengan shighoh (bentuk ) ini adalah untuk memberi manfaat pada
keabadian api neraka.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ي ْٰط ۗ ِن‬w ‫الش‬
َّ ‫ت‬ِ ‫و‬wٰ wُ‫وْ ا ُخط‬ww‫“ ) َّواَل تَتَّبِ ُع‬dan jangan kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu” [ dari ayat no 168]
Isti’arah (majaz) untuk meniru dia (setan) dan mengikuti jejaknya, dia berkata dengan
meringkas penjelasan : itu adalah ungkapan yang paling jelas dari peringatan terhadap
ketaatan pada apa yang Dia perintahkan dan dengan menerima perkataanNya tentang apa
yang harus dia lakukan.

Halaman 39

 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫بِالس ُّۤوْ ِء َو ْالفَحْ َش ۤا ِء َواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬  ) “agar berbuat
jahat dan keji, dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.“ dari ayat
169 pada bab ini umumnya karena keburukan berhubungan dengan segala maksiat dan
perbuatan keji lebih buruk dari perbuatan maksiat.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ َو َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا‬  ) “Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang
yang kafir” [Pada ayat 171 ] Di dalamnya ada tasybihnya mursal dan majmal mursal
untuk penyebutan adat dan majmal lihadzfi wajah syabahnya yaitu menyamakan orang
kafir sama seperti dengan binatang yang mendengar suara panggilan tanpa
mengerti/faham perkataan dan faham tujuannya.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ص ٌّم ۢ بُ ْك ٌم ُع ْم ٌي فَهُ ْم اَل يَ ْعقِلُوْ ن‬
ُ   ) “(Mereka) tuli, bisu dan buta,
maka mereka tidak mengerti.” [Pada ayat no 171]. Ada tashbih dan wajhut tashbih di
hapus. Yaitu adalah tashbiih baligh. Yaitu mereka seperti bisu tuli karena tidak adanya
pendengaran terhadap kebenaran seperti buta, bisu di dalam mengambil manfaat dalam
cahaya al-Qur’an.
ٰۤ ُ
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ك َما يَأْ ُكلُوْ نَ فِ ْي بُطُوْ نِ ِه ْم اِاَّل النَّا َر‬
َ wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫“ ) ا‬mereka hanya menelan api
neraka ke dalam perutnya.” [pada ayat no 174]. Majaz mursalah mempertimbangkan apa
yang di tafsirkn padanya, sesungguhnya mereka memakan harta yang haram yang
mengarahkan mereka ke neraka .
 dan Pada Firman-nya ( ‫ ) فِ ْي بُطُوْ نِ ِه ْم‬meningkatkan penindasan dan rasa jijik terhadap
kondisi mereka dan persepsi mereka tentang seseorang yang mengambil deskripsi
Jahannam , itu yang paling positif dan paling serius.

 Dalam Firman Allah ta’ala : (‫اب‬ ‫ا‬


َ ‫ ْشتَ َر ُوا الض َّٰللَةَ بِ ْاله ُٰدى َو ْال َع َذ‬ ) “membeli kesesatan dengan
petunjuk dan azab.” [pada ayat no 175]. Hal ini merupakan sebuah Istiaroh dan yang
dimaksud dengan orang orang kafir menukar kekafiran dengan keimanan dan sungguh ini
sudah ada pada awal surat dan ini disebut “isti’aroh”

Halaman 40

Menjadikan kata al birr (kebajikan) orang yang beriman dengan cara mubalagoh
(melebihkan). Ini secara umum dikenal dalam percakapan ahli bahasa dimana mereka berkata
dermawan itu mesti dan rambut itu mengembang.
 ِ ۚ ‫فى ال ِّرقَا‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب‬ ِ ‫ ) َو‬dan pada budak). [ayat nomor 177]. Merupakan
IIjaz bil hadzfi (membuang) yaitu dalam memaknai budak yakni tebusan tawanan, dalam
lafadz riqob (budak) merupakan majaz mursal dimana disandarkan pada hamba sahaya,
yang dimaksud disini ialah diri jiwa dari bab melepaskan sebagian yang dimaksud
keseluruhan.
ْ ۤ َّ ‫صبر ْينَ فِى ْالبَأْ َس ۤا ِء َوال‬
 ِ ۗ ‫ضرَّا ِء َو ِح ْينَ ْالبَأ‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫س‬ ِ ِ ّ ٰ ‫“ ) َوال‬dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, san sewaktu perang. Mereka itulah orang-orang
yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa).” [ ayat nomor 177]. Asalnya
dirafakan seperti firman Allah : ( ‫ َو ْال ُموْ فُوْ نَ بِ َع ْه ِد ِه ْم‬  ). Sebenarnya dinasabkan karena untuk
pengkhususan yaitu mengkhususkan penyebutan orang-orang yang sabar. Ini adalah gaya
yang dikenal diantara ahli bahasa jika menuturkan sifat yang terpuji atau tercela dan
diakhiri irab nya pada sebagian. Secara pasti hal ini dinamai karya seni karena berubahnya
yang ditulis mengindikasikan pada bertambahnya kepedulian akan keadaannya dan
sensasi bagi pendengarnya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫“ ) ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬Hai
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
orang-orang yang berimana, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu” [ ayat nomor 183]. Penyerupaan dalam makna fardu,
makanya bukan fardu kifayah maksudnya difardukan bagimu berpuasa sebagaimana
difardukan kepada umat sebelummu. Penyerupaan ini dinamai mursal mujammal.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر‬Dan barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari yang lain.” [ayat nomor 185]. Pada ayat ini diringkas
dengan hadzaf (membuang) yaitu barang siapa yang sakit lalu berbuka atau dalam
perjalanan lalu berbuka maka wajib baginya mengqada puasa dengan jumlah hari
sebanyak yang ia batalkan.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َو َعلَى الَّ ِذ ْينَ يُ ِط ْيقُوْ نَهٗ فِ ْديَةٌ طَ َعا ُم ِم ْس ِك ْي ۗ ٍن‬Dan bagi orang-orang
yang tidak sanggup melakukan nya maka hendaklah membayar fidyah.” [ayat nomor
184]. Dalam tafsir Al-Jalalain , memperkirakannya dengan membuang “huruf La”, artinya
mereka tidak bisa mentolerirnya dan penghapusan ini tidak di perlukan ….
Halaman 41

Karena makna ayat yang mereka toleransi dengan susah payah itu, untuk orang tua,
ibu hamil dan ibu menyusui . Mereka bisa tertapi dengan kesulitan yang berlebihan, maka
tokoh (tenaga /kekuatan) adalah sebutan bagi mereka yang mampu melakukan sesuatu dengan
sulit dan susah.35
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر‬Allah menghendaki
kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” [dari ayat no 185] Pada
ayat tersebut adalah Al-Muhsinaat Al-Badii’iyyah (keindahan teks), disebut dengan thibaq
salbi (menjejerkan dua kalimat dengan menggunakan adat an-nafy atau kata yang dapat
menegatifkan)
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ ُك ْم‬wِ‫ث اِ ٰلى نِ َس ۤا ِٕٕى‬
ُ َ‫ “ ) اُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ الصِّ يَ ِام ال َّرف‬Dihalalkan bagimu pada
malam hari puasa bercampur dengan istrimu.” [dari ayat no 187] Kinayah untuk
hubungan seksual
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) ه َُّن لِبَاسٌ لَّ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم لِبَاسٌ لَّه َُّن‬Mereka adalah pakaian bagimu,
dan kamu adalah pakaian bagi mereka” [dari ayat no 187] Isti’aarah badii’ah (keindahan

35
Tafsir Muhammad Ali As-Shabuni , Juz 2, Hal 107
kata) syabahnya (mempersamakan) setiap pasangan yang termasuk pada kepemilikannya
(saling memiliki) dalam sebuah ikatan (perjanjian) dan menyatu dengan pakaian yaitu
memasukan pakaiannya, ia mengatakan dengan meringkas pernyataan tersebut : yang
dimaksud kedekatan sebagian satu sama lain adalah memasukkan satu dengan yang lain
sama seperti pakaian terhadap tubuh , maka pakaian adalah isti’arah (metafora) 36
 Dalam firman Allah ta’ala : (‫(“ ) ْال َخ ْيطُ ااْل َ ْبيَضُ ِمنَ ْال َخ ْي ِط ااْل َ ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ۖ ِر‬Perbedaan) antara
benang putih dan benang hitam, yaitu Fajar” [dari ayat no 187] Al-Sharif Al-Radi
berkata : ini adalah isti’aarah ajiibah (metafora yang indah) dan yang dimaksud dengan
putihnya pagi, kegelapan malam dan dahan yang lembut adalah sebuah majaz , dia
menyamakannya dengan itu karena putihnya pagi adalah kecerahan yang tersembunyi saat
matahari terbit dan kegelapan malam akan berlalu , karena mereka semua lemah , kecuali
bahwa ini (matahari) semakin meluas dan Az-Zamakhshari melanjutkan dengan
mengatakan bahwa itu tasybih baligha

Halaman 42

 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫اس َو ْال َح ِّج‬ ُ ‫لُوْ نَكَ َع ِن ااْل َ ِهلَّ ِة ۗ قُلْ ِه َي َم َواقِي‬wََٔ‫“ ) يَسٔـ‬Mereka bertanya
ِ َّ‫ْت لِلن‬
padamu Muhammad tentang bulan tsabit katakanlah itu adalah petunjuk waktu bagi
manusia dan oibadah haji” [pada ayat no 189] Ini jenis al badi’ yang corak coraknya
mempunyai pemahaman, kemudian seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW .tentang
bulan tsabit dari apa yang kelihatannya kecil, dan kemudian meningkat sampai ke
cahaya ? dia memahami pernyataan al hikmah dengan kelayakannya dan kemudian dia
berkata: sebaik baiknya anda bertanya tentang hikmah penciptaan bulan bulan, bukan
alasan kenaikannya diawal bulan dan penurunannnya dari ahir dan inilah disebut
(balaghoh al hakiimi)
 ۗ ‫ص‬
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٌ‫اص‬ ُ ٰ‫“ )اَل َّش ْه ُر ْال َح َرا ُم بِال َّشه ِْر ْال َح َر ِام َو ْال ُحرُم‬Bulan haram dan
َ ِ‫ت ق‬
bulan haram dan terhadap sesuatu yang dihormati berlaku hokum qisas” [pada ayat 194]
Di dalamnya ada I’jaz bil hadzfi ; yaitu bulan yang dimuliakan ( barang siapa menciderai
kehormatan bulan mulia akan di balas pula dengan menciderai kerhormatan bulan mulia)
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ )فَ َم ِن ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم فَا ْعتَ ُدوْ ا َعلَ ْي ِه بِ ِم ْث ِل َما ا ْعت َٰدى َعلَ ْي ُك ْم‬Oleh sebab itu
barang siapa menyerang kamu maka seranglah dia setimpal dengan serangan terhadap

36
Ringkasan Pernyataan
kamu” [pada ayat 194] Hukum atas (al ‘udwaanu ‘udwaana ) pada masalah ini, yaitu
kesepakatan dalam kata-kata dengan perbedaan makna, seperti perkataan-Nya Ta’ala
(contohnya hukuman keburukan pada sesuatu yang buruk) berkata zujazd: al ‘arobi
mengatakan ini dan itu yang menganiaya saya, jadi saya menganiaya dia . seperti itulah
hadiah pada kesalahannya.
 ُ ‫ ْد‬w َ‫ َغ ْاله‬w ُ‫“ ) َح ٰتّى يَ ْبل‬Sebelum hadyu sampai di tempat
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٗ‫ي َم ِحلَّه‬
penyembelihannya” [pada ayat no 196] Perumpamaan untuk pemotongan yang ada di kata
al ihtishor
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ )فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا اَوْ بِ ٖ ٓه اَ ًذى ِّم ْن ر َّْأ ِس ٖه‬Jika ada di antara kamu
yang sakit atau ada gangguan dikepalanya.” [pada ayat no 196] Di dalamnya ada ‘I’jaz
bilhazdfi : siapa yang sakit dan telah mencukur kepalanya atau dengan itu kepalanya
rusak, maka dia mencukur, dia harus membayar uang tebusan.

Halaman 43

 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َو َس ْب َع ٍة اِ َذا َر َج ْعتُ ْم‬Dan tujuh hari lagi jika kamu pulang.”
[ayat nomor 196]. Pada ayat ini terdapat pembalikan makna dari ghaib kepada mukhatab
dan hal ini termasuk dari keindahan penciptaan.
 َ ‫“ ) تِ ْل‬Itulah sepuluh hari yang sempurna.” [ayat
Dalam firman Allah ta’ala : ( ٌ‫ك َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬
196]. Penyeluruhan setelah dirinci. Inilah dari bagian bab itnab, fungsinya menambah
penguatan dan melebihkan dalam menjaga puasanya serta tidak meremehkannya.
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
 ِ ‫د ْال ِعقَا‬wُ ‫“ ) َواتَّقُوا َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َش ِد ْي‬Dan bertakwalah kamu
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب‬
kepada Allah serta ketahuilah bahwa Allah amat berat siksaan-Nya.” [ayat nomor 196].
Menjelasakan isim yang agung dalam tempat domir untuk menumbuhkan rasa takut dan
memasukkan kengerian.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ق َواَل ِجدَا َل فِى ْال َح ِّج‬
َ ْ‫ث َواَل فُسُو‬
َ َ‫“ ) فَاَل َرف‬Maka tidak boleh ia
mencampuri istri dan jangan berbuat kefasikan dan jangan berbantah-bantahan sewaktu
mengerjakan haji itu.” [ ayat nomor 197]. Sighat nafiy (meniadakan) hakikatnya nahy
(larangan) yaitu jangan mencampuri istri dan jangan berbuat fasik, hal tersebut
menjelaskan larangan yang jelas dengan mendatangkan sighat khabar, tujuannya ialah
larangan yang dilebihkan secara nyata.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) فَ ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ َك ِذ ْك ِر ُك ْم ٰابَ ۤا َء ُك ْم اَوْ اَ َش َّد ِذ ْكرًا‬Maka berdzikirlah
kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu bahkan lebih banyak
lagi dari itu.” [ayat nomor 200]. Tasybih tamsili (penyerupaan yang diserupakan) dinamai
juga mursal mujammal.
 Perbandingan yang halus di antara firman-Nya ta’ala : ( ‫اس َم ْن يَّقُوْ ُل َربَّنَٓا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا‬
ِ َّ‫“ )فَ ِمنَ الن‬Di
antara manusia ada yang berdoa: Ya Tuhan kami berilah kami di dunia”. [ayat nomor
200].
 Dan di antara firman Allah ta’ala :
َ ‫) َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن يَّقُوْ ُل َربَّنَٓا ٰاتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َّوفِى ااْل ٰ ِخ َر ِة َح َسنَةً َّوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
( ‫ار‬
“Dan di antara mereka ada pula yang berdoa : Ya Tuhan kami berilah kami di dunia
kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari siksa neraka.” [ayat nomor
201].
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ق هّٰللا َ اَ َخ َذ ْتهُ ْال ِع َّزةُ بِااْل ِ ْث ِم فَ َح ْسبُهٗ َجهَنَّ ُم‬
ِ َّ‫“ ) َواِ َذا قِي َْل لَهُ ات‬Dan jika
dikatakan kpadanya : Bertakwalah Kamu kepada Allah, bangkitlah kesombongannya
yang menyebabkan berbuat dosa. Maka cukuplah baginya neraka Jahannam.” [ayat
nomor 206].
Halaman 44

Dia menyebut istilah “Al-Itsmu / Dosa” dengan perkataan “Al-Izzah/Kemuliaan”,


yang terbayang bahwa yang dimaksud adalah Al-Izzah Al-Mamdouh (Kemuliaan yang
terpuji), namun sesungguhnya yang dimaksud Al-Izzah al-Mamdouh (Kemuliaan yang
terpuji), adalah penyebutan dosa yang menandakan bahwa itu adalah kehormatan yang patut
dicela.

 Dalam Firman Allah Ta’ala : ( ‫س ْال ِمهَا ُد‬  


َ ‫“ ) َولَبِ ْئ‬dan sungguh (Jahannam itu) tempat tinggal
yang buruk” [dari ayat no 206] . Ini termasuk bab Tahkim yaitu dijadikan baginya selimut
dan bantal neraka Jahannam, maka (mereka) dimuliakan seperti itu sebagaimana seorang
ibu memuliakan anaknya dengan selimut dan bantal tempat tidur.
 Dalam Firman Allah Ta’ala : ( َ‫“ ) هَلْ يَ ْنظُرُوْ ن‬Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu” [dari
ayat no 210] merupakan bentuk Istifham Inkari dalam arti negatif sebagai pengganti
datang kecuali stelah apa yang mereka nantikan.
 Dalam Firman Allah Ta’ala : ( ‫فِ ْي ظُلَ ٍل ِّمنَ ْال َغ َم ِام‬  ) “dalam naungan awan” [dari ayat no 110]
Penolakan intimidasi sangatlah mengerikan dan menakjubkan karena kebanyakan yang
mendominasi orang yang melihat apa yang di dalam “sedangkan perkara (mereka) telah
diputuskan” adalah bersimpati hingga saat ini “datangnya (adzab) Allah” sedangkan apa
yang menunjukkan kepada bentuk lampau adalah indikasi penyidiknya seolah olah telah
menandatangani.
‫هّٰللا‬
 ِ ‫د ْال ِعقَا‬wُ ‫“ ) فَا ِ َّن َ َش ِد ْي‬Allah sangat keras hukuman-Nya” [dari
Dalam Firman Allah Ta’ala : ( ‫ب‬
ayat no 111] Menunjukkan ishim jalil (nama yang mulia/terhormat) untuk Pendidikan
prestise dan pengenalan keindahan dalam jiwa.
 Dalam Firman Allah Ta’ala : ( ‫“ ) ُزيِّنَ لِلَّ ِذ ْينَ َكفَرُوا ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَا َويَ ْس َخرُوْ نَ ِمنَ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا‬Kehidupan
dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang orang kafir , dan mereka menghina
orang orang yang beriman” [dari ayat no 112] Allah yang Maha Suci menyatakan (Indah)
di masa lalu karena dianggap biasa yang berpusat pada sifat mereka dan simpatik
kepadanya pada masa sekarang “dan mengejek” menunjukkan kelanjutan dari mengejek
mereka , karena shigoh al mudhori (bentuk sekarang) berguna untuk keabadian dan
kesinambungan.
 Dalam Firman Allah Ta’ala : ( ً‫“ ) َكانَ النَّاسُ اُ َّمةً وَّا ِح َدة‬Manusia itu (dahulunya) satu umat”
[dari ayat no 113] Ijaz bihadfi (ringkasan penghapusan) dalam arti orang orang dulunya
satu bangsa diatas keimanan dan berpegang pada kebenaran, kemudian mereka berselisih
pendapat , maka Allah mengutus para Nabi dan menunjukkan perkataan yang dihilangkan
(untuk menilai diantara orang orang, dalam perkara apa mereka berbeda).
Halaman 45

 Dalam firman Allah ta’ala : ( ٌ‫“ ) آَاَل اِ َّن نَصْ َر هّٰللا ِ قَ ِريْب‬Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat.” [ayat nomor 214]. Pada ayat ini terdapat sejumlah penegasan yang
menunjukkan untuk meraih kemenangan.
o Pertama : diawali dengan jumlah adat istiftah ( ‫ ) آَاَل‬yang berfungsi menguatkan.
o Kedua : disebutkan lafadz ‫ اِ َّن‬yang menunjukkan pada penegasan / penguatan juga.
o Ketiga : pemakaian jumlah ismiyyah daripada jumlah fi’liyyah. Tidak dikatakan
‫رون‬www‫( ستنص‬dengan fiil mudore). Ekspresi dari jumlah ismiyyah mengartikan
penguatan.
o Keempat : diidofatkannya lafadz ‫ النصر‬kepada ‫رب العالمين‬, yang berkuasa atas segala
sesuatu.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َوهُ َو ُكرْ هٌ لَّ ُك ْم‬Padahal hal itu suatu kebencian.” [ pada ayat
no 216]. Menyimpan masdar (kebencian) pada tempat isim maf’ul (yang dibenci) untuk
melebihkan seperti ucapan bintang-bintang itu saling berhadapan dan membelakangi.
 ٓ ٰ ‫ا َّوهُ َو َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۚ َوع‬wًًٔ‫َسى اَ ْن تَ ْك َرهُوْ ا َش ْئـ‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ ٌّر لَّ ُك ْم‬w‫ َو َش‬wُ‫ا َّوه‬wًًٔ‫ى اَ ْن تُ ِحبُّوْ ا َش ْئـ‬w‫َس‬ ٓ ٰ ‫) َوع‬
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal baik bagi kamu, dan boleh jadi pula kamu
menyukai sesuatu padahal amat butuk bagi kamu).” [ayat nomor 216]. Diantara kedua
jumlah ini merupakan sebagian dari keindahan ilmu badi’ yang dinamai dengan
perbandingan. Karena saling membandingkan di antara yang dibenci dan yang disukai dan
di antara kebaikan dan keburukan.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫وْ ن‬ww‫“ ) َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم َواَ ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬Dan Allah Maha Mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui).” [ayat nomor 216]. Berlapis-lapis dengan peniadaan.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫لُوْ نَكَ َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ۗ ِر‬wََٔ‫“) يَسْٔـ‬Mereka menanyakan kepadamu
tentang minuman keras dan berjudi.” [ayat nomor 219]. Diringkas dengan hadzaf
(membuang) yaitu dari minuman keras dan bermain judi.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬
ِ ۖ َّ‫“ ) قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن‬Katakanlah
kepada mereka pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia
tetapi dosa keduanya lebih besardari pada manfaat keduanya.” [ayat nomor 219].
Merinci dari keseluruhan yang dinamai dalam ilmu balagah dengan itnab.

Halaman 46

Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُوْ ۙن‬ ‫هّٰللا‬ َ ِ‫“ ) َك ٰذل‬Demikianlah Allah
 ِ ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” [ pada ayat 219]. Terdapat
tasybih mursal mujmal.
 ِ ِ‫“ ) ْال ُم ْف ِس َد ِمنَ ْال ُمصْ ل‬Yang membuat kerusakan dari yang
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ح‬
mengadakan perbaikan” [pada ayat 220]. Terdapat thibaq (berkumpulnya suatu perkara
ْ dan “‫ح‬
dengan lawannya dalam suatu kalimat) diantara kata “َ‫”ال ُم ْف ِسد‬ ْ merupakan
ِ ِ‫”ل ُمصْ ل‬
sebagian dari keindahan ilmu badi’.
ٰۤ ُ
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ار ۖ َوهّٰللا ُ يَ ْدع ُْٓوا اِلَى ْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغفِ َر ِة بِا ِ ْذنِ ٖ ۚه‬
ِ َّ‫ك يَ ْد ُعوْ نَ اِلَى الن‬
َ wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫“ ) ا‬Mereka
mengajak ke neraka. Sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya”
[pada ayat 221]. Terdapat thibaq (berkumpulnya suatu perkara dengan lawannya dalam
suatu kalimat) diantara lafadz “an-nar” (neraka) dan “al-jannah” (surga).
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) قُلْ ه َُو اَ ًذ ۙى‬Katakanlah : Haidh itu adalah suatu kotoran”
[pada ayat 222]. Terdapat tasybih baligh, karena dibuangnya adat tasybih dan wajhu
syibhi maka jadilah tasybih baligh. Asalnya secara hakikat sesuatu yang menjijikan
(kotor) itu adalah kotoran (najis).
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َواَل تَ ْق َربُوْ ه َُّن‬dan janganlah kamu mendekati mereka”
[pada ayat 222]. Kinayah (kata yang disamarkan) dari jima’.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َواَل تَ ْق َربُوْ ه َُّن‬maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mngetahui’ [ ayat 227]. Khabarnya pindah dari makna dzahirnya kepada
makna ancaman.
 ُ ‫“ ) َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬Wanita-wanita yang ditalak hendaklah
Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫ت يَتَ َربَّصْ ن‬
menahan diri” [ayat 228]. Khabarnya bermakna amr (perintah). Asal kalimatnya ialah :
hendaklah menahan diri bagi wanita-wanita yang ditalak. Syaikh Zamakhsyari berkata :
keluarnya makna amr (perintah) dalam sighat khabar ialah sebagai penguatan untuk amr
dan pesan, bahwa sebenarnya dari sebagian yang diwajibkan bagi perempuan yang ditalak
agar cepat memenuhi perintah yaitu yang diceritakan di atas. Sedangkan bina (susunan)
dari mubtadanya ialah bermakna bertambahnya penguatan.37
 Di dalam firman Allah ta’ala: ( ‫“ ) اِ ْن ُك َّن ي ُْؤ ِم َّن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر‬jika mereka beriman kepada
Allah dan hari akhirat” [ayat 228].

Halaman 47

Tujuannya bukan untuk membatasi iman, tetapi untuk memprovokasi dan membesar-
besarkan masalah di dalamnya
 ِ ۖ ْ‫“ ) َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬Dan mereka (para perempuan)
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ف‬
mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut” [dari ayat no
228] Ini berisi ringkasan dan kreativitas yang tidak tersembunyi dari orang yang memiliki
pengetahuan tentang ilmu pernyataan tersebut, karena dihilangkan dari yang pertama
dengan bukti-bukti dan dari yang kedua dengan praduga yang pertama dan artinya bagi
mereka atas laki-laki adalah seperti hak yang dimiliki laki-laki atas mereka, dan di
dalamnya di antara perbuatan baik juga ada kontradiksi antara (lahunna) dan (alaihinna)
yang merupakan kontradiksi antara dua huruf.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ْر ْي ۢ ٌح بِاِحْ َسا ٍن‬
ِ ‫ف اَوْ تَس‬ ٌ ۢ ‫(“ ) فَا ِ ْم َسا‬Setelah itu suami dapat)
ٍ ْ‫ك بِ َم ْعرُو‬
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik” [dari ayat no 229] Antara menahan
dan melepaskan ada kontradiksi

37
Al Kasyaf jilid 1 hal.205.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ِ ‫ك ُح ُدوْ ُد هّٰللا‬
َ ‫“ ) تِ ْل‬itulah hukum hukum Allah” [dari ayat no 229]
Menempatkan ishim jalil (nama mulia) ke dalam dhomir dapat meningkatkan martabat,
mengenalkan kemuliaan jiwa, dan mengomentari larangan dengan peringatan untuk
membesar-besarkan ancaman.
ٰ ‫ك هُم‬ ٰۤ ُ
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ َ wِ‫ول ِٕٕى‬ ‫“ ) فَا‬mereka itulah orang orang yang dzalim”
[dari ayat no 229] Membatasi kata sifat pada apa yang dijelaskan
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) فَبَلَ ْغنَ اَ َجلَه َُّن‬lalu sampai (akhir) idahnya” [dari ayat no
231] yaitu mendekati kadaluarsa iddatnya, nama itu diberikan paling banyak, dan itu
bagian dari majaz mursal karena jika masa tungggu itu habis maka tidak dibolehkan
ٍ ْ‫“ ) فَا َ ْم ِس ُكوْ ه َُّن بِ َم ْعرُو‬maka
baginya untuk memegangnya dan Allah Ta’ala berfirman ( ‫ف‬
tahanlah mereka dengan cara yang baik”.
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب َو ْال ِح ْك َم ِة‬ ‫هّٰللا‬
 ِ ‫َّاذ ُكرُوْ ا نِ ْع َمتَ ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َمٓا اَ ْن َز َل َعلَ ْي ُك ْم ِّمنَ ْال ِك ٰت‬
ْ ‫“ ) و‬Ingatlah
nikmat Allah kepada kamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu yaitu Kitab
(Al-Quran ) “ [dari ayat no 231] Pada bab ini artinya simpati/rasa sayang khusus kepada
umum, karena nikmat yang dimaksudkan baginya adalah nikmat Allah dan Kitab dan
sunnah merupakan bagian nikmat ini.

Halaman 48

 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬Serta ketahuilah bahwa Allah
mengetahui segala sesuatunya).” [ayat nomor 231]. Di antara kalimat ketahuilah dan
mengetahui merupakan jenis yang berasal dari satu akar kata.

    
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) اَ ْن يَّ ْن ِكحْ نَ اَ ْز َوا َجه َُّن‬Untuk rujuk dengan suami-suami
mereka.” [ayat nomor 232]. Maksudnya ialah suami-suami mereka yang telah
menceraikan mereka, ini adalah majaz mursal alaqohnya seperti apa adanya.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ض ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن‬ ُ ‫“ ) َو ْال َوالِ ٰد‬Anakmu disusukan oleh orang
ِ ْ‫ت يُر‬
lain.” [ayat nomor 233]. Perintah yang dikeluarkan oleh pembawa berita dalam kehamilan
yang dibesar-besarkan yaitu menyusui, sebagaimana disebutkan diatas dalam firman-Nya
ُ ‫“ ) َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬Dan para istri yang diceraikan”
( َ‫ت يَت ََربَّصْ ن‬

  
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ضع ُْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم‬
ِ ْ‫“ )اَ ْن تَ ْستَر‬menyusukan anakmu kepada orang
lain.” [ayat nomor 233]. Diringkas dengan hadzaf (membuang) yaitu meminta disusukan
oleh ibu susu bagi anak-anakmu, sebagaimana pada ayat ini terdapat pembalikkan makna
dari ghoib kepada mukhotob dikarenakan sebelumnya ( apabila keduanya ingin menyapih)
tujuannya ialah untuk menyenangkan perasaan orang tua seperti anak.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ٗ‫اح َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ ْال ِك ٰتبُ اَ َجلَه‬
ِ ‫ْز ُموْ ا ُع ْق َدةَ النِّ َك‬
ِ ‫“ ) َواَل تَع‬Dan janganlah kamu
pastikan akan mengakadkan nikah sebelum yang tertulis habis waktunya.” [ayat nomor
235]. Dituturkan penentuan untuk melebihkan dalam larangan melangsungkan
pernikahan, jika dilarang maka terlarang pula untuk mengerjakannya dari bab yang lebih
utama.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( َ ‫“ ) َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا‬Dan ketahuilah bahwa Allah.” [ ayat nomor
235]. Mendzhohirkan isim jalil (nama yang mulia) dalam tempat domir untuk
memelihara penghormatan dan kemuliaan dalam jiwa.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َما لَ ْم تَ َمسُّوْ ه َُّن‬Sebelum kamu menyentuh mereka.” [ayat
nomor 236]. Allah mengibaratkan dengan mnyentuh dari kata jima’ karena untuk
mendidik kepada hamba-Nya dalam memilih lafadz yang paling baik ketika sedang
berkomunikasi.
 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َواَ ْن تَ ْعفُ ْٓوا اَ ْق َربُ لِلتَّ ْق ٰو ۗى َواَل تَ ْن َس ُوا ْالفَضْ ل‬Dan bahwa memaafkan
itu lebih dekat kepada ketakwaan dan janganlah kamu lupakan keutamaan.” [ayat nomor
237].

Halaman 49

Khitob ‘am (umum) yang ditujukan baik bagi laki-laki atau pun perempuan,
sedangkan pada ayat tersebut disampaikan dengan cara taghlib (mencakup).

 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ْطى‬  


ٰ ‫“ ) َوالص َّٰلو ِة ْال ُوس‬dan peliharalah shalat wustha” [ ayat

238]. ‘ataf khos (kalimat yang khusus) terhadap ‘ataf ‘am (kalimat yang umum) ialah
untuk menjelaskan bertambahnya keutamaan shalat wustho tersebut. Shalat wustho disini
lebih tepat diartikan sebagai shalat ashar. Terdapat dalam hadits yang mulia : (orang yang
kehilangan shalat ashar, seakan-akan keluarga dan hartanya telah diambil). HR. Bukhari
dan Muslim.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) فَا ِ ْن ِخ ْفتُ ْم‬Jika kamu takut” dan dalam Firman Allah ta’ala
( ‫“ ) فَا ِ َذٓا اَ ِم ْنتُ ْم‬kemudian apabila telah aman” [ayat 239]. Diantara lafadz “khiftum” (kamu
takut) dan “amintun” (telah aman) terdapat thibaq (berkumpulnya suatu perkara dengan
lawannya dalam suatu kalimat), yaitu merupakan sebagian dari kebaikan, Abu Sa’ud
berkata : dalam ungkapan in syartiyyah menerangkan tidak adanya kenyataan dan adanya
rasa takut, sedangkan dalam ungkapan kedua huruf syarat dengan kata “idza” merupakan
sebagian dari kefasihan dan halusnya ungkapan. Apa yang terdapat dalam ayat tersebut
merupakan pelajaran bagi orang yang memiliki pengetahuan (ulul abshar).38
 Dalam Firman Allah ta’ala :
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ۖ ْ‫ف َح َذ َر ْال َمو‬
ِ َّ‫ت فَقَا َل لَهُ ُم ُ ُموْ تُوْ ا ۗ ثُ َّم اَحْ يَاهُ ْم ۗ اِ َّن َ لَ ُذوْ فَضْ ٍل َعلَى الن‬
( ‫اس‬ ِ َ‫اَلَ ْم تَ َر اِلَى الَّ ِذ ْينَ َخ َرجُوْ ا ِم ْن ِدي‬
ٌ ْ‫ار ِه ْم َوهُ ْم اُلُو‬
ِ َّ‫) َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْش ُكرُوْ ن‬
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya,
sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka,”Matilah
kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia
kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur)” [ayat 243].

Abu Hayyan berkata : aku banyak mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an dari segi ilmu
balaghah dan klasifikasi ilmu bayan, diantaranya :
o Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ‫“ ) اَلَ ْم تَ َر اِلَى الَّ ِذ ْين‬tidakkah kamu memperhatikan
orang-orang yang”, terdapat istifham (kata tanya) yang bertujuan untuk ta’ajub
(mengejutkan).
o Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫اهُ ْم‬wَ‫“ ) هُ ُموْ تُوْ ا ۗ ثُ َّم اَحْ ي‬Matilah kamu!” kemudian
Allah menghidupkan mereka, terdapat hadzaf (membuang) taqdirnya
“annahum maatuu summa ahyahum” (sesungguhnya mereka mati kemudian
Allah menghidupkan mereka), dan juga terdapat thibaq (berkumpulnya suatu
perkara dengan lawannya dalam suatu kalimat) diantara lafadz “muutu” dan
“ahyahum”.

ۖ
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ُ‫ۣصط‬
wُُۣ ‫“ ) يَ ْقبِضُ َويَ ْب‬Menahan dan melapangkan.” [pada ayat
245]. Diantara kedua lafadz tersebut terdapat thibaq (berkumpulnya suatu perkara dengan
lawannya dalam suatu kalimat).

Halaman 50

 At-Tikrar/ Pengulangan Dalam Firman Allah ta’ala :


ِ َّ‫اس َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬
( َ‫اس اَل يَ ْش ُكرُوْ ن‬ ِ َّ‫“ )فَضْ ٍل َعلَى الن‬karunia kepada manusia , tetapi kebanyakan
manusia tidak bersyukur” [ dari ayat no 243]

38
Tafsir Abu Sa’ud juz 1 hal. 180
 Al-Iltifat Dalam Firman Allah ta’ala : ( ِ ‫ َوقَاتِلُوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا‬  ) “Dan berperanglah kamu di
jalan Allah” [ dari ayat no 244] tanpa al-adat Dalam Firman Allah ta’ala (pinjaman yang
baik) dimana Allah ta’ala mengibarakan seperti membebaskan budak di jalan Allah
dengan pinjaman sungguhan, jadi Dia menyebutnya/menamainya dengan pinjaman
 Al-Jinas Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٗ‫ُض ِعفَه‬
ٰ ‫“ ) فَي‬melipatgandakan” dan firman-Nya (
‫اَضْ َعافًا‬  ) “ganti” [ dari ayat no 245]
 َ ‫“ ) اَ ْف ِر ْغ َعلَ ْينَا‬limpahkan kesabaran kepada kami” [ayat
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ص ْبرًا‬
no 250] merupakan Isti’arah tamtsiliyah , telah menyamakan kondisi mereka yang Allah
ta’ala melimpahi mereka dengan kesabaran , dengan keadaan suatu air yang dituangkan
dan digosokkan ke tubuh maka penuh lahir dan batinnya dengan ditemukan dalam hatinya
kesejukan, kedamaian, ketenangan dan keyakinan.

Halaman 51

JUZ KETIGA

 َ ‫“ ) تِ ْل‬Para rasul itu.” [ayat nomor 253]. Isim


Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ك الرُّ ُس ُل‬
isyarah (kata tunjuk) yang bermakna jauh menunjukkan jauhnya martabat para rasul dari
kita dalam kesempurnaan dan tinggi.

  
Dalam firman Allah ta’ala : ( ُ ‫‘ ) ِم ْنهُ ْم َّم ْن َكلَّ َم هّٰللا‬Diantara mereka ada yang diajak berbicara
oleh Allah). [ayat nomor 253]. Ayat mulia ini merinci rinciannya, dalam ilmu balaghoh ini
dinamai husnu taqsim ( pembagian yang bagus). Begitupun dalam firman Allah ta’ala : (
‫“ ) فَ ِم ْنهُ ْم َّم ْن ٰا َمنَ َو ِم ْنهُ ْم َّم ْن َكفَ َر‬Maka diantara mereka ada yang beriman dan di antara
mereka ada pula yang kafir).” Di antara dua lafadz َ‫( ٰا َمن‬yang beriman) dan ‫ َكفَ َر‬ada
kesesuaian.
 Itnab (melebih-lebihkan) terdapat dalam firman Allah ta’ala : ( ‫) َولَوْ َش ۤا َء هّٰللا ُ َما ا ْقتَتَلُوْ ۗا‬
“Sekiranya Allah menghendaki tidaklah mereka akan berbunuh-bunuhan.” [ayat nomor
253]. Dimana diulangi jumlahnya (kalimatnya) ( Sekiranya Allah menghendaki).
 ٰ ‫“ ) و ْال ٰكفرُوْ نَ هُم‬Dan orang-orang yang kafir
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫الظّلِ ُموْ ن‬ ُ ِ َ
merekalah orang-orang yang aniaya.” [ayat nomor 254]. Meringkas sifat terhadap
mausuf (yang disifati). Dan benar-benar menguatkan jumlah ismiyyah dengan domir
munfasil (yang terpisah).
 Dan dalam ayat kursi :
‫هّٰللَا‬
‫ض َم ْن َذا‬ِ ۗ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬ ِ ‫ُ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل هُ ۚ َو اَ ْل َح ُّي ْالقَيُّوْ ُم ەۚ اَل تَأْ ُخ ُذ ٗه ِسنَةٌ َّواَل نَوْ ۗ ٌم لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
ِ ‫الَّ ِذيْ يَ ْشفَ ُع ِع ْند ٗ َٓه اِاَّل بِا ِ ْذنِ ٖ ۗه يَ ْعلَ ُم َما بَ ْينَ اَ ْي ِد ْي ِه ْم َو َما َخ ْلفَهُ ۚ ْم َواَل يُ ِح ْيطُوْ نَ بِ َش ْي ٍء ِّم ْن ِع ْل ِم ٖ ٓه اِاَّل بِ َما َش ۤا ۚ َء َو ِس َع ُكرْ ِسيُّهُ السَّمٰ ٰو‬
‫ت‬
‫ُٔوْ د ُٗه ِح ْفظُهُ َم ۚا َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظ ْي ُم‬wُ‫ض َواَل ئَـ‬
َ ۚ ْ‫َوااْل َر‬
“Allah, tak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup, dan senantiasa mengatur. Tidak
mengantuk, dan tidak pula tidur. Milik-Nya lah segala yang terdapat di langit dan di bumi.
Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya, kecuali dengan izin-Nya. Dia mengetahui
apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka. Sedangkan mereka tidak
mengetahui suatu pun dari ilmu-Nya melainkan sekadar yang dikehendaki-Nya. Kursi-Nya
meliputi langit dan bumi. Dan tidaklah berat bagi-Nya memelihara keduanya. Dan Dia Maha
Tinggi lagi Maha Besar.” [ayat nomor 255].

Terdapat banyak macam-macam fasohat (kefasihan) dan ilmu bayan di dalam ayat ini.
Bagusnya pembukaan karena ayat ini dibuka dengan keagungan nama Allah ta’ala, dan
pengulangan namanya secara jelas dan tersimpan dalam 18 tempat,
Halaman 52

Terdapat ithnab (penambahan lafadz) dengan pengulangan sifat dan memotong


kalimat sebagaimana tidak bersambungnya suatu kalimat dengan huruf ‘ataf. Dan terdapat
thibaq diantara lafadz “maa baina aidihim wa maa kholfahum”. 39
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى‬
َ ‫“ ) ا ْستَ ْم َس‬dia telah berpegang teguh pada tali
yang sangat kuat.” [ayat no 256]. Terdapat isti’aroh tamsiliyyah dimana diserupakannya
berpegang teguh pada agama islam dengan berpegang teguh pada tali hukum dan tidak
terputus.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ت اِلَى النُّوْ ِر‬ ُّ َ‫“ ) ِّمن‬dari kegelapan kepada cahaya iman.”
ِ ٰ‫الظلُم‬
[ayat no 257]. Terdapat isti’aroh tasrihiyyah dimana diserupakannya syirik dengan
kegelapan, sedangkan iman diserupakan dengan cahaya.

39
Penulis kitab Bahrul Muhit telah menyatakannya
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫اَلَ ْم تَ َر اِلَى الَّ ِذيْ َح ۤا َّج اِب ْٰر ٖه َم‬  ) “Tidakkah kamu memperhatikan
orang-orang yang mendebat Ibrahim.” [ayat no 258]. Rukyat qolbiyyah (melihat dengan
hati) dan juga terdapat istifham (kata tanya) untuk ta’ajjub (mengagetkan).
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ ) يُحْ ٖي َويُ ِمي ْۙت‬Yang menghidupkan dan mematikan) [ayat no
258]. Ungkapan dengan fiil mudore menginformasikan sebagai pembaharuan dan
keberlangsungan.
 ُwُۙ ‫ ) َرب َِّي الَّ ِذيْ يُحْ ٖي َويُ ِمي‬Tuhanku ialah Yang menghidupkan
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ْۙت‬
dan mematikan) [ayat 258]. Terdapat Uslub Qashar (gaya bahasa pemfokusan) karena
mubtada dan khobar disebutkan dengan isim ma’rifat. Maknanya ialah sesungguhnya Dia
yang Maha Esa lagi Maha Suci Dia-lah Dzat yang Maha Menghidupkan dan Mematikan.
Juga terdapat thibaq, inilah dari sebagian keindahan ilmu badi’, begitupun terdapat thibaq
diantara lafadz “masyriq” (timur) dan “maghrib” (barat).

  
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫فَبُ ِهتَ الَّ ِذيْ َكفَ َر‬  ) maka bingung-lah orang yang kafir itu)
[ayat 258]. Ungkapan disini diberitahuka lewat ‘illat (alasan) yaitu sebab bingungnya
mereka ialah karena kekufurannya, jika diucapkan “fabuhital kaafir” maka tidak akan
berguna makna tepat yang tadi.

    
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ ) فَبُ ِهتَ الَّ ِذيْ َكفَ َر‬Maka bingung-lah orang yang kafir itu)
[ayat 258].Terdapat majaz mursal dari bab ithlaqul mahal wa irodatul haal (menyebutkan
tempat “kekufuran” dan yang dimaksud adalah hal atau yang ada di tempat itu “orang
kafir”).

  
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ ) ثُ َّم نَ ْكسُوْ هَا لَحْ ًما‬Kemudian Kami membalutnya dengan
daging) [ayat 259].
 Halaman 53

Sebuah Isti’arah dimana pakaian sebenarnya ada di belakang tubuh d pakaian dan dipinjam
istilah di sini karena daging adalah yang menutupi tulang.

  
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة‬seperti sebutir biji” [dari ayat no 261] sebuah
tasybih mursal majmal dimana dia menyebutkan didalamnya ada adat tasybih dan
membuang wajah syabah dimana dia menyamakan amal yang dihabiskan di jalanNya
dengan biji-bijiab yang ditabur dan Allah memberkahi di dalamnya dan menggandakan
menjadi tujuh ratus kali
   ْ ‫“ ) اَ ۢ ْنبَت‬yang menumbuhkan tujuh tangkai” [dari
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل‬
ayat no 261] Isnada (atribusi) perkecambahan dengan benih merupakan rantai isnaada
majazi dan dinamakan majaz aqliy karena pada kenyataannya benih adalah Allah Ta’ala

  
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َمنًّا َّوٓاَل اَ ًذ ۙى‬dengan menyebut nyebut nya dan menyakiti
(perasaan penerima)” [dari ayat no 262] Penyebutan yang umum setelah khusus untuk
mendapatkan manfaat, karena menyakiti (perasaan penerima) meliputi dengan menyebut-
nyebut
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٌ‫ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َراب‬
َ ‫“ ) َك َمثَ ِل‬seperti batu yang licin yang
diatasnya ada debu” [dari ayat no 264] Merupakan Tasybih Tamtsiliy karena wajah
syabah di keluarkan dari beberapa dan dengan demikian didapatkan tasybih tamtsiliy
Dalam Firman Allah ta’ala (seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi)
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ٌ‫“ ) اَيَ َو ُّد اَ َح ُد ُك ْم اَ ْن تَ ُكوْ نَ لَهٗ َجنَّة‬adakah salah seorang diantara
kamu yang ingin memiliki kebun” [dari ayat no 266] Dia tidak menyebutkan al-masybih
dan tidak disebutkan adat tasybih dan ini dinamakannya oleh ulama’ balagah (isti’arah
tamtsiliyyah) dan ini adalah tasybih (analogi) dari kasus dimana hanya tersangka yang
disebutkan dan petunjuk telah ditetapkan yang menunjukkan kepada kehendak tasybih dan
hamzah untuk istifham inkari

  
Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) تُ ْغ ِمضُوْ ا فِ ْي ِه‬dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya [dari ayat no 267] yang dimaksud disini adalah pelanggran dan sumbangan,
karena jika seseorang melihat apa yang dia benci, tutup matanya, jangan sampai dia
melihatnya, maka ucapan itu adalah majaz mursal40

Halaman 54

 Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ َو َمٓا اَ ْنفَ ْقتُ ْم ِّم ْن نَّفَقَ ٍة‬  ) “Apa saja nafkah yang kamu keluarkan.”
[ayat 270]. Diantara lafadz anfaqtum dengan nafkah merupakan jenis isytiqoq (satu asal
kata yang sama), begitupun diantara (kata nadzartum : engkau menadzarkan dan kata
nadzar).
 ِ ‫صد َٰق‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ت‬ َّ ‫“ ) اِ ْن تُ ْبدُوا ال‬Jika kamu menampakkan sedekah-
sedekah.” [ayat 271]. Dan jika kamu sembunyikan.....). Dalam menampakkan dan
menyembunyikan ada kesesuaian yaitu bagian dari keindahan ilmu badi’.

40
Al-Fawatih Al-Ilahiyah 1/223
 ْ ُ‫“ ) َواَ ْنتُ ْم اَل ت‬Dan kamu tidaklah akan dirugikan.” [ayat
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ظلَ ُموْ ن‬
272]. Itnab (berlebih-lebihan) untuk pembacaannya setelah firman-Nya (niscaya akan
diberikan kepadamu dengan secukupnya) yang bermakna akan diberikan bagimu
kecukupan tanpa kekurangan.
 ۘ ‫“ ) اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬jual beli itu seperti riba.” [ayat 275].
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫وا‬
Penyerupaan yang dinamai dengan tasybih maqlub ( penyerupaan terbalik) yaitu
penyerupaan yang lebih tinggi martabatnya dimana menjadikan musyabbah (sesuatu yang
hendak diserupakan) pada tempat musyabbah bih (yang diserupai). Asalnya dalam ayat ini
dikatakan (Riba itu seperti jual beli), tetapi sampai pada kepercayaan dalam masalah riba
agar menjadikannya asal yang kemudian diqiyaskan, maka riba itu diserupakan dengan
jual beli.
 ۗ ‫“ ) َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬Padahal Allah menghalalkan jual
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫وا‬
beli dan mengharamkan riba.” [ayat 275]. Diantara lafadz ahalla (menghalalkan) dan
harroma (mengharamkan) ada kesesuaian, begitupun diantara kata yamhaqu
(menghancurkan) dan kata yurbi (menyuburkan).
 ٍ َّ‫“ ) َكف‬Orang yang ingkar lagi banyak dosa.” [ayat
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ار اَثِي ٍْم‬
276]. Keduanya terbentuk dari sighat mubalagoh (makna melebihkan/banyak) maknanya
besar kekufurannya lagi besar pula dosanya.
 ٍ ْ‫“ ) فَأْ َذنُوْ ا بِ َحر‬Maka umumkanlah perang” [ayat 279]. Kata
Dalam firman Allah ta’ala : ( ‫ب‬
harbun dinakirohkan karena untuk menakuti yaitu dengan macam-macam dari serbuan
yang besar yang tidak akan kuasa terhadap kekuasaan-Nya suatu makhluk pun di sisi
Allah.
 ْ ُ‫َظلِ ُموْ نَ َواَل ت‬
Dalam firman Allah ta’ala : ( َ‫ظلَ ُموْ ن‬ ْ ‫“ ) اَل ت‬kamu tidak menganiaya dan tidak pula
teraniaya.” [ayat 279]. Jenis yang kurang.

Halaman 55

 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫“ ) َواتَّقُوْ ا يَوْ ًما‬dan takutlah pada hari.” [ ayat 281]. Kata
“yaum” dinakirohkan untuk menakut-nakuti tentang keadaan hari kiamat

 
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ‫ْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى‬wٍ ‫“) ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي‬Wahai orang-
orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang
ditentukan” [ayat 282]. Dalam ayat yang mulia ini terdapat banyak segi fahohat
(kefasihan), diantaranya :
o Jinas al-mughoyyir (apabila 2 lafadz yang sejenis mempunyai kesamaan dalam
jumlah huruf, macamnya, serta urutan hurufnya dan berbeda pada harakatnya),
terdapat dalam firman Allah ta’ala : “ tadaayantum bi dainin” (kamu melakukan
utang piutang), dalam ayat : “ wasy tasyhiduu syahiidaini” (dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi), dalam ayat “u’tumina amaanatahu” (yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya), dan dalam ayat “ yu’allimukum.....’aliim” (memberikan
pengajaran kepadamu.... Maha Mengetahui).
o Thibaq, terdapat Dalam Firman Allah ta’ala “shogiron wa kabiiron” (baik utang
kecil maupun besar), dan dalam ayat “ an tadilla dan lafadz fatudzakiiro” (agar jika
yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya).
o Terdapat ithnab dalam firman Allah ta’ala :
(  ٌ‫ب َكاتِب‬ َ ْ‫“ ) فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَأ‬hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Janganlah penulis menolak”. Dalam firman Allah ta’ala :
( ‫ق‬ ُّ ‫و ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬......
َ ّ ‫“ ) فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬Dan hendaklah orang yang berutang
‫ق‬
itu mendiktekan,.... Jika yang berutang itu”. Dan dalam firman Allah ta’ala : ( ‫اَ ْن‬
‫ض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى‬ ِ َ‫“ ) ت‬agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang
lagi mengingatkannya”.
o Tikrar (pengulangan kata) pada lafadz Allah, terdapat dalam ayat “wat taqullah”
(bertakwalah kemu sekalian kepada Allah), dalam ayat “ wayu’allimukumullah”
( Allah memberikan pengajaran kepadamu), dalam ayat “wallahu bi kulli syai’in
‘alim” (Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu). Untuk mengenalkan
kemuliaan dan kekhidmatan di dalam jiwa.
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( َ ‫ َو ْليَتَّ ِق هّٰللا‬  ) “dan bertakwalah kepada Allah” [ayat 283].
Berkumpulnya diantara isim jalalah (Allah) dengan na’at (kata umum) yang indah
merupakan mubalaghoh (melebihkan) dalam bentuk peringatan.

 
 Dalam Firman Allah ta’ala : ( ُ‫“ ) َواِ ْن تُ ْب ُدوْ ا َما فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَوْ تُ ْخفُوْ ه‬jika kamu nyatakan apa
yang ada dalam hatimu atau kamu sembunyikan” [ayat 284]. Terdapat thibaq, begitupun
dalam ayat diantara “yahgfiru dan kata yu’adzibu” (Dia mengampuni dan mengadzab),
diantara “kasabats dan waktasabats” (yang dikerjakannya dan yang diperbuatnya),
maksudnya mengerjakan kebaikan dan mengerjakan keburukan. Juga terdapat jinas Dalam
Firman Allah ta’ala : “aamana wal mukminun” (beriman dan orang-orang yang beriman).
Juga terdapat ithnab Dalam Firman Allah ta’ala : “ laa nufarriqu baina ahadim min
rusulih” (kami tidak membeda-bedakan seorang-pun dari rasul-rasul-Nya), juga terdapat
ijaz bil hadzfi Dalam Firman Allah ta’ala : “wal mukminun” ( demikian pula orang-orang
yang beriman), maksudnya Kami beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan masih
banyak pula penempatan-penempatan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai