Anda di halaman 1dari 9

HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM

DOSEN PEMBIMBING
Dr. H. Asep Ahmad Faturrohman. Lc., M.Ag

OLEH

Rizky Irmawan (1181030150)

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018/2019
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

ABSTRAK

Ilmu tajwid merupakan ilmu yang mempelajari atau menerangkan tata cara membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar. Allah SWT memerintahkan membaca Al-Qur’an dengan tartil yaitu
membaguskan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan terang, teratur dan tidak terburu-buru serta
mengenal tempat-tempat wakaf sesuai dengan hukum-hukum tajwid. Ilmu tajwid bertujuan untuk
memberikan tuntunan bagaimana pengucapan ayat yang tepat sehingga lafal dan maknanya
terpelihara. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang belum memahami tentang membaca
Al-Quran yang baik dan benar dengan berbagai alasan. Salah satunya beralasan tidak mengetahui
hukum-hukum tajwid.

Pada penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran mengenai bacaan
imalah dan isymam,hasil penelitian ini diperoleh bahwa ada Bacaan imalah dibagi menjadi dua
macam yaitu: Imalah Shughra, Imalah Kubra. isymam adalah memoncongkan dua bibir tanpa
bersuaradan bernafas untuk mengiringi huruf yang mati, sebagai isyarat dhommah. Dalam al-Qur'an
bacaan ini hanya terdapat pada 1 tempat, yakni:Surat Yusuf ayat 11:  ‫ اَل ت َۡأ َ۫۫منَّا‬ 

A. Pendahuluan
Mempelajari ilmu Tajwid hukumnya fardhu ain bagi setiaporang islam karena
dalam membaca Al-Qur’an tajwid mutlak digunakan, didalam membaca Al-Qur’an
salah penyebutan maka akan salah arti dan makna.

Berbicara tentang al-Qur’an memang bagaikan mengarungi samudera yang


tak bertepi, semakin jauh ia diarungi semakin luas pula jangkauannya. Dari aspek
manapun al-Qur’an dikaji dan diteliti, ia tidak akan pernah habis, bahkan semakin
kaya dan selalu aktual. Ia bagaikan intan yang memiliki berbagai sudut, dan setiap
sudut selalu memancarkan cahayanya yang terang.

Aspek bacaan al-Qur’an atau qira’ah –dalam pengertian yang lebih luas,
bukan hanya sekedar melafazhkan huruf Arab dengan lancar– merupakan salah satu
aspek kajian yang paling jarang diperbincangkan, baik dikalangan santri atau kaum--
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

terpelajar, padahal membaca al-Qur’an tergolong ibadah mahdhah yang paling utama.
Hal ini barangkali bisa dimengerti, mengingat kurangnya kitab atau buku yang secara
panjang lebar mengupas ilmu qira’ah dan minimnya guru al-Qur’an yang memiliki
kemampuan memadai tentang itu dan juga terlalu padatnya disiplin ilmu yang
dipelajari.

Dari fenomena di atas perlulah kiranya ditumbuhkan kembali semangat untuk


mengkaji aspek bacaan al-Qur’an yang masih “asing” bagi kebanyakan orang agar
kembali diminati sebagaimana begitu semangatnya anak-anak kecil di tempat-tempat
pendidikan al-Qur’an untuk bisa “membaca” dengan lancar. Sebagai akibat dari
kurangnya pengetahuan tentang bacaan al-Qur’an, seringkali dianggap ilmu qira’ah
(yang dipersempit dengan ilmu tajwid) itu hanya Mempelajari makhraj dan sifat
huruf, hukum nun atau mim mati dan tanwin, dan mad saja, sehingga mereka
membaca al-Qur’an apa adanya sebagaimana yang terdapat dalam tulisan mushaf
atau rasm, padahal ada banyak kalimat yang cara bacanya tidak sama persis dengan
tulisannya, seperti bacaan Imalah, Tashil, Isymam dan lain sebagainya.

 Maka dari itu pada kesempatan inilah, kita akan membahas tentang hukum
bacaan imalah dan Isymam yang menurut saya sangat penting untuk dipelajari .
karena materi ini masih banyak yang belum memahaminya. Semoga makalh ini
bermanfaat bagi yang membacanya dan semoaga mendapat keberkahan dari Allah
SWT . Aamiin…
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

B. Hukum bacaan Imalah dan Isymam


1. Definisi Imalah
Imalah ( ُ‫اإْل ِ َمالَة‬ ) dalam arti bahasa berarti condong atau miring. Sedangkan
menurut istilah adalah mencondongkan bacaan harakat fathah pada harakat kasrah
sekitar dua pertiganya.
Dalam Mushaf Utsmani yang digunakan oleh umat Islam Indonesia, bacaan
imalah ini ditandai dengan tulisan (ٌ‫إِ َمالَة‬ ) kecil diatas lafadh yang dibaca imalah.

Bacaan imalah dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Imalah Shughra ( ‫) اإْل ِ َمالَةُ الصُّ ْغ ٰرى‬

2. Imalah Kubra ( ‫) اإْل ِ َمالَةُ ال ُكب ْٰرى‬

 Imalah Shughra adalah setelah bacaan imalah tersebut masih diwashalkan


pada lafadh lain, sehingga tidak berhenti disitu saja. Menurut Imam Hafash,
bacaan imalah hanya pada QS. Huud ayat 41, selainnya tidak ada. Karenanya
beliau hanya menyatakan satu imalah dalam al-Qur’an sehingga tidak ada
pembagian imalah. Ayat yang dimaksud adalah :

‫س ِم هَّللا ِ َم ْجر ٰى َها َو ُم ْر ٰس َها إِنَّ َربِّى لَ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ْ ‫َوقَا َل‬
ْ ِ‫ار َكبُو ْا فِ ْي َها ب‬

Pada lafad ‫ َمجْ ٰر ىهَا‬maka cara membacanya Majreha.

Cara bacanya seperti melafalkan “re” pada kata mereka dan pare (lebih
tepatnya harus talaqqi oleh guru). Diterapkan imalah pada (‫ ) َمجْ ٰرىهَا‬adalah untuk
memberi arti berjalan di laut. Kata (‫ ) َمجْ ٰرىهَا‬berasal dari kata (‫)ج َرى‬
َ yang bisa berarti
berjalan di atas daratan atau mengalir/berjalan di permukaan laut/air.
Apabila kita belajar tentang qiraat sab’ah, baca imalah banyak dijumpai pada
qiraat Imam Hamzah, Imam Al-Kisa’iy dan riwayat Ibnu Dzakwan dari Ibnu ‘Amir.

HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

imalah dalam qiraat Imam Hamzah dan Imam Al-Kisa’iy diterapkan pada kata yang
َ (‫) ُه َدى‬, dan (‫) َقلَى‬.
terdapat alif layyinah (alif berbentuk ya’) seperti pada kata (‫)والض َُّحى‬,
Adapun dalam qiraat Ibnu ‘Amir riwayat Ibnu Dzakwan, imalah diterapkan pada kata
seperti (‫)جا َء‬.Bacaan
َ imalah diakui termasuk salah satu dialek bahasa Arab standar
(fasih) untuk penduduk Najed dari suku Tamim, Qais dan Asad.
Ada juga bacaan yang menyerupai imalah yaitu taqlil yang termasuk pada
qiraat Imam Nafi’ riwayat Warsy pada dzawat Ya’, dan Imam Abu ‘Amr pada lafazh
yang berwazan (‫)فُ ْعلَى‬, (‫)فِ ْعلَى‬, dan (‫)فَ ْعلَى‬. bedanya taqlil lebih mendekati fathah.

 Imalah Kubra adalah setelah bacaan imalah tersebut diwakafkan sehingga


berhenti disitu saja. Kriteria imalah kubra adalah semua lafadh dalam al-
Qur’an yang akhirannya terdapat Alif Maqsurah (alif bengkong). Pendapat ini
dikemukakan oleh Imam Warasy misalnya pada lafadh:

‫ اَحْ ٰوى‬Dibaca Ahwe, ‫ َواتَّ ٰقى‬Dibaca Wattaqe


‫ اِ ْستَ ْغ ٰنى‬Dibaca Istaghne, ‫ضى‬
ٰ ْ‫ فَتَر‬Dibaca Fatardhe
Namun terdapat pengecualian yaitu khusus bagi nama manusia yang akhirannya
terdapat alif maqsurah, tetap dibaca apa adanya tidak boleh dibaca imalah. Misalnya:
‫صطَ ٰفى‬
ْ ‫ ُم‬, ‫ يَ ْح ٰيى‬, ‫ ُم ْو ٰسى‬, ‫ِع ْي ٰسى‬
2. Definisi Isymam
Isymam artinya mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan
bibir atau mengangkat dua bibir. Dalam qira’ah riwayat Hafs, Isymam terdapat pada
lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨَّﺎ‬yaitu pada waktu membaca lafadz tersebut, gerakan lidah seperti
halnya mengucapkan lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨُﻨَﺎ‬sehingga hampir tidak ada perubahan bunyi
antara mengucapkan lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨَّﺎ‬dengan mengucapkan “ ‫” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨُﻨَﺎ‬. Dengan kata
lain, asal dari lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨَّﺎ‬adalah lafadz “ ‫” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨُﻨَﺎ‬. Kalau diteliti lebih dalam,
ternyata rasm utsmani hanya menulis satu nun yang bertasydid. Ada pertanyaan
muncul, dimana letak dammahnya?sehingga untuk mempertemukan kedua lafadz
tersebut dipilihlah jalan--
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

tengah yaitu bunyi bacaan mengikuti rasm, sedangkan gerakan bibir mengikuti lafadz
asal.
Dalam qira’ah imam Ibnu Amir riwayat As-Susy, bacaan isymam dikenal
dengan sebutan idgham kabir, yaitu bertemunya dua huruf yang sama dan sama-sama
hidup lalu melebur menjadi satu huruf bertasydid. Dalam qira’ah Imam Ashim
riwayat Hafs, hanya dikenal satu idgham saja, yaitu idgham shaghir yakni
mengidghamkan dua huruf yang sama yang salah satunya mati. Menurut bahasa,
bahwa lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨَّﺎ‬dapat difahami berasal dari lafadz “ ‫ ” ﺎَﻟ ﺗَﺄْ َﻣﻨُﻨَﺎ‬yang terdapat dua
nun yang diidharkan, nun yang pertama di rafa’kan dan yang kedua dinashabkan.
Nun yang pertama dirafa’kan karena termasuk fi’il mudlari yang tidak kemasukan
“amil nawashib” maupun jawazhim.

Menurut Imam Hafash bacaan isymam hanya berlaku disatu tempat, yaitu QS. Yusuf 
ayat 11:

‫ اشمام‬                 
ِ ‫قَالُ ْوا يَٓااَبَانَا َمالَ َك اَل تَأْ َمنَّــــــاع َٰلى يُ ْوسُفَ َواِنَّا لَ ٗه لَنَا‬
َ‫ص ُح ْون‬

Pada lafadh ‫تَأْ َمنَّـا‬  cara membacanya adalah sebagai berikut:

1. Nun tasydid diuraikan sehingga menjadi dua nun: yang satu mati (sukun)
sedang yang lain hidup (fathah). Misalnya lafadh : ‫اَل تَأْ َم ْننَا‬
2. Nun mati pertama sebagai tempat bacaan isymam, sehingga melafadkan nun
itu (‫)اَل تَأْ َم ْن‬, kedua bibir dimonyongkan ke depan sebagaimana melafadkan
huruf nun (melalui asmaul huruf).
3. Menarik bibir yang monyong tersebut sambil mengucapkan nun kedua,
sehingga lengkap menjadi : ‫اَل تَأْ َم ْننَا‬1

1
M.Abdurrahman, Ilmu Qiroatil Qur’an Imam Hafash, (Banten: Percetakan Offset,Tth ),
hlm.19.
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

C. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menurut bahasa, Imalah berarti miring, Sedangkan menurut istilah


imalah adalah Menyondongkan suara fathah ke arah kasroh atau suara
alif ke Ya.

Bacaan imalah dibagi menjadi dua macam yaitu:

 Imalah Shughra
 Imalah Kubra
b. Isymam menurut bahasa adalah moncong. sedangkan menurut istilah,
isymam adalah memoncongkan dua bibir tanpa bersuaradan bernafas
untuk mengiringi huruf yang mati, sebagai isyarat dhommah.

Dalam al-Qur'an bacaan ini hanya terdapat pada 1 tempat, yakni:

Surat Yusuf ayat 11:  ‫اَل ت َۡأ َ۫۫منَّا‬ 

D. SARAN

saya menyadari bahwa sangat banyak terdapat kesalahan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Jadi saya sangat mengharap kepada pembaca  agar memberikan
kritikan yang bersifat membangun  untuk perbaikan yang akan datang.
HUKUM BACAAN IMALAH DAN ISYMAM Rizky Irmawan

E. DAFTAR PUSTAKA

Tekan, Ismail .Tajwid al – Qur’anul Karim .Jakarta : Pustaka al –Husna. 2005.


Wahyudi . Ilmu Tajwid  Plus. Surabaya :  Halim Jaya. 2008.
http://www.jadipintar.com/2015/01/pengertian-tentang-saktah-tashil-isymam-naql-
dan-imalah-dalam-bacaan-al-quran.html
Wahyudi,moh. Hukum-Hukum bacaan al-Qur'anMoh, Penerbit: INDAH-Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai