Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-quran merupakan kitab suci umat islam yang di dalamnya tidak ada
keraguan dan memiliki fungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa,
sehingga wajib hukumnya bagi seorang mu’min dan muslim untuk memahami
petunjuk tersebut yaitu Al-quran, supaya tidak tersesat dalam menjalani kehidupan di
dunia ini.
Al-qur’an juga merupakan sebuah mu’jizat yang di dalamnya memiliki
banyak keajaiban yang mesti diketahui, karena Al-qur’an bukan hanya sekedar
tulisan, akan tetapi ada suatu hal yang ketika dibacakan kepada orang-orang beriman
maka bertambah keimanannya, tentu suatu hal yang luar biasa. Sehingga dalam
memahaminya perlu ilmu-ilmu mengenai al-qur’an yang sering disebut dengan
“‘Ulumul Qur’an”.
Salah satu bab dalam ‘Ulumul Qur’an, ada bab yang membahas mengenai
bagaimana memahami bentuk suatu lafadz, yaitu Al-Mufrad wa Al-Jama’, yakni
membahas mengapa suatu lafadz atau kata itu selalu di sebutkan dalam bentuk
mufradnya atau jama’nya atau disebutkan dengan kedua-duanya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian Mufrad dan Jama’
b. Makna dari Penggunaan Lafadz Mufrad dan Jama’
c. Kaidah
1.3 Manfaat Makalah
a. Mengetahui pengertian mufrad dan jama’
b. Memahami makna dari penggunaan lafadz mufrad dan jama’
c. Mengetahui kaidah-kaidahnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Mufrad wa Al-Jama’
1. Mufrad
Secara bahasa mufrad memiliki arti tunggal, namun secara terminologi
mufrad adalah kata yang bermakana satu dalam arti lain mufrad adalah
kaliamt isim yang bukan mutsanna dan bukan jama’ dan bukan pula mulhaq
kepada keduanya dan bukan asmaul khamsah.
2. Jama’
Jama’ memiliki arti banyak, dalam arti lain kata jama’ adalah kata yang
bermakna tiga atau lebih.1
B. Makna dari Penggunaa Lafadz Mufrad dan Jama’2
Sebagian lafadz-lapadz yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, ada lafadz
yang berbentuk mufrad yang memiliki makna khusus, dan ada lafadz yang
disebutkan dalam bentuk jama’ yang menujukan makna tertentu, atau lafadz
yang sering disebut dalam bentuk jama’ dari pada mufradnya, atau
sebaliknya.3
1. Lafadz yang hanya disebutkan dalam bentuk mufrad
Seringkali kita melihat lafadz-lafadz di dalam Al-qur’an yang disebutkan
hanya dalam bentuk mufradnya saja. Dan ketika hendak dijama’kan, ia
dijama’kan dalam bentuk yang menarik yang tiada bandingnya, seperti terdapan
pada ayat ath-thalaq: 12,
...‫ض ِمثْلَ ُه هن‬
ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫َّللاُ الهذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ ‫ه‬
“ Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi...”
Dalam ayat tersebut Allah menyebut bumi dalam bentuk mufrad dan tidak
menyebut dalam bentuk jama’ (‫)سبع أرضين‬, karena apabila disebutkan dalam
1
http://anisahnov.blogspot.com/2017/10/kaidah-mufrad-dan-jamak.html. Di kutip pada tanggal 29
november 2019 pukul 06.10.
2
Mana’ul Qaththan. Mbahis Fi Uluml Qur’an, 1993. Jakarta: Rineka cipta. Hal. 226-230.
3
Rafiq, Ainur. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, 2015 Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hal. 249-250.

2
bentuk jama’ maka akan merusak keteraturan susunan kalimatnya, dan secara
makna juga sebagaimana kita ketahui bahwa jumlah bumi yang didalamnya ada
kehidupan itu hanya ada satu, yaitu bumi yang kita berada di dalamnya.

2. Lafadz yang hanya disebutkan dalam bentuk jama’


Kemudian ada juga lafadz-lafadz di dalam Al-qur’an yang disebutkan
dalam bentuk jama’nya saja, contohnya kata “Al-Lubb” (ّ‫ )اللب‬yang selalu
disebutkan dalam bentiuk jama’nya saja yaitu ‫اْللباب‬, seperti terdapat dalam Qs.
Az-Zumar ayat 21:
ِ ‫ ِإ هن فِي َٰذ َلِكَ لَ ِذ ْك َر َٰى ِْلُو ِلي ْاْل َ ْلبَا‬...
‫ب‬
“...Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.”
Allah tidak pernah meyebutkan bentuk mufrad dari kata ‫ اْللباب‬di dalam Al-
Qur’an, namun ada juga disebutkan dalam bentuk muradifnya, yaitu lafadz ‫القلب‬,
seperti dalam Qs. Qaf ayat 37
ُ‫ ِإ هن فِي َٰذ َلِكَ لَ ِذ ْك َر َٰى ِل َم ْن َكانَ لَهُ قَ ْلب‬...
“...Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai akal“
Dalam konteks ayat ini kata al-qalbu memiliki makna muradif atau sinonim
dengan kata al-baab, yaitu yang memiliki arti orang-orang yang mempunyai
akal. Jadi, kata albaab ini tidak pernah ditemukan di dalam Al-qur’an bentuk
mufradnya.
Begitu juga kata ‫( الكوب‬gelas) yang tidak pernah disebutkan di dalam Al-qur’an
bentuk mufradnya, akan tetapi sealu disebutkan dalam bentuk jama’nya saja
‫( اكواب‬gelas-gelas), seperti dalam Qs. Al-Ghasiyah ayat 14
ٌ‫َوأ َ ْك َوابٌ َم ْوضُو َعة‬
“Dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).”

3
3. Lafadz yang disebutkan bentuk mufrad dan jama’nya
Kemudian ada juga lafadz yang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam
bentuk mufrad dan jama’nya seperti lafadz ‫ ( السمآء‬langit), lafadz ini terkadang
disebutkan dalam bentuk jama’ dan terkadang disebutkan dalam bentuk
mufradnya, sesuai dengan keperluan. Jika disebutkan dalam bentuk jama’ ‫سموات‬
maka yang dimaksudkan adalah “bilangan” yang menunjukan bahwa betapa
sangat besar dan luasnya langit, seperti terdapat dalam qs. Al-hasyr:1.
‫يز ْال َح ِكي ُم‬
ُ ‫ض ۖ َوه َُو ْالعَ ِز‬
ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ ‫سبه َح ِ هّلِلِ َما فِي ال ه‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Maksud ayat tersebut adalah semua makhluk yang berada di langit
yang luas dan besar dan berada di bumi bertasbih kepada Allah SWT. Dan
jika disebutkan dalam bentuk mufrad maka yang dimaksudkan adalah “arah”
seperti dalam Qs. Al-Mulk ayat 5
    
    
 
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit
bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan
tiba-tiba bumi itu bergoncang?,”
Dalam ayat tersebut kata langit menunjukan suatu arah, yang
menerangkan bahwa disitulah Allah berkuasa.
Kemudian lafadz ‫( الريح‬angin) juga demikian, disebutkan dalam bentuk
jama’dan mufradnya di dalam Al-Qur’an. Bentuk jama’nya yaitu ‫الرياح‬, apabila
yang digunakan dalam suatu ayat berbentuk mufrad maka maknanya adalah
azab, dan apabila yang digunakan dalam suatu ayat berbentuk jama’ maka

4
maknanya adalah rahmat, seperti dalam Qs. Ali Imran ayat 117, yang
menggunakan lafadz ar-rih dalam bentuk mufrad
    
  
    
  
    
   
”Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia
ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat
dingin, yang menimpa tanaman kaum yang Menganiaya diri sendiri, lalu
angin itu merusaknya. Allah tidak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah
yang Menganiaya diri mereka sendiri.”
Kemudia dalam Qs. Al-A’raf ayat 57, yang menggunakan kata ar-rih
dalam bentuk jama’ yang memiliki makna rahmat
   
    
   
   
  
   
   
  

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira
sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan

5
itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-
orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”
Dalam ayat tersebut makna kata angin sebagai pembawa kabar gembira
sebelum datangnya rahmat berupa hujan.
4. Lafadz yang disebut dalam bentuk mufrad, tasniyah dan jama’
Di dalam Al-qur’an ada lafadz yang disebutkan dalam 3 bentuk, yaitu
mufrad, tasniyah dan jama’, lafadz tersebut adalah ‫المشرق و المغرب‬, dua lafadz
tersebut di dalam Al-Qur’an disebutkan dalam 3 bentuk:
a. Dalam bentuk mufrad terdapat dalam Qs. Al-Muzammil ayat 9
   
   
 
“(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.”
b. Dalam bentuk tasniyah, terdapat dalam Qs. Ar-Rahman ayat 17
  
 
“ Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan
yang memelihara kedua tempat terbenamnya.”
c. Dalam bentuk jama’ terdapat dalam Qs. Al-Ma’arij ayat 40
   
 
 
“Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan
barat, Sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”

C. Kaidah-kaidah4

4
Ibid.

6
1. Mengimbangi jamak dengan jamak terkadang menuntut bahwa setiap satuan
dari jamak yang satu diimbangi dengan satuan jamak yang lain.

Maksudnya, Setiap kata jamak terdiri dari satuan-satuan yang


menyusunnya. Lihat contoh di bawah ini:

Merka membawa buku-buku = ‫َح ِملُوا ُكتُبًا‬

Mereka dalam kalimat ini tersusun dari Ali, Hasan dan Syu’ib. Sedangkan
buku-buku yang dimaksud adalah buku Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia.

Jika kita menggunakan kaidah di atas, setiap bagian dari


kata hamilu diimbangi dengan bagian dari kata kutuban, akan menghasilkan
makna:

 Ali membawa buku bahasa arab


 Hasan membawa buku bahasa inggris
 Syu’ib membawa buku bahasa indonesia

Contoh dalam Qs. Nuh ayat 7:

  


  
  
 
 
 

“Dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman)


agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke
dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.”

7
Maksudnya dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa setiap orang dari
mereka menutupi badannya dengan bajunya masing-masing.

2. Kata jamak terkadang menjadikan maknanya sebuah ketetapan


penggabungan terhadap masing-masing individu dari objek yang
dimaksudkan.

Maksudnya jika pada kaidah sebelumnya masing-masing satuan dari


jamak diimbangi dengan satuan jamak yang lain, maka dalam kaidah ini
masing-masing satuan jamak mengimbangi seluruh satuan jamak yang lain.
Seperti contoh berikut

mereka membawa buku-buku =‫َح ِملُوا ُكتُبًا‬

Mereka dalam kalimat ini juga tersusun dari Ali, Hasan dan Syu’ib. Dan
buku-buku yang dimaksud juga buku Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia.

Namun dengan menggunakan kaidah kedua, maka maknanya menjadi:

 Ali membawa buku bahasa Arab, bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
 Hasan membawa buku bahasa Arab, bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia.
 Syu’ib membawa buku bahasa Arab, bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia.

Contohnya dalam Qs. An-Nur ayat 4

 
   
 
  
   

8
   
 

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik


(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-
orang yang fasik.

Maksudnya, setiap masing-masing orang yang terkena hukuman jilid


maka akan mendapatkan 80 cambukan penuh. Jadi hukuman 80 cambukan itu
tidak dibagi-bagi.

3. Kadang-kadang maknanya mengandung dua kaidah di atas. Maka


dibutuhkan dalil untuk menentukan mana yang akan digunakan di antara
keduanya.

Contohnya seperti dalam Qs. At-Taubah ayat 60:

  
 
 
  
  
    
     
 

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

9
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”

Dalam ayat tersebut terdapat lafadz jama’ yaitu Shadaqat (zakat-


zakat), shadaqat yang dimaksud dalam ayat ini adalah benda-benda yang
diwajibkan dikeluarkan zakat, yaitu; binatang ternak, biji-bijian, dan harta.
Sedangkan lafaz jama’ yang kedua adalah fuqara, masakin dan lain-lain
yang menjadi orang-orang yang berhak menerima zakat.

Jika kita menggunakan kaedah pertama, maka maksud ayat ini adalah
“benda yang dizakatkan kepada masing-masing mustahiq berbeda-beda
jenisnya”. Sedangkan apabila kita memakai kaidah yang kedua, maksud ayat
ini adalah semua jenis benda yang dizakatkan dapat diberikan seluruhnya
kepada setiap masing-masing mustahiq. Wallahu a’lam

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mufrad secara umum memiliki makna tunggal atau satu, sedangkan
jama’ memiliki makna tiga atau lebih (banyak). Dan di dalam Al-Quran Allah
menggunakan bentuk kata dari keduanya, dan memiliki tujuan dalam
penggunaanya dan harus ditadabburi agar bisa memahami Al-qur’an lebih
dlam.
B. Saran
Besar harapan penulis agar pembaca tidak hanya memahami
berdasarkan yang ditulis di makalah ini akan tetapi pembaca harus melihat
dari sumber lain agar wawasannya lebih luas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mana’ul Qaththan. Mbahis Fi Uluml Qur’an, 1993. Jakarta: Rineka cipta.

Rafiq, Ainur. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, 2015 Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

http://anisahnov.blogspot.com/2017/10/kaidah-mufrad-dan-jamak.html.

11
12

Anda mungkin juga menyukai