ISNAWATI
SELVIANA
KATA PENGANTAR
DARTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali dijumpai dalam al-Qur’an lafadh-lafadh yang berbeda namun memiliki arti
yang sama atau yang disebut muradif, begitu pula sebaliknya yang disebut Musytarak,
Muradif atau mutaradif al-Quran memiliki arti sinonim atau kata-kata yang searti. Namun
dalam pembahasan ini apa yang dimaksud sebagai mutaradif al-Quran sebenarnya adalah
merupakan kata-kata yang seakan-akan bersinonim namun sebenarnya tidak
Oleh karena itu makalah ini kami buat guna memahami aspek-aspek yang terdapat pada
muradif dan musytarak, sehingga dapat memahami al-Qur’an secara mendalam dan tidak
terjadi kesalahan dalam memahami ayat-ayat yang kiranya sulit dipahami.
B. Rumusan Masalah
Dari isi pembahasan yang terdapat dalam rumusan masalah ialah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Yang dimaksud muradif ialah kalimat yang lafadznya banyak, sedangkan artinya sama
(sinonim), seperti : األسدdan الليثyang artinya singa, الحنطةdan القمحyang artinya gandum,
المدرسdanاالستاذyang artinya guru.
Ulama berbeda pendapat, apakah dua lafadz atau lebih yang bersamaan arti boleh digunakan
keduanya dalam pemakaian atau tidak.
Menempatkan dua muradif pada tempat yang lain itu diperbolehkan apabila ada ketetapan
syara'.
Menempatkan masing-masing dari dua lafadz muradif ditempat yang lain adalah boleh,
apabila lafadz muradif itu dari satu bahasa.
Perbedaan pendapat tentang muradif lafadz yang hanya dalam bacaan selain Al-Qur’an,
seperti bacaan-bacaan dalam shalat dan do’a serta lainnya. Imam Malik berpendapat, tidak
boleh membaca takbir kecuali dengan lafadz Allahu Akbar.
Namun, Imam Syafi’i dan Abu Hanifah membolehkan takbir dengan lafadz yang semakna
dengan lafadz Allohu Akbar, seperti Wallahu Akbar, Allahu A’dzam atau Allahu A’la dan
Allahu Ajall. Jadi, adanya perbedaan ini, apakah kita beribadah itu dengan lafadz atau dengan
maknanya.
ْن اَوْ اَ ْكثَ َرDِ الَّ ْفظُ الَّ ِذيْ يَدُلُّ َعلَی َم ّعنَيَي
Musytarak adalah satu lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih.
Musytarak ialah lafadz yang memiliki arti satu kata namun dengan banyak
makna(homonim) digunakan untuk dua arti atau lebih dengan pengunaan yang bermacam-
macam. Dalam definisi lain yaitu lafadz yang digunakan dua makna yang berbeda atau lebih.
Seperti lafadz quruu’ yang memiliki arti berbeda, ada yang mengartikan suci, dan haidh.
Jadi lafadz musytarak dapat diartikan lafadz yang diletakan atas dua makna atau lebih
dengan peletakan bermacam-macam dimana lafadz itu menunjukan makna yang ditetapkan
secara bergantian, artinya lafadz itu menunjukan makna ini atau makna itu. Sebagaimana
lafadz ain ditetapkan menurut bahasa untuk pandangan, untuk mata air yang bersumber, dan
mata-mata. Lafadz alquru ditetapkan dalam bahasa untuk pengertian suci dan haidh. Lafadz
yadun yang berarti tangan kanan atau tangan kiri, serta lafadz sanatun yang artinya tahun
Hijriyah atau Masehi.
_Jumhur ulama termasuk Imam Syafi'i, Kadi Abu Bakar dan Abu Ali al-Juba'i berpendapat:
Dengan alasan Firman Allah dalam surah Al-Hajj ayat 18, yang artinya "Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada dilangit, dibumi, matahari, bulan,
gunung, pohon-pohon, binatang-binatang yang melata dan sebagian dari manusia?"
1. Arti sujud kehaderat Allah SWT dengan menempelkan dahinya ke bumi (bagi manusia)
2. Arti tunduk ( ) االنقيارyang dilakukan oleh selain manusia (makhluk yang tidak berakal)
Penggunaan lafadz musytarak untuk dua atau beberapa maknanya tidak boleh
Misalnya firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 288, yaitu "Isteri-isteri yang diceraikan,
hendaklah menahan diri (ber'iddah) selama tiga kali quru"
Kata quru' tersebut mempunyai dua arti, yaitu datang bulan (haid) dan suci. Dan arti yang
dikehendaki oleh ayat ini sebagian ada yang berpendapat ialah datang bulan(haid), dengan
alasan:
1. Arti qur'un semula ialah waktu yang tertentu. Waktu yang tertentu hanya terdapat dalam
hal-hal(keadaan) yang bergiliran, yang datang kepada keadaan yang asal(pokok). Yang
bergiliran disini tidak lain hanyalah datang bulan(haid), sebab suci adalah keadaan yang asal.
Jadi, dapat kita ketahui disini bahwa yang dimaksud dengan lafaz musytarak disini, hanya
salah satu arti saja. Qarinahnya adalah haaliyah( keadaaan).
a). Perbedaan beberapa suku di dalam lafadz-lafadz untuk menunjukan beberapa arti. Suku
bangsa arab terdiri dari dua golongan, yaitu, golongan Adnan, dan golongan Qathan. Masing-
masing golongan ini terdiri dari suku yang bermacam-macam dan dusun yang terpencar-
pencar, yang berbeda-beda tempat dan lingkungannya. Kadang-kadang suatu suku membuat
nama untuk suatu pengertian. Kemudian suku lain menamakan suku tersebut untuk suatu
pengertian lainnya yang tidak dimaksud dengan suku pertama. Misalnya sebagian suku
mengartikan ( ) اليدdengan keseluruhan hasta (tangan), yang lain mengartikan dengan
lengan tangan atau telapak tangan, dan yang lain lagi mengartikan dengan tapak tangan saja.
b.) Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan majazi.
Seperti lafadz "as-sayyarah" yang semula dipakai untuk arti kafilah yang mengadakan
perjalanan, kemudian juga digunakan untuk arti bintang-bintang yang beredar mengelilingi
matahari, dan terakhir lafadz itu diartikan sebagai mobil.
c.) Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan makna istilah
syar’i. Seperti lafadz "as-sholah" ,yang dalam bahasa bermakna do’a, kemudian dalam istilah
syar’i digunakan untuk menunjukkan makna ibadah tertentu yang kita kenal selama ini.
1. Al-Khauf dan khasyah artinya ( Takut). Kedua kata ini memiliki arti yang sama akan tetapi
jelas sudah menjadi rahasia jika kata Al-Khasayah adalah lebih tinggi atau lebih kuat makna
ketakutannya dari pada kata Al-Khauf. Seperti contoh berikut:
"Mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S As Sajdah:16)
ِ"dan orang orang yang menghubungkan apa apa yang Allah perintah kan supaya
dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk."(Q.S
Ar Ra'd:21)
2. Asy-syukh dan al-bukhl.artinya pelit atau kikir. Al-Askary juga membedakan al-bukhl
dengan kata adl-dlann. Dengan adl-dlann yang berarti kecelanaan atau aibnya, namun al-
bukhl karena keadaannya. Seperti contoh berikut:
اس بِ ْالب ُْخ ِل َويَ ْكتُ ُموْ نَ َما َءا تَ ٰنهُ ُم هلّٰلا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه
َ َّالَّ ِذ ْينَ يَ ْب َخلُوْ نَ َو يَاْ ُُمرُوْ نَ الن
" Orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dab menyembunyikan karunia
yang telah diberikan Allah kepadanya."(Q.S An Nisa :37)
ين
ٍ ِضن ِ َو َما ه َُو َعلَى ْال َغ ْي
َ ِب ب
“Dan dia (muhammad) bukanlah orang yang kikir untuk menerangkan yang gaib.”(Q.S At
Taksir:24)
Artinya:
“ Orang-orang yang badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat
untuk mengambil barang rampasan, biarlah kami niscaya kami mengikutimu, mereka hendak
merubah janji Allah. Katakanlah: “kamu sekali-kali tidak boleh mengikuti kami; demikian
Allah telah menetapkan sebelumnya; mereka mengatakan: “sebenarnya kamu dengki kepada
kami. Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.”
Artinya:
“Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an supaya jelas jalan orang-orang
yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (Q.S Al An'am:55)
Adapun bentuk-bentuk lafadz musytarak itu adakalanya berupa isim (kata benda), seperti
lafadz al-nikah dalam QS. Al-Ahzab: 49 digunakan untuk makna al-‘aqd (akad). Di sisi lain
lafadz al-nikah juga digunakan untuk makna al-wath’u (bersenggama), seperti dalam QS. Al-
baqarah: 230.
Demikian juga musytarak dapat berupa huruf, seperti huruf min (dari) yang dapat
dimaksudkan untuk makna tujuan awal (li ibtida’ al-ghayah), seperti dalam QS. Al-Isyra’:1.
Lafadz min juga dapat berarti menunjukkan sebagian (li al-tab’idh), seperti dalam QS. Ali-
Imran: 92. Lafadz min juga dapat digunakan untuk menunjukkan makna sebab (li al-
sababiyah), dalam QS. Nuh: 25.
A. Kesimpulan
Dari isi makalah diatas yang menjadi kesimpulan pembahasan ialah sebagai berikut:
1. Yang dimaksud muradif ialah kalimah yang lafadznya banyak, sedangkan artinya sama,
(sinonin), seperti lafadz al-asad dan al- laitis artinya singa. Musytarak ialah lafadz yang
digunakan untuk dua arti atau lebih dengan pengunaan yang bermacam-macam. Dalam
definisi lain yaitu lafadz yang digunakan dua makna yang berbeda atau lebih. Seperti lafadz
quruu’ yang memiliki arti berbeda, ada yang mengartikan suci, dan haidh.
2. Penyebab adanya lafasz musytarak dalam bahasa banyak sekali, diantaranya yang
terpenting ialah perbedaan kabilah dalam mempergunakan lafazd untuk menunjukan kepada
beberapa makna. Sebagian kabilah memutlakan lafadz yad pada seluruh hasta, sebagian
kabilah yang lain memutlakan lafadz yad pada lengan dan telapak tangan. Dan sebagian lain
kabilah memutlakannya pada telapak tangan secara khusus.