Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian ‘AM

Lafazh yang umum (‘am) ialah yang menunjukan pada jumlah yang banyak dan
satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku.1

Al-Am menurut istilah ushul fiqih adalah :

ً‫ب َوضْ ٍع َوا ِح ٍد َد ْف َعة‬ ُ ‫الَّ ْفظُ ْال ُم ْستَ ْغ ِر‬


ِ ‫ق لِ َج ِمي ِْع ماَيَصْ لُوْ ُح بِ َح ْس‬

“Lafaz yang mencakup akan semua apa saja masuk padanya dengan satu
ketetapan & sekaligus”.2

Contoh lafaz Am seperti lafaz “laki-laki” ( ‫ا َ ُل‬NN‫) ال ِّرج‬ dalam lafaz tersebut
mencakup semua laki-laki. Atau lafaz “manusia” itu mencakaup semua manusia.
Sementara golongan Hanafiah memberi definsi lain sebagai berikut:

“Lafaz Am ialah suatu lafaz yang mencakup arti secara keseluruhan”.3

Dengan pengertian lain, al-Amm adalah suatu perkataan yang memberi


pengertian umum dan meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu
dengan tidak terbatas, misalnya al-Insan yang berarti manusia. Perkataan ini mempunyai
pengertian umum. Jadi, semua manusia termasuk dalam tujuan perkataan ini, sekali
mengucapkan lafadz al-insanberarti meliputi jenis manusia seluruhnya.

Dapat dimengerti keumuman itu menjadi sifat yang pengertiannya mencakup


segala yang dapat dimasukkan kedalam konotasi lafal. Sedangkan lafal yang hanya
menunjukkan beberapa orang, seperti rijalun tidak termasuk lafadz umum”.4

Al-‘am secara etimologi berarti merata atau yang umum. Sedangkan secara
terminologi atau istilah Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa Al-Am adalah
lafal yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian tiap lafal itu
sendiri tanpa di batasi dengan jumlah tertentu”.5

1
Zahra, Muhammad Abu, Ushul Al-Fiqh (Kairo: Dar Al-Fikral ’Arabi, 1985).
2
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M.A, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2008).
3
Tahdits, “’Am dan Khas,” diakses 12 Oktober 2021, https://tahdits.wordpress.com/2012/12/23/am-dan-
khas/.
4
Khairul Umam, Akhyar Aminudin, Ushul Fiqh II (Bandung: Pustaka Setia, t.t.).
5
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M.A, Ushul Fiqh.
B. Bentuk-bentuk Lafaz ‘Amm
Lafaz ‘amm mempunyai beberapa bentuk yang secara hakiki diperuntukkan
baginya, yakni sebagai berikut:
a. Lafaz  ‫كل‬  - kulli (setiap / tiap-tiap)  dan ‫جامع‬  - jami’ (seluruhnya / segala).
Misalnya:
ِ ْ‫س َذائِقَةُ ْال َمو‬
‫ت‬ ٍ ‫ ُكلُّ نَ ْف‬:
Artinya:“Tiap-tiap yang berjiwa akan mati”. (Ali ‘Imran, 185)

ِ ْ‫ق لَ ُك ْم َما فِي اأْل َر‬


‫ض َج ِميعًا‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي َخل‬
Artinya; “Dialah Allah yang menjadikan untukmu segala yang ada di bumi secara
keseluruhan (jami’an)”. (Al-Baqarah:29)
b. Kata benda tunggal (lafaz mufrad) yang di ma’rifatkan dengan alif-lam yang
dipergunakan untuk memakrifatkan jenis. Contoh:
‫َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا‬
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(Al_baqarah: 27). Lafaz  al-bai’ (jual beli) dan al-riba adalah kata benda yang di
ma’rifatkan dengan alif lam.
c. Kata jamak (plural) yang disertai alif dan lam di awalnya yang dipergunakan
untuk memakrifatkan jenis, dan bentuk jamak yang dimakrifatkan dengan
idhafah   Seperti:
‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬
Artinya: “Para ibu (hendaklah) menyusukan anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi  orang yang ingin menyempurnakan penyusuannya”. (Al-Baqarah:233)
Contoh lain al-muhsanatu (wanita-wanita yang bersuami), al-mutallaqatu
(wanita-wanita yang ditalak). Contoh bentuk jamak yang dimakrifatkan dengan
idhafah adalah amwalakum (harta-hartamu).
d. Isim Mawsul (kata sambung). Seperti ma, al-ladzina, al-ladzi dan sebagainya.
Salah satu contoh adalah firman Allah:

‫ال ْاليَتَا َمى ظُ ْل ًما ِإنَّ َما يَأْ ُكلُونَ فِي بُطُونِ ِه ْم نَارًا َو َسيَصْ لَوْ نَ َس ِعيرًا‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ أَ ْم َو‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara
zalim, sebenarnya mereka itu menelan api  sepenuh perut dan mereka akan masuk
ke dalam api yang menyala-nyala”. (An-Nisa:10).
e. Isim-isim isyarat, kata benda untuk mensyaratkan, seperti kata ma, man dan
sebagainya.
Misalnya:

َّ َ‫َو َم ْن قَتَ َل ُم ْؤ ِمنًا خَ طَأ ً فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة َو ِديَةٌ ُم َسلَّ َمةٌ إِلَى أَ ْهلِ ِه إِاَّل أَ ْن ي‬
‫ص َّدقُوا‬
Artinya : “dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) bersedekah”.(An-Nisa’:92).
f. Isim nakirah dalam susunan kalimat nafy (negatif), nahy (larangan) atau syarat 
seperti kata  ‫ اَل ُجنَاح‬dalam ayat berikut:

‫َاح َعلَ ْي ُك ْم أَ ْن تَ ْن ِكحُوه َُّن إِ َذا آَتَ ْيتُ ُموه َُّن أُجُو َره َُّن‬
َ ‫ َواَل ُجن‬..…..
Artinya: “dan tidak ada dosa atas kamu mengawini mereka apabila kamu bayar
kepada mereka maharnya”. (Al-Mumtahanah:10). 6
C. Macam-macam Lafaz ‘Amm
Melihat bentuk lafadz di atas, dapat diambil bahwa lafadz yang menunjukkan arti
umum ada 3 macam, di antaranya adalah:
a. Lafaz umum yang dikehendaki keumumannya secara pasti, yaitu lafaz-lafaz
umum yang disertai qarinah (tanda). Lafaz ‘amm yang yang tidak mungkin bisa 
ditakhsis. Misalnya:

ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اأْل َر‬


‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا‬
Artinya : ”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya.(Hud:6).
Yang dimaksud adalah seluruh jenis hewan melata, tanpa kecuali.
b. Lafaz ’amm yang dimaksud secara qathi’ khusus, yaitu didampingi dengan
qarinah yang menghilangkan keumumannya dan menjelaskan bahwa yang

6
Dr. H. Ahmad Sanusi, M.A, Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2015).
dimaksud dari lafaz itu adalah sebagian dari satuan-satuannya. Lafaz ’amm yang
bisa ditakhsis, karena ada dalil dan bukti yang menunjukkan kekhususannya.
Contohnya:

‫ُول هَّللا ِ َواَل يَرْ َغبُوا بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم ع َْن‬


ِ ‫ب أَ ْن يَتَ َخلَّفُوا ع َْن َرس‬
ِ ‫َما َكانَ أِل َ ْه ِل ْال َم ِدينَ ِة َو َم ْن َحوْ لَهُ ْم ِمنَ اأْل َ ْع َرا‬
‫نَ ْف ِس ِه‬         
            Artinya : Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang
Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah
(pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka
daripada mencintai diri Rasul. (At-Taubah: 120).
            Penduduk Madinah dan orang-orang Badui disekitarnya adalah lafaz yang
umum, namun yang dimaksudkan adalah khusus orang-orang kaya dan mampu
dikalangan kedua itu. Sebab orang yang tidak mampu tidak mungkin sanggup
untuk keluar menyertai Nabi SAW dalam peperangan, karena tidak memiliki
bekal yang mutlak diperlukan dalam peperangan.
c. Lafadz ‘amm yang memang di pakai untuk hal – hal yang khusus, seperti lafadz
umum yang tidak ditemukan adanya tanda yang menunjukkan ditakhsis. Contoh:

‫ات يَت ََربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء‬
ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.
( Al-Baqarah: 228).
Lafadz ‘am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqatu (wanita-wanita yang
ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah
makna umum atau sebagian cakupannya.7
D. Pengertian Khas

Khas secara bahasa adalah lawa dari 'am (‫ )ضد العام‬menurut istilah ialah:

‫اللفظ الدال على محصور بشخص ٱو عدد‬

"Suatu lafaz yang menunjukkan arti sesuatu yang terbatas dengan orang tertentu
atau bilangan tertentu".
7
Abdul Kholik, “LAFADZ ‘AMM, KHASS, DAN TAKHISS,” Blogger, 12 Oktober 2021,
https://matakuliyah.blogspot.com/2017/04/lafadz-amm-khass-dan-takhiss.html.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa lafaz khas adalah suatu lafaz yang
figunakan untuk menunjukkan arti tertentu atau khusus, baik berupa person (orang)
tertentu seperti isim alam (khalid, Muhammad,dsb); berupa jenis seperti ‫ فرس‬،‫ رجل‬atau
bisa berupa 'adad (bilangan) seperti dua, tiga, sepuluh, tiga puluh, dll.8

E. Karakteristik Lafaz Khas


1. Diungkapkan dengan menyebut jumlah

Contoh:

‫ات يَتَ َربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُوْ ٍء‬
ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬

"Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali


quru'..." (QS. Al-Baqarah: 228)

Maksud ayat diatas adalah seorang wanita yang ditolak oleh suaminya hendaknya
ber-'iddah selama tiga kali haid/suci. Dalam ayat diatas terdapat lafaz 'adad (jumlah)
yaitu lafaz ‫(ثالث‬tiga). Sehingga dapat dipahami bahwa lafaz diatas termasuk lafaz khas
karena diungkapkan dengan jumlah atau bilangan

2. Menyebut jenis (golongan, nama sesuatu, nama orang)

Misal yang menunjukkan golongan:

ْ ُ‫َوا ْقتُل‬
ُ ‫واال ُم ْش ِر ِك ْينَ َحي‬
‫ْث َو َج ْدتُ ُموْ هُ ْم‬

“Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu dimana saja kamu jumpai”.(QS. At-
Taubah: 5).

Yang termasuk lafaz khas pada ayat diatas adalah lafaz musyrik, karena
menunjukkan golongan tertentu saja, yaitu orang-orang yang syirik (menduakan Allah)

Misal yang menunjukkan nama orang:

ِ‫ُم َح َّم ٌد َّرسُوْ ُل هللا‬

"Muhammad itu adalah seorang Rasulullah". (QS. Al-Fath: 29)

8
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: RIneka Cipta, 2005).
Lafaz "Muhammad diatas termasuk lafaz khas, karena menunjuk kepada satu
pengertian yaitu Nabi Muhammad SAW

3. Lafaz yang ada batasnya atau lafaz idafah

Contoh:

‫َو َم ْن قَت ََل ُم ْؤ ِمنًا َخطَا ً فَتَحْ ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ُّم ْؤ ِمنَ ٍة‬

"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin karena tersalah maka


(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman". (QS. An-Nisa': 92)

Lafaz ‫ رقبة‬pada ayat diatas termasuk lafaz khas karena telah ada sifat yang
membatasinya yaitu lafaz ‫مؤمنة‬. Berarti budak yang wajib dimerdekakan disini adalah
budak yang mukmin.9

9
Romli, Studi Perbandingan Ushul Fiqh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Anda mungkin juga menyukai