(UMUM) DAN
KHAS (KHUSUS)
Al ‘am secara etimologi berarti merata, yang umum. Sedangkan
secara terminologi atau istilah, Muhammad Adib Saleh mendefinisikan
bahwa al ‘am adalah lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum
sesuai dengan pengertian tiap lafadz itu sendiri tanpa dibatasi dengan
jumlah tertentu. [1]
Dari sini bisa disimpulkan bahwa lafadz ‘amm atau umum ialah lafadz
yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian
lafadz itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu.
2. ِ( ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺍﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕali ‘Imran : 185) dan … ٍ(ﺧَﺎﻟِﻖُ ﻛُﻞِّ ﺷَﻴْﺊal-An’am : 102).
Searti dengan kull adalah jami’.
5. ِّ( ﻓَﻼَ ﺭَﻓَﺚَ ﻭَﻻَﻓُﺴﻮْﻕَ ﻭَﻻَ ﺟِﺪَﺍﻝَ ﻓِﻲ ﺍْﻟﺤَﺞal-Baqarah : 197), ِّ( ﻓَﻼَ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑAl-Isra’ :
23), atau dalam konteks syarat seperti
6. ِ( ﻭَﺍِﻥ ﺍَﺣَﺪٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴْﻦَ ﺍﺳْﺘَﺠَﺎﺭَﻙَ ﻓَﺎَﺟِﺮْﻩُ ﺣَﺘﻰَّ ﻳَﺴْﻤَﻊَ ﻛَﻼَﻡَ ﺍﻟﻠﻪAl-bara’ah : 6)
8. Semua isim syarat.Misalnya : ﻓَﻤَﻦْ ﺣَﺞَّ ﺍْﻟﺒَﻴْﺖَ ﺍَﻭِﺍﻋْﺘَﻤَﺮَﻓَﻼَ ﺟُﻨَﺎﺡَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍَﻥْ ﻳَﻄَّﻮَﻑَ ﺑِﻬِﻤَﺎ
(al-Baqarah : 158) ini untuk menunjukkan umum bagi semua yang
berakal. Dan ( ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮْ ﻣِﻦْ ﺧَﻴْﺮٍ ﻳَﻌْﻠَﻤْﻪُ ﺍﻟﻠﻪal-Baqarah : 197) ini untuk
menunjukkan bagi yang tidak berakal.
“dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah
yang memberi rizkinya.” (QS. Hud : 6)
Dan firmannya :
ً… ﻭَﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺣِﺞُّ ﺍْﻟﺒَﻴْﺖِ ﻣَﻦِ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﺍِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴْﻼ
۱٢ : )ﻣَﺎﻛَﺎﻥَ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﺪِﻳْﻨَﺔِ ﻭَﻣَﻦْ ﺣَﻮْﻟَﻬُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍْﻻَﻋْﺮَﺍﺏِ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺨَﻠَّﻔُﻮْﺍ ﻋَﻦْ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ( ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ
( ُﺍَﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍِﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻗَﺪْ ﺟَﻤَﻌُﻮْﺍ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺎﺧْﺸَﻮْﻫُﻢْ ﻓَﺰَﺍﺩَﻫُﻢْ ﺍِﻳْﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍْﻟﻮَﻛِﻴْﻞ
۱٧۳ : )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ
Maksud an-Nas yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud, sedang An-
Nas kedua adalah Abu Sufyan. Kedua lafadz tersebut tidak
dimaksudkan untuk makna umum.kesimpulannya ditunjukkan pada
ayat sesudahnya ْ ﺍِﻧَّﻤَﺎ ﺫَﺍﻟِﻜُﻢsebab syarat dengan ْ ﺫَﺍﻟِﻜُﻢhanya
menunjukkan kepada satu orang tertentu.
1. Pengertian Khas dan Mukhassis Seputar amm dan khas dalam al-
qur’an
Lafadz khas merupaka lawan dari lafadz ‘am, jika lafadz ‘am
memberikan arti umum, yaitu suatu lafadz yang mencakup berbagai
satuan-satuan yang bnyak, maka lafadz khas adalah suatau lafadz
yang menunjukan makna khusus. [11] Definisi lafadz khas dari para
ulama adalah sebagai berikut:
Khas adalah lawan kata ‘amm, karena itu tidak menghabiskan semua
apa yang pantas baginya tanpa pembatasan. Takhsis adalah
mengeluarkan sebagian apa yang dicakup lafadz ‘amm. Dan
mukhassis (yang mengkhususkan) ada kalanya muttasil, yaitu yang
antara ‘amm dan mukhassis tidak dipisah oleh sesuatu hal, dan
adakalanya munfasil, yaitu kebalikan dari muttasil [13]
Seperti yang dikemukakan Adib Shalih, lafadz khash adalah lafadz yang
mengandung satu satu pengertian tunggal secara tunggal atau beberapa pengertian
yang terbatas.
Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafadz khusus adalah lafadz yang
menunjukkan arti satu atau lebih tapi masih dapat di hitung atau
terbatas, seperti [14] ٍ ﺃَﻟْﻒُ ﺭِﺟَﺎﻝ, ِ ﺭَﺟُﻼَﻥ, ٌﺭَﺟُﻞ
Jadi yang dimaksud dengan khas ialah lafadz yang tidak meliputi
mengatakannya sekaligus terhadap dua sesuatu atau beberapa hal
tanpa menghendaki kepada batasan. [15]
1. Istisna’ (pengecualian) seperti firman Allah : ْﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﺮْﻣُﻮْﻥَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺼَﻨَﺎﺕِ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢ
َّﻳَﺄْﺗُﻮْ ﺑِﺄَﺭْﺑَﻌَﺔِ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَ ﻓَﺎﺟْﻠِﺪُﻭْﻫُﻢْ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴْﻦَ ﺟَﻠْﺪَﺓً ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺒَﻠُﻮْﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﺷَﻬَﺎﺩَﺓً ﺃَﺑَﺪًﺍ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟﻔﺎَﺳِﻘُﻮﻥَ ﺍِﻻ
ْ( ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺗَﺎﺑُﻮﺍAn-Nur : 4-5)
2. Sifat , misalnya َّ ﻭَﺭَﺑَﺎﺋِﺒُﻜُﻢُ ﺍﻟﻼﺗﻲ ﻓِﻲْ ﺣُﺠُﻮْﺭِﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﻧِﺴَﺎﺋِﻜُﻢُ ﺍﻟﻼَّﺗِﻲْ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢْ ﺑِﻬِﻦlafadz
َّ ﺍﻟﻼَّﺗِﻲْ ﺩَﺧَﻠْﺘُﻢْ ﺑِﻬِﻦadalah sifat bagi lafadz nisa’ukum. Maksudnya, anak
perempuan istri telah digauliitu haram dinikahi oleh suami, dan halal
bila belum menggaulinya.
3. Syarat , misalnya : َﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺍِﺫَﺍ ﺣَﻀَﺮَ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ﺍِﻥْ ﺗَﺮَﻙَ ﺧَﻴْﺮً ﺍﻟﻮَﺻِﻴَّﺔُ ﻟِﻠْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦ
َ( ﻭَﺍﻻَﻗْﺮَﺑِﻴْﻦَ ﺑِﺎﻟﻤَﻌْﺮُﻭْﻑِ ﺣَﻘَّﺎ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻨِﻴْﻦal-Baqarah : 180). lafadz ًﺍِﻥْ ﺗَﺮَﻙَ ﺧَﻴْﺮ
(jika ia meninggalkan harta) adalah syarat dalam wasiat. Dan َﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦ
ً( ﻳَﺒْﺘَﻐُﻮْﻥَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻤَّﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﻨُﻜُﻢْ ﻓَﻜَﺎﺗِﺒُﻮْﻫُﻢْ ﺍِﻥْ ﻋَﻠِﻤْﺘُﻢْ ﻓِﻴْﻬِﻢْ ﺧَﻴْﺮﺍan-Nur : 33), yakni
mengetahui adanya kesanggupan untuk membayar ayau jujur dan
penghasilan.
4. Ghayah (batas sesuatu), seperti dalam ﻭَﻻَ ﺗَﺤْﻠِﻘُﻮْ ﺭُﺅُﺳَﻜُﻢْ ﺣَﺘَّﻰْ ﻳَﺒْﻠُﻎَ ﺍﻟْﻬَﺪْﻱُ ﻣَﺤِﻠَّﻪ
(al-Baqarah : 196) dan َ( ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺮَﺑُﻮْﻫُﻦَّ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻄْﻬُﺮْﻥAl-Baqarah : 222)
Contoh yang ditakhsis oleh hadis ialah ayat : ( ﻭَﺍَﺣَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺒَﻴْﻊَ ﻭَﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟّﺮِﺑَﺎal-
Baqarah : 275). Ayat ini di takhsis oleh jual beli yang fasid
sebagaimana disebutkan dalam sejumlah hadis. Antara lain
disebutkan dalam kitab sahih bukhari, dari ibnu umar, ia berkata :
“Rasulullah melarang mengambil upah dari air mani kuda jantan”.
Dan dari jenis riba didispensasikanlah jual beli ‘ ariyah , yakni menjual
kurma basah yang masih di pohon dengan kurma kering. Jual beli ini
diperkenankan (mubah) oleh sunnah.
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﺻَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺭَﺧَّﺺَ ﻓِﻲْ ﺑَﻴْﻊِ ﺍﻟْﻌَﺮَﺍﻳَﺎ ﺑِﺨِﺮﺻِﻬَﺎ
ٍﻓِﻴْﻤَﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺧَﻤْﺴَﺔِ ﺃَﻭْﺳُﻖٍ ﺃَﻭﺀ ﻓِﻲْ ﺧَﻤْﺴَﺔِ ﺃَﻭْﺳُﻖ
Jadi hadis: ُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻄَﻬُﻮْﺭُ ﻣَﺎﺅُﻩُ ﺍﻟْﺤِﻞُّ ﻣَﻴْﺘَﺘُﻪmentakhsis keumuman firman Allah
ُﺣُﺮِّﻣَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻴْﺘَﺔ
Hadis ِ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺿَﺎﺀِ ﻣَﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺴَﺐadalah mentakhsis keumuman
firman Allah ْﻭَﺃُﺣِﻞَّ ﻟَﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﺫَﺍﻟِﻜُﻢ
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan.Manna’ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Quran , Bogor: Litera Antar Nusa, 2011.