Disusun Oleh :
1. Muhammad Luthfi Hairussani (12201197)
2. Ranti Ayuningsih (12201201)
3. Qonitha Amanda Fitriyani (12201186)
Alhamdulillah,, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memnuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Fiqih dan Ushul Fiqih dengan tema “Kaidah Ushuliyah (Khash,
Amr dan Nahyi”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki ,tapi penulis
tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan poin-poin di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku, jurnal maupun sumber-sumber yang
lain.
Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….
A. latar belakag……………………………………………………. ……
B. rumusan masalah……………………………………………….. ……
C. tujuan penelitian………………………………………………... ……
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………
A. Kaidah Amm…………………………………………………………..
1. Pengertian Amm…………………………………………………..
2. Jenis-jenis Amm……………………………………………………
3. Karakteristik Amm………………………………………………..
B. Kaidah Khas ………………………………………………………….
1. Pengertiaan Khas………………………………………………….
2. Karakteristik Khas………………………………………………….
C. Kaidah Amr…………………………………………………………..
1. Pengertian Lafadz Amr…………………………………………..
2. Redaksi Amr……………………………………………………..
D. Kaidah Nahi………………………………………………………….
1. Pengertian Nahi………………………………………………….
2. Redaksi Nahi…………………………………………………….
3. Macam-macam makna Nahi……………………………………..
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………….
3.1 kesimpulan……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu unsur penting dalam mengkaji islam adalah dengan ilmu ushul fiqih karena
ilmu ushul fiqih berisi kaidah-kaidah yang dijadikan sarana untuk menggali hukum syar’i dari
sumber hukum Al-Qur’an dan Hadis,karena ditakutkan Ketika dalam memahami islam hanya
setengah-setengah hanya akan memberikan dampak negatif. Dalam memahami al-kandungan
nash qur’an dan hadis ini dari sudut teks maupun makna juga dibutuhkan kunci, metode dan
ilmu khusus , salah satunya dengan mempelajari kaidah-kaidah ushuliyah.
Kaidah ushuliyyah adalah kaidah yang berkaitan dengan bahasa. Dan kaidah
ushuliyyah ini juga merupakan kaidah yang sangat penting, karena kaidah ushuliyyah
merupakan media atau alat untuk menggali kandungan makna dan hukum yang tertuang dalam
nash Alquran dan As-Sunnah. Kaidah-kaidah ushuliyah di sebut juga kaidah Istinbat atau
kaidah Lugawiyah. Diantara beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Ilmu Ushul Fiqih
yang didalamnya terdapat kaidah-kaidah (ushuliyah) yaitu tentang ‘Am, Khas, Amr, dan Nahi.
Secara garis besar, metode istinbath dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu segi
kebahasaan, segi mawasid(tujuan) syari’ah, dan segi penjelasan beberapa dalil yang
bertentangan. dari tiga kategori ayat-ayat hukum itulah terbentuk hukum-hukum, seperti wajib,
mandub, haram, makruh dan mubah. dalam makalah ini, yang akan dibahas adalah masalah
metode istinbath bila dilihat dari segi kebahasaan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ‘Amm Khas ,Amr dan Nahyi
2. Apa sajakah jenis dan karakteristik ‘Amm dan Khas,
3. Apa sajakah redaksi kaidah Amr dan Nahyi
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mendeskripsikan definisi ‘Amm Khas, Amr dan Nahyi
2. Untuk Mengetahui jenis dan karakteristik ‘Amm dan Khas
3. Untuk Mengetahui redaksi kaidah Amr dan Nahyi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAIDAH ‘AMM
1. Pengertian Amm
Secara Bahasa ‘am artinya umum, merata, dan menyeluruh. Secara istilah
“ ‘Am adalah satu lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan satu
makna saja.” Contohnya kata ان
ِ س ِ إyang artinya manusia (mencangkup segala
َ اْل إن
jenis manusia). Seperti juga disimpulkan oleh Muhammad Adib Saleh,
bahwasannya lafal umum adalah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum
sesuai dengan pengertian lafal itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu.1
b. Lafadz ‘am tetapi maksudnya khusus (al-am al-muradu bihi alkhushush), yaitu
‘am yang disertai qarinah yang menghilangkan arti umumnya dan menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan ‘am itu adalah sebagian dari satuannya.
َ ّللا َو َّل يَ ْر
غبُ ْوا ِ َما كَانَ ِّلَ ْه ِل ا ْل َم ِد ْينَ ِة َو َم ْن َح ْولَ ُه ْم ِ ِّمنَ ْاّلَع َْرا
ُ ب اَ ْن يَتَ َخلَفُ ْوا ع َْن َر
ِ ٰ س ْو ِل
بِا َ ْنفُس ِِه ْم ع َْن نَ ْفسِه
Artinya “.Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui
yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi
1
Prof. Dr. H. Satria Effendi. M. Zein, M.A, USHUL FIQH (Jakarta: KENCANA, 2005), 179
berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka
daripada (mencintai) diri Rasul. ( Q.S At-Taubah : 120 )
Yang dimaksud ayat tersebut bukan seluruh penduduk Mekah, tapi hanya
orang-orang yang mampu. Sepintas dipahami bahwa ayat tersebut
menunjukkan ayat umum, yaitu penduduk madinah dan orang-orang arab
disekitarnya, termasuk orang-orang sakit dan lemah. Namun yang dikehendaki
dari ayat tersebut bukanlah masyarakat pada umumnya, tetapi hanya
masyarakat yang mampu saja yang diwajibkan.2
c. Lafadz ‘am yang dikhusushkan (al-am al-makhshush), yaitu ‘am yang tidak
disertai qarinah, baik itu qarinah yang tidak memungkinkan untuk ditakhshish
maupun qarinah yang menghilangkan keumumannya. Lafadz ‘am ini
menunjukkan keumumannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan.
صنَ ِبا َ ْنفُس ِِهنَ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۤ ْوء
ْ َطلَ ٰقتُ يَتَ َرب
َ َوا ْل ُم
Artinya : “ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru'. “ ( Q.S Al-Baqarah : 228 )
Lafadz ‘am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqat (wanitawanita yang
ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud
adalah makna umum atau sebagian cakupannya.
2
Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1997), hlm 153.
ِ ق لَ ُك ْم َما فِي ْاْلَ ْر
ض َج ِميعًا َ َه َُو الَذِي َخل
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di Bumi.”
(Qs. Al-Bagarah : 29)
Lafadz Kullu dan Jami’an diatas, kedua-duanya mencakup seluruh
satuan yang tidak terbatas.
B. KAIDAH KHAS
1. Pengertian Lafadz Khas
Khas menurut bahasa (etimologi) adalah lafadz yang menunjukkan arti
yang tertentu, tidak meliputi arti umum, dengan kata lain, khas itu kebalikan
dari ‘âm. Sedangkan Khas menurut istilah (trminologi) adalah lafadz yang
menunjukkan sesuatu yang dibatasi dengan pribadi atau bilangan.3 Sedangkan
menurut Ulama’ Ushul Fiqh adalah Lafadz yang diwadla’kan untuk
menunjukkan kepada orang yang tertentu.4
Contoh :
3
Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, Ushul Fiqh, (Kairo: Darul Aqiqah, 2003 ),hlm 60.
4
Tengku Muhammad Hasbie Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra,
1997),hlm 320.
رجلArtinya seorang laki- laki, dalam hal ini terbatas pada seorang saja.
5
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 193.
dapat dipahami bahwa lafadz khash menunjukkan makna tertentu dan
spesifik, yang cakupannya terbatas pada satu obyek atau satu satuan yang
menggambarkan jumlah, jenis dan macam dari sesuatu.
C. KAIDAH AMR
1. Pengertian Amr
Secara terminology االمرberarti perintah, secara etimologi Imam
Syarifuddin Yahya Al Umrithi mengatakan dalam kitab al-Waroqot:
Bahwasanya perintah yaitu permintaan untuk melakukan suatu pekerjaan yang
wajib menggunakan ucapan kepada orang yang derajatnya lebih rendah dari
orang yang meminta. Bisa disimpulkan bahwa perintah yaitu permintaan untuk
melakukan suatu perkara dari orang yang lebih tinggi derajatnya. 6
2. Redaksi-Redaksi Amr
a. Fi’il Amr / kata kerja perintah , contoh :
6
Syarifuddiin Yahya Al Umrithi. Tashilut turuqot. Darul kutub islamiyah. Jakarta. 2011 hal 46.
ِ َو ْلتَك ُْن ِ ِّم ْن ُك ْم ا ُ َمة يَ ْدع ُْونَ اِلَى ا ْل َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ بِا ْل َم ْع ُر ْو
ف َويَ ْن َه ْونَ ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر
ٰۤ
َول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْون ُ َوا
c. Isim fi’il Amr, yaitu isim mabni yang saat digunakan berfungsi sebagai fi’il
amr, contoh :
ض َل اِذَا ا ْهتَ َد ْيت ُ ْم َ ٰيٓاَي َها الَ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا
َ ُعلَ ْي ُك ْم اَ ْنف
َ س ُك ْم ۚ َّل يَضُر ُك ْم َم ْن
“ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)
tiga kali quru'. “ ( Q.s Al -Baqarah:228)
D. KAIDAH NAHI
1. Pengertian Nahi
Ahli ushul fiqih mengemukakan pengertian Nahi sebagai suatu tuntutan secara
pasti untuk meninggalkan suatu perbuatan. Jumhur ulama ushul fiqih termasuk
Muhammad bin Ali as-Syaukani menambahkan pengertian Nahi tersebut
dengan kalimat "melalui perintah dari atas" maksudnya tuntutan secara pasti
untuk meninggalkan suatu perbuatan itu harus datang dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan dengan pihak yang dilarang
2. Redaksi Nahi
7
Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul ( Jakarta:Gaya Media Pratama ) hlm.189-190
8
Moh Rifai, Ushul Fiqih ( Bandung: PT Al-Ma’arif 1994 ) hlm 40-42
Artinya: “Ya Tuhan kami! janganlah engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami bersalah.”(QS. Al-Baqarah: 386)
Perkataan “janganlah engkau hukum kami....” bukan menunjukkan
larangan, sebab manusia tidak berhak melarang Tuhan, karena manusia di
bawah kekuasaan-Nya, tetapi perkataan itu menunjukkan permohonan
sebagai do’a kepada Allah SWT.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
M. Zein, M.A , Prof. Dr. H. Satria Effendi.2005, USHUL FIQH ,(Jakarta: KENCANA)
Muhammad ,Syaikh bin Shalih,2003 al- Utsaimin, Ushul Fiqh,( Kairo: Darul Aqiqah)
Al Umrithi , Syarifuddiin Yahya, . 2011 Tashilut turuqot. (Jakarta: Darul kutub islamiyah. )