Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FIQIH DAN USHUL FIQIH

KAIDAH USHULIYAH ( ‘AMM DAN KHASH, AMR DAN NAHI )

Dosen Pengampu : Abdul Aziz, M.pd

Disusun Oleh :
1. Muhammad Luthfi Hairussani (12201197)
2. Ranti Ayuningsih (12201201)
3. Qonitha Amanda Fitriyani (12201186)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memnuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Fiqih dan Ushul Fiqih dengan tema “Kaidah Ushuliyah (Khash,
Amr dan Nahyi”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami miliki ,tapi penulis
tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan poin-poin di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku, jurnal maupun sumber-sumber yang
lain.

Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.

Pontianak,15 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….

A. latar belakag……………………………………………………. ……
B. rumusan masalah……………………………………………….. ……
C. tujuan penelitian………………………………………………... ……

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………

A. Kaidah Amm…………………………………………………………..
1. Pengertian Amm…………………………………………………..
2. Jenis-jenis Amm……………………………………………………
3. Karakteristik Amm………………………………………………..
B. Kaidah Khas ………………………………………………………….
1. Pengertiaan Khas………………………………………………….
2. Karakteristik Khas………………………………………………….
C. Kaidah Amr…………………………………………………………..
1. Pengertian Lafadz Amr…………………………………………..
2. Redaksi Amr……………………………………………………..
D. Kaidah Nahi………………………………………………………….
1. Pengertian Nahi………………………………………………….
2. Redaksi Nahi…………………………………………………….
3. Macam-macam makna Nahi……………………………………..

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………….

3.1 kesimpulan……………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu unsur penting dalam mengkaji islam adalah dengan ilmu ushul fiqih karena
ilmu ushul fiqih berisi kaidah-kaidah yang dijadikan sarana untuk menggali hukum syar’i dari
sumber hukum Al-Qur’an dan Hadis,karena ditakutkan Ketika dalam memahami islam hanya
setengah-setengah hanya akan memberikan dampak negatif. Dalam memahami al-kandungan
nash qur’an dan hadis ini dari sudut teks maupun makna juga dibutuhkan kunci, metode dan
ilmu khusus , salah satunya dengan mempelajari kaidah-kaidah ushuliyah.

Kaidah ushuliyyah adalah kaidah yang berkaitan dengan bahasa. Dan kaidah
ushuliyyah ini juga merupakan kaidah yang sangat penting, karena kaidah ushuliyyah
merupakan media atau alat untuk menggali kandungan makna dan hukum yang tertuang dalam
nash Alquran dan As-Sunnah. Kaidah-kaidah ushuliyah di sebut juga kaidah Istinbat atau
kaidah Lugawiyah. Diantara beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Ilmu Ushul Fiqih
yang didalamnya terdapat kaidah-kaidah (ushuliyah) yaitu tentang ‘Am, Khas, Amr, dan Nahi.

Secara garis besar, metode istinbath dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu segi
kebahasaan, segi mawasid(tujuan) syari’ah, dan segi penjelasan beberapa dalil yang
bertentangan. dari tiga kategori ayat-ayat hukum itulah terbentuk hukum-hukum, seperti wajib,
mandub, haram, makruh dan mubah. dalam makalah ini, yang akan dibahas adalah masalah
metode istinbath bila dilihat dari segi kebahasaan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ‘Amm Khas ,Amr dan Nahyi
2. Apa sajakah jenis dan karakteristik ‘Amm dan Khas,
3. Apa sajakah redaksi kaidah Amr dan Nahyi

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mendeskripsikan definisi ‘Amm Khas, Amr dan Nahyi
2. Untuk Mengetahui jenis dan karakteristik ‘Amm dan Khas
3. Untuk Mengetahui redaksi kaidah Amr dan Nahyi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAIDAH ‘AMM
1. Pengertian Amm
Secara Bahasa ‘am artinya umum, merata, dan menyeluruh. Secara istilah
“ ‘Am adalah satu lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan satu
makna saja.” Contohnya kata ‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ إ‬yang artinya manusia (mencangkup segala
َ ‫اْل إن‬
jenis manusia). Seperti juga disimpulkan oleh Muhammad Adib Saleh,
bahwasannya lafal umum adalah lafal yang diciptakan untuk pengertian umum
sesuai dengan pengertian lafal itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu.1

2. Jenis- Jenis Amm


Lafadz ‘Amm apabila dilihat dari segi penggunaannya dapat dikategorikan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Lafadz ‘Amm yang tetap dalam keumumannya (Al-‘amm al-baqi ala umumih)
yaitu ‘am yang disertai qarinah yang tidak memungkinkan untuk ditakhshish.
۞ ‫ّللا ِر ْزقُ َها‬
ِ ٰ ‫علَى‬ ِ ‫َو َما ِم ْن د َۤابَة فِى ْاّلَ ْر‬
َ ‫ض ا َِّل‬
Artinya : “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan
semuanya dijamin Allah rezekinya, “ ( Q.S Hud : 6 )
Yang dimaksud adalah seluruh jenis hewan melata tanpa kecuali.

b. Lafadz ‘am tetapi maksudnya khusus (al-am al-muradu bihi alkhushush), yaitu
‘am yang disertai qarinah yang menghilangkan arti umumnya dan menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan ‘am itu adalah sebagian dari satuannya.
َ ‫ّللا َو َّل يَ ْر‬
‫غبُ ْوا‬ ِ ‫َما كَانَ ِّلَ ْه ِل ا ْل َم ِد ْينَ ِة َو َم ْن َح ْولَ ُه ْم ِ ِّمنَ ْاّلَع َْرا‬
ُ ‫ب اَ ْن يَتَ َخلَفُ ْوا ع َْن َر‬
ِ ٰ ‫س ْو ِل‬
‫بِا َ ْنفُس ِِه ْم ع َْن نَ ْفسِه‬
Artinya “.Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui
yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi

1
Prof. Dr. H. Satria Effendi. M. Zein, M.A, USHUL FIQH (Jakarta: KENCANA, 2005), 179
berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka
daripada (mencintai) diri Rasul. ( Q.S At-Taubah : 120 )
Yang dimaksud ayat tersebut bukan seluruh penduduk Mekah, tapi hanya
orang-orang yang mampu. Sepintas dipahami bahwa ayat tersebut
menunjukkan ayat umum, yaitu penduduk madinah dan orang-orang arab
disekitarnya, termasuk orang-orang sakit dan lemah. Namun yang dikehendaki
dari ayat tersebut bukanlah masyarakat pada umumnya, tetapi hanya
masyarakat yang mampu saja yang diwajibkan.2

c. Lafadz ‘am yang dikhusushkan (al-am al-makhshush), yaitu ‘am yang tidak
disertai qarinah, baik itu qarinah yang tidak memungkinkan untuk ditakhshish
maupun qarinah yang menghilangkan keumumannya. Lafadz ‘am ini
menunjukkan keumumannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan.
‫صنَ ِبا َ ْنفُس ِِهنَ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۤ ْوء‬
ْ َ‫طلَ ٰقتُ يَتَ َرب‬
َ ‫َوا ْل ُم‬
Artinya : “ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru'. “ ( Q.S Al-Baqarah : 228 )
Lafadz ‘am dalam ayat tersebut adalah al-muthallaqat (wanitawanita yang
ditalak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud
adalah makna umum atau sebagian cakupannya.

3. Karakteristik Lafadz ‘Amm


Berdasarkan hasil penelitian terhadap mufradat (sinonim) dan uslûb (gaya
bahasa) dalam bahasa arab, menunjukkan bahwa lafaz-lafaz yang arti
bahasanya menunjukkan kepada makna yang umum dan mencakup
keseluruhan satuan-satuannya para ulama ushul mengklasifikasikannya
sebagai berikut:

a. Kata kullu (‫ ُكل‬/tiap) dan jami’ (‫جامع‬


َ /semua)
Misalnya, Qs. Ali-Imran ayat 185

ِ ‫كُل نَ ْفس ذَآئِقَةُ ٱ ْل َم ْو‬


‫ت‬
Artinya : “Tiap diri (jiwa) akan merasakan mati” (Q. S Ali-Imran 185 )

2
Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1997), hlm 153.
ِ ‫ق لَ ُك ْم َما فِي ْاْلَ ْر‬
‫ض َج ِميعًا‬ َ َ‫ه َُو الَذِي َخل‬
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di Bumi.”
(Qs. Al-Bagarah : 29)
Lafadz Kullu dan Jami’an diatas, kedua-duanya mencakup seluruh
satuan yang tidak terbatas.

b. Kata jamak (plural) yang disertai alif dan lam di awalnya


َ‫الرضَاعَة‬ ِ ‫َوا ْل َوا ِل ٰدتُ يُ ْر ِض ْعنَ اَ ْو َّل َدهُنَ َح ْولَي ِْن ك‬
َ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يتِ َم‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al
Baqarah : 233)
Kata al walidat dalam ayat diatas bersifat umum yang mencakup
setiap yang bernama atau disebut ibu.
c. Kata benda tunggal yang di ma’rifatkan dengan alif-lam

ِّ ِ ‫ّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َر َم‬


‫الر ٰبوا‬ ٰ ‫َواَ َح َل‬
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (QS. Al Baqarah : 275)
Kata al-bai’ (jual beli) dan al-riba adalah kata benda yang di
ma’rifatkan dengan alif lam. Oleh karena itu, keduanya adalah
lafadh ‘am yang mencakup semua satuan-satuan yang dapat
dimasukkan kedalamnya.
d. Isim Mawsul (kata sambung). Seperti ma, al-ladzina, al-ladzi dan
sebagainya. Salah satu contoh adalah firman Allah:

ُ ُ‫ظ ْل ًما إِنَ َما يَأ ْ ُكلُونَ فِي ب‬


ً َ‫طونِ ِه ْم ن‬
‫ارا‬ ُ ‫إِنَ الَ ِذينَ يَأ ْ ُكلُونَ أَ ْم َوا َل ا ْليَتَا َمى‬
‫يرا‬ َ َ‫صلَ ْون‬
ً ‫س ِع‬ ْ َ‫سي‬
َ ‫َو‬

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak


yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perut dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala”.
(An-Nisa:10)
e. Isim-isim isyarat, kata benda untuk mensyaratkan, seperti kata
ma, man dan sebagainya. Misalnya:

‫سلَ َمة ِإلَى أَ ْه ِل ِه ِإ َّل أَ ْن‬ ُ ‫طأ ً فَتَحْ ِر‬


َ ‫ير َرقَ َبة ُمؤْ ِمنَة َو ِد َية ُم‬ َ ‫َو َم ْن قَتَ َل ُمؤْ ِمنًا َخ‬
‫ص َدقُوا‬
َ َ‫ي‬

Artinya : “dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena


tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya
(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah”.(An-Nisa’:92)

f. Isim nakirah dalam susunan kalimat nafy (negatif), nahy


(larangan) atau syarat seperti kata ‫ َّل ُجنَاح‬dalam ayat berikut:

َ ‫علَ ْي ُك ْم أَ ْن تَ ْن ِك ُحوهُنَ ِإذَا آَتَ ْيت ُ ُموهُنَ أ ُ ُج‬


َ‫ورهُن‬ َ ‫ َو َّل ُجنَا َح‬..…..
Artinya: “dan tidak ada dosa atas kamu mengawini mereka apabila
kamu bayar kepada mereka maharnya”. (Al-Mumtahanah:10)

B. KAIDAH KHAS
1. Pengertian Lafadz Khas
Khas menurut bahasa (etimologi) adalah lafadz yang menunjukkan arti
yang tertentu, tidak meliputi arti umum, dengan kata lain, khas itu kebalikan
dari ‘âm. Sedangkan Khas menurut istilah (trminologi) adalah lafadz yang
menunjukkan sesuatu yang dibatasi dengan pribadi atau bilangan.3 Sedangkan
menurut Ulama’ Ushul Fiqh adalah Lafadz yang diwadla’kan untuk
menunjukkan kepada orang yang tertentu.4
Contoh :

3
Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, Ushul Fiqh, (Kairo: Darul Aqiqah, 2003 ),hlm 60.
4
Tengku Muhammad Hasbie Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang : PT Pustaka Rizqi Putra,
1997),hlm 320.
‫ رجل‬Artinya seorang laki- laki, dalam hal ini terbatas pada seorang saja.

2. Karakteristik lafadz khas


Berdasarkan definisi lafadz khas sebagaimana yang telah disebutkan
sebelumnya, maka lafadz khas dapat diketahui dengan karakteristik sebagai
berikut: 5
a. Lafadz tersebut menyebutkan tentang nama seseorang, jenis, golongan,
atau nama sesuatu.
‫علَى ٱ ْل ُكفَ ِار ُر َح َما ٓ ُء بَ ْينَ ُه ْم‬ ِ َ‫ٱّلل ۚ َوٱلَ ِذينَ َمعَ ٓهُۥ أ‬
َ ‫ش َدآ ُء‬ ِ َ ‫سو ُل‬
ُ ‫م َح َمد َر‬
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka. ( Q.S Al-Fath:29 )
Lafadz ‫ م َح َمد‬pada ayat tersebut adalah lafadz khas, karena hanya
menunjukkan satu pengertian, yaitu Nabi Muhammad SAW
b. Lafadz tersebut menyebutkan jumlah atau bilangan tertentu dalam satu
kalimat.
‫صنَ ِبا َ ْنفُس ِِهنَ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۤ ْوء‬
ْ َ‫طلَ ٰقتُ َيتَ َرب‬
َ ‫َوا ْل ُم‬
Artinya : “ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru'. “ ( Q.S Al-Baqarah : 228 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa ‘iddah seorang wanita yang ditalak
suaminya adalah tiga kali quru’. Lafadz tsalatsah pada ayat tersebut
merupakan lafadz khas, karena secara eksplisit menyebutkan tentang
jumlah atau bilangan tertentu
c. Lafadz tersebut dibatasi dengan suatu sifat tertentu atau diidhafahkan
‫طـًٔا فَتَحْ ِري ُْر َرقَبَة مؤْ ِمنَة‬
َ ‫َو َم ْن قَتَ َل ُمؤْ ِمنًا َخ‬
Artinya : “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin karena
tersalah, maka (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang
beriman.” (QS An Nisa: 92)
Lafadz raqabah mu’minah (hamba sahaya yang beriman) dalam ayat
tersebut merupakan lafadz khas, karena menunjukkan pada satu jenis
tertentu, yaitu hamba sahaya yang beriman. Dari ketiga karakteristik di atas

5
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 193.
dapat dipahami bahwa lafadz khash menunjukkan makna tertentu dan
spesifik, yang cakupannya terbatas pada satu obyek atau satu satuan yang
menggambarkan jumlah, jenis dan macam dari sesuatu.

C. KAIDAH AMR
1. Pengertian Amr
Secara terminology ‫ االمر‬berarti perintah, secara etimologi Imam
Syarifuddin Yahya Al Umrithi mengatakan dalam kitab al-Waroqot:
Bahwasanya perintah yaitu permintaan untuk melakukan suatu pekerjaan yang
wajib menggunakan ucapan kepada orang yang derajatnya lebih rendah dari
orang yang meminta. Bisa disimpulkan bahwa perintah yaitu permintaan untuk
melakukan suatu perkara dari orang yang lebih tinggi derajatnya. 6
2. Redaksi-Redaksi Amr
a. Fi’il Amr / kata kerja perintah , contoh :

َّ ‫ار َكعُ ْواَ َم َع‬


ََ‫َالرا ِك ِعيْن‬ ََ َ‫ُواَالز ٰكوة‬
ْ ‫َو‬ َّ َ َ‫ص ٰلوة‬
‫َو ٰات‬ َّ ‫َوَاَقِ ْي ُمواَال‬

“ Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang


yang rukuk.” ( Q.S Al-Baqarah : 43 )

‫س َو ِد ِمنَ ا ْلفَجْ ِر‬


ْ َ‫ض ِمنَ ا ْل َخي ِْط ْاّل‬ ُ ‫ُكلُ ْوا َواش َْربُ ْوا َحتٰى يَتَبَيَنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي‬
ُ َ‫ط ْاّلَ ْبي‬

“ Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang


putih dan benang hitam, yaitu fajar” ( Q.S Al-Baqarah : 187 )

b. Fi’il Mudhari’ yang diawali dengan hurup lam amar, contoh :

‫فَ ْليَحْ ذَ ِر الَ ِذ ْينَ يُ َخا ِلفُ ْونَ ع َْن اَ ْم ِر ٓه‬

“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut” (


Q.S An-nur:63 )

6
Syarifuddiin Yahya Al Umrithi. Tashilut turuqot. Darul kutub islamiyah. Jakarta. 2011 hal 46.
ِ ‫َو ْلتَك ُْن ِ ِّم ْن ُك ْم ا ُ َمة يَ ْدع ُْونَ اِلَى ا ْل َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ بِا ْل َم ْع ُر ْو‬
‫ف َويَ ْن َه ْونَ ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر‬
ٰۤ
َ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْون‬ ُ ‫َوا‬

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” ( Q.S Ali-
Imran:104)

c. Isim fi’il Amr, yaitu isim mabni yang saat digunakan berfungsi sebagai fi’il
amr, contoh :

‫ض َل اِذَا ا ْهتَ َد ْيت ُ ْم‬ َ ‫ٰيٓاَي َها الَ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا‬
َ ُ‫علَ ْي ُك ْم اَ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم ۚ َّل يَضُر ُك ْم َم ْن‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu; (karena) orang yang


sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat
petunjuk. “ ( Q.s Al-Maidah : 105)

d. Isim Mashdar pengganti fi’il amr , contoh :

َ ْ‫َوبِا ْل َوا ِل َدي ِْن اِح‬


‫سانًا‬

“dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua… “ ( Q.s Al-Baqarah : 83)

e. Kalimat Khabar ( Berita ) yang mengandung makna perintah , contoh :

‫س ِهنَ ثَ ٰلثَةَ قُ ُر ۤ ْوء‬ ْ َ‫طلَ ٰقتُ يَتَ َرب‬


ِ ُ‫صنَ ِبا َ ْنف‬ َ ‫َوا ْل ُم‬

“ Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)
tiga kali quru'. “ ( Q.s Al -Baqarah:228)

f. Fi’il madhi dan mudhari yang mengandung arti perintah :

َ‫علَى الَ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَ ُك ْم تَتَقُ ْون‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم ال‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫ٰيٓاَي َها الَ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ب‬
“ Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,: ( Q.S Al- Baqarah : 183 )

D. KAIDAH NAHI

1. Pengertian Nahi

Ahli ushul fiqih mengemukakan pengertian Nahi sebagai suatu tuntutan secara
pasti untuk meninggalkan suatu perbuatan. Jumhur ulama ushul fiqih termasuk
Muhammad bin Ali as-Syaukani menambahkan pengertian Nahi tersebut
dengan kalimat "melalui perintah dari atas" maksudnya tuntutan secara pasti
untuk meninggalkan suatu perbuatan itu harus datang dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya dibandingkan dengan pihak yang dilarang

2. Redaksi Nahi

a. Fi’il Mudhari’ yang dihubungkan dengan ‫ ال ناهيه‬yaitu yang menunjukkan


larangan atau menyatakan tidak boleh melakukan perbuatan.sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 152:
ُ َ‫سنَُ َحت َّ ٰىَ َي ْبلُ َغَأ‬
َۖ‫ش َّد ُه‬ َ ْ‫َو ََلَتَ ْق َربُواَ َمالََا ْل َي ِت ِيمَ ِإ ََّلَ ِبالَّ ِتيَ ِه َيَأَح‬
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa”
.
b. Kata yang berbentuk perintah untuk meninggalkan suatu
perbuatan.Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Hajj:30
ََ‫ور‬ ُّ ‫َواجْ تَ ِنبُواَقَ ْول‬
َِ ‫ََالز‬ ِ َ‫َمنَ َ ْاْلَ ْوث‬
َ ‫ان‬ ِ ‫س‬َ ْ‫واَالرج‬
ِ ُ‫فَاجْ تَ ِنب‬
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan-perkataan dusta.”(Q.S.al-Hajj:30)

c. Menggunakan kata (‫ )نهي‬itu sendiri dalam kalimat.sebagaimana dalam


firman Allah
َ‫َوا ْل ُم ْنك َِر‬ ِ ‫َويَ ْن َه ٰىَع َِنَا ْلفَحْ ش‬
َ ‫َاء‬ َ ‫اءَذِيَا ْلقُ ْربَ ٰى‬
ِ َ‫َوإِيت‬
َ ‫ان‬
ِ ‫س‬
َ ْ‫اْلح‬ َ ‫ََّللاََيَأ ْ ُم ُرَبِا ْلعَ ْد ِل‬
ِ ْ ‫َو‬ َّ َّ‫إِن‬
. َ‫ظ ُك ْمَلَعَلَّ ُك ْمَتَذَك َُّرون‬
ُ ‫َوا ْلبَ ْغيََِۚيَ ِع‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS.al-
Nahl: 90)

d. Jumlah Khabariyah, yaitu kalimat berita yang digunakan untuk


menunjukkan larangan dengan cara pengharaman sesuatu atau menyatakan
tidak halalnya sesuatu.
‫سا َءَك َْر ًهَا‬
َ ‫واَالن‬
ِ ُ ‫واََلَ َي ِحلَُّلَ ُك ْمَأَ ْنَتَ ِرث‬
َ ُ‫َياَأَيُّ َهاَالَّ ِذينَ َآ َمن‬
“ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa”( Q.S. an-Nisa’ : 19) 7

3. Macam-macam Makna Nahi


Nahi pada dasarnya ialah untuk menunjukkan haram, tetapi dalam
pemakaian bahasa arab, kadang-kadang bentuk nahi di gunakan untuk
beberapa arti(maksud) yang bukan asli, yang maksudnya dapat di ketahui dari
susunan perkataan itu, yang antara lain:8
a. Untuk menunjukkan makruh ‫للكراهة‬
‫َلَتصلواَفيَاعطانَاَلبل‬
Artinya: “janganlah mengerjakan shalat di tempat peristirahatan unta” (H.R.
Ahmad dan Turmidzi).
Larangan dalam hadits tersebut di atas untuk menunjukkan makruh, karena
kurang bersih, walaupun suci.
b. Untuk do’aَ ‫للدعاء‬
َ‫طأ ْ َنا‬
َ ‫َاخ ْذنَاَإِ ْنَنَسِينَاَأَ ْوَأَ ْخ‬ َ َ‫َربَّن‬
ِ ‫اََلَتُؤ‬

7
Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul ( Jakarta:Gaya Media Pratama ) hlm.189-190
8
Moh Rifai, Ushul Fiqih ( Bandung: PT Al-Ma’arif 1994 ) hlm 40-42
Artinya: “Ya Tuhan kami! janganlah engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami bersalah.”(QS. Al-Baqarah: 386)
Perkataan “janganlah engkau hukum kami....” bukan menunjukkan
larangan, sebab manusia tidak berhak melarang Tuhan, karena manusia di
bawah kekuasaan-Nya, tetapi perkataan itu menunjukkan permohonan
sebagai do’a kepada Allah SWT.

c. Untuk memberikan pelajaran ‫لالرشاد‬


َ َ‫سأَلُوا‬
ِ ‫ع ْن َه‬
َ‫اَحينَ ََيُنَ َّز ُل‬ ْ َ‫َو ِإ ْنَت‬
َ ‫سؤْ ُك ْم‬ ْ َ‫سأَلُواَع َْنَأ‬
ُ َ‫ش َيا َءَ ِإ ْنَت ُ ْبدََلَ ُك ْمَت‬ َ ُ‫َياَأَيُّ َهاَالَّ ِذينَ َآ َمن‬
ْ َ‫واََلَت‬
َ َُ‫َّللا‬
ٌ ُ‫غف‬
َ‫ورَ َح ِلي ٌم‬ َ ‫ع ْن َه‬
َّ ‫اَو‬ َّ َ‫عف‬
َ َُ‫اََّللا‬ َ َ‫ا ْلقُ ْرآنُ َت ُ ْبدََلَ ُك ْم‬
Artinya: “jangan lah kamu menanyakan (kepada nabimu) hal-hal yang
jika di terangkan kepadamu niscaya menyusahkan kamu” (QS. Al-
maidah: 101).
Larangan ini sebagai pelajaran, agar kita jangan selalu menanyakan
sesuatu yang akan merugikan diri kita sendiri, terutama hal-hal
yang menyangkut perhubungan antar manusia.

d. Untuk memutus-asakan ‫للتيئيس‬


َ ‫يَاَأَيُّ َهاَالَّ ِذينَ َ َكفَ ُر‬
ََََ‫واََلَتَ ْعتَذ ُِرواَا ْليَ ْو َمَإِنَّ َماَتُجْ َز ْونَ َ َماَ ُك ْنت ُ ْمَتَ ْع َملُون‬
Artinya: “janganlah engkau membela diri pada hari ini (hari
kiamat)” (QS. At-Tahrim: 07)
Untuk memutus-asakan mereka, bahwa pada hari kiamat tidak ada
gunanya lagi mengadakan pembelaan; tidak dapat di harapkan lagi untuk
memperoleh ampunan karena pada hari kiamat pintu taubat sudah di tutup.

e. Untuk menghibur ‫لالئتناس‬


‫ََّللاََ َمعَنَا‬
َّ َّ‫ََلَتَحْ َز ْنَإِن‬
Artinya: “janganlah engkau berduka (karena) sesungguhnya Allah
bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
Sewaktu Nabi Muhammad SAW. bersama sahabat beliau Abu Bakar
bersembunyi di gua Tsaur, datang kaum kafir Quraisy hingga Abu Bakar
takut, kemudian Nabi SAW. menghiburnya, “janganlah engkau bersusah
(khawatir) karena Allah bersama kita”.
f. Untuk ancaman ‫للتهديد‬
Ucapan majikan kepada pelayan:
‫َلَتطعَامري‬
Artinya: " tak usah engkau turuti perintah ini”
Yang dimaksud bukan melarang, tetapi menggertak kepadanya agar iya
takut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kaidah ushuliyyah adalah kaidah yang berkaitan dengan bahasa. Dan


kaidah ushuliyyah ini juga merupakan kaidah yang sangat penting, karena
kaidah ushuliyyah merupakan media atau alat untuk menggali kandungan
makna dan hukum yang tertuang dalam nash Alquran dan As-Sunnah. Kaidah-
kaidah (ushuliyah) yaitu meliputi ‘Am, Khas, Amr, dan Nahi. Kaidah ‘Amm
adalah kaidah yang umum dimana satu lafal yang mencakup seluruh bagian
yang ia lingkupi dengan satu makna saja sedangkan Kaidah Khas adalah lafadz
yang menunjukkan arti yang tertentu, tidak meliputi arti umum, dengan kata
lain, khas itu kebalikan dari ‘âm. Kemudian Amr merupakan kata perintah
permintaan untuk melakukan suatu perkara dari orang yang lebih tinggi
derajatnya sedangkan nahi merupakan kebalikan dari amr yaitu larangan
maksudnya tuntutan secara pasti untuk meninggalkan suatu perbuatan itu harus
datang dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan pihak
yang dilarang.
DAFTAR PUSTAKA

Romli, Muqaranah Mazahib Fil Ushul.(Jakarta: Gaya Media Pratama.)

Moh Rifa’i, 1994, Ushul Fiqih. (Bandung: PT Al-Ma’arif.)

M. Zein, M.A , Prof. Dr. H. Satria Effendi.2005, USHUL FIQH ,(Jakarta: KENCANA)

Karim , Syafi’I, 1997, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandung : CV Pustaka Setia)

Muhammad ,Syaikh bin Shalih,2003 al- Utsaimin, Ushul Fiqh,( Kairo: Darul Aqiqah)

Ash-Shiddieqy ,Tengku Muhammad Hasbie, 1997, Pengantar Hukum Islam, (Semarang : PT

Pustaka Rizqi Putra)

Ikhwan, Mohammad Nor,2002, Memahami Bahasa Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)

Al Umrithi , Syarifuddiin Yahya, . 2011 Tashilut turuqot. (Jakarta: Darul kutub islamiyah. )

Anda mungkin juga menyukai