Anda di halaman 1dari 18

‘ᾹM DAN KHOSH

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN


DOSEN PENGAMPU: Dr.Ahmad Mujib ,LC.M..Pdi

Disusun oleh:

KELOMPOK 10

Lifia Yolanda Sari

Kamila Fukayha Asyhaliyah

Ihab Hud

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI)


SEMESTER 1
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSI JAKARTA TIMUR (STAIPI)
Oktober 2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi agung
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-


dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini, diantaranya :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Persi(STAI) Jakarta Timur


Bapak.K.H.Dr.Jeje Zainudin,M.Ag

2. Dosen Pengampu Bapak Dr.Ahmad Mujib,LC.M.Pdi

3. Teman-teman Mahasiswa dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi


dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


dan kekeliruan,maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik positif yang
bersifat membangun sehingga makalah ini bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi


kelompok kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal
‘Alamin.

(PENYUSUN)
ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar..........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................

B. Rumusan Masalah......................................................................................

C. Tujuan Pembelajaran.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian ‘Aam dan Khosh.......................................................................

B.Lafadz-lafadz ‘Aam....................................................................................

C.Macam-macam ‘Aam..................................................................................

D.Pengertian Khosh dan Mukhoshish...........................................................

E.Pembagian Mukhoshish.............................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan Bahasa Arab. Dalam memahami bahasa,
bahasa apapun itu diperlukan metodologi yang benar, terlebih lagi dalam proses
memahami wahyu, maka sudah tentu menjadi kemestian bagi kita menguasai
bahasa Arab supaya bisa memahami wahyu dengan baik. Oleh karena itu para
ulama, baik ulama Ushul Fiqh, ulama Tafsir, ulama Lughah, dan lain sebagainya,
telah mengadakan penelitian yang serius terhadap beberapa lafadz, khususnya
yang terkait dengan uslub atau gaya bahasa arab.
Hasil penelitian dari para ulama tersebut kemudian disusun menjadi
beberapa kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan untuk
memahami nash-nash Al Qur’an secara baik dan benar. Kaidah-kaidah tersebut
bisa berupa kaidah yang terkait dengan masalah kebahasaan, hukum, ilmu-ilmu Al
Qur’an, dan lain sebagainya. Dalam makalah ini kami akan mencoba untuk
membahas kaidah-kaidah kebahasaan dalam Al Qur’an, khususnya dalam hal
lafadz ‘am dan khosh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, disusun rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian lafadz ‘am dan khosh ?
2. Bagaimana cara mengetahui lafadz ‘am dan khosh ?
3. Apa saja jenis-jenis atau macam-macam lafadz ‘am ?
4. Apa pengertian khosh dan mukhoshish?
5. Bagaimana pembagian mukhoshish?
6. Bagaimana Pen takhshish an sunnah dengan Al Qur’an?
2

C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian lafadz ‘am dan khosh.
2. Mengetahui lafadz ‘am dan khosh.
3. Mengetahui jenis-jenis atau macam-macam lafadz ‘am.
4. Mengetahui pengertian khosh dan mukhoshish.
5. Mengetahui pembagian mukhoshish.
6. Mengetahui cara Pen Takhshish an Sunnah dengan Al Qur’an.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Aam dan Khosh

Al ‘Aam (‫ام‬DD‫ )الع‬secara bahasa adalah isim fa’il dari kata (‫وم‬DD‫ )العم‬yang
artinya keseluruhan dan pencakupan, disebut ‘imamah (penutup kepala khosh
arab) karena ia menutup kepala secara keseluruhan.1 Sedangkan secara
terminologi atau istilah, Ahmad Hassan mendefinisikan bahwa al ‘Aam adalah
lafadz yang menunjukkan kepada sesuatu jenis dengan tidak berkecuali.2

Lafadz ‘Aam ini adalah suatu lafadz yang di dalam lafadz itu masuk semua
jenis yang sesuai dengan lafadz itu. Sebagaimana kita katakan al-insan (manusia)
maka di dalam kata-kata al-insan ini termasuk semua manusia yang ada di dunia
ini, baik manusia itu kecil ataupun besar, baik dia merdeka maupun dia masuk
golongan budak, baik dia bebas maupun dia terikat. Adakalanya lafadz umum itu
ditentukan dengan lafadz yang telah disediakan untuk itu, seperti lafadz “kullu,
jami’u, dan lain-lain.

Maka yang dimaksud dengan ‘Aam yaitu suatu lafadz yang dipergunakan
untuk menunjukkan suatu makna yang mencakup pada makna itu dengan
mengucapkan sekali ucapan saja. seperti kita katakan arrijal, maka lafadz ini
meliputi semua laki-laki.3
1
As-Silmi ‘Iyyadh, Kitab Ushul al-Fiqhi alladzi la yasi’u al-Faqiih jahlahu,
(Riyadh: Dar at-Tadmuriyah, 2005), 285.
2
Hassan Ahmad, Tarjamah Bulughul Maram, (Bandung: C.V DIPONEGORO,
1984), 28.
3
Asy-Syaukani Muhammad bin Ali, Irsyadul Fuhul, (Beirut: Dar al-Ma’rifah,
1984), 112
4

Asy-Syaukaniy mengutip dari dari kitab al-Mahshul karya Fakhruddin Ar-


Razy sebagai berikut :

ِ DDD‫هُ بِ َح َس‬DDDَ‫لُ ُح ل‬DDD‫ص‬


ْ ‫ب َو‬
‫ ٍد‬DDD‫ ٍع َوا ِح‬DDD‫ض‬ ْ َ‫ا ي‬DDD‫ع َم‬DDD‫ي‬ ُ ‫تَ ْغ ِر‬DDD‫ظُ ْال ُم ْس‬DDD‫و اللَّ ْف‬DDD
ِ ‫ق لِ َج ِم‬ َ ُ‫ه‬
“suatu lafadz yang mencakup terhadap semua yang dikandungnya dengan satu
penyebutan” 4

Adapun Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan ‘Aam sebagai berikut :


Al-’Aam ialah lafadz yang menurut arti bahasanya menunjukkan atas mencakup
dan menghabiskan semua satu-satuan yang ada di dalam lafadz itu dengan tanpa
menghitung ukuran tertentu dari satuan-satuan itu.5

Al-’Aam (keumuman) ialah lafadz yang menunjukkan pengertian yang


meliputi seluruh objek-objeknya seperti:

ٍ ‫))اِ َّن ْا ِال ْن َسانَ لَفِ ْي ُخس‬


(( ‫ْر‬

“sesungguhnya manusia itu dalam kerugian….”.(QS. Al Asr:2)

Lafadz ْ
( َ‫)ا ِال ْن َسان‬ adalah umum, yakni menunjukkan pengertian menyeluruh atas
semua yang disebut manusia.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa lafadz ‘Aam ialah suatu lafadz yang
mencakup semua yang dikandungnya dan tidak berkecuali

B. Lafadz –Lafadz ‘Aam


4
Asy-Syaukani Muhammad bin Ali, Irsyadul Fuhul, (Beirut: Dar al-Ma’rifah,
1984), 112

Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo


5

Persada), 298
5

Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan6, sedikitnya ada 6 sigat ‘Aam diantaranya :

1. Kull dan lafadz yang semakna nya seperti jam’, ma’syar


seperti firman Allah dalam surah ali ‘Imran ayat 185 :

‫س َذاِئقَةُ ْال َموْ ت‬


ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

Maksudnya setiap jiwa.

2. Lafadz-lafadz yang di-ma’rifah-kan dengan alif lam al-Istighroqiyah.


Misalnya dalam surah al-‘Asr ayat 1-2 :

ٍ ‫َو ْال َعصْ ِر اِ َّن ْا ِال ْن َسانَ لَفِ ْي ُخس‬


‫ْر‬

Maksudnya, semua yang masuk dalam penyebutan manusia


Juga seperti firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 275 :

َ ‫ْالبَ ْي‬
,‫ع‬ ُ‫َواَ َح َّل هللا‬

Maksudnya semua yang masuk dalam penyebutan jual beli

3. Isim Nakirah dalam konteks Nafy dan Nahi, seperti dalam surah al-
Baqarah ayat 197

َ ‫ق َوالَ ِجدَا َل ِفي ْا‬


‫لح ِّج‬ َ ْ‫ث َوالَفُسو‬
َ َ‫فَالَ َرف‬

Maksudnya tidak ada segala bentuk kekejian tidak pula kefasikan dan
tidak juga perdebatan

4. Al-Lati dan Al-Lazi serta cabang-cabangnya. Misalnya dalam surah al-


Ahqaf ayat ke-17 :

Manna’ Khalil Al-Qattan, 316.


6
6

ٍّ ‫ َوالَّ ِذيْ قَا َل لِ َوالِ َد ْي ِه ُأ‬ 


‫ف لَ ُك َما‬
maksudnya setiap orang yang mengatakan seperti itu.

5. Semua isim syarat. Misalnya didalam surah al-Baqarah ayat ke-158 :

‫فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ اَ ِوا ْعتَ َم َرفَالَ ُجنَا َح َعلَ ْي ِه اَ ْن يَطَّ َوفَ بِ ِه َما‬
ini untuk menunjukkan umum bagi siapapun.

6. Ismul-Jins (kata jenis) yang di-idafat-kan kepada isim ma’rifah. Misalnya


seperti yang ada dalam surah an-Nur ayat 63 :

‫فَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذ ْينَ يُخَالِفُوْ نَ ع َْن َأ ْم ِر ِه‬


maksudnya segala perintah Allah.

C. Macam-macam ‘Aam

Abdul Wahab Khalaf menyimpulkan bahwa menurut hasil penelitiannya


terhadap beberapa nash, telah ditetapkan bahwa al-’Aam itu ada tiga bagian7 :

1. ‘Aam yang tetap dalam keumumannya (Al-’Aam al-baqi ala umumih)

Seperti ‘Aam dalam firman Allah SWT :

ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي ْاالَر‬


‫ض اِالَّ َعلَى هللاِ ِر ْزقُهَا‬

“dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang
memberi rizkinya.” (QS. Hud : 6)

Dan firman Allah :

‫َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْالما َ ِء ُك َّل َش ْيٍئ َح ِّي‬

Abdul Wahab Khalaf, 305


7
7

“Dan daripada air, kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (QS. Al-Anbiya 30)

Di dalam masing-masing ayat tersebut terdapat ketetapan sunnah tuhan yang


umum yang tidak ditakhsiskan atau diganti. Jadi Al-’Aam yang terdapat dalam
dua ayat tersebut, adalah pasti dalalahnya tentang keumumannya dan tidak
mempunyai kemungkinan bahwa yang dimaksud daripadanya adalah kekhususan.

Contoh lain seperti dicontohkan oleh Manna Khalil al-Qattan misalnya :

 Dalam surat An-Nisa’ayat 176 :‫ر‬ ‫وهللا عَل َى ُّكلِّ َش ْيٍئ‬.


ٌ ‫قَ ِد ْي‬
ْ َ‫ َوالَ ي‬. 
 Dalam surat Al-Kahfi ayat 49 :‫ظلِ ُم َربُّكَ َأ َحدًا‬
 Dalam surat An-Nisa’ ayat 23 :‫ا ُ َّمهَاتُ ُك ْم‬ ْ ‫‘حُرِّ َم‬
‫ت َعلَ ْي ُك ْم‬

‘Aam dalam ayat-ayat di atas tidak mengandung kekhususan.8

2. (Al-’Aam al-murad bihi al-khusus)

Yaitu ‘Aam yang dibarengi dengan qorinah yang dapat meniadakan


ketetapan al-’Aam kepada keumumannya, dan dapat menjelaskan bahwa yang
dimaksud daripadanya ialah sebagian satuannya. Seperti firman Allah :

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


… ً‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬ ِ َّ‫َوهللِ َعلَى الن‬

”mengerjakan haji ke baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah” (QS.


Ali Imron:97)

Manusia dalam pengertian nash ini adalah ‘am, yang dimaksud dengan itu khusus
orang-orang mukallaf. Karena akal itu (sebuah batasan) yang menetapkan tidak
masuknya anak kecil dan orang-orang gila. Seperti firman Allah :

Manna’ Khalil Al-Qattan, 317


8
8

.: ‫ب َأ ْن يَتَخَلَّفُوْ ا ع َْن َرسُوْ ِل هللاِ (التوبة‬


ِ ‫َما َكانَ َِأل ْه ِل ْال َم ِد ْينَ ِة َو َم ْن َحوْ لَهُ ْم ِمنَ ْاالَ ْع َرا‬
)۱٢

“tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Baduwi


yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (untuk pergi
berjuang) (QS. At-Taubah : 120)

Sepintas lalu difahami bahwa ayat tersebut menunjukkan makna umum, yaitu
setiap penduduk madinah dan orang-orang sekitarnya termasuk orang-orang sakit
dan orang-orang lemah harus turut menyertai Rasulullah pergi berperang.Namun
yang dimaksud oleh ayat tersebut bukanlah makna umum itu, tetapi hanyalah
orang-orang yang mampu.9

Contoh lain adalah seperti firman Allah ;

‫بُنَا‬D‫الُوْ ا َح ْس‬DDَ‫اخ َشوْ هُ ْم فَزَا َدهُ ْم اِ ْي َمانًا َوق‬


ْ َ‫اس قَ ْد َج َمعُوْ ا لَ ُك ْم ف‬ َ َ‫اَلَّ ِذ ْينَ ق‬
َ َّ‫ال لَهُ ُم النَّاسُ اِ َّن الن‬
)۱٧۳ : ‫لو ِك ْي ُل (ال عمران‬ َ ‫هللاُ َونِ ْع َم ْا‬

Maksud an-Nas yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud, sedang An-Nas kedua
adalah Abu Sufyan. Kedua lafadz tersebut tidak dimaksudkan untuk makna

umum. kesimpulannya ditunjukkan pada ayat sesudahnya ‫ اِنَّ َما َذالِ ُك ْم‬sebab syarat
dengan  ‫ َذالِ ُك ْم‬hanya menunjukkan kepada satu orang tertentu.

3. ‘Aam yang di khususkan (Al-’Aam al-makhsus)

yaitu’Aam al-Muthlaq yang dibarengi dengan qorinah yang dapat meniadakan


kemungkinan mentakhsisnya, dan tidak pula merupakan qorinah yang dapat
meniadakan dalalahnya atas umum. Seperti kebanyakan nash yang di dalamnya

9
Satria Effendi, M. Zein Ushul Fiqh, 199
9

terdapat sighot umum, adalah digeneralkan dari qorinah-qorinah berupa akal atau
lafadz, atau urf (kebiasaan) yang dapat menentukan umum atau khusus. Ini jelas
umum sampai ada dalil yang mentakhsisnya. Seperti

ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬


َ‫ات يَتَ َربَّصْ ن‬

“perempuan-perempuan yang dijatuhi talak itu menahan diri atau


menunggu” .dalam membedakan antara, al-‘Aam yang dimaksudkan dengan itu
al-khusus dan al-’Aam al-makhsus, imam asy-Syaukani berkata : Al-’Aam yang
dimaksudkan dengan itu al-khusus ialah bukan umum. Seperti khitab-khitab taklif
yang umum. Maka yang dimaksud dengan al-’Aam di sana ialah khususnya
orang-orang yang menjadi objek taklif. Karena akal merupakan batasan yang
menghendaki memperkecualikan bukan mukallaf.10

‘Aam macam ini banyak ditemukan dalam Quran sebagaimana akan


dikemukakan nanti. Contohnya, ayat 97surat ali Imran :

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


ً‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬ ِ َّ‫َلى الن‬
َ ‫َوهللِ ع‬

D. Pengertian Khosh dan Mukhoshish

Lafadz khosh merupakan lawan dari lafadz ‘am, jika lafadz ‘am
memberikan arti umum, yaitu suatu lafadz yang mencakup berbagai satuan-satuan
yang banyak, maka lafadz khosh adalah suatau lafadz yang menunjukan makna
khusus.11 Definisi lafadz khosh dari para ulama adalah sebagai berikut:

10
Abdul Wahab Khalaf, 306

Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an,( Jogjakarta: Pustaka


11

Pelajar, 2002), 185


10

1. Menurut Manna al-Qaththan, lafadz khosh adalah lafadz yang merupakan


kebalikan dari lafadz ‘Aam, yaitu yang tidak menghabiskan semua apa
yang pantas baginya tanpa ada pembatasan.
2. Menurut Mushtafa Said al-Khin, lafadz khosh adalah setiap lafadz yang
digunakan untuk menunjukkan makna satu atas beberapa satuan yang
diketahui.
3. Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khallaf, lafadz khosh adalah lafadz
yang digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu.12

Khosh adalah lawan kata ‘Aam, karena itu tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa pembatasan. Takhsis adalah mengeluarkan sebagian apa
yang dicakup lafadz ‘Aam. Dan mukhoshish (yang mengkhususkan) ada kalanya
muttasil, yaitu yang antara ‘Aam dan mukhoshish tidak dipisah oleh sesuatu hal,
dan adakalanya munfasil, yaitu kebalikan dari muttasil13

Seperti yang dikemukakan Adib Shalih, lafadz khosh adalah lafadz yang
mengandung satu satu pengertian tunggal secara tunggal atau beberapa pengertian
yang terbatas. Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafadz khusus adalah lafadz
yang menunjukkan arti satu atau lebih tapi masih dapat di hitung atau terbatas,
seperti 14

‫ال‬ ُ ‫ َأ ْل‬,‫ َر ُجالَ ِن‬,ٌ‫َر ُجل‬


ٍ ‫ف ِر َج‬

Jadi yang dimaksud dengan khosh ialah lafadz yang tidak meliputi
mengatakannya sekaligus terhadap dua sesuatu atau beberapa hal tanpa
menghendaki kepada batasan.15

12
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), 299.
13
Manna’ khalil Al-Qattan, 319
14
Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), 46
15
Nazar Bakri, 195
11

E. Pembagian Mukhoshish

Manna’ Khalil Al-Qattan membagi Mukhoshish menjadi 2 bagian yaitu


Mukhoshish muttashil dan Mukhoshish munfashil. Mukhoshish Muttashil ada lima
diantaranya :

1. Istitsna’ (pengecualian) seperti firman Allah dalam surah An-Nur ayat 4-5

ً‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ بَِأرْ بَ َع ِة ُشهَدَا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَ َمانِ ْينَ َج ْل َدة‬ َ ْ‫َوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬
ْ ‫َوالَ تَ ْقبَلُوْ ا لَهُ ْم َشهَا َدةً َأبَدًا َوُأولَِئكَ هُ ُم الفا َ ِسقُونَ اِالَّ الَّ ِذ ْينَ تَاب‬
‫ُوا‬

2. Shifat, misalnya ْ ‫اِئ ُك ُم الالَّتِ ْي د‬D ‫وْ ِر ُك ْم ِم ْن نِ َس‬DD‫اِئبُ ُك ُم الالتي فِ ْي ُح ُج‬DDَ‫َو َرب‬
‫َخَلتُ ْم‬
‫بِ ِه َّن‬

lafadz ‫الالَّتِ ْي َدخ َْلتُ ْم بِ ِه َّن‬ adalah sifat bagi lafadz nisa’ukum. Maksudnya,
anak perempuan istri telah digauli itu haram dinikahi oleh suami, dan halal
bila belum menggaulinya.

3. Syarat, misalnya pada surah al-Baqarah ayat 180

‫ْن‬Dَ ‫صيَّةُ لِ ْل َوالِ َدي‬ ُ ْ‫ض َر َأ َح َد ُك ُم ْال َمو‬


َ ‫ت اِ ْن ت ََركَ خَ ْي ًر‬
ِ ‫الو‬ َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َح‬ َ ِ‫ُكت‬
َ‫َلى ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
َ ‫ف َحقَّا ع‬ ِ ْ‫ َواالَ ْق َربِ ْينَ بِال َم ْعرُو‬ 

ً D‫َخ ْي‬
lafadz‫ر‬ َ ‫( اِ ْن تَ َر‬jika
‫ك‬ ia meninggalkan harta) adalah syarat dalam
wasiat.

4. Ghayah (batas sesuatu), seperti dalam surah al-Baqarah ayat 196

ُ ‫َوالَ تَحْ لِقُوْ ُرُؤ َس ُك ْم َحتَّ ْى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد‬


‫ي َم ِحلَّه‬
12

5. Badal Ba’d min kull (sebagian menggantikan keseluruhan) Misalnya yang


ada dalam surah ali Imran ayat 97 :

ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬


َ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬ ِ َّ‫َوهللِ َعلَى الن‬

lafadz  ‫ َم ِن ا ْستَطَا َع‬adalah badal dari ‫اس‬


ِ َّ‫الن‬. maka kewajiban haji hanya
khusus bagi mereka yang mampu.16

Mukhoshsin munfasil adalah mukhoshish yang terdapat di tempat lain, baik Ayat
Quran ataupun Hadits.
Contoh yang ditakhsis oleh Quran ialah yang di-firmankan Allah dalam surah al-
Baqarah ayat 228 :

‫ات يَتَ َربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن ثَالَثَةَ قُرُوْ ٍء‬


ُ َ‫وال ُمطَلَّق‬

Ayat ini adalah ‘Aam, mencakup setiap istri yang dicerai baik dalam keadaan
hamil maupun tidak, sudah digauli maupun belum. Tetapi keumuman ini ditakhsis
oleh surah at-Thalaq ayat 4

َ َ‫ت االَحْ َما ِل َأ َجلُه َُّن اَ ْن ي‬


‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن‬ ُ َ‫وأوال‬

dan firmannya dalam surah al-Ahzab ayat 49.

ِ ‫اِ َذا نَ َكحْ تُ ُم ْال ُمْؤ ِمنَا‬


‫ت ثُ َّم طَلَّ ْقتُموْ هُ َّن ِم ْن قَب ِْل اَ ْن تَ َمسُّوْ هُ َّن فَ َمالَ ُك ْم َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن ِع َّد ٍة‬

Contoh yang ditakhsis oleh hadis ialah surah al-Baqarah ayat ke-275 :

‫ َواَ َح َّل هللا البَ ْي َع َو َح َّر َم الّ ِربَا‬ 

16
Manna’ khalil Al-Qattan, 319
13

Ayat ini di takhsis oleh jual beli yang fasid sebagaimana disebutkan dalam
sejumlah hadis. Antara lain disebutkan dalam kitab sahih bukhari, dari ibnu umar,
ia berkata : “Rasulullah melarang mengambil upah dari air mani kuda jantan”.

Dalam sahihain diriwayatkan dari ibnu umar bahwa Rasulullah melarang jual beli
kandungan binatang yang mengandung, jual beli seekor unta sampai unta itu
melahirkan, kemudian anaknya itu beranak pula. (redaksi hadis ini adalah redaksi
bukhari). Dan hadis-hadis lainnya.

Dan dari jenis riba didispensasikanlah jual beli ‘ariyah, yakni menjual
kurma basah yang masih di pohon dengan kurma kering. Jual beli ini
diperkenankan (mubah) oleh hadits berikut.

ِ ‫ا بِ ِخ‬DDَ‫ع ْال َع َراي‬D


َ‫ا ُدوْ ن‬DD‫هَا فِ ْي َم‬D‫رص‬ َ ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َأ ََّن َرسُوْ َل هللا‬
َ ‫ص َّل هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر َّخ‬
ِ D‫ص فِ ْي بَ ْي‬ ِ ‫ع َْن َأبِ ْي ه َُر ْي َرةَ َر‬
ٍ ‫ق َأوء فِ ْي خَ ْم َس ِة َأوْ ُس‬
‫ق‬ ٍ ‫خَ ْم َس ِة َأوْ ُس‬

“Dari Abi Hurairah, Bahwa Rasulullah memberi keringanan untuk jual beli
‘ariyah dengan ukuran yang sama jika kurang dari lima wasaq’ (muttafaqun
‘alaihi)17

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya di makalah ini, kami menyimpulkan
diantaranya:

A) Lafadz ‘am adalah lafadz yang memiliki makna umum dan mencakup semua
tanpa terkecuali.
B) Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan sedikitnya ada 6 sigat ‘Aam
C) Macam-macam ‘Aam:

17
Manna’ khalil Al-Qattan, 320
14

1 Al-’Aam al-baqi ala umumih


2 Al-’Aam al-murad bihi al-khusus
3 Al-’Aam al-makhsus
D) Lafadz khosh adalah suatau lafadz yang menunjukan makna khusus.
E) Pembagian Mukhoshish ada 4 yaitu:
1 Istitsna’.
2 Syarat
3 Shifat
4 Ghayah
5 Badal Ba’d min kull

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran Terjemahan.2009.Pena Al-Qur’an.,Jakarta

Al-Qattan.Manna’ Khalil.2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor;Litera Antar Nusa.

As-Silmi ‘Iyyadh.2005.Kitab Ushul al-Fiqhi alladzi la yasi’u al-Faqiih jahlahu,


Riyadh;Dar at-Tadmuriyah.

Asy-Syaukani Muhammad bin Ali.1984.Irsyadul Fuhul, Beirut: Dar al-Ma’rifah.


15

Bakry. Bakrey.1996.Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada.

Beak.Muhammad Al-Khudhori.1986.Ushul Fiqih, Pekalongan; Raja Murah

Effendi Satria Zein. M.2005.Ushul Fiqh, Jakarta; Prenada Media.

Hadi.Saeful.2011.Ushul Fiqih, Yogyakarta;Sabda Media.

Hassan Ahmad.1984.Tarjamah Bulughul Maram, Bandung; C.V DIPONEGORO.

Ikhwan.Mohammad Nor.2002.Memahami Bahasa Al-qur’an, Jogjakarta;Pustaka


Pelajar.
Khalaf.Abdul Wahab.1996.Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta;PT
Rajagrafindo Persada,

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel.2012.Studi Al-Quran, Surabaya;IAIN


SA Press.

Anda mungkin juga menyukai