Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENGKAJI DAN MEMAHAMI PERBEDAAN KALIMAT


IJAZ, ITNAB DAN MUSAWAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah “Ilmu Balaghah”

Dosen Pengampu :
Muh Gufron Hidayatulah, S.H, M.Ag

Disusun Oleh:

1.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL ULUM
LUMAJANG
2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ( mengkaji dan memahami

perbedaan kalimat ijaz, itnab dan musawah) dan penulis sangat berharap
semoga Allah SWT. memberikan manfaat kepada pembaca dan barakah kepada
penulis baik di dunia maupun di akhirat. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Serta keluarga dan
sahabatnya, yang telah memberikan petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus
yaitu jalan yang di ridhai oleh Allah. Melalui syariat agama yang di bawanya
yaitu agama Islam. Penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaiakan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Ltar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan Masalah.........................................................................................6
C. Rumusan Masalah.....................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7

A. Pengertian Ijaz...........................................................................................7
B. Macam-macam Ijaz...................................................................................7
C. Pengertian Itnab.........................................................................................10
D. Pengertian Musawah.................................................................................18

BAB III PENUTUP.............................................................................................19

A. Kesimpulan..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran, berisi firman allah menjadi kitab suci terakhir yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril maupun secara
langsung. membacanya merupakan bentuk ibadah Al-Quran sebagai kitab suci
umat Islam menjadi objek penelitian yang menarik bagi para akademisi dan
cendekiawan. salah satu rahasia keagungan Al-Quran adalah, dari segi
bahasanya. penggunaan bahasa dalam alquran sangatlah kompleks sehingga
diperlukan ilmu yang banyak untuk memahami setiap ayatnya. melalui al-quran,
muncul suatu disiplin ilmu yang terkait dengan bahasa arab, yakni ilmu
balaghah.1

Meskipun menggunakan Bahasa Arab, tetapi tidak semua orang Arab


dapat memahami makna mendalam dari segi aspek Bahasa Al-Qur‟an. Bahkan,
dalam karya sebaik apapun susunan Bahasa Al-Qur‟an tidak akan pernah dapat
ditiru.2 Darraz menyebut bahwa salah satu dari banyaknya rahasia kemukjizatan
dalam Al-Qur‟an dapat dilihat dari keteraturan bunyi katanya yang indah yang
dikeluarkan melalui susunan kata pada setiap hurufnya.3 Bahkan banyak sahabat
Nabi SAW yang kemudian memutuskan untuk masuk Islam hanya karena
mendengar lantunan indah ayat suci Al-Qur‟an seperti Umar bin Khatab.4

Ilmu Balaghah merupakan disiplin ilmu yang mempercantik bahasa Arab,


dan perkembangannya sejalan dengan kemajuan sastra Arab. Asal-usul istilah

1
Al-qaththan, S. M. (2014). Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu alQur’an , Terj. H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc.MA (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, Cet 10 2014), hlm. 16. 1–10.
2
Muhammad Alī Al-Shābūnī. al-Tibyān fi Ulūm Al-Qur`ān, (Damaskus: Maktabah Al-Ghazālī,
1390 H),
3
Ilma Amalia, & R. Edi Komarudin, Sejarah Perkembangan dan Cakupan Ilmu Balaghah Al-
Qur’an dalam Kitab Durus fi Ilmi Balaghah Karya Syeikh Muayyin Daqiq Al-Amili, Madani:
Jurnal Ilmiah Multidisiplin Volume1, Nomor 5, Juni 2023, Halaman 241-249 e-ISSN: 2986-6340.
4
Muhammad Abd Allah Darrāz, al-Naba` al-Adhīm, sebagaimana di kutip oleh Mannā’
alQaththān, Mabāhits fī Ulūm Al-Qur`ān, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), hlm. 267-268

4
"balaghah" dapat ditelusuri dari kata "‫غ‬KKK‫ " بل‬yang berarti mencapai atau
menjangkau, yang setara dengan kata-kata "‫ل‬KK‫" وص‬dan "‫" )انتهى‬Pratama et al.,
2023).

Ilmu balaghah merupakan salah satu ilmu yang mengkaji tentang makna
yang terkandung di dalam pengucapan Bahasa Arab. Karena kata-kata dalam Al-
Qur‟an memiliki makna yang hakiki dan majazi, maka ilmu balaghah merupakan
ilmu wajib yang harus dipelajari oleh setiap pengkaji Al-Qur‟an. Secara garis
besar, ilmu ini akan membantu dalam proses pemahaman Al-Qur‟an dengan baik
(Sagala: 2016, 5).

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ilmu balaghah memiliki cakupan
yang lebih luas daripada ilmu fashahah yang merupakan ilmu yang mengkaji
tentang kefashihah atau kajian mengenai sejauh apa dan bagaimana sebuah makna
sampai dari npenyampai kepada objek yang disampaikan. Ilmu balaghah, lebih
luasnya lagi juga mengkaji kemelakatan makna atau bagaimana sebuah
pembicaraan bisa membekas di hati pembaca atau objek dari sebuah perkataan. 5

Kajian stilistika Al-Qur'an menjadi penting untuk memahami pesan-pesan


yang terkandung dalam teks suci ini. Salah satu aspek menarik dalam kajian
bahasa Al-Quran adalah Ijaz, Ithnab dan Musawah, yaitu penambahan lafadz,
pengurangan dalam suatu makna karena tujuan tertentu.6 Meskipun banyak
penelitian tentang kajian stilistika AlQuran, namun penekanan pada Ijaz, Ithnab
dan Musawah sebagai fenomena bahasa yang menarik dan penting dalam Al-
Quran belum banyak dikaji secara mendalam. Makalah ini memberikan kontribusi
baru dengan fokus pada Ijaz, Ithnab dan Musawah, yang dapat memberikan
wawasan lebih dalam tentang penggunaan bahasa Al-Quran yang unik dan
menarik.

5
Khamim, A. Subakir. (2018). Ilmu Balaghah. Kediri: IAIN Kediri.
6
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma‟arif.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Ijaz?
2. Ada berapa macam Ijaz?
3. Apa yang dimaksud Itnab?
4. Ada berapa macam Itnab?
5. Apa yang dimaksud Musawah?

C. Tujuan Masalah
1. Mendefinisikan pengertian Ijaz
2. Mengurai macam-macam Ijaz
3. Mendefinikan pengertian Itnab
4. Mengurai macam-macam Itnab
5. Mendefinisikan pengertian Musawah

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijaz

Ijaz menurut bahasa adalah ‫ير‬KK‫ )التقص‬meringkas). Menurut istilah adalah


mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz-lafadz yang kurang akan
tetapi mencukupi (bisa dipahami). Ijaz sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu
ijaz al-hadf yakni menghapus sesuatu dari kalam yang ditunjukkan oleh qarinah
lafdziyah atau maknawiyah Terkadang yang dihapus adalah sebagian kalimat, satu
kalimat dan lebih dari satu kalimat. Kedua ijaz al-qashr yaitu lafadz yang sedikit
akan tetapi mengandung banyak makna tanpa ada penghapusan.7 Contoh :

‫ولكم فى القصاص حياة‬


Mempunyai makna yang luas dan lafadz yang mudah. Ada beberapa point
terpenting jika dibandingkan dengan ungkapan biasa para sastrawan

B. Macam-Macam Ijaz
Ijaz terbagi menjadi dua, yaitu Ijaz al-Qashr dan Ijaz al-Hadzf.

1. Ijaz Al-Qashr
Ijaz al-Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz
yang sedikit dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat
(maknanya lebih luas dari susunan kalimat).

Contoh:

)54 :‫َاَال َلُه اْلَخ ْلُق َو اَألْم ُر (اعراف‬


“...Ketahuilah milik Allah segala urusan dan penciptaan....” (QS. Al-
A’rāf [7]: 54)

7
al-Hashimi, al-Sayyid Ahmad. 1999. Jawāhir al-Balāghah fī al-Ma’ani wa al-Bayān wa al-
Badī’. Beirut: Maktabah al-’Asriyyah.

7
Kata (‫ق‬KKKKK‫ )الخل‬yang artinya penciptaan dan kata (‫ )األمر‬yang
artinya urusan mengandung makna semua atau segala hal yang berkaitan
dengan penciptaan makhluk dan urusannya seperti hidup, mati, senang,
bahagia dan lain-lain itu sudah terkandung dalam makna ayat ini.

Contoh lain:

‫الَّض ِع ْيُف َأِم ْيُر الَّر ْك ِب‬


“Orang yang lemah adalah kepala dalam rombongan.”

Begitu juga kata (‫)الضعيف‬ orang yang lemah adalah


pemimpin/penguasa dalam suatu rombongan karena ketika kita berada
dalam satu rombongan dengan orang yang lemah maka kita harus
memberikan perhatian yang cukup untuknya karena ia tidak bisa bergerak
dan berjalan sesuai dengan gerakan orang lain yang dalam keadaan sehat.

2. Ijaz Al-Hadzf
Ijaz al-Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan
tidak menyebutkan suatu lafaz atau kalimat. Jadi dalam Ijaz al-Hadzf ada
lafaz atau kalimat yang tidak disebutkan (digugurkan).

Contoh:

‫َو اْس َأِل اْلَقْر َيَة اَّلِتي ُكَّنا ِفيَها‬


“Bertanyalah kepada desa yang pernah kami diami….” (QS. Yūsuf: 82)

Pada contoh pertama tidak disebutkan lafazh (‫)أهل‬, yang asalnya:

‫واسئل أهل القرية‬


karena seseorang tidak mungkin bertanya kepada desa. Tetapi
seseorang akan bertanya kepada penduduk (orang-orang yang berada) di
desa tersebut.

Contoh lain:

8
‫َأَك ْلُت َفاِكَهًة َو َم اًء‬
“Saya makan buah-buahan dan air”

Contoh kedua tidak disebutkan lafaz (‫)شربت‬, yang asalnya:

‫أكلت فاكهة وشربت ماء‬


karena untuk air kata yang tepat dipergunakan adalah minum bukan makan.

Contoh lain:

‫َو َم ْن َتاَب َو َع ِمَل َص اِلًحا‬


“Barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh (baik)”

Contoh ketiga tidak disebutkan lafaz (‫ )عمال‬asalnya:

‫ومن تاب وعمل عمال صالحا‬


karena yang dikerjakan perbuatan yang salih bukan kesalihan itu
sendiri. Adapun shalih adalah sifat dari suatu perbuatan.

Contoh lain:

.‫َفَس َقٰى َلُهَم ا ُثَّم َتَو َّلٰى ِإَلى الِّظِّل َفَقاَل َر ِّب ِإِّني ِلَم ا َأْنَز ْلَت ِإَلَّي ِم ْن َخْيٍر َفِقيٌر‬
...‫َفَج اَء ْتُه ِإْح َد اُهَم ا َتْمِش ي َع َلى اْس ِتْح َياٍء َقاَلْت ِإَّن َأِبي َيْدُع وَك ِلَيْج ِزَيَك َأْج َر َم ا َس َقْيَت َلَنا‬
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong)
keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya
Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang
Engkau turunkan kepadaku". Kemudian datanglah kepada Musa salah
seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:
"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan
terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami…." (QS. al-
Qashash:24-25)

Contoh keempat ada beberapa kalimat yang tidak disebutkan,

‫َفَذ َهَبَتا ِإَلى َأِبْيِهَم ا َو َقَّصَتا َع َلْيِه َم ا َك اَن ِم ْن َأْم ِر ُم ْو َس ى َفَأْر َسَل ِإَلْيِه‬

9
“Maka keduanya pergi kepada bapaknya dan menceritakan tentang
perbuatan Nabi Musa.“

Contoh lain:

. ‫َو َقاَل اَّلِذ ي َنَج ا ِم ْنُهَم ا َو اَّدَك َر َبْع َد ُأَّمٍة َأَنا ُأَنِّبُئُك ْم ِبَتْأِو يِلِه َفَأْر ِس ُلوِن‬

‫ُيوُس ُف َأُّيَها الِّص ِّديُق َأْفِتَنا ِفي َس ْبِع َبَقَر اٍت ِس َم اٍن َي ْأُك ُلُهَّن َس ْبٌع ِع َج اٌف َو َس ْبِع ُس ْنُباَل ٍت ُخ ْض ٍر َو ُأَخ َر‬
. ‫َياِبَس اٍت َلَع ِّلي َأْر ِج ُع ِإَلى الَّناِس َلَع َّلُهْم َيْع َلُم وَن‬
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan
teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: aku akan
memberikan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu,
maka utuslah aku kepadanya. Yusuf hai orang yang amat dipercaya”. (QS.
Yūsuf: 45-46)

Pada contoh kelima ada beberapa kalimat yang tidak disebutkan,

‫ ُيْو ُس ُف َأُّيَها الِّص ِّدْيُق‬:‫َفَأْر ِس ُلْو ِنْي ِإَلى ُيْو ُسَف ِ َألْطُلَب ِم ْنُه َتْأِو ْيَل الُّر ْؤ َيا َفَأْر َس ُلْو ُه َفَأَتاُه َو َقاَل َلُه‬

“Orang yang selamat itu berkata kepada para pembesar kerajaan:


utuslah aku kepada Yusuf untuk menanyakan kepadanya tentang ta’wil
mimpi raja. Lalu mereka mengutusnya dan ia menemui Yusuf dan bertanya:
Yusuf, hai orang yang amat dipercaya.”

Pada jenis Ijaz al-Hadzf ini disyaratkan adanya dalil (bukti) yang
menunjukkan pengguguran itu boleh (masuk akal). Kalau tidak demikian,
maka pengguguran lafazh tersebut tidak diperbolehkan.

C. Pengertian Itnab
jika seseorang ingin mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran atau
perasaannya, atau melakukan komunikasi dengan saudaranya, baik secara lisan
maupun tulis ia tidak akan terlepas dari tiga cara; ijaz, musawah, atau ithnab. 8
Dalam kondisi tertentu, berbicara panjang lebar juga diperlukan karena adanya

8
M Idris. (2020). Uslub Îjâz Dalam Stilistika Al-Qurân: Kajian Struktur. Insyirah: Jurnal Ilmu
Bahasa Arab Dan Studi Islam, 3(1), 73–90.

10
tujuan tertentu. redaksi yang dituturkan panjang, mengandung faedah namun
pengertiannya pendek. 9

Ali Al-Jarimi dan Mustafa Amin (Al Jarim & Amin, 2018)
mendeskripsikan ithnab sebagai berikut:

‫زيادة اللفظ على معنى لفائدة‬

“Menambahkan suatu lafadz atas suatu makna karena tujuan tertentu”.

Senada dengan Ali Al-Jarimi definisi dari Sayyid Ahmad Al-Hasyimi (Hasyimi,
1999).

‫ أو هو تأدية المعنى بعبارة زيادة عن متعارف االوساط لفائدة‬,‫اإللطناب زيادة اللفظ على معنى لفائدة‬

‫تقويته و توكيده‬

"Menambahkan suatu lafadz atas suatu makna karena tujuan tertentu, atau
melaksanakan makna dengan tambahan kalimat di luar kebiasaan untuk
memperkuat dan mengkuatkan maknanya”.

Ithnab memiliki banyak macam, tujuh macam dan dua macam turunannya
sehingga jumlahnya menjadi sembilan bentuk dan masing masing memiliki
makna yang beragam. berikut penjabaran macam-macam ithnab:

D. Macam-macam Ithnab

1. Penyebutan Lafadz Khusus Setelah Lafadz Umum


Asy-Syaikh DR. Abdul Aziz bin Ali al-Harbi dalam bukunya balaghah
muyassar, ithnab jenis ini digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau
informasi dengan menyebutkan sesuatu yang dikhususkan sesudah menyebutkan
hal yang umum bertujuan untuk memberikan perhatian lebih pada makna khusus
tersebut.10 contoh ayat alquran dari jenis ithnab ini yaitu Quran Surat Al-Kahfi: 56
9
Farhan, Ahmad. Living Al-Qur’an Sebagai Metode Alternatif dalam Studi Islam. El-Afkar. Vol.
6. No. II. (Juli-Desember 2017): 87-96
10
Al-Harbi, A. A. bin A. (2011). Balaghah Muyassar. Dar Ibnu Hazm.

11
        
        
  
Artinya : Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir
membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan
yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan- peringatan
terhadap mereka sebagai olok-olokan.

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan peran penting Rasul a.s dalam
kehidupan manusia. Mereka berfungsi sebagai pembawa berita gembira, pemberi
peringatan, dan juga menjawab tuduhan orang kafir. Ayat ini juga mengungkap
sifat orang kafir yang menyindir dan mencemooh ayat-ayat al-Qur'an, termasuk
peringatan dan amaran, sebagai ejekan.

Analisis makna menunjukkan bahwa "peringatan" (wa ma undziru)


merupakan bagian khusus dari "al-ayat" yang lebih umum. Ayat peringatan dan
amaran ini adalah sebagian dari isi al-Qur'an, seperti tentang kebangkitan,
kerasulan, hukum, janji azab, dan lainnya. Penggunaan "peringatan" setelah "al-
ayat" membentuk gaya bahasa al-itnab, menggarisbawahi makna yang mendalam
tentang kekufuran dan sindiran terhadap ayat-ayat. 11 Bahkan ayat-ayat peringatan
dan hukuman azab dijadikan bahan ejekan oleh orang kafir, mengungkapkan
keingkaran mereka. Dengan demikian, gaya al-itnab dalam ayat ini memperkuat
kekufuran mereka dan memperinci bentuk ejekan yang mereka lakukan.

2. Penyebutan Lafadz Umum Setelah Lafadz Khusus


Ithnab jenis ini yaitu untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi
dengan menyebutkan yang umum sesudah menyebutkan hal yang khusus (Al-
Harbi, 2011), bertujuan untuk menunjukan keumuman serta karena adanya
penekanan pada makna yang khusus. salah satu contoh untuk jenis ini yaitu pada
Quran Surat Nuh: 28
11
Dwi Puspa Anggraini, Syihabuddin, & Asep Sopian, Uslub Ithnab Dalam Kajian Stilistika Al-
Quran: Kajian Struktur, Vol. 4 No. 2, Oktober 2023 AD-DHUHA : Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab dan Budaya Islam. https: //online-journal.unja.ac.id/Ad-Dhuha.

12
        
      
Artinya : Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke
rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu
selain kebinasaan".

Ayat tersebut sebenarnya merupakan bagian akhir dari narasi mengenai


dakwah Nabi Nuh. Ada keterkaitan yang jelas dengan ayat sebelumnya, di mana
Nabi Nuh secara intens berusaha menyampaikan dakwahnya dengan membawa
bukti-bukti tentang keesaan Allah. Namun, karena mereka menentangnya, Nuh
merasa murka dan mengutuk tindakan dan perkataan mereka. Allah kemudian
mengindikasikan bahwa mereka akan menghadapi siksa neraka di akhirat serta
mendapatkan kehancuran di dunia. Doa Nabi Nuh dijawab oleh Allah, dan
akhirnya permohonan ampunan ditujukan kepada Nabi Nuh, orang tuanya, serta
seluruh orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.

Dalam ayat ini, terdapat penggunaan kata umum yang diikuti oleh kata
khusus. Kata "al-mu’minîn" dan "al-mu’minât" merupakan kata-kata umum yang
dianggap sebagai tambahan, sementara kata-kata sebelumnya memiliki makna
khusus. Penambahan kata-kata umum tersebut bertujuan untuk menyertakan
makna khusus ke dalam makna umum, dengan memberikan penekanan lebih pada
makna khusus tersebut karena disebutkan dua kali.

Ayat ini sebenarnya berkaitan dengan permohonan Nabi Nuh kepada Allah
agar orang-orang kafir menghadapi hukuman dan agar orang-orang mukmin yang
bersamanya diberi ampunan. Nabi Nuh memulai doanya untuk dirinya sendiri,
kemudian untuk kedua orang tuanya. Ada pandangan bahwa nama ayahnya adalah
Lamk bin Mattusyalakh dan ibunya adalah Syamkha’ binti Anusy, keduanya
adalah orang-orang beriman. Prioritas diberikan pada doa untuk dirinya dan orang
tuanya karena hal tersebut yang lebih layak. Setelah itu, doa Nabi Nuh ditujukan
untuk orang-orang yang berada dalam lingkungannya, yang bisa berarti dalam
rumahnya.

13
Beberapa tafsir memandang "rumah" dalam konteks ini sebagai tempat
tinggal, masjid, dan bahkan perahu. Ada pandangan bahwa agama juga bisa
diartikan sebagai "rumah" yang dimaksud oleh Nabi Nuh. Oleh karena itu, orang
yang masuk ke dalam "rumah" Nabi Nuh dalam keadaan beriman mungkin
merujuk pada mereka yang bersama-sama dengan Nabi Nuh dalam
perjuangannya, seperti berada di dalam masjid atau dalam perahu yang dibuatnya.
Doa akhirnya ditujukan untuk semua orang mukmin dari berbagai jenis kelamin,
dan diakhiri dengan permohonan agar orang-orang kafir mendapatkan hukuman.

3. Iddah Ba'da Ibham


Jenis ini untuk menjelaskan yang samar (Al-Harbi, 2011), tujuannya untuk
menjelaskan setelah adanya kesadaran untuk menentukan makna pada benak si
pendengar. salah satu contoh dari jenis ini adalah QS. As-Syu’ara: 132-133

        



Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu
apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-
binatang ternak, dan anak-anak.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT memberikan kepada


orangorang yang beriman anugerah-anugerah yang mereka ketahui. Anugerah-
anugerah ini belum dijelaskan secara spesifik dan masih kurang jelas. Oleh karena
itu, frasa "amaddakum bi an’amin wa baniin" menerangkan bahwa anugerah-
anugerah yang dimaksud bagi orang-orang beriman adalah dalam bentuk ternak
dan anakanak. Oleh karena itu, frasa "amaddakum bi an’amin wa baniin"
berfungsi sebagai penjelasan yang lebih rinci terhadap halhal yang dinyatakan
samar dalam frasa "amaddakum bima ta’maluun".

4. At-Tikrar
Al-Jarimi dalam menjelaskam Jenis ini digunakan untuk menyampaikan suatu
pesan atau informasi dengan menggunakan kata yang berulang-ulang dengan
tujuan antara lain meneguhkan makna dalam jiwa, menampakkan kesedihan, dan

14
terlalu panjangnya kalimat pemisah sebuah redaksi. 12 Salah satu contoh dari jenis
ini yaitu pada Quran Surat Yusuf: 4

          
    
Artinya : (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742],
Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."

Pada ayat di atas, terdapat dua kali pengulangan kata "‫" )رأيت‬tertaklifat).
Pengulangan ini bertujuan untuk menunjukkan struktur yang teratur dalam
kalimat. Terkait dengan ayat ini, Ibn Asyur memberikan penjelasan bahwa
struktur kata "‫" رأيتهم‬adalah bentuk ekspresi yang memperkuat kata sebelumnya,
yaitu untuk ."‫د عشر كوكبا‬KK‫ "أح‬kata memperkuat Penggunaan kata ini dalam
menceritakan pengalaman yang terlihat dalam mimpi bertujuan untuk
menunjukkan pengulangan dari mimpi yang dialami, juga sebagai bentuk
penguatan atau sebagai pengantar untuk penjelasan lebih lanjut. Seolah-olah
pendengar mimpi itu meminta penjelasan tambahan dari orang yang bermimpi
mengenai apa yang telah ia lihat.

5. Al-I’tiradh
Al-I’tiradh berarti menyisipkan suatu lafadz diantara bagian-bagian dari
pada suatu kalimat ataupun lebih yang maknanya saling berkaitan dengan tujuan
membantah suatu hal atau prasangka terhadap mukhotob (Abdul Rohman &
Wildan Taufiq, 2022), contoh dalam Quran Surat An-Nahl: 57

        


Artinya : Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan[831]. Maha
suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka
sukai (Yaitu anak-anak laki-laki).

12
Abdul Rohman, & Wildan Taufiq. (2022). Ilmu Ma’ani dan Peranannya dalam Tafsir. Jurnal Al-
Fanar, 5(1), 84–101. https://doi.org/10.33511/alfanar.v5 n1.84-101.

15
Perkataan mereka bahwa Allah Swt. mempunyai anak perempuan, yaitu
yang berwujud para malaikat, dipicu kebencian mereka kepada anak perempuan,
sebagaimana tersebut dalam ayat Al-Qur’an berikutnya.

Dalam ayat-ayat tersebut, orang-orang musyrik telah mengklaim bahwa


Allah SWT memiliki anak perempuan. Mereka bahkan menganggap bahwa anak-
anak perempuan ini adalah malaikat-malaikat, dan dari sini mereka berkesimpulan
bahwa Allah bisa memiliki keturunan. Di sisi lain, orang-orang kafir dari suku
Quraisy memilih untuk memiliki anak lakilaki sebagai pilihan pribadi mereka.

6. Tadzyil (memberi tambahan)


Tadzyil yaitu menyertakan suatu redaksi dengan redaksi yang lainnya secara
mandiri yang mencakup kepada maknanya untuk memperkuat ungkapan pertama,
ataupun menguatkan apa yang dipahaminya.13 Contoh dalam Quran Surat Al-Isra:
81:

          
Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Ayat di atas terletak dalam serangkaian ayat yang membahas peran shalat
dan AlQur'an dalam kehidupan manusia. Tiga ayat sebelumnya menjelaskan
tentang pentingnya memperhatikan waktu shalat saat menjalankannya, dan pada
ayat berikutnya ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah obat untuk penyakit dalam
hati manusia.

Dalam konteks rangkaian ayat ini, Az-Zuhaili memberikan judul besar


"awâmir wa taujîhât wa ta’lîmât lin nabiyyi shalallâh ‘alaihi wa sallam" (perintah,
nasihat, dan pengajaran Allah kepada Nabi Muhammad SAW). Dalam
menjelaskan ayat sebelumnya, terutama ayat ke-17 yang berbicara tentang doa,
Az-Zuhaili menegaskan bahwa makna dari doa Nabi Muhammad yang memohon
agar Allah memasukkannya ke tempat masuk yang benar adalah Madinah,
13
Abdul Rohman, & Wildan Taufiq. (2022). Ilmu Ma’ani dan Peranannya dalam Tafsir. Jurnal Al-
Fanar, 5(1), 84–101. https://doi.org/10.33511/alfanar.v5 n1.84-101.

16
sementara permintaannya untuk dikeluarkan dari tempat keluar yang benar adalah
Makkah.14 Kemudian, Az-Zuhaili memaknai bahwa kebenaran yang disebutkan
dalam ayat ke-18 adalah Islam, dan lenyapnya kebatilan merujuk pada lenyapnya
penyembahan berhala dan kekufuran.

Pada bagian “‫" زهوقا‬yang merupakan bentuk tadzyîl atau tambahan


penjelasan terhadap redaksi sebelumnya, Ibn Asyur menjelaskan bahwa
penjelasan tentang kebatilan disampaikan dalam bentuk yang umum, sehingga
melibatkan semua jenis kebatilan pada setiap periode. Ibn Asyur lebih lanjut
menjelaskan bahwa jika kebatilan pasti akan binasa, maka kebenaran akan tetap
dan selalu mendapat dukungan. Dengan demikian, saat kebatilan lenyap,
kebenaran akan berdiri teguh. Redaksi ayat ini bertindak sebagai tambahan
penjelasan untuk redaksi sebelumnya, sehingga maknanya adalah bahwa
kebenaran akan selalu mendominasi di dalam komunitas ini, dan kebatilan akan
terus merosot. Dengan demikian, keadaan kebatilan sebelumnya yang telah terjadi
tidak akan pernah berdiri dengan kokoh.

E. Pengertian Musawah
Musawah yakni mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz yang
sesuai. Sebenarnya ini tidak termasuk bagian balaghah, akan tetapi musawah ini
menjadi tolok ukur dalam ijaz dan ithnab. Musawah adalah ashl kalimat. Ketika
tidak ada alasan untuk meringkas atau memanjangkan kalimat, maka harus
dikembalikan kepada yang ashl. Kata dan makna harus sesuai.15

14
Abdul Ghafour, Abdul-Qader, Norsimah Mat awal, Intan Safinaz Zainudin, & Ashinida Aladdin.
2019. The interplay of Qur’ānic synonymy and polysemy with special reference to al-asfār and al-
kutub (the books) and their English translations. 3L: Language, Linguistics, Literature 25(1): 129-
43.
15
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma’arif

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijaz menurut bahasa adalah ‫ير‬KK‫ )التقص‬meringkas). Menurut istilah adalah
mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz-lafadz yang kurang akan
tetapi mencukupi (bisa dipahami).

Macam-macam Ijaz

1. Ijaz al-Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz yang


sedikit dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat (maknanya
lebih luas dari susunan kalimat).

2. Ijaz al-Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan tidak


menyebutkan suatu lafaz atau kalimat. Jadi dalam Ijaz al-Hadzf ada lafaz
atau kalimat yang tidak disebutkan (digugurkan).

Ali Al-Jarimi dan Mustafa Amin (Al Jarim & Amin, 2018) mendeskripsikan
ithnab sebagai berikut :

‫زيادة اللفظ على معنى لفائدة‬

“Menambahkan suatu lafadz atas suatu makna karena tujuan tertentu”.

Macam-macam Ithnab

1. Penyebutan lafadz khusus setelah lafadz umum


2. Penyebutan lafadz umum setelah lafadz khusus
3. Iddah Ba'da Ibham.
4. At-Tikrar.
5. Al-I’tiradh.
6. Tadzyil (memberi tambahan).

18
Musawah yakni mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz yang
sesuai. Sebenarnya ini tidak termasuk bagian balaghah, akan tetapi musawah ini
menjadi tolok ukur dalam ijaz dan ithnab. Musawah adalah ashl kalimat. Ketika
tidak ada alasan untuk meringkas atau memanjangkan kalimat, maka harus
dikembalikan kepada yang ashl. Kata dan makna harus sesuai.16

16
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma’arif

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Harbi, A. A. bin A. (2011). Balaghah Muyassar. Dar Ibnu Hazm.


Dwi Puspa Anggraini, Syihabuddin, & Asep Sopian, Uslub Ithnab Dalam Kajian
Stilistika Al-Quran: Kajian Struktur, Vol. 4 No. 2, Oktober 2023 AD-DHUHA :
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Budaya Islam. https: //online-
journal.unja.ac.id/Ad-Dhuha.
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-
Tafsir wal-Adab, Penerbit Dar al-Ma’arif
Abdul Ghafour, Abdul-Qader, Norsimah Mat awal, Intan Safinaz
Zainudin, & Ashinida Aladdin. 2019. The interplay of Qur’ānic synonymy and
polysemy with special reference to al-asfār and al-kutub (the books) and their
English translations. 3L: Language, Linguistics, Literature 25(1): 129-43.
Abdul Rohman, & Wildan Taufiq. (2022). Ilmu Ma’ani dan Peranannya dalam
Tafsir. Jurnal Al-Fanar, 5(1), 84–101. https://doi.org/10.33511/alfanar.v5 n1.84-
101.

20
21

Anda mungkin juga menyukai