Dosen Pengampu :
Muh Gufron Hidayatulah, S.H, M.Ag
Disusun Oleh:
1.
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ( mengkaji dan memahami
perbedaan kalimat ijaz, itnab dan musawah) dan penulis sangat berharap
semoga Allah SWT. memberikan manfaat kepada pembaca dan barakah kepada
penulis baik di dunia maupun di akhirat. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Serta keluarga dan
sahabatnya, yang telah memberikan petunjuk kepada kita menuju jalan yang lurus
yaitu jalan yang di ridhai oleh Allah. Melalui syariat agama yang di bawanya
yaitu agama Islam. Penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaiakan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Ltar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan Masalah.........................................................................................6
C. Rumusan Masalah.....................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7
A. Pengertian Ijaz...........................................................................................7
B. Macam-macam Ijaz...................................................................................7
C. Pengertian Itnab.........................................................................................10
D. Pengertian Musawah.................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran, berisi firman allah menjadi kitab suci terakhir yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril maupun secara
langsung. membacanya merupakan bentuk ibadah Al-Quran sebagai kitab suci
umat Islam menjadi objek penelitian yang menarik bagi para akademisi dan
cendekiawan. salah satu rahasia keagungan Al-Quran adalah, dari segi
bahasanya. penggunaan bahasa dalam alquran sangatlah kompleks sehingga
diperlukan ilmu yang banyak untuk memahami setiap ayatnya. melalui al-quran,
muncul suatu disiplin ilmu yang terkait dengan bahasa arab, yakni ilmu
balaghah.1
1
Al-qaththan, S. M. (2014). Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu alQur’an , Terj. H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc.MA (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, Cet 10 2014), hlm. 16. 1–10.
2
Muhammad Alī Al-Shābūnī. al-Tibyān fi Ulūm Al-Qur`ān, (Damaskus: Maktabah Al-Ghazālī,
1390 H),
3
Ilma Amalia, & R. Edi Komarudin, Sejarah Perkembangan dan Cakupan Ilmu Balaghah Al-
Qur’an dalam Kitab Durus fi Ilmi Balaghah Karya Syeikh Muayyin Daqiq Al-Amili, Madani:
Jurnal Ilmiah Multidisiplin Volume1, Nomor 5, Juni 2023, Halaman 241-249 e-ISSN: 2986-6340.
4
Muhammad Abd Allah Darrāz, al-Naba` al-Adhīm, sebagaimana di kutip oleh Mannā’
alQaththān, Mabāhits fī Ulūm Al-Qur`ān, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), hlm. 267-268
4
"balaghah" dapat ditelusuri dari kata "غKKK " بلyang berarti mencapai atau
menjangkau, yang setara dengan kata-kata "لKK" وصdan "" )انتهىPratama et al.,
2023).
Ilmu balaghah merupakan salah satu ilmu yang mengkaji tentang makna
yang terkandung di dalam pengucapan Bahasa Arab. Karena kata-kata dalam Al-
Qur‟an memiliki makna yang hakiki dan majazi, maka ilmu balaghah merupakan
ilmu wajib yang harus dipelajari oleh setiap pengkaji Al-Qur‟an. Secara garis
besar, ilmu ini akan membantu dalam proses pemahaman Al-Qur‟an dengan baik
(Sagala: 2016, 5).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ilmu balaghah memiliki cakupan
yang lebih luas daripada ilmu fashahah yang merupakan ilmu yang mengkaji
tentang kefashihah atau kajian mengenai sejauh apa dan bagaimana sebuah makna
sampai dari npenyampai kepada objek yang disampaikan. Ilmu balaghah, lebih
luasnya lagi juga mengkaji kemelakatan makna atau bagaimana sebuah
pembicaraan bisa membekas di hati pembaca atau objek dari sebuah perkataan. 5
5
Khamim, A. Subakir. (2018). Ilmu Balaghah. Kediri: IAIN Kediri.
6
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma‟arif.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Ijaz?
2. Ada berapa macam Ijaz?
3. Apa yang dimaksud Itnab?
4. Ada berapa macam Itnab?
5. Apa yang dimaksud Musawah?
C. Tujuan Masalah
1. Mendefinisikan pengertian Ijaz
2. Mengurai macam-macam Ijaz
3. Mendefinikan pengertian Itnab
4. Mengurai macam-macam Itnab
5. Mendefinisikan pengertian Musawah
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijaz
B. Macam-Macam Ijaz
Ijaz terbagi menjadi dua, yaitu Ijaz al-Qashr dan Ijaz al-Hadzf.
1. Ijaz Al-Qashr
Ijaz al-Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz
yang sedikit dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat
(maknanya lebih luas dari susunan kalimat).
Contoh:
7
al-Hashimi, al-Sayyid Ahmad. 1999. Jawāhir al-Balāghah fī al-Ma’ani wa al-Bayān wa al-
Badī’. Beirut: Maktabah al-’Asriyyah.
7
Kata (قKKKKK )الخلyang artinya penciptaan dan kata ( )األمرyang
artinya urusan mengandung makna semua atau segala hal yang berkaitan
dengan penciptaan makhluk dan urusannya seperti hidup, mati, senang,
bahagia dan lain-lain itu sudah terkandung dalam makna ayat ini.
Contoh lain:
2. Ijaz Al-Hadzf
Ijaz al-Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan
tidak menyebutkan suatu lafaz atau kalimat. Jadi dalam Ijaz al-Hadzf ada
lafaz atau kalimat yang tidak disebutkan (digugurkan).
Contoh:
Contoh lain:
8
َأَك ْلُت َفاِكَهًة َو َم اًء
“Saya makan buah-buahan dan air”
Contoh lain:
Contoh lain:
.َفَس َقٰى َلُهَم ا ُثَّم َتَو َّلٰى ِإَلى الِّظِّل َفَقاَل َر ِّب ِإِّني ِلَم ا َأْنَز ْلَت ِإَلَّي ِم ْن َخْيٍر َفِقيٌر
...َفَج اَء ْتُه ِإْح َد اُهَم ا َتْمِش ي َع َلى اْس ِتْح َياٍء َقاَلْت ِإَّن َأِبي َيْدُع وَك ِلَيْج ِزَيَك َأْج َر َم ا َس َقْيَت َلَنا
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong)
keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya
Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang
Engkau turunkan kepadaku". Kemudian datanglah kepada Musa salah
seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:
"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan
terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami…." (QS. al-
Qashash:24-25)
َفَذ َهَبَتا ِإَلى َأِبْيِهَم ا َو َقَّصَتا َع َلْيِه َم ا َك اَن ِم ْن َأْم ِر ُم ْو َس ى َفَأْر َسَل ِإَلْيِه
9
“Maka keduanya pergi kepada bapaknya dan menceritakan tentang
perbuatan Nabi Musa.“
Contoh lain:
. َو َقاَل اَّلِذ ي َنَج ا ِم ْنُهَم ا َو اَّدَك َر َبْع َد ُأَّمٍة َأَنا ُأَنِّبُئُك ْم ِبَتْأِو يِلِه َفَأْر ِس ُلوِن
ُيوُس ُف َأُّيَها الِّص ِّديُق َأْفِتَنا ِفي َس ْبِع َبَقَر اٍت ِس َم اٍن َي ْأُك ُلُهَّن َس ْبٌع ِع َج اٌف َو َس ْبِع ُس ْنُباَل ٍت ُخ ْض ٍر َو ُأَخ َر
. َياِبَس اٍت َلَع ِّلي َأْر ِج ُع ِإَلى الَّناِس َلَع َّلُهْم َيْع َلُم وَن
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan
teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: aku akan
memberikan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu,
maka utuslah aku kepadanya. Yusuf hai orang yang amat dipercaya”. (QS.
Yūsuf: 45-46)
ُيْو ُس ُف َأُّيَها الِّص ِّدْيُق:َفَأْر ِس ُلْو ِنْي ِإَلى ُيْو ُسَف ِ َألْطُلَب ِم ْنُه َتْأِو ْيَل الُّر ْؤ َيا َفَأْر َس ُلْو ُه َفَأَتاُه َو َقاَل َلُه
Pada jenis Ijaz al-Hadzf ini disyaratkan adanya dalil (bukti) yang
menunjukkan pengguguran itu boleh (masuk akal). Kalau tidak demikian,
maka pengguguran lafazh tersebut tidak diperbolehkan.
C. Pengertian Itnab
jika seseorang ingin mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran atau
perasaannya, atau melakukan komunikasi dengan saudaranya, baik secara lisan
maupun tulis ia tidak akan terlepas dari tiga cara; ijaz, musawah, atau ithnab. 8
Dalam kondisi tertentu, berbicara panjang lebar juga diperlukan karena adanya
8
M Idris. (2020). Uslub Îjâz Dalam Stilistika Al-Qurân: Kajian Struktur. Insyirah: Jurnal Ilmu
Bahasa Arab Dan Studi Islam, 3(1), 73–90.
10
tujuan tertentu. redaksi yang dituturkan panjang, mengandung faedah namun
pengertiannya pendek. 9
Ali Al-Jarimi dan Mustafa Amin (Al Jarim & Amin, 2018)
mendeskripsikan ithnab sebagai berikut:
Senada dengan Ali Al-Jarimi definisi dari Sayyid Ahmad Al-Hasyimi (Hasyimi,
1999).
أو هو تأدية المعنى بعبارة زيادة عن متعارف االوساط لفائدة,اإللطناب زيادة اللفظ على معنى لفائدة
تقويته و توكيده
"Menambahkan suatu lafadz atas suatu makna karena tujuan tertentu, atau
melaksanakan makna dengan tambahan kalimat di luar kebiasaan untuk
memperkuat dan mengkuatkan maknanya”.
Ithnab memiliki banyak macam, tujuh macam dan dua macam turunannya
sehingga jumlahnya menjadi sembilan bentuk dan masing masing memiliki
makna yang beragam. berikut penjabaran macam-macam ithnab:
D. Macam-macam Ithnab
11
Artinya : Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir
membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan
yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan- peringatan
terhadap mereka sebagai olok-olokan.
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan peran penting Rasul a.s dalam
kehidupan manusia. Mereka berfungsi sebagai pembawa berita gembira, pemberi
peringatan, dan juga menjawab tuduhan orang kafir. Ayat ini juga mengungkap
sifat orang kafir yang menyindir dan mencemooh ayat-ayat al-Qur'an, termasuk
peringatan dan amaran, sebagai ejekan.
12
Artinya : Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke
rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu
selain kebinasaan".
Dalam ayat ini, terdapat penggunaan kata umum yang diikuti oleh kata
khusus. Kata "al-mu’minîn" dan "al-mu’minât" merupakan kata-kata umum yang
dianggap sebagai tambahan, sementara kata-kata sebelumnya memiliki makna
khusus. Penambahan kata-kata umum tersebut bertujuan untuk menyertakan
makna khusus ke dalam makna umum, dengan memberikan penekanan lebih pada
makna khusus tersebut karena disebutkan dua kali.
Ayat ini sebenarnya berkaitan dengan permohonan Nabi Nuh kepada Allah
agar orang-orang kafir menghadapi hukuman dan agar orang-orang mukmin yang
bersamanya diberi ampunan. Nabi Nuh memulai doanya untuk dirinya sendiri,
kemudian untuk kedua orang tuanya. Ada pandangan bahwa nama ayahnya adalah
Lamk bin Mattusyalakh dan ibunya adalah Syamkha’ binti Anusy, keduanya
adalah orang-orang beriman. Prioritas diberikan pada doa untuk dirinya dan orang
tuanya karena hal tersebut yang lebih layak. Setelah itu, doa Nabi Nuh ditujukan
untuk orang-orang yang berada dalam lingkungannya, yang bisa berarti dalam
rumahnya.
13
Beberapa tafsir memandang "rumah" dalam konteks ini sebagai tempat
tinggal, masjid, dan bahkan perahu. Ada pandangan bahwa agama juga bisa
diartikan sebagai "rumah" yang dimaksud oleh Nabi Nuh. Oleh karena itu, orang
yang masuk ke dalam "rumah" Nabi Nuh dalam keadaan beriman mungkin
merujuk pada mereka yang bersama-sama dengan Nabi Nuh dalam
perjuangannya, seperti berada di dalam masjid atau dalam perahu yang dibuatnya.
Doa akhirnya ditujukan untuk semua orang mukmin dari berbagai jenis kelamin,
dan diakhiri dengan permohonan agar orang-orang kafir mendapatkan hukuman.
4. At-Tikrar
Al-Jarimi dalam menjelaskam Jenis ini digunakan untuk menyampaikan suatu
pesan atau informasi dengan menggunakan kata yang berulang-ulang dengan
tujuan antara lain meneguhkan makna dalam jiwa, menampakkan kesedihan, dan
14
terlalu panjangnya kalimat pemisah sebuah redaksi. 12 Salah satu contoh dari jenis
ini yaitu pada Quran Surat Yusuf: 4
Artinya : (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742],
Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."
Pada ayat di atas, terdapat dua kali pengulangan kata "" )رأيتtertaklifat).
Pengulangan ini bertujuan untuk menunjukkan struktur yang teratur dalam
kalimat. Terkait dengan ayat ini, Ibn Asyur memberikan penjelasan bahwa
struktur kata "" رأيتهمadalah bentuk ekspresi yang memperkuat kata sebelumnya,
yaitu untuk ."د عشر كوكباKK "أحkata memperkuat Penggunaan kata ini dalam
menceritakan pengalaman yang terlihat dalam mimpi bertujuan untuk
menunjukkan pengulangan dari mimpi yang dialami, juga sebagai bentuk
penguatan atau sebagai pengantar untuk penjelasan lebih lanjut. Seolah-olah
pendengar mimpi itu meminta penjelasan tambahan dari orang yang bermimpi
mengenai apa yang telah ia lihat.
5. Al-I’tiradh
Al-I’tiradh berarti menyisipkan suatu lafadz diantara bagian-bagian dari
pada suatu kalimat ataupun lebih yang maknanya saling berkaitan dengan tujuan
membantah suatu hal atau prasangka terhadap mukhotob (Abdul Rohman &
Wildan Taufiq, 2022), contoh dalam Quran Surat An-Nahl: 57
12
Abdul Rohman, & Wildan Taufiq. (2022). Ilmu Ma’ani dan Peranannya dalam Tafsir. Jurnal Al-
Fanar, 5(1), 84–101. https://doi.org/10.33511/alfanar.v5 n1.84-101.
15
Perkataan mereka bahwa Allah Swt. mempunyai anak perempuan, yaitu
yang berwujud para malaikat, dipicu kebencian mereka kepada anak perempuan,
sebagaimana tersebut dalam ayat Al-Qur’an berikutnya.
Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
Ayat di atas terletak dalam serangkaian ayat yang membahas peran shalat
dan AlQur'an dalam kehidupan manusia. Tiga ayat sebelumnya menjelaskan
tentang pentingnya memperhatikan waktu shalat saat menjalankannya, dan pada
ayat berikutnya ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah obat untuk penyakit dalam
hati manusia.
16
sementara permintaannya untuk dikeluarkan dari tempat keluar yang benar adalah
Makkah.14 Kemudian, Az-Zuhaili memaknai bahwa kebenaran yang disebutkan
dalam ayat ke-18 adalah Islam, dan lenyapnya kebatilan merujuk pada lenyapnya
penyembahan berhala dan kekufuran.
E. Pengertian Musawah
Musawah yakni mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz yang
sesuai. Sebenarnya ini tidak termasuk bagian balaghah, akan tetapi musawah ini
menjadi tolok ukur dalam ijaz dan ithnab. Musawah adalah ashl kalimat. Ketika
tidak ada alasan untuk meringkas atau memanjangkan kalimat, maka harus
dikembalikan kepada yang ashl. Kata dan makna harus sesuai.15
14
Abdul Ghafour, Abdul-Qader, Norsimah Mat awal, Intan Safinaz Zainudin, & Ashinida Aladdin.
2019. The interplay of Qur’ānic synonymy and polysemy with special reference to al-asfār and al-
kutub (the books) and their English translations. 3L: Language, Linguistics, Literature 25(1): 129-
43.
15
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma’arif
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ijaz menurut bahasa adalah يرKK )التقصmeringkas). Menurut istilah adalah
mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz-lafadz yang kurang akan
tetapi mencukupi (bisa dipahami).
Macam-macam Ijaz
Ali Al-Jarimi dan Mustafa Amin (Al Jarim & Amin, 2018) mendeskripsikan
ithnab sebagai berikut :
Macam-macam Ithnab
18
Musawah yakni mengungkapkan makna yang dimaksud dengan lafadz yang
sesuai. Sebenarnya ini tidak termasuk bagian balaghah, akan tetapi musawah ini
menjadi tolok ukur dalam ijaz dan ithnab. Musawah adalah ashl kalimat. Ketika
tidak ada alasan untuk meringkas atau memanjangkan kalimat, maka harus
dikembalikan kepada yang ashl. Kata dan makna harus sesuai.16
16
Amin Al-Khuli, 1961, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wal-Balaghah wat-Tafsir wal-Adab, Penerbit
Dar al-Ma’arif
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21