Disusun oleh
YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stilistika sering dikaitkan dengan disiplin ilmu lain salah satunya yaitu ilmu retorika
atau balaghah. Secara umum stilistika merupakan cabang ilmu linguistik yang
memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa. Dalam literatur Indonesia, retorika
termasuk dalam kajian stilistika. Dalam literatur Arab, ilmu balaghah (istilah yang
sepadan dengan retorika) merupakan disiplin ilmu tersendiri dan lebih dulu muncul
dibanding stilistika (‘ilm al-uslub). Dalam literatur Arab, kedua ilmu tersebut banyak
memiliki kemiripan. Ilmu balaghah banyak menggunakan istilah muqtada al-hal,
sementara stilistika (‘ilm al-uslub) banyak menggunakan istilah mauqif. Kedua istilah
ini sama-sama mengacu pada suatu keharusan menggunakan lafal atau kalimat sesuai
dengan situasi dan kondisi.
Adapun dalam makalah ini akan dipaparkan hubungan antara ilmu balaghah dengan
stilistika (‘ilm al-uslub).
1
PEMBAHASAN
Uslub berasal dari kata salaba - yaslubu - salban yang berarti merampas, merampok
dan mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang berarti jalan1, jalan di antara
pepohonan dan cara mutakallim dalam berbicara (menggunakan kalimat).
Selanjutnya Sholah Fadl mengutip dari Lisan al-Arab karangan Ibnu Mandhur, bahwa
Uslub dikatakan untuk garisan di pelepah kurma, dan setiap jalan yang terbentang,
uslub itu berarti jalan, pendapat atau seni. Dan ini adalah makna uslub secara
etimologi. Sedangkan secara terminologi uslub artinya cara penuturan yang ditempuh
penutur dalam menyusun kalimat dan memilih kosa kata. 2 Dan ilmu yang
mempelajarinya adalah ‘ilm al-Uslub atau al-Uslubiyyah.
Dalam tradisi Barat ilmu ini dikenal dengan stilistika. Stilistika berasal dari kata style.
Kata style diturunkan dari kata stilus (Latin), yaitu semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya
tulisan itu. Pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian menulis indah, maka
style berubah menjadi keahlian dan kemampuan menulis atau menggunakan kata-kata
secara indah (gaya bahasa).3
Sedangkan dalam tradisi keilmuan Arab, stilistika disebut dengan ‘ilm al-Uslub atau
al-Uslubiyyah. Menurut Abd al-Salam al-Masaddy al-Uslubiyyah merupakan
terjemahan dari bahasa Latin dan berbagai bahasa Perancis (stylistique), yaitu berasal
dari akar kata uslub (style) dan imbuhan ‘ya’ dan ‘ta’ (ique). Kata uslub mengandung
makna kekhasan pada diri manusia. Sedangkan imbuhannya merujuk pada pemaknaan
aspek ilmu yang logis dan objektif .4
Berdasarkan definisi tersebut tampak jelas perbedaan antara uslub dengan ‘ilm uslub
atau al-Uslubiyyah. Uslub adalah deskripsi tuturan, sedangkan al-Uslubiyyah adalah
1
Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus al-Bisyri, (Surabaya: Pustaka
2
suatu ilmu yang memiliki dasar-dasar, kaidah-kaidah, dan level analisis. Uslub adalah
tuturan yang memiliki efek yang khas pada konteksnya, sedangkan al-Uslubiyyah
adalah pengungkapan efek tersebut dari segi keindahan, kejiwaan, dan perasaan.5
ذيGGوطن الGGل كالم لمGGة كGGالبالغة تأدية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحسحة لها في النفس أثر خالب مع خالئم
يقال فيه األصخاص الذين يخاطبون
علم بأصو ل تعرف بها دقائق اللغة العربية وأسراره وتنكسف به وجوه اإلعجاز في نظر القرآن الكريم
3
C. Hubungan ‘Ilm al-Uslub dengan ‘Ilm al-Balaghah
Lahirnya studi stilistika di dunia Barat sangat memengaruhi dunia keilmuan Arab.
Sementara dunia Arab sendiri sebelumnya sudah memiliki tradisi keilmuan sendiri
yang mirip sekali dengan ilmu retorika barat klasik, yakni ‘ilm al-balaghah. Maka
ketika para kritikus dan sastrawan Arab ikut serta meramaikan studi stilistika, mereka
banyak mengacu pada buku-buku al-balaghah sebagai referensi. Oleh karena itu
hampir dari semua ilmuan Arab sepakat bahwa ada hubungan antara stilistika modern
dan al-balaghah.8
Namun di samping itu terdapat beberapa perbedaan antara ilm al-uslub dengan al-
balaghah. Syukri meyakini bahwa asal dari al-balaghah adalah linguistik klasik
(lughawi qadim) sedangkan asal mula stilistika adalah linguistik modern.10 Selain itu
pandangan ‘ilm al-balaghah mengkaji perbedaan thariqah al-ta’bir dengan
mempertimbangkan muqtadha al-hal. Perbedaan tersebut tidak keluar dari
probabilitas yang tetap. Sedangkan ‘ilm al-uslub berpandangan seperti halnya ilmu
bahasa modern, yang mengkaji fenomena kebahasaan dengan dua metode utamanya,
8
Syihabuddin Qalyubi, ‘Ilm Al-Uslub; Stilistika Bahasa dan Sastra Arab, (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2017), h. 30
9
Ibid, h. 32-33
10
Ibid, h. 33
4
yaitu metode afqiyah (kajian secara horizontal, mengkaji sebuah fenomena pada masa
tertentu), dan metode ra’siyah (metode kajian secara vertikal yang mengkaji
fenomena dari masa ke masa).11
Hasil akhir dari ‘ilm al-uslub adalah mengungkap berbagai bentuk str
uktur secara komprehensif meliputi jenis-jenis mufradat, struktur dan
secara khusus adalah makna dan hal tersebut sebagaimana dideskripsika
n di dalam ‘ilm al-balaghah. Dan ‘ilm al-balaghah juga menyajikan metod
e tertentu dalam penggunaan kata seperti dalam isti’arah, majâz, mur
sal dan kinayah. Pengkajian selanjutnya adalah meliputi nilai-nilai d
ari motede-metode ekspresi tersebut.
D. Kesimpulan
Dalam menelaah karya sastra, ‘Ilm al-Uslub dan balaghah dibutuhkan sebagai
alat untuk melihat sisi keindahannya. Apabila dilihat dari substansinya, kedua hal ini
mempunyai beberapa persamaan, pertama, keduanya sama-sama bekerja untuk
menelaah karya sastra dari segi bahasanya, kedua, ‘Ilm al-Uslub dan balaghah ini
melihat makna bahasa lebih dalam dari makna yang nampak (lafdziyahnya). Jadi
dapat dikatakan bahwa, keduanya memang merupakan alat yang sangat dibutuhkan
untuk memahami suatu karya sastra. Apabila menggunakan salah satunya saja sudah
cukup, tetapi akan lebih dalam lagi menggali makna apabila menggunakan keduanya.
Cara kerja ‘Ilm al-Uslub dengan balaghah bisa bersamaan apabila penerapan
masing-masing keilmuannya tepat pada porsinya. ‘Ilm al-Uslub dapat diaplikasikan
dalam melihat sisi keunikan bahasanya terlebih dahulu, keunikan suatu bahasa yang
digunakan dalam karya sastra dapat dilihat dari makna asli bahasa, tambahan pada
bahasa, lalu bisa juga melihat dari sisi waktu digunakannya kata tersebut. Setelah
ditelaah keunikannya, barulah balaghah diaplikasikan untuk menelaah sebuah karya
sastra dengan pendekatan-pendekatan yang ada didalamnya sehingga bisa tercapai
11
Abdullah bin Abdul Wahab al-’Umri, al-Uslubiyyah Dirasat wa at-Tathbiq, (Saudi Arabia,
2015), h. 11
5
tujuan balaghah tersebut yaitu menyampaikan isi suatu karya sastra sampai ke hati
para pembaca atau pendengarnya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah, Munawwir dan Adib Bisyri. 1999. Kamus al-Bisyri. Surabaya: Pustaka
Progresif.
Gorys Keraf. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Qalyubi, Syihabuddin. 2017. ‘Ilm Al-Uslub; Stilistika Bahasa dan Sastra Arab.
Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Ratna N. K. (2020). Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yasin, H. 2020. Sisi Balaghah Dalam Tafsir Al-Baidawy. Tahdzib Akhlaq VI (2): 42-
47.