Anda di halaman 1dari 9

ILMU BAYAN

MAJAZ LUGHOWI

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ilmu Bayan

Dosen Pengampu

Anggi Rahmana Putra,M.Pd.I

Di Susun Oleh :

Kelompok 2

Ahmad Hadziqunnuha 2011020115

Angger Yayan Anggoro 2011020105

Wulan Priyanggani 2011020104

Reni Nuraeni 2011020124

Dellya Dwi Antari 2011020103

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyususan makalah ini
yang berjudul "Majaz Lughowi"
Sholawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam hingga saat ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita,kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi memperbaiki makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
saran yang membangun
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................................................3

BAB I

A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................4

A. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................4

B. TUJUAN MASALAH ...........................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN .........................................................................................................5

A. Pengertian Majaz ..................................................................................................5

B. Konsep Majaz ........................................................................................................5

C. Contoh-contoh Majaz Lughowi ...........................................................................6

BAB III

A. Kesimpulan ............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

A. Latar Belakang

Menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang sangat indah dan sarat akan makna itu tidaklah
mudah. Apalagi Al-Quran merupakan mukjizat terindah dan teragung yang diberikan kepada
Nabi Muhammad.
Salah satu sasaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang dapat dipergunakan untuk
mencapai maksud itu adalah balaghoh, karena balaghoh merupakan disiplin ilmu yang
berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan
perbedaan yang sama di antara macam-macam uslub (ungkapan).
1. Ilmu balaghah merupakan ilmu yang keberadaannya tidak kalah pentingnya dari ilmu-
ilmu kebahasaan yang lainnya. Sepadan dengan ilmu balaghah adalah ilmu Retorika
.2. Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar
dan fasih.
Dalam balaghah tersebut, terdapat materi tentang majaz lughawi. Jadi pada makalah ini kami
akan membahas tentang Majaz Lughawi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertain Majaz Lughawi ?
2. Bagaimana konsep Majaz ?
3. Seperti apa contoh-contoh Majaz Lughawi ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu Majaz Lughawi.
2. Mengetahui bagaimana konsep Majaz.
3. Mengetahui contoh-contoh Majaz Lughawi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majaz Lughawi

4
Majaz lughawi adalah lafaz yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena
adanya hubungan disertai karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki. Hubungan
antara makna hakiki dan makna majazi itu kadang-kadang karena adanya keserupaan dan
kadang-kadang lain dari itu. Dan karinah itu adakalanya lafzhiyah dan adakalanya haliyah.

B. Konsep Majaz

Secara leksikal majaz bermakna “Melewati”. Majaz adalah suatu perkataan yang dipakai
bukan pada makna aslinya karena ada hubungan serta adanya qarinah yang melarang
penggunaan makna asal.

Majaz (Konotatif) merupakan kebalikan dari haqiqi (denotatif). Makna haqiqi adalah
makna asal dari suatu lafal atau ungkapan yang pengertiannya dipahami orang pada
umumnya. Lafal atau ungkapan itu lahir untuk makna itu sendiri. Sedangkan makna majazi
adalah perubahan makna dari makna asal ke mana kedua. Makna ini lahir bukan untuk
pengertian pada umumnya. Dalam makna ini ada proses perubahan makna. Muradif atau
munasabah tidak dikatakan memiliki makna majazi karena didalamnya tidak ada perubahan
dari makna asal kepada makna baru (Kamaluddin Maitsami, 1986)

Suatu ungkapan atau teks bisa dinilai mengandung makna haqiqi jika si pengucap atau
penulisnya menyatakan secara jelas bahwa maksud sesuai dengan makna asalnya, atau juga
tidak ada qarinah-qarinah (indikator) yang menunjukkan bahwa ungkapan dari teks tersebut
mempunyai makna majazi. Akan tetapi jika ada qarinah-qarinah yang menunjukkan bahwa
lafal atau ungkapan tersebut tidak boleh dimaknai secara haqiqi, maka kita harus
memaknainya secara majazi.

Lafazh atau ungkapan majaz muncul disebabkan dua hal, yaitu sabab lafzhi dan sabab
tarkibi (isnadi).

1. Sabab lafzhi, yaitu bahwa lafal-lafal tersebut tidak bisa dan tidak boleh dimaknai secara
haqiqi. Jika lafal-lafal tersebut dimaknai secara haqiqi, maka akan muncul pengertian yang
salah. Qarinah pada ungkapan majaz jenis ini bersifat lafzhi pula.

‫خ ََط َب اَأْل َسدُ َأ َما َم النَّ ِاس‬

Artinya :“Singa berfidato didepan orang-orang”.

2. Sabab tarkibi, yaitu bahwa ungkapan majaz terjadi bukan karena lafazh-lafazhnya yang
tidak bisa dipahami secara haqiqi, akan tetapi dari segi penisbatan. Penisbatan fi’il kepada
fa’il nya tidak bisa diterima secara rasional dan keyakinan. Contoh firman Allah SWT :

) 2 : ‫َوَأخ َْر َج ِت اَأْل ْر ُض أضثْ َقالَهَا ( الزلزةل‬


Artinya :“Dan bumi mengeluarkan beban-bebannya”. ( QS. al-Zalzalah : 2 )

ِ ‫ ”َأ ْخ َر َج‬kepada “ ُ‫ ”اَأْلرْ ض‬karena yang mengeluarkan benda-benda itu


Tidak bisa menisbatkan “‫ت‬
pada hakikanya adalah Allah SWT.

5
Didalam bahasa Arab sering terjadi penggunaan suatu lafal atau jumlah (kalimat) bukan
untuk makna yang seharusnya dengan tujuan memperindah pengukapan. pengukapan ide dan
perasaan dengan tujuan tersebut dilakukan dengan cara taudhih al-ma’na, (memperjelas
makna), mubalaghah (hiperbola), tamtsili (eksposisi), dan lain-lain. Objek bahasan yang
dikaji dan dibahas dalam majaz hanyalah pada tataran lafal. Sedangkan penggunaan suatu
jumlah (kalimat) bukan untuk makna yang seharusnya menjadi bahasan tersendiri dalam ilmu
ma’ani.

Suatu ungkapan dinamakan majz apabila memenuhi apabila memnuhi beberapa syarat, yaitu :

a. Harus mengandung makna majazi.

b. Mempunyai qarinah.

c. Memindahkan makna haqiqi pada makna majazi.

C. Contoh-contoh Majaz Lughawi

1. Ibnul-‘Amid berkata:

‫مس * ن َ ْف ٌس َأ َح ُّب يَل َّ ِم ْن ن َ ْفىِس‬


ِ َّ‫ِم َن الش‬ ‫قَ َم ْت ت َُظ ِل ّلُىِن‬
‫ِإ‬
ِ َّ‫َو ِم ْن جَع َ ٍب * مَش ْ ٌس ت َُظ ِل ّلُىِن ِم َن الش‬
‫مس‬ ‫قَا َم ْت ت َُظ ِل ّلُىِن‬
Artinya :Telah berdiri menaungiku dari teriknya matahari, seseorang yang lebih aku cintai
daripada diriku sendiri. Ia telah menaungiku, amatlah mengherankan, bila ada matahari
menaungiku dari terik matahari.

Perhatikanlah baris terakhir dari bait di atas, maka akan kita jumpai kata asy-syamsu
yang dipakai dengan dua makna; pertama adalah makna hakiki sebagaimana yang kita kenal,
dan makna yang kedua adalah orang yang bercahaya wajahnya, yang menyerupai
kecemerlangan matahari. Makna kedua ini bukanlah makna hakiki. Bila kita perhatikan,
maka akan kita temukan kaitan antara makna pertama yang hakiki dan makna kedua yang
bukan hakiki. Kaitan dan hubungan kedua makna ini disebut dengan musyabahah (saling
menyerupai/keserupaan) karena seseorang yang bercahaya wajahnya itu menyerupai matahari
dalam memancarkan cahaya, dan hal ini tidak mungkin menimbulkan ketidakjelasan yang
membawa pemahaman bahwa kata syamsun tuzhalliluni adalah menunjukkan makna yang
hakiki karena matahari yang hakiki itu tidaklah akan menaungi.

2. Al-Buhturi berkata dalam menyifati duel antara Fath bin Khaqan dengan seekor singa:

‫فَمَل ْ َأ َررِض ْ غَا َمنْي ِ َأ ْصدَ َق ِمنْمُك َا * ِع َرااًك َذا الْهَ َّياب َ ُة ال ِنّ ْك ُس َك َّذاَب‬
‫ِإ‬
‫ِه َز ْب ٌر َمىَش ي َ ْب ِغى ِه َز ْب ًرا َوَأ ْغلَ ٌب * ِم َن الْ َق ْو ِم يَغْىَش اَب ِس َل الْ َو ْج ِه َأ ْغلَ َبا‬

6
Artinya :Aku belum pernah melihat perkelahian dua singa yang lebih sungguh-sungguh
daripada kamu berdua (Fath dan singa) ketika orang-orang penakut dan lemah itu tidak berani
menghadapinya. Singa lawan singa, yaitu singa (pemberani) dari kaum bertarung melawan
singa sungguhan, dan ia dapat mengalahkannya.

Bila kita perhatikan bait kedua dari syair Al-Buhturi di atas, maka akan kita temukan
kata hizabrun yang kedua, dimaksudkan untuk menunjukkan makna hakiki, yakni singa.
Sedangkan makna kata hizabrun yang pertama adalah orang pemberani yang dipuji, jadi
bukan makna hakiki. Hubungan kedua makna itu adalah keserupaan dalam keberanian,
sedangkan karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki adalah bahwa susunan
kalimat menghendaki pemberian makna baru yang bukan hakiki. Demikian pula halnya pada
kata aghlabun minal-qaum dan basil al-wajhi aghlaba. Kata-kata kedua menunjukkan makna
asli, yakni singa. Sedangkan kata-kata yang pertama menunjukkan makna yang lain, yakni
laki-laki yang pemberani. Hubungan kedua makna itu adalah keserupaan dalam keberanian.
Karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki terhadap kata-kata pertama adalah lafaz
minal qaum.

7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Majaz lughawi adalah lafaz yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena
adanya hubungan disertai karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki.

Suatu ungkapan dinamakan majaz apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu : 1) Harus
mengandung makna majazi; 2) Mempunyai qarinah; dan 3) Memindahkan makna haqiqi pada
makna majazi.

Contoh majaz lughawi:

َّ َ‫مس * نَ ْفسٌ َأ َحبُّ ِإل‬


‫ي ِم ْن نَ ْف ِسى‬ ِ ‫ت تُظَلِّلُنِى ِمنَ ال َّش‬
ْ ‫قَ َم‬

ِ ‫ب * َش ْمسٌ تُظَلِّلُنِى ِمنَ ال َّش‬


‫مس‬ ٍ ‫ت تُظَلِّلُنِى َو ِم ْن َع َج‬
ْ ‫قَا َم‬

Artinya :Telah berdiri menaungiku dari teriknya matahari, seseorang yang lebih aku cintai
daripada diriku sendiri. Ia telah menaungiku, amatlah mengherankan, bila ada matahari
menaungiku dari terik matahari.

Majaz lughawi adalah salah satu jenis yang illah nya disandarkan pada aspek bahasa. Majaz
ini terbagi kepada dua jenis, yaitu majaz isti’arah dan majaz mursal. Untuk lebih jelasnya
tentang pembagian majaz lughawi, akan dijelaskan dalam makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 2011. Terjemahan Balaghatul Wadhihah. Terj. Mujiyo
Nurkholis dkk. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Idris, Mardjoko. 2007 Ilmu Balaghah Kajian Khusus Uslub Jinas dan Iqtibas, Yogyakarta:
Teras.

Zaenuddin, Mamat dan Yayan Nurbayan. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah. Bandung : PT
Refika Aditama.

Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Balaghatul Wadhihah, terj. Mujiyo Nurkholis
dkk., ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2011), hal. 6.

Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Kajian Khusus Uslub Jinas dan Iqtibas, (Yogyakarta: Teras,
2007), hal. 3.

Ali Al-Jarim & Musthafa Amin, Terjemahan Balaghatul Wadhihah, terj. Mujiyo Nurkholis
dkk., ( Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2011), hal. 95.

Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2007)

Anda mungkin juga menyukai