Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGENALAN KITAB TAFSIR KONTEMPORER

TAFSIR AL-WASIT} KARYA SAYYID MUH{AMMAD AL-T}ANT{AWI>

Dosen Pengampu: Ustadz Hidayatullah M. A.

Disusun Oleh:
Abdus Shobur
Dayyan ‘Ilmah Hafidz

FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
mana dengan nikmat-Nya lah makalah yang berjudul “Kitab Tafsir al-Was{i>t{
Karya Sayyid Muh{ammad T}ant}awi>” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan bagi
Baginda Muhammad saw. hingga hari kiamat kelak, beserta keluarganya,
sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan mereka yang mengikuti orang-orang
shalih tersebut hingga akhir hayatnya.
Terima kasih juga kami haturkan kepada bapak Hidayatullah, MA.
selaku dosen pengampu kami di mata kuliah Pengenalan Kitab Tafsir
Kontemporer. Semoga Beliau selalu diberikan rahmat oleh Allah SWT,
diberikan kesehatan yang paripurna agar dapat selalu membagikan ilmu-ilmu
Beliau kepada para murid Beliau. Aamiin aamiin allahumma aamiin.
Kami sangat amat bersyukur telah mendapatkan tugas pembuatan
makalah yang berjudul “Kitab Tafsir al-Was{i>t{ Karya Sayyid Muh{ammad
T}ant}awi>” ini. Harapannya, makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kami, selaku penulis, dan para pembaca yang budiman.
Kami menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat amat kami
harapkan demi perkembangan studi kami di hari depan.
Sekian yang dapat kami sampaikan, lebih kurangnya mohon
dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah, yang salah datangnya dari diri
kami dan syaithan. Wa allahul muafiq wal hadi ila sabili rasyad,
wassalamualaukum.

Jakarta, 20 Mei 2023,

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar II
Daftar Isi III

BAB I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1

BAB II 2

A. Biografi Penulis 3
B. Deskripsi Kitab 5
C. Metode dan Corak 5
D. Contoh Penafsiran 7
BAB III 10

A. KESIMPULAN 13
B. SARAN 13

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang yang mempelajari Al-Qur’an bagaikan seseorang
yang meminum air laut, semakin meminumnya maka semakin haus.
Dan ibarat ini tidaklah berlebihan apabila kita melihat kepada
perpustakaan Islam yang dipenuhi dengan berbagai macam karya-karya
tafsir dari berbagai generasi. Tafsir merupakan ilmu yang mencoba
mengenal dan memahami firman Tuhan yang tertulis dalam kitab suci
(Al-Qur’an) menurut kemampuan manusia, dengan cara mempelajari
makna-makna yang terkandung di dalamnya. Seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan semakin luasnya daerah
kekuasaan Islam yang diiringi dengan semakin banyaknya jumlah kaum
muslimin.
Perkembangan tafsir sangat dipengaruhi oleh perkembangan
keilmuwan dalam Islam. Pada awalnya kecenderungan penafsiran
penafsiran Al-Qur’an hanya menggunakan riwayat, dan selanjutnya
dengan penafsiran ijtihad1. Cara mufassir menggali Al-Qur’an dengan
tujuan untuk menangkap ide-ide Allah yang Ia tuangkan di dalam kitab
suci tidak terlepas dari empat metodologi2, yaitu: ijmali, maudhu’i3,
muqarin, dan tahlili4. Masing-masing dari metode tafsir ini memiliki
karakteristik masing-masing.
Salah satu ulama yang dapat menjadikan karyanya sebagai
rujukan yang relevan pada kontemporer ini adalah Sayyid Muh{ammad
T{ant{awi>, dengan kitab tafsirnya yang berjudul, “Al-Was{i>t{ fi> Tafsi>r al-
Qur’a>n”. Karyanya ini sangat cocok sekali dijadikan sebagai bahan

1
Muhammad Husain al-Zahaby, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Cairo: Dar al-Hadist,
2005), hal. 137
2
DR Nasruddin Baidan, Metodologi penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Glagah
1998) h1. 52
3
Al-Farmawi, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i, Rosihan Anwar (Kairo: al-
Hadharah al-‘Arabiyah, 1997), 44
4
Nasharudin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000) 53-60

1
referensi dalam kajian tafsir, supaya sesuai dengan kondisi zaman
sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah pengarang kitab Tafsi>r Al-Wasit}?
2. Apa deskripsi kitab Tafsi>r Al-Wasit?
3. Bagaimana metode dan corak penafsiran dari kitab Tafsi>r Al-
Wasit?
4. Apa karakteristik penafsiran kitab Tafsi>r Al-Wasit?
5. Bagaimana contoh penafsiran dalam kitab Tafsi>r Al-Wasit?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengenal siapa penulis dari kitab Tafsi>r Al-Wasit
2. Untuk mengetahui deskripsi kitab Tafsi>r Al-Wasit
3. Untuk mengetahui metode dan corak penafsiran dari kitab
Tafsi>r Al-Wasit
4. Untuk memahami karakteristik dari penafsiran kitab Tafsi>r
Al-Wasit
5. Untuk mengetahui contoh penafsiran dalam kitab Tafsi>r Al-
Wasit

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Penulis

Dalam dunia Islam ia dikenal dengan Imam Akbar Doktor


Muh}ammad Sayyid T}ant}awi>, nama lengkapnya adalah Muhammad
Sayyid ‘Atiyah T}ant}awi>. Dilahirkan di sebuah desa kecil bernama
Sulaim al-Syarqiyah, Sohaq, Mesir pada tanggal 14 jumadal ula 1347
H, bertepatan dengan tanggal 28 oktober 1928. Proses belajarnya
pertama kali dimulai dari desanya, setelah dia hafal al-Qur’an di
madrasah iskandariyah pada tahun 1944, ia meneruskan
pendidikannya ke fakultas ushuluddin di universitas al-Azhar pada
tahun 1958. Pada tahun 1966, ia menamatkan pendidikannya di
fakultas yang sama konsentrasi hadis| dan tafsir dengan nilai
mumtaz}, dengan judul thesis “Banu> Isra>i>l fi> Al-Qur’a>n wa al-sunah”.
Selama hidupnya, Muh}ammad Sayyid T}ant}awi mengabdikan
dirinya di dunia pendidikan sebagai tenaga pengajar pada bidang
tafsir dan hadis diberbagai universitas seperti universitas Islam
Libya, universitas Islam Madinah al-Munawwarah dan lain-lain.
Adapun jenjang karir pengabdian Muh}ammad Sayyid T}ant}awi
sebagai berikut:
- Khatib dan pengajar di Kementerian Perwakafan, tahun 1960 M.
- Staf pengajar tafsir hadits di fakultas ushuluddin Universitas al-
Azhar, tahun 1968 M.
- Menjadi pembantu dosen tafsir di Fakultas Ushuluddin al-Azhar
cabang al-Siyut, tahun 1972 M.
- Dosen di Universitas Islamiyah Libya, 1972-1976 M.
- Dosen ilmu tafsir di Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar
cabang al-Siyut, tahun 1976 M
- Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar cabang al-
Siyut 1976 M
- Kepala Bagian Ilmu Tafsir Program Pasca Sarjana Universitas
al-Azhar, tahun 1985 M.

3
Pada tanggal 24 safar 1407 yang bertepatan dengan tanggal 28
Oktober tahun 1986, Muh}ammad Sayyid T}ant}awi diangkat menjadi
Mufti Mesir, dan selama masa itu ia telah mengeluarkan 7557 fatwa.
Salah satu fatwanya yang terkenal adalah tentang kejadian
penyerangan gedung kembar WTC 11 september, ia menyebutkan
bahwa tindakan ini tidak dibenarkan di dalam al-Qur’an dan
kelompok Taliban serta Al-Qaidah adalah kelompok yang radikal
dengan menggunakan ayat-ayat suci al-Qur’an untuk melegitimasi
segala tindakan-tindakan dan perbuatan mereka.5 Pada tanggal 8
Dzulqa’dah 1416 bertepatan dengan tanggal 27 Maret 1996,
Muhammad Sayyid T}ant}awi diangkat menjadi Grand Syaikh al-
Azhar, amanah ini ia kerjakan dengan baik sampai akhir hidupnya.
Muhammad Sayyid T}ant}awi wafat pada umur 81 tahun setelah
shalat subuh hari rabu tanggal 24 Rabi’ul awal tahun 1431 H yang
bertepatan dengan tanggal 10 maret 2010 di Riyadh Arab Saudi
ketika menghadiri acara musyarakah atas undangan kerajaan Arab
Saudi. Setelah itu jenazahnya dibawa ke Madinah al-Munawwarah
untuk di shalatkan di Mesjid Nabawi setelah shalat Isya pada hari
yang sama, setelah itu, jenazah Muhammad Sayyid T}ant}awi di
makamkan di Baqi’.
Dengan usia yang produktif itu ia berhasil menulis beberapa
kitab, di antaranya yaitu:
- Adab al-Hiwa>r fi> al-Isla>m.
- Al-Wa>sith fi> Tafsi>r al-Qur’an
- Kitab Fiqh al-Muyassar
- Al-Qissah Fi> al-Qur’an.
- Banu> Isra<il fi> al-Qur’a>n
- Dan lain-lain.

5
Muhammad Rajab Bayyoumi, Al-Imam Muhammad Sayyid Thanthawi, Baina al-
Tafsir wa al—Ifta’, (majalah al-Azhar, edisi Januari 2001: tahun ke-73), h. 152

4
B. Deskripsi Kitab

Tafsi>r al-Wasi>t fi al-Qur’an al-Kari>m berjumlah 15 jilid dengan


jumlah halaman lebih dari tujuh ribu halaman. Buku tafsir ini
pertama kali di cetak pada tahun 1975 M, dan Muhammad Sayyid
T}ant{a>wi> membuat tafsir ini dalam kurun waktu 10 tahun, waktu
yang lama dalam pembuatan tafsir ini adalah semata-mata karena
usahanya yang kuat, jeli, dan teliti agar tafsir al-Wasi>t ini menjadi
sebuah tafsir al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat perkataan-
perkataan yang dha’i>f, statement-statement yang ba>t}il, makna-
makna yang salah, serta agar tidak terdapat di dalamnya sanad-
sanad, kecuali sanad yang dinaqilkan dengan sahih dan akal yang
sehat (Sali>m).
C. Metode dan Corak Penafsiran

Di dalam tafsirnya, Muhammad Sayyid T}ant{a>wi menekankan bahwa


dia tidak berpanjang-panjang dalam penjelasan Wujuh al-I’ra>b, dan
apabila di dalam sebuah penafsiran ia menemukan banyak pendapat-
pendapat, ia hanya menfokuskan pada pendapat-pendapat yang ia
anggap lebih benar, hal ini dimaksudkan agar tidak bertele-tele dalam
penafsiran al-Qur’an sehingga terjebak dalam perdebatan yang ia anggap
tidak perlu.

Dalam merealisasikan metode di atas, T}ant{a>wi menjelaskan


langkah-langkahnya dalam menafsirkan ayat al-Qur’an. Di antara
langkah-langkah tersebut adalah:
1. Pendekatan
Adapun pendekatan yang ia gunakan adalah pendekatan
multidisipliner, mulai dari linguistik, fikih, dan historis. Dengan
pendekatan lingusitik artinya thanthawi mencoba mendekati sebuah ayat
melalui lafadz-lafadz ayat baik dari segi nahwu maupun balaghanya.
Dalam pendekatan fikih, ia tidak merujuk pada satu pendapat ahli fiqih
saja, melainkan ia lebih condong dengan pendapat masyoritas ulama.
Sehingga ia lepas dari fanatisme madzhab fiqih dalam menafsirkan ayat.
Sedangkan yang dimaksud pendekatan historis yaitu ia tidak
menghilangkan atau menafikan asba>b al-nuzu>l daripada ayat tersebut.

5
2. Pengumpulan data
Dalam muqaddimah kitab tafsir al-wasi>t}, T}ant{a>wi> menjelaskan
tehknik pengumpulan datanya dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang
sama, seide, semakna, semaksud dengan tujuan agar ayat-ayat tersebut
bisa saling menafsirkan.6 Untuk menguatkan tafsiran sebuah ayat,
T}ant{a>wi juga mengumpulkan pendapat-pendapat para shahabat yang
tentunya dalam kehidupannya lebih dekat dengan Rasulullah sebagai
penerima dan penyampai wahyu kepada umatnya. Disamping itu,
penjelasan-penjalasan dari para tabi’in serta para mufassir sebelumnya
dijadikannya sebagai data pendukung dalam menafsiri sebuah ayat. Untuk
menjaga keistimewaan penafsirannya, T}ant{a>wi senantiasa menghindari
riwayat-riwayat israiliyat yang sebegaimana banyak ditemukan dalam
kitab-kitab tafsir sebelumnya.
3. Analis
Dalam mengawali penafsirannya, T}ant{a>wi memulainya dengan
penafsiran ijmali (global). Hal ini ia lakukan supaya pembaca karyanya
memiliki gambaran awal tentang surat yang akan ditafsirkan. Penafsiran
ijmali ini menjelaskan tentang asbabun nuzul, urutan mushaf, makkiyah
dan madaniyah, munasabah dengan surat sebelumnya, keutamanaan-
keutamaan surat, dan pokok-pokok pembahasan dalam surat tersebut.
4. Interpretasi
Adapun interpretasi yang dilakukan dalam penafsiran thanthawi
adalah sebagai berikut:
a. Interpretasi tektual artinya interpretasi yang bersumber dari teks-
teks al-Qur’an dan hadist.
b. Interpretasi linguistik artinya interpretasi yang menggunakan
kaidah-kaidah kebahasaan, uslub, balaghah, nahwu dan lain-lain.
c. Interpretasi sistemik, artinya interpretasi yang menerapkan
munasabah (keterkaitan/ hubungan) antara ayat satu dengan ayat
lainnya atau satu surat dengan surat lainnya.
d. Interpretasi sosio historis artinya interpretasi yang bersumber dari
asbabun nuzul ayat.

6
Muhammad Sayyid T}ant{a>wi, al-Tafsi>r al-Wasi>t li al-Qur’an al-
kari>m (Kairo: Nahdah al-Misr 1997). Jilid 1, h 10
6
e. Interpretasi logis artinya interpretasi dengan menggunakan prinsip-
prinsip logik, sehingga kesimpulannya dapat diperoleh dengan cara
berfikir logis yaitu deduktif dan induktif.
f. Interpretasi ganda artinya interpretasi yang menggunakan dua tau
lebih tehnik terhadap sebuah ayat.
5. Penulisan
Dalam menafsirkan ayat demi ayat al-Qur’an, T}ant{a>wi
menyesuaikannya dengan susunan dalam mushaf usmani, yang lebih
dikenal dengan metode tahlili. Artinya penafsir menjelaskan aspek-aspek
yang terdapat pada ayat-ayat yang telah ditafsirkan dan selanjutnya
menerangkan makna-makannya sesuai dengan keahlian mufassir.
6. Penguraian
Penafsiran yang dilakukan T}ant{a>wi begitu sistematis, sehigga hal ini
menjadikan tafsir yang ia tulis terkesan sederhana namun sarat dengan
makna dan ilmu pengetahuan.

D. Contoh Penafsiran

Supaya dapat tergambarkan bagaimana Sayyid T{ant{a<wi>


menafsirkan al-Qur’an, berikut akan dipaparkan pada pembahasan tentnag
” Kebebasan beragama (hurriyah al-I’tiqa>d)”.

7
Muhammad Sayyid T{ant{a>wi> di dalam tafsirnya mendukung
pendapat yang mengatakan bahwa tidak boleh ada pemaksaan dalam
beragama (Islam). Menurutnya, ayat ini dikarenakan ayat sebelumnya
(ayat kursi) telah memuat dan menjelaskan tentang keesaan dan
keagungan Allah, sehingga orang-orang yang memiliki hati dan akal yang
sehat, setelah memperhatikan dan mendalami ayat ini, pasti akan beriman
kepada Allah dan menjalankan syari’at Islam tanpa paksaan.

Menurut T{ant{a<wi>, pemaksaan dalam memeluk agama tidak akan


mendatangkan faedah, menurutnya, keterpaksaan dan sifat keberagamaan
adalah dua hal yang berbeda, apabila keduanya digabungkan, keduanya
tidak akan bermanfaat bagi yang lain, oleh karena itu keduanya harus
dipisahkan7. T{ant{a>wi> menambahkan bahwa dalam ayat ini Allah juga telah
menekankan kepada kita bahwa dengan adanya dakwah, maka menjadi
jelaslah antara yang hak dan yang batil, antara kebenaran dan kebathilan,
sehingga tidak perlu lagi paksaan dalam mengikuti yang hak, karena
semua umat manusia telah mengetahui jalannya masing-masing dan
konsekwensi dari pilihan jalan yang ia pilih.

Pendapat T}ant}a>wi> ini banyak didukung oleh para ilmuwan muslim,


selain dari pendapat-pendapat yang kami utarakan di atas (sebelum
penafsiran Thatha>wi) tentcang ayat ini, Quraisy Shihab juga memiliki
wacana yang senada dengan Thantha>wi. Quraisy mengatakan bahwa
diantara ketentuan yang harus ditaati adalah member kebebasan kepada
siapapun untuk memilih dan mengamalkan agama dan kepercayaannya,

7
Muhammad Sayyid T}ant{a>wi, al-Tafsi>r al-Wasi>t li al-Qur’an al-kari>m
(Kairo: Nahdah al-Misr 1997). Jilid 1, hal. 588.
8
karena masing-masing akan mempertanggung jawabkan kepercayaannya
tersebut di hari akhirat nanti, hal ini senada dengan firmannya QS al-
Kafirun: 6 lakum di>nukum wa li yadi>n.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang singkat ini, jelas dan dapat diketahui bahwa
sebagai seorang ilmuwan dan ulama, Muhammad Sayyid Thantha>wi
adalah seorang yang sangat memberikan kontribusi yang sangat banyak
dan positif terhadap khazanah keilmuwan Islam, ini dibuktikan dengan
banyaknya buku-buku yang terbit dari pemikiran Thantha>wi, buku-
bukunya bukan saja banyak, namun juga beragam dan sangat demokratis
sehingga mudah di pahami dan dikosumsi oleh semua lapisan masyarakat.
Kitabnya yang fenomenal, al-Wasith fi tafsi>r al-Qur’an, sangat kaya
akan metodologi, sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa Thantha>wi di
dalam tafsirnya ingin menjembatani antara pemikiran kaum progresif dan
konservatif di dalam Islam, dalam kitab tafsirnya ini, seakan akan ia ingin
mengatakan kepada kita bahwa kita harus menjaga trades-tradisi lama
seperti penafsiran periwayatan dengan cara menafsirkan al-Qur’an dengan
al-Qur’an, sunnah dan ijma’ serta perkataan salaf al-salih. Namun,
disamping itu ia tidak menutup dirinya dari pendapat-pendapat yang
sangat provan sesuai dengan yang dihadapi oleh Islam di dalam arus
globalisasi ini, sehingga, walaupun ia menerapkan metode periwayatan
dalam penafsirannya, ia juga lebih berani menggunakan ijtihadnya
terhadap masalah-masalah actual yang terjadi pada saat ini.
B. Saran
Sebagai mukmin yang mempelajari al-Qur’an sebagai hudan, maka
seyogyanya kita menjalankan ayat ini sebagai pedoman kita mengitari
dunia Allah ini, sehingga kita nyaman dalam beribadah kepadanya, dan
menjalankan misi khilafah fil ‘ard

10
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Sayyid T}ant{a>wi, al-Tafsi>r al-Wasi>t li al-Qur’an al-kari>m
(Kairo: Nahdah al-Misr 1997).
Muhammad Rajab Bayyoumi, Al-Imam Muhammad Sayyid Thanthawi,
Baina al-Tafsir wa al—Ifta’, (majalah al-Azhar, edisi Januari 2001: tahun ke-73),
Muhammad Husain al-Zahaby, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, (Cairo: Dar al-
Hadist, 2005)
DR Nasruddin Baidan, Metodologi penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta:
Glagah 1998)
Al-Farmawi, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’i, Rosihan Anwar (Kairo:
al-Hadharah al-‘Arabiyah, 1997)

Anda mungkin juga menyukai