MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dirosah Uslub III
Disusun Oleh:
Kelompok 5
2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT. pemilik apa yang ada di
langit dan di bumi beserta isinya. Atas izin dan karunia-Nya, Alhamdulillah kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Dirosah Uslub III.
Kami sadari betapa masih banyak kekurangan dan tidak sedikit juga
kekhilafan yang terdapat dalam tugas yang kami buat ini, karena itu kami meminta
agar ada kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang sangat kami
harapkan kedatangannya.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT. saja kami kembalikan segala urusan.
ْ س َال ِم َو ال ُم
س ِل ِمي َْن ِ ّللاُ يَأْ ُخذُ بِا َ ْي ِد ْينَا اِلَى َما فِ ْي ِه َخي ٌْر ِل
ْ ال ه
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Alquran ........................................................................................... 3
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
signifikan, seperti yang akan kami bahas saat ini yaitu Al-Zaujah ) (الزوجةdan Al-
Imroah )(اإلمرأة.
kedua kata tersebut dalam Alquran serta perbedaan makna diantara keduanya.
B. Rumusan Masalah
Alquran?
C. Tujuan Penyusunan
1
2
) (اإلمرأةdalam Alquran.
)(اإلمرأة.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Zaujah berasal dari kata zauj. Al-Zauj secara Bahasa adalah setiap perkara
yang menunjukkan kepada sesuatu yang membersamai sesuatu. Dari pengertian ini
al-Rajul dan al-mar-ah keduanya adalah zauj bagi shahibnya. Ibnu Manzhur dalam
Lisan al-Arab menjelaskan makna zauj adalah antonim dari kata al-fard, sama
halnya seperti syaf’un (genap) dan witrun (ganjil). Ibnu Sidah mengatakan bahwa
zauj adalah seorang yang mempunyai kawan.
seperti kata ال ُخف yang berarti sepatu dengan kata النَّ ْع ُل yang berarti sandal. Dan
setiap sesuatu yang ada serupanya atau ada lawannya disebut dengan zauj.
Adapun kata imra-ah yang tidak bermakna istri tetapi menunjuk pada
perempuan yang belum kawin (gadis), dan ada pula kata imra-ah untuk
menyebutkan perempuan secara umum tanpa membedakan yang sudah kawin (istri
atau janda) dan yang belum kawin (gadis).
3
4
Selain itu, timbul adanya rasa cinta kasih dan keharmonisan di dalam
hubungannya dan istri tersebut dapat memberikan keturunan (anak), seperti istri
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Ahzab
[33] ayat 59
Selain itu, terdapat juga pada firman Allah SWT. dalam QS. Al-Baqarah [2]
ayat 35
Artinya: “Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di
dalam surga…”
Dalam kitab Lisan al-Arab karya Ibnu Mandzur, kata imroah diartikan
perempuan, yang menunjukkan perempuan dewasa. Selain itu, dalam Alquran ada
yang menggunakan imroah bermakna istri yang tidak seideologi dan tidak ada
5
kecocokan dalam pemikiran, seperti istri Nabi Nuh, Nabi Luth, dan Fir’aun.
Sebagaimana pemaknaan imroah dalam QS. At-Tahrim [66] ayat 10
ٍ ّٰللاُ َمثَ اًل ِلِلَّ ِذيْنَ َكفَ ُروا ْام َراَتَ نُ ْو
….. ٍح َّوا ْم َراَتَ لُ ْوط ب ه َ ض َر
َ
Artinya: “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri
Luth...”
Pada ayat ini, makna istri tidak menggunakan lafadz zauj, tetapi menggunakan
lafadz imroah. Di dalam kitab Tafsir Muyassar dijelaskan bahwa Allah memberikan
perumpamaan bagi orang-orang kafir kepada Allah dan Rasulnya, seperti istri Nabi
Nuh dan istri Nabi Luth.
Kedua istri tersebut adalah dua istri bagi hamba yang saleh (istri nabi).
Tetapi, mereka mengkhianati suaminya dengan menghalang-halangi dari jalan
Allah dan malah istri Nabi Nuh dan Luth menolong orang-orang kafir dari golongan
mereka. Sehingga kedudukan mereka sebagai istri nabi tidak ada manfaatnya dan
mereka akan dimasukkan ke dalam neraka bersama orang-orang kafir dan fasik.
Dengan demikian, kita mengetahui bahwa Nabi Nuh dan Nabi Luth berbeda
keimanan dengan istrinya. Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak beriman kepada
Allah SWT. Sedangkan Nabi Nuh dan Nabi Luth beriman kepada Allah SWT.
Selain itu, firman Allah SWT. dalam QS. Al-Qashash [28] ayat 9
Artinya: “Dan istri Fir’aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan
bagimu…”
Dalam ayat ini, pemaknaan istri juga menggunakan lafadz imroah. Dalam
kitab Ma’alim al-Tanzil karya Al-Baghawi diceritakan bahwa ketika Fir’aun
dikalahkan Nabi Musa, istrinya itu beriman dan ketika Fir’aun mengetahui istrinya
beriman, maka kedua tangan dan kaki istrinya dipasak dengan 4 pasak dan dijemur
di bawah terik panas matahari.
Dalam Tafsir Al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab bahwa Nabi Zakaria
sangat khawatir terhadap kerabatnya yang tidak dapat menangani urusan agama
dengan baik, setelah nantinya Nabi Zakaria meninggal dunia. Kemudian Nabi
Zakaria berdoa seraya berharap kepada Allah SWT., mengadu dengan-Nya supaya
dianugerahi keturunan. Setelah itu, Allah mengabulkan harapan dan dianugerahi
seorang anak yaitu Nabi Yahya.
Dari beberapa ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa penggunaan lafadz
imroah dalam Alquran dimaknai sebagai istri yang tidak sepemikiran, seiman, dan
seidelogi. Selain itu, imroah dimaknai sebagai istri yang mandul (tidak memiliki
keturunan) meskipun memiliki kecocokan dalam agama maupun seiman.
Penggunaan zaujah dan imroah secara bahasa adat atau kebiasaan yang
berlangsung keduanya adalah dua lafadz yang sama dan tidak ada perbedaan
diantara keduanya, akan tetapi di dalam Alquran keduanya digunakan dalam
7
konteks yang berbeda. Maka kalimat zauj digunakan dalam konteks tentang
kenikmatan, kesesuaian dan bagusnya hubungan (suami dan istri). Seperti firman
Allah SWT.:
ت تَ ْج ِرى ِمن تَ ْحتِ َها ٱ ّْل َ ْن َه ۖ ُر ُكلَّ َما ٍ َّت أَ َّن لَ ُه ْم َجن
ِ ص ِل َح
َّ وا ٱل ۟ ُوا َو َع ِمل ۟ ُش ِِر ٱلَّذِينَ َءا َمن
ِ ََو ب
َٰٓ ش ِب اه ۖا َولَ ُه ْم فِي َها ۟ ُ وا هَذَا ٱلَّذِى ُر ِز ْقنَا ِمن قَ ْب ۖ ُل َوأُت
َ َوا ِب ِهۦ ُمت ۟ ُوا ِم ْن َها ِمن ثَ َم َرةٍ ِر ْزقا ۙا قَال
۟ ُُر ِزق
َط َّه َر ۖة َوهُ ْم فِي َها َخ ِلد ُون
َ أَ ْز َوج م
ْث ِشئْت ُ َما َو ََل تَ ْق َربَا َه ِذ ِه َ َوقُ ْلنَا يََٰٓـَٔادَ ُم ٱ ْس ُك ْن أَنتَ َوزَ ْو ُجكَ ٱ ْل َجنَّةَ َو ُك ًَل ِم ْن َها َر
ُ غداا َحي
َّ ش َج َرة َ فَتَ ُكونَا ِمنَ ٱ
َلظلِمِين َّ ٱل
Artinya: “Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di
dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana
sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-
orang yang zhalim!”
ض ُه ْم أَ ْولَى
ُ وا ٱ ّْل َ ْر َح ِام بَ ْع ۟ ُٱلنَّبِى أَ ْولَى بِٱ ْل ُمؤْ ِمنِينَ ِم ْن أَنفُ ِس ِه ۖ ْم َوأَ ْز َو ُج َٰٓهۥُ أ ُ َّم َهت ُ ُه ْم َوأ ُ ۟ول
َل أَن تَ ْفعَلُ َٰٓو ۟ا إِلَ َٰٓى أَ ْو ِليَآَٰئِ ُكم َّم ْع ُروفاآَٰ َّ ِّلل ِمنَ ٱ ْل ُمؤْ ِمنِينَ َوٱ ْل ُم َه ِج ِرينَ إ ِ َّ ب ٱِ َض فِى ِكت ٍ بِبَ ْع
ورا
ط ا ِ ََكانَ ذَلِكَ فِى ٱ ْل ِكت
ُ ب َم ْس
Artinya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri
mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang
8
selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zhalim.”
ت ٱ ْم َرأَتِى َعاقِ ارا فَ َهبْ ِلى ِمن لَّدُنكَ َو ِليًّا َ َوإِنِى ِخ ْفتُ ٱ ْل َم َو ِل
ِ َى ِمن َو َرآَٰ ِءى َو َكان
Artinya: “Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal
istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.”
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imroah secara etimologi berarti perempuan yang belum menikah atau yang
sudah menikah. Dan ada juga yang mengartikan bahwa imroah itu umum, baik
untuk perempuan yang sudah atau belum menikah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Katsir, Al-Hafiz Ibn. 2005. Tafsir Alquran Al-‘Azhim. Kairo: Dar Al-Hadits.
//tafsiralquran.id/
iii