Anda di halaman 1dari 14

‫الزوجة و اإلمرأة في القرآن‬

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dirosah Uslub III

Dosen Pengampu: Dr. Ujang Mimin Muhaemin, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Ahmad Arif Abdul Aziz 22.01.1452

Hamzah Fikri Dienul Haq 22.01.1382

Ismi Aliffia Azzahra 20.01.1140

Nabila Nurhumaira Ahmad 20.01.1198

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Asyhadu an Laa Ilaaha Illallaah Wahdahu


Laa Syariikalah Wa Asyhaduanna Muhammadan Rasuulullah.

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT. pemilik apa yang ada di
langit dan di bumi beserta isinya. Atas izin dan karunia-Nya, Alhamdulillah kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Dirosah Uslub III.

Kami sadari betapa masih banyak kekurangan dan tidak sedikit juga
kekhilafan yang terdapat dalam tugas yang kami buat ini, karena itu kami meminta
agar ada kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang sangat kami
harapkan kedatangannya.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT. saja kami kembalikan segala urusan.

ْ ‫س َال ِم َو ال ُم‬
‫س ِل ِمي َْن‬ ِ ‫ّللاُ يَأْ ُخذُ بِا َ ْي ِد ْينَا اِلَى َما فِ ْي ِه َخي ٌْر ِل‬
ْ ‫ال‬ ‫ه‬

Bandung, 08 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penyusunan ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Pengertian Al-Zaujah (‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫ (اإلمرأة‬.................. 3

B. Penggunaan Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫ (اإلمرأة‬dalam

Alquran ........................................................................................... 3

C. Perbedaan makna Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫ (اإلمرأة‬....... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran adalah firman Allah SWT. yang sekaligus merupakan mukjizat


yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dalam bahasa Arab yang sampai
kepada manusia dengan cara mutawatir yang kemudian disusun sehingga menjadi
sebuah mushaf, dimulai dari QS. Al-Fatihah dan ditutup dengan QS. An-Nas.

Alquran banyak memakai lafadz yang pada dzahirnya tampak bersinonim,


namun bila diteliti kembali secara cermat ternyata masing-masing lafadz itu
mempunyai makna tersendiri yang di dalamnya terdapat perbedaan yang cukup

signifikan, seperti yang akan kami bahas saat ini yaitu Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-

Imroah )‫(اإلمرأة‬.

Dan pada makalah ini kami memfokuskan pembahasannya pada pengertian

Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫(اإلمرأة‬, kemudian bagaimana penggunaan

kedua kata tersebut dalam Alquran serta perbedaan makna diantara keduanya.

B. Rumusan Masalah

Agar pembahasan yang disajikan lebih terfokus, maka penyusunan makalah


ini dibatasi berdasarkan pada perumusan masalah yang dibuat dalam pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:

1. Apa pengertian Al-Zaujah (‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫?(اإلمرأة‬

2. Bagaimana penggunaan Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫ (اإلمرأة‬dalam

Alquran?

3. Apa perbedaan makna Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫?(اإلمرأة‬

C. Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan untuk penyusunan makalah ini untuk menjawab permasalah


yang ada pada perumusan masalah, yaitu:

1
2

1. Untuk mengetahui pengertian Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫(اإلمرأة‬.

2. Untuk mengetahui penggunaan Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah

)‫ (اإلمرأة‬dalam Alquran.

3. Untuk mengetahui perbedaan makna Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah

)‫(اإلمرأة‬.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Zaujah (‫جة‬ ‫ (الزو‬dan Al-Imroah )‫(اإلمرأة‬

1. Pengertian Al-Zaujah (‫(الزوجة‬

Al-Zaujah berasal dari kata zauj. Al-Zauj secara Bahasa adalah setiap perkara
yang menunjukkan kepada sesuatu yang membersamai sesuatu. Dari pengertian ini
al-Rajul dan al-mar-ah keduanya adalah zauj bagi shahibnya. Ibnu Manzhur dalam
Lisan al-Arab menjelaskan makna zauj adalah antonim dari kata al-fard, sama
halnya seperti syaf’un (genap) dan witrun (ganjil). Ibnu Sidah mengatakan bahwa
zauj adalah seorang yang mempunyai kawan.

Menurut ar-Raghib al-Asfahani, kata zauj mempunyai arti setiap masing-


masing pasangan laki-laki dan perempuan pada binatang yang sudah kawin
dinamakan zauj. Begitu juga pasangan diluar binatang disebut dengan zauj. Hal ini

seperti kata ‫ال ُخف‬ yang berarti sepatu dengan kata ‫النَّ ْع ُل‬ yang berarti sandal. Dan

setiap sesuatu yang ada serupanya atau ada lawannya disebut dengan zauj.

2. Pengertian Al-Imroah (‫ا‬ ‫)إلمرأة‬


Al-mar-ah secara bahasa adalah kalimat muannats dari kalimat mar-un (laki-
laki). Menurut Ibn al-Anbari kata al-Mar-ah dan al-Imroah kedua nya memiliki
pengertian yang sama yaitu perempuan, dan juga berarti untuk menunjukkan
perempuan dewasa.

Adapun kata imra-ah yang tidak bermakna istri tetapi menunjuk pada
perempuan yang belum kawin (gadis), dan ada pula kata imra-ah untuk
menyebutkan perempuan secara umum tanpa membedakan yang sudah kawin (istri
atau janda) dan yang belum kawin (gadis).

B. Penggunaan Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫ (اإلمرأة‬dalam Alquran

1. Penggunaan Al-Zaujah dalam Alquran

3
4

Menurut Raghib Al-Ishfahani dengan karyanya, Mufradat fi Gharib


Alquran penggunaan lafadz zauj bermakna dua hal yang sama-sama berpasangan,
misalnya pria dan wanita. Sehingga penggunaan lafadz zauj dalam Alquran
diartikan sebagai perempuan yang menjadi istri (pasangan hidup) dan memiliki
ideologi, keimanan dan pemikiran yang sama.

Selain itu, timbul adanya rasa cinta kasih dan keharmonisan di dalam
hubungannya dan istri tersebut dapat memberikan keturunan (anak), seperti istri
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Ahzab
[33] ayat 59

َ ِ‫يََٰٓأَي َها ٱلنَّ ِبى قُل ِِّل َ ْز َو ِجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬


َ‫سا َٰٓ ِء ٱ ْل ُمؤْ ِمنِين‬
Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu,
dan istri-istri orang mukmin…”

Selain itu, terdapat juga pada firman Allah SWT. dalam QS. Al-Baqarah [2]
ayat 35

َ‫َوقُ ْلنَا يَٰٓادَ ُم ا ْس ُك ْن اَ ْنتَ َوزَ ْو ُجكَ ْال َجنَّة‬

Artinya: “Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di

dalam surga…”

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa Allah memberikan kehormatan


yang dianugerahkan kepada Adam, sesudah memerintahkan kepada para malaikat
bersujud kepadanya, lalu mereka bersujud kecuali iblis. Allah mempersilahkan
Adam dan istrinya untuk bertempat tinggal di surga dan boleh makan apa saja
dengan leluasa sesuai yang dia kehendaki. Sehingga pada ayat ini, dalam Alquran
menggunakan lafadz zauj. Karena Nabi Adam dan istrinya termasuk sebagai orang
yang sama-sama beriman dan memiliki kecocokan dalam pemikiran.

2. Penggunaan Al- Mar-ah dalam Alquran

Dalam kitab Lisan al-Arab karya Ibnu Mandzur, kata imroah diartikan
perempuan, yang menunjukkan perempuan dewasa. Selain itu, dalam Alquran ada
yang menggunakan imroah bermakna istri yang tidak seideologi dan tidak ada
5

kecocokan dalam pemikiran, seperti istri Nabi Nuh, Nabi Luth, dan Fir’aun.
Sebagaimana pemaknaan imroah dalam QS. At-Tahrim [66] ayat 10

ٍ ‫ّٰللاُ َمثَ اًل ِلِلَّ ِذيْنَ َكفَ ُروا ْام َراَتَ نُ ْو‬
….. ٍ‫ح َّوا ْم َراَتَ لُ ْوط‬ ‫ب ه‬ َ ‫ض َر‬
َ

Artinya: “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri

Luth...”

Pada ayat ini, makna istri tidak menggunakan lafadz zauj, tetapi menggunakan
lafadz imroah. Di dalam kitab Tafsir Muyassar dijelaskan bahwa Allah memberikan
perumpamaan bagi orang-orang kafir kepada Allah dan Rasulnya, seperti istri Nabi
Nuh dan istri Nabi Luth.

Kedua istri tersebut adalah dua istri bagi hamba yang saleh (istri nabi).
Tetapi, mereka mengkhianati suaminya dengan menghalang-halangi dari jalan
Allah dan malah istri Nabi Nuh dan Luth menolong orang-orang kafir dari golongan
mereka. Sehingga kedudukan mereka sebagai istri nabi tidak ada manfaatnya dan
mereka akan dimasukkan ke dalam neraka bersama orang-orang kafir dan fasik.

Dengan demikian, kita mengetahui bahwa Nabi Nuh dan Nabi Luth berbeda
keimanan dengan istrinya. Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak beriman kepada
Allah SWT. Sedangkan Nabi Nuh dan Nabi Luth beriman kepada Allah SWT.

Selain itu, firman Allah SWT. dalam QS. Al-Qashash [28] ayat 9

َ‫ت ْام َراَتُ فِ ْر َع ْونَ قُ َّرتُ َعي ٍْن ِلِ ْي َولَك‬


ِ َ‫َوقَال‬

Artinya: “Dan istri Fir’aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan

bagimu…”

Dalam ayat ini, pemaknaan istri juga menggunakan lafadz imroah. Dalam
kitab Ma’alim al-Tanzil karya Al-Baghawi diceritakan bahwa ketika Fir’aun
dikalahkan Nabi Musa, istrinya itu beriman dan ketika Fir’aun mengetahui istrinya
beriman, maka kedua tangan dan kaki istrinya dipasak dengan 4 pasak dan dijemur
di bawah terik panas matahari.

Dan dalam QS. Maryam [19] ayat 5


6

‫ت ْام َراَ ِت ْي َعا ِق ارا‬


ِ َ‫َو َكان‬

Artinya: “…padahal istriku (istri Nabi Zakaria) seorang yang mandul…”

Dalam Tafsir Al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab bahwa Nabi Zakaria
sangat khawatir terhadap kerabatnya yang tidak dapat menangani urusan agama
dengan baik, setelah nantinya Nabi Zakaria meninggal dunia. Kemudian Nabi
Zakaria berdoa seraya berharap kepada Allah SWT., mengadu dengan-Nya supaya
dianugerahi keturunan. Setelah itu, Allah mengabulkan harapan dan dianugerahi
seorang anak yaitu Nabi Yahya.

Dengan demikian, mengapa istri Nabi Zakaria menggunakan lafadz imroah


padahal keduanya sama-sama beriman kepada Allah SWT. adalah karena adanya
masalah kemandulan (belum mempunyai keturunan/dianugerahi anak oleh Allah
SWT).

Setelah Allah mengabulkan permintaan Nabi Zakaria, maka pemaknaan


istri dalam ayat yang lain tidak lagi menggunakan lafadz imroah, tetapi
menggunakan lafadz zauj. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Anbiya’
[21] ayat 90

ٗ‫صلَ ْحنَا لَهٗ زَ ْو َجه‬


ْ َ ‫فَا ْستَ َج ْبنَا لَهٗ َۖو َو َه ْبنَا لَهٗ يَ ْحيى َوا‬

Artinya: “Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya

Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung)…”

Dari beberapa ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa penggunaan lafadz
imroah dalam Alquran dimaknai sebagai istri yang tidak sepemikiran, seiman, dan
seidelogi. Selain itu, imroah dimaknai sebagai istri yang mandul (tidak memiliki
keturunan) meskipun memiliki kecocokan dalam agama maupun seiman.

C. Perbedaan makna Al-Zaujah )‫ (الزوجة‬dan Al-Imroah )‫(اإلمرأة‬

Penggunaan zaujah dan imroah secara bahasa adat atau kebiasaan yang
berlangsung keduanya adalah dua lafadz yang sama dan tidak ada perbedaan
diantara keduanya, akan tetapi di dalam Alquran keduanya digunakan dalam
7

konteks yang berbeda. Maka kalimat zauj digunakan dalam konteks tentang
kenikmatan, kesesuaian dan bagusnya hubungan (suami dan istri). Seperti firman
Allah SWT.:

QS. Al-Baqarah[2] ayat 25

‫ت تَ ْج ِرى ِمن تَ ْحتِ َها ٱ ّْل َ ْن َه ۖ ُر ُكلَّ َما‬ ٍ َّ‫ت أَ َّن لَ ُه ْم َجن‬
ِ ‫ص ِل َح‬
َّ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬ ۟ ُ‫ش ِِر ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
ِ َ‫َو ب‬
َٰٓ ‫ش ِب اه ۖا َولَ ُه ْم فِي َها‬ ۟ ُ ‫وا هَذَا ٱلَّذِى ُر ِز ْقنَا ِمن قَ ْب ۖ ُل َوأُت‬
َ َ‫وا ِب ِهۦ ُمت‬ ۟ ُ‫وا ِم ْن َها ِمن ثَ َم َرةٍ ِر ْزقا ۙا قَال‬
۟ ُ‫ُر ِزق‬
َ‫ط َّه َر ۖة َوهُ ْم فِي َها َخ ِلد ُون‬
َ ‫أَ ْز َوج م‬

Artinya: “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman


dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-
buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami
dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka
(memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.”

QS. Al-Baqarah[2] ayat 35

‫ْث ِشئْت ُ َما َو ََل تَ ْق َربَا َه ِذ ِه‬ َ ‫َوقُ ْلنَا يََٰٓـَٔادَ ُم ٱ ْس ُك ْن أَنتَ َوزَ ْو ُجكَ ٱ ْل َجنَّةَ َو ُك ًَل ِم ْن َها َر‬
ُ ‫غداا َحي‬
َّ ‫ش َج َرة َ فَتَ ُكونَا ِمنَ ٱ‬
َ‫لظلِمِين‬ َّ ‫ٱل‬

Artinya: “Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di
dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana
sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-
orang yang zhalim!”

QS. Al-Ahzab[33] ayat 6

‫ض ُه ْم أَ ْولَى‬
ُ ‫وا ٱ ّْل َ ْر َح ِام بَ ْع‬ ۟ ُ‫ٱلنَّبِى أَ ْولَى بِٱ ْل ُمؤْ ِمنِينَ ِم ْن أَنفُ ِس ِه ۖ ْم َوأَ ْز َو ُج َٰٓهۥُ أ ُ َّم َهت ُ ُه ْم َوأ ُ ۟ول‬
‫َل أَن تَ ْفعَلُ َٰٓو ۟ا إِلَ َٰٓى أَ ْو ِليَآَٰئِ ُكم َّم ْع ُروفاا‬َٰٓ َّ ِ‫ّلل ِمنَ ٱ ْل ُمؤْ ِمنِينَ َوٱ ْل ُم َه ِج ِرينَ إ‬ ِ َّ ‫ب ٱ‬ِ َ‫ض فِى ِكت‬ ٍ ‫بِبَ ْع‬
‫ورا‬
‫ط ا‬ ِ َ‫َكانَ ذَلِكَ فِى ٱ ْل ِكت‬
ُ ‫ب َم ْس‬

Artinya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri
mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Orang-orang yang
8

mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di


dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin,
kecuali kalau kamu hendak berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama).
Demikianlah telah tertulis dalam Kitab (Allah).”

Demikianlah kalimat zauj digunakan untuk menunjukkan kepada


perempuan yang beriman dan digunakan dalam konteks tentang kenikmatan atas
karunia dan kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman. Orang-
orang yang beriman akan mendapatkan azwaj muthahharah di surga. Istri-istri nabi
disifati dengan kalimat azwaj demikian pula dikatakan kepada nabi Adam:

‫و قلنا ياآدم اسكن أنت و زوجك الجنة‬


Sebab dalam lafadz zauj itu memberitahukan adanya kesamaan dalam
aqidah antara suami dan istri.

Adapun kalimat imroah digunakan di dalam Alquran untuk


memberitahukan mengenai perempuan yang kafir. Seperti firman Allah SWT.:

QS. At-Tahrim[66] ayat 10-11

‫وح َوٱ ْم َرأَتَ لُوطٍۖ َكانَتَا تَ ْحتَ َع ْبدَي ِْن ِم ْن‬ ۟


ٍ ُ‫ب ٱ َّّللُ َمثَ اًل ِلِلَّذِينَ َكفَ ُروا ٱ ْم َرأَتَ ن‬
َ ‫ض َر‬
َ
َ َّ‫شيْـًٔا َوقِي َل ٱدْ ُخ ًَل ٱلن‬
‫ار َم َع‬ ِ َّ ‫ص ِل َحي ِْن فَخَانَتَاهُ َما فَلَ ْم يُ ْغنِيَا َع ْن ُه َما ِمنَ ٱ‬
َ ‫ّلل‬ َ ‫ِعبَا ِدنَا‬
َ‫ت َربِ ِ ٱب ِْن ِلى ِعندَك‬ ْ َ‫وا ٱ ْم َرأَتَ فِ ْر َع ْونَ إِ ْذ قَال‬۟ ُ‫ب ٱ َّّللُ َمثَ اًل ِلِلَّذِينَ َءا َمن‬َ ‫ض َر‬ َ ‫ َو‬. َ‫ٱلدَّ ِخلِين‬
َّ ‫بَ ْيتاا فِى ٱ ْل َجنَّ ِة َونَ ِجنِى ِمن فِ ْر َع ْونَ َو َع َم ِل ِهۦ َونَ ِجنِى مِنَ ٱ ْلقَ ْو ِم ٱ‬
. َ‫لظلِمِين‬
Artinya: “Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri
Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di
antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua
suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari
(siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua
ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). Dan Allah membuat
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata,
“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan
9

selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zhalim.”

QS. Al-Lahab[111] ayat 4

‫ب‬ َ ‫َوٱ ْم َرأَتُهۥُ َح َّمالَةَ ٱ ْل َح‬


ِ ‫ط‬
Artinya: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).”

Di dalam QS. At-Tahrim ayat 11 Allah menyebut istri fir’aun dengan


menggunakan lafadz imroah dimana lafadz ini hanya sekedar menunjukkan
feminitas (kewanitaan) lantaran ketidak sesuaian antara suami dan istri di dalam
aqidah, yaitu fir’aun seorang yang kafir sedang istrinya perempuan yang beriman.

Demikian pula Alquran menggunakan lafadz imroah ketika keadaan suami


dan isteri keduanya kafir, seperti Abu Lahab dan isterinya. Hal itu karena untuk
memutus keserupaan penyipatan antara orang yang beriman dan orang yang kafir.
Jadi tidak berhak disebut dengan kalimat zauj sehingga tidak sama dengan
perempuan yang beriman.

Adapun dalam QS. Maryam[19] ayat 5

‫ت ٱ ْم َرأَتِى َعاقِ ارا فَ َهبْ ِلى ِمن لَّدُنكَ َو ِليًّا‬ َ ‫َوإِنِى ِخ ْفتُ ٱ ْل َم َو ِل‬
ِ َ‫ى ِمن َو َرآَٰ ِءى َو َكان‬
Artinya: “Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal
istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.”

Allah menyebut isteri Zakaria ‘alaihissalam dengan lafadz imroah karena


penggunaan lafadz tersebut lebih pantas, dikarenakan ayat ini sedang
membicarakan kehamilan dan melahirkan dimana dua urusan ini sangat erat
kaitannya dengan kewanitaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Al-Zauj secara Bahasa adalah setiap perkara yang menunjukkan kepada


sesuatu yang membersamai sesuatu. Menurut ar-Raghib al-Asfahani, kata zauj
mempunyai arti setiap masing-masing pasangan laki-laki dan perempuan pada
binatang yang sudah kawin dinamakan zauj. Begitu juga pasangan diluar
binatang disebut dengan zauj.

Imroah secara etimologi berarti perempuan yang belum menikah atau yang
sudah menikah. Dan ada juga yang mengartikan bahwa imroah itu umum, baik
untuk perempuan yang sudah atau belum menikah.

2. Dalam Alquran, lafadz zauj dan imroah terkadang ditafsirkan dengan


makna yang sama yakni istri, seperti zauj yang diartikan istri Nabi Adam yakni
Siti Hawa dan imroah Imran yakni istri Imran.

3. Makna al-Zauj dan dan al-Imroah, diantaranya yaitu:

a. Zauj adalah sebutan untuk perempuan yang memiliki kecocokan dengan


pasangannya dalam aqidah.
b. Imroah adalah sebutan untuk perempuan yang musyrik atau
pasangannya yang musyrik atau keduanya musyrik.
c. Imroah hanya sekedar menunjukkan femininitas atau kewanitaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alquran Al-Karim dan Terjemahannya.

Al-Ashfahani, ar-Raghib. Al-Mufradat fii Gharib Alquran. Al-Qahirah: Dar Ibn


Jauzi, t.th.

Dawud, Muhammad Muhammad. 2008. Mu’jam Al-Furuq Ad-Dilaliyah fi Alquran


Al-Karim. Al-Qahirah: Dar Gharib.

Ibnu Manzhur. Lisan al-Arab. Qahirah: Dar Al-Hadits, t.th.

Katsir, Al-Hafiz Ibn. 2005. Tafsir Alquran Al-‘Azhim. Kairo: Dar Al-Hadits.

//tafsiralquran.id/

iii

Anda mungkin juga menyukai