Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH QIYAS ISTIQRA, QIYAS KHULF & QIYAS TAMSIL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantik Dosen
Pengampu : Ridho Riyadi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Sri winarsih 2621021


2. Zuhrotun Nisa 2621029
3. Arif Setiawan 2621050
4. Tsabitah Shofa Aulia 2621053 3

KELAS A
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab sudah
melimpahkan Rahmat- Nya berbentuk kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah ini
bisa dituntaskan tepat pada waktunya.Sholawat dan salam tidak lupa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw., mudah- mudahan kita memperoleh syafaat di yaumil
qiyamah aamiin.Makalah" Qiyas Istiqra, Qiyas Khulf, & Qiyas Tamsil" ini kami susun guna
penuhi tugas dari Bapak Ridho Riyadi, M. Pd. I. sebagai dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Mantiq UIN K. H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.Terima kasih kepada sahabat mahasiswa
yang sudah berkontribusi serta memotivasi dengan membagikan ide- ide sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik. Tetapi terlepas dari itu seluruh, makalah ini masih begitu jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik serta anjuran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah berikutnya yang lebih baik lagi. Kami berharap
makalah ini bisa menaikkan pengetahuan serta wawasan kita.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.

Pekalongan, 22 November 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
A. Pengertian Qiyas..........................................................................................................
B. Qiyas Istiqra.................................................................................................................
C. Qiyas Khulf.................................................................................................................
D. Qiyas Tamsil................................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mantiq berasal dari akar bahasa Arab nathaqa, yang berarti
"berpikir".Nasikun, (pemikir), Mantukun (pemikir), Mansikun artinya berpikir.
Mantiq,disebut juga logika, berasal dari kata sifat logike (Yunani), terkait dengan
katabenda logos, yang berarti pikiran atau kata-kata sebagai pernyataan pikiran.
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara pikiran dan kata-kata
yang diucapkan. Jadi, menurut etimologinya, logika adalah studi tentang pikiran
yang diungkapkan dalam bahasa, dan berpikir itu sendiri adalah aktivitas jiwa
untuk memperoleh pengetahuan. Hidup berarti serangkaian keputusan tanpa akhir
bagi seseorang.
Hidup bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-
hentinya. Keputusan itu adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa, adakalanya
dinyatakan dalam bentuk tindakan dan adakalanya tinggal saja dalam batin
manusia. Adapun keputusan tersebut merupakan hasil dari qiyas (Syllogisme),
yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan
(qadhiyah) yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus universil,
suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada
kedua keputusan yang terdahulu itu.
Agar qiyas menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai
kebenaran, maka qiyas harus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jika qiyas telah
mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logis atau
kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau kebenaran material akan
tercapai jika premis-premisnya telah dibuktikan kebenarannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Qiyas?

2. Apa yang dimaksud dengan qiyas istiqra’?

3. Apa yang dimaksud dengan qiyas khulf?

4. Apa yang dimaksud dengan qiyas tamsil?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari qiyas

2. Untuk mengetahui pengertian dari qiyas istiqra’

3. Untuk mengetahui pengertian dari qiyas khulf

4. Untuk mengetahui pengertian dari qiyas tamsil

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qiyas
Qiyas didefinisikan menurut Bahasa adalah mengira – ngirakan sesuatu
dengan perkiraan lain dan definisi menurut istilah adalah perkataan atau pemikiran
yang tersusun dengan bentuk tertentu dari beberapa gadhiyah dan dengan sendirinya
(dzatiyah) menetapkan ucapan lain.
Contoh:
 Setiap manusia yang hidup itu memiliki ruh/jiwa
 Dan setiap yang memiliki ruh/jiwa pasti akan mati
 Jadi manusia yang hidup pasti akan merasakan mati1

B. Qiyas Istiqra
Dalam artian secara bahasa Al Istiqra’ adalah yang berarti: meminta untuk
dibaca, diselidiki, dan diteliti. Sedangkan dalam artian secara istilah ialah: Meneliti
permasalahan-permashan cabang (juz-i) dengan mendetail guna menemukan sebuah
hukum yang diterapkan pada seluruh permasalahan (kulli). Atau biasa diartikan
dengan sebuah pengambilan dalil dengan menetapkan suatu hukum pada hal-hal yang
(Juz-i) yang kemudian diberlakukan pada hal-hal yang (Kulli), atau dalam artian lain
adalah pengambilan dalil hukum dengan cara metode induktif.
lstiqra' (logka induktif) adalah mengambil dalil perkara juz'iy untuk
digunakan menghukumi perkara kully. Menurut imam As-Sa'ad, definisi istiqra' yang
benar, sebagaimana yang disampaikan Hujjntul lslam, Al-Ghazali, bahwa istiqra'
adalah istilah mengenai penelitian perkara-perkara juz'iy, dimana hukum yang ada di
dalamnya nantinya digunakan menghukumi sebuah persoalan yang memuat perkara
juz'iy tersebut. Istiqra' terbagi meniadi dua macam:

1. Istiqra' tam
Istiqra’ tam adalah istiqra' yang berdasar penelitian semua juz’iyyat
(anggota/bagian) (karena mudah dibatasi), dan setelah hukumnya dihasilkan,
kemudian hukum tersebut ditetapkan pada persoalan kully. Hanya saja istiqra'
1
Darul Azka dan Nailul Huda, “Sulam Al-Munawraq, Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq”,
(Kediri : Santri Salaf Press, 2012) hal. 87

3
dengan definisi semacam ini tidak termasul lawahiq al-qiyas (hal-hal yang
disamakan dengan qiyas), namun iustru termasuk seba$m darJ qiyas
manthiqi.
Contoh penyataan hukum;
shalat terdiri dari shalat wajib atau shalat sunah, dan setiap dari kedua macam
shalat ini tidak terlepas dengan adanya bersuci. Karena bersuci adalah
merupan sebuah syarat sah seorang mengerjakan shalat. Maka setiap orang
melakukan shalat harus senantiasa bersuci (thaharah). atau dengan artian lain;
bahwasannya tidak akan sah solat seseorang jika sekiranya tanpa dibarengi
dengan Wudlu (Thahârah).
2. Istiqra’ naqish
stiqrâ yang kurang (Nâqish) yaitu Penelitian yang dilakukan hanya pada
sebagian besar dari permasalahan yang menjadi obyek pembahasan untuk
mendapat sebuah kesimpulan hukum keseluruhan. Dalam metode ini tidak
didapatkan permaslahan – permasalahan yang berlawanan hukum. Sehingga
kesimpulan hukum yang dihasilkan dari istiqra’ naqish ini hanya secara
keumuman (hasbi dhohir). Karena tidak semua permasalahan diteliti satu-
persatu. Maka kekuatan hukum yang dihasilkan juga bersifat persangkaan
(dzonni) bukan bersifat pasti (qath’i).
Contoh :

" Setiap hewan menggerakan rahang bawahnya saat mengunyah makanan”

Sebagaimana hasil penelitian bahwa hewan adalah mengunyah makanan


dengan geraham bawah. Namun hasil penelitian ini tidak berlaku untuk semua
jenis hewan, karena ada beberapa hewan yang memakan mangsanya tidak
dengan gerakan geraham bawah, contohnya adalah buaya. Disebut dengan
naqish karena hukum yang dihasilkan pada penelitian ini tidak berlaku untuk
keseluruhan. Berbeda dengan istiqra’ tam yang berlaku untuk semua cabang
permasalahan.2

2
DRS. H. A.Basiq Djalil, S.H., M.A. Logika ilmu mantik (Jakarta : Kencana Pernanda Media
Grup, 2009) hal 101

4
C. Qiyas Khulf
Definisi Qiyas Khalf adalah qiyas yang di dalamnya terdapat penetapan
natijah(mathlub) dengan cara membatalkan kebalikannya.3 Contoh :
 Jika tiadanya kewajiban zakat bagi anak ekcil tidak nyata, maka pastilah
kewajiban zakat bagi anak kecil itu nyata.
 Jika kewajiban zakat bagi anak kecil itu nyata, maka pastilah kewajiban
sholat baginya juga nyata.
 Jika tiadanya kewajiban zakat bagi anak kecil tidak nyata, maka pastilah
kewajiban sholat baginya juga nyata, diana kewajiban sholat itu tidak
nyata.
 Sesungguhnya tiadanya kewajiban bagi anak kecil adalah nyata.4

D. Qiyas Tamsil
Menurut bahasa Arab, Tamsil berasal dari kata misal yang artinya mengambil
contoh, kemiripan, mengidentikan, dan sejenisnya. Sehingga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang menetapkan hukum terhadap sesuatu yang lain, oleh karena itu terdapat
persamaan sifat yang disebut tamsil.

Contoh:

 Di Pulau Jawa ada air, ada pohon, ada udara segar ;


 Sedangkan di pulau lain juga ada air, ada pohon, dan udara segar.

Contoh tersebut bermakna bahwa di Pulau Jawa ada manusia, maka di pulau
lain juga ada manusia. Contoh tersebut belum tentu benar, karena unsur-unsur yang
ada pada manusia belum tentu itu saja.

Contoh lain tentang hukum Islam:


Anjing hukumnya haram dimakan, kemudian dicari unsur penyebabnya, manusia
telah menemukan penyebabnya yaitu cacing pita. Lalu binatang yang terdapat unsur

4
Darul Azka dan Nailul Huda, “Sulam Al-Munawraq, Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq”,
(Kediri : Santri Salaf Press, 2012) hal. 113

5
cacing pitanya dihukumkan haram. Hukum haramnya pada anjing disebut asal, hukum
haramnya yang selain anjing tetapi bercacing pita dinamakan furu'. Dari pernyataan
tersebut dinamakan tamsil.

Pada hukum Islam pernyataan tersebut tidak bisa dibenarkan, haramnya


anjing/asal ketentuan wahyu, sedangkan sebab haramnya bukan ketentuan wahyu
tetapi yang dicari manusia. Oleh karena itu para ulama sepakat bahwa sebab yang
dicari manusia tidak bisa menghapus hukum asal.

Sedangkan dalam fikih unsur hukum tersebut disebut illat, metodenya disebut
qiyas. Dengan demikian, sebab haramnya digolongkan dalam ketentuan qiyas.5

5
Darul Azka dan Nailul Huda, “Sulam Al-Munawraq, Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq”,
(Kediri : Santri Salaf Press, 2012) hal. 116

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qiyas didefinisikan menurut Bahasa adalah mengira – ngirakan sesuatu dengan
perkiraan lain dan definisi menurut istilah adalah perkataan atau pemikiran yang
tersusun dengan bentuk tertentu dari beberapa gadhiyah dan dengan sendirinya
(dzatiyah) menetapkan ucapan lain. Ada bagian dari Qiyas yaitu yang pertama Qiyas
Istiqra’ yang diartikan dengan sebuah pengambilan dalil dengan menetapkan suatu
hokum, kedua Qiyas Khalf adalah qiyas yang di dalamnya terdapat penetapan
natijah(mathlub) dengan cara membatalkan kebalikannya, ketiga Qiyas Tamsil
diartikan sebagai sesuatu yang menetapkan hukum terhadap sesuatu yang lain

B. Saran
Semoga makalah yang telah kami buat dapat berguna untuk pembaca, khususnya
kami selaku penyusun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan
serta jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kami memohon kritik dan saran yang
membangun agar bisa menjadi bahan evaluasi kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Djalil, B. (2009). Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Huda, D. A. (2021). Sulam Al-Munawraq, Kajian dan Penjelasan Ilmu Mantiq. Kediri:
Santri Salaf Press.

Anda mungkin juga menyukai