Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TAWABI’ (NA’AT, ATHAF. TAUKID, BADAL)

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

Abdul Fattah,SS.,M.Ag

Dibuat Oleh:

KELOMPOK 12

Ade Zamaludin

Rosidah maharani

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

STIEBES-NU

GARUT
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah swt yang mana Allah telah
melimpahkan rahmat, karunia, beserta hidayatnya sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas makalah Bahasa Arab ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini kami sangat berharap dapat menambah pengetahuan tentang
penggunaan, tata cara, dan tata bahasa dalam bahasa Arab. Karena dari segi lainnya, bahasa
Arab adalah bahasa yang ada dalam Al-Quran, sehingga untuk mengetahui isi Al-Quran
membutuhkan pengetahuan lebih tentang bahasa Arab. Dan harapannya dengan adanya
makalah ini bisa mempermudah kami dalam mengikuti proses belajar mengajar di kampus
dan juga meningkatkan kepedulian kita akan pentingnya pembelajaran bahasa Arab bagi kita
khususnya umat islam.

Kami ucapkan terima kasih banyak atas pihak-pihak yang telah memotivasi dan
membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah Bahasa Arab, terutama pada dosen
pengampu mata kuliah, keluarga, dan teman kami semua. Mengingat makalah ini masih
sangat jauh dari kata memuaskan kami mohon pemberian maafnya dan sedikit kritik agar
kami bisa membuat makalh yang lebih baik lagi di kesempatan yang lain.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih banyak pada pembaca yang berkenan membaca
tulisan ini. Semoga tulisannya bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Garut, 10 Juli 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A) Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya bahasa.
Karena bahasa itu merupakan alat komunikasi kita dengan lawan bicara agar pendengar
ataupun lawan bicara kita dapat memahami dan mengerti maksud yang kita ucapkan. Maka
dari itu sangatlah penting bagi kita untuk bisa menguasai bahasa-bahasa tertentu agar kita
bisa bersifat kritis dan mampu berbicara dengan orang lain dengan baik.

Jauh sebelum kita lahir, tepatnya berpuluh abad yang lalu Al-Quran diturunkan kepada
Nabi kita Muhammad saw yang mana tulisan dalam Al-Quran itu dalam bentuk bahasa Arab.
Kita sebagai umat islam sudah sepatutnya bisa sedikit atau banyaknya mengerti tentang
bahasa Arab, karena itu akan menjadi alat kita untuk bisa membaca dan memahami Al-Quran
dengan baik. Terlebih lagi Al-Quran itu sumber ilmu yang sangat banyak yang ayat-ayatnya
itu masih bersifat umum. Maka dari itu, tugas kita untuk mendalami maksudnya dengan
mempelajari bahasa Arab dengan tekun.

Pada awalnya ilmu tulis menulis Al-Quran itu belum ada pada zaman Nabi Muhammad.
Barulah pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ilmu baris (ilmu nahwu) berkembang
sehingga kita tahu cara penulisan Al-Quran dan membacanya.

Maka dari itu, untuk mempermudah kita dalam mempelajari bahasa Arab, mungkin
makalah ini akan sedikit membantu kita dan memberikan sedikit pencerahan tentang bagian
dalam ilmu bahasa Arab yaitu TAWABI”. Apa itu Tawabi dan apa saja bagian – bagian dari
Tawabi, sedikitnya akan dijelaskan secara lebih mendetail pada BAB II Pembahasan.
B) Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat kita ambil dari makalah ini antara lain:

- Pengertian Tawabi
- Bagian – bagian Tawabi beserta contoh dari masing – masing bagiannya.
- Tujuan

C. Tujuan

kami membuat makalah ini salah satunya untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Bahasa Arab II dan juga untuk memberikan sedikit pengetahuan tentang Tawabi dan
bagian – bagiannya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tawabi

Tawabi’ adalah bentuk jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut. Dalam ilmu nahwu,
tawabi’ adalah kata yang mengikuti isim sebelumnya dalam hal i’rab (rafa’, nashab, jar), nau’
(mudzakkar dan muannats), definitif (nakirah dan ma’rifah), dan jumlah (mufrad, mutsana, dan
jama’). Isim yang mengikuti disebut tabi’ dan isim yang diikuti disebut matbu’.

2. Macam – Macam Tawabi

A. Na’at (‫)النعت‬

Na’at adalah isim tabi’ yang menunjukkan sifat isim sebelumnya atau disebut man’ut. Na’at
mengikuti man’utnya pada i’rab, bilangan, jenis, dan definitnya. Contoh:

ٌ ‫هَ َذا بَي‬


‫ْت َكبِ ْي ٌر‬ Ini rumah yang besar

ُ ‫اِ ْشتَ َري‬


‫ْت ِكتَابَي ِْن َج ِد ْي َد ْي ِن‬ Saya membeli dua buku baru

َ‫ب ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬ ُّ َ‫اَنَا ِمن‬


ِ ‫الطاَل‬ Saya termasuk mahasiswa muslim

Na’at terbagi dua macam:

1. Na’at Hakiki:
Adalah Na’at yang menunjukkan sifat bagi Isim sebelumnya. Contoh:

‫أقمت في المنزل الفسيح‬

AQIMTU FIL-MANZILIL-FASIIHI = saya tinggal di rumah yang luas


Lafazh AL-FASIIHI = Na’at Hakiki yang menunjukkan sifat bagi Isim yang ada sebelumnya
(AL-MANZILI). Dan disebut Na’at Kakiki karena yang punya sifat AL-FASIIHI (luas)
hakikatnya adalah Man’ut sendiri yaitu lafazh AL-MANZILI (tempat tinggal/rumah).

Ciri-ciri Na’at Haqiqi adalah: menyimpan dhamir mustatir yang merujuk pada Man’ut.
2. Na’at Sababi
Adalah Na’at yang menunjukkan sifat bagi Isim yang mempunyai irthibat/ikatan dengan
Matbu’. Contoh:

‫أقمت في المنزل الفسيح فناؤه‬

AQIMTU FIL-MANZILIL-FASIIHI FINAA’U HUU = saya tinggal di rumah yang luas


halamannya
Lafazh AL-FASIIHI disebut Na’at, akan tetapi bukanlah Na’at bagi lafazh Matbu’ AL-
MANZILI, karena AL-FASIIHI bukan sifat bagi AL-MANZILI. Hanya saja sifat tersebut
diperuntukan bagi Isim yang mempunyai ikatan dengan Isim Matbu’ yaitu lafazh FANAA’U
HUU/halamannya. Oleh karena itu disebut Na’at Sababi.

AL-FASIIHI = Na’at, majrur dengan tanda jar kasroh. FANAA’U = Fa’ilnya, dirofa’kan
oleh sifat dengan tanda rofa’ dhammah. HUU = Mudhaf Ilaih, Dhamir Bariz Muttashil yang
merujuk pada Matbu’ sebagai robit/pengikat antara isim zhahir dan matbu’.

Ciri-ciri Na’at Sababi: yakni setelah Na’at didatangkannya Isim Zhahir yang dirofa’kan oleh
Na’at dan mencakup ada dhamir yang kembali pada Man’ut.

B. Athaf (‫)العطف‬

Athof merupakan salah satu jenis tawabi, yang letaknya sesudah kata penghubung dalam
bahasa Arab. Fungsi dari jenis tawabi ini yaitu sebagai penghubung sesama isim atau fi’il. Bila
dalam ilmu bahasa Indonesia, jenis tawabi ini dikenal sebagai kata penghubung. Meskipun
secara bahasa berbeda, namun makna yang dihasilkan memiliki kesamaan satu sama lain.

a. Huruf dan Fungsinya

Kata penghubung dalam bahasa Arab terdiri dari sembilan huruf. Setiap huruf memiliki
fungsi dan artinya sendiri – sendiri. Sehingga dalam menggunakan kata penghubung tersebut,
harus tepat dan sesuai dengan makna yang ingin dihasilkan.

 Wawu (‫)و‬
َ
Huruf wawu fungsinya sebagai “dan”. Huruf tersebut biasa digunakan untuk menggabungkan
kata yang sama satu dengan lainnya. Kata tersebut memiliki i’rab dan kedudukan yang sama.
Sehingga bila dijadikan sebuah kalimat, memiliki makna khusus.

Contohnya :

ُ‫ض َر الطَّالِبُ َوال ُمدَرِّ س‬


َ ‫ َح‬artinya murid dan guru datang.

 Fa’ ( َ‫)ف‬

Huruf fa’ fungsinya untuk kata penghubung “lalu / maka”. Fa’ digunakan untuk menggambarkan
kondisi beriringan dan berurutan, tanpa jeda. Sehingga kata penghubung ini biasa dipakai ketika
menceritakan sesuatu.

Contohnya :

ُ‫ فالطالب‬ ‫ جاء األستا ُذ‬artinya ibu guru masuk lalu muridnya.

 Tsumma (‫)ثُ َّم‬

Huruf tsumma identik dengan kata penghubung “kemudian”. Fungsi dari huruf tersebut adalah
untuk menunjukan arti yang bersifat lenggang, berurutan, tanpa beriringan, dan berjeda.
Biasanya dipakai untuk menyampaikan cerita kepada orang lain.

Contohnya :

ُ‫ حضر األستا ُذ ثم الطالب‬artinya ustadz datang kemudian muridnya.

 Hatta (‫)حت ّى‬


َ hingga / sehingga

Huruf hatta merupakan kata penghubung “hingga / sehingga”. Syarat yang dianjurkan dalam kata
penghubung ini adalah menggunakan isim zhahir untuk ma’thuf bih. Hal ini karena ma’thuf bih
adalah bagian dari ma’thuf alaih.

Contohnya :

‫اكلت السمكةَ حتَّى رأ َسهَا‬


ُ artinya aku makan ikan hingga kepalanya.
 Aw ( ْ‫)َأو‬

Huruf aw fungsinya untuk kata penghubung “atau / ataukah”. Huruf ini digunakan untuk
memberikan pilihan kepada kepada orang lain, sesudah diperintahkan. Kata penghubung aw
lebih menunjukkan makna penyamaran hukum dan keraguan di dalamnya.

Contohnya :

‫ تَ َز َوج ِهندا أو أختَها‬artinya nikahilah saudaraku atau Hindun.

 Am (‫)َأ ْم‬

Huruf am biasa digunakan untuk menunjukkan kata penghubung “atau / ataukah”. Biasanya
huruf am ini digunakan untuk menggambarkan makna menuntut atau mencari sebuah ketentuan.
Kata penghubung ini dapat dilakukan bila huruf am jatuh sesudah hamzah, yang ada dalam dua
lafaz.

Contohnya :

‫ أزي ُد عندكَ أم عم ٌر‬artinya Apakah zaid berada di sisimu ataukah Umar?

 Bal ( ْ‫)بَل‬

Huruf bal merupakan kata penghubung “tetapi / melainkan”. Kata penghubung ini digunakan
untuk menetapkan hukum nahi (larangan melakukan pekerjaan) dan nafi (tidak ada hukum),
dalam lafaz sebelumnya. Kemudian di akhir kalimat akan dijelaskan hukum sebaliknya, yang
berarti benar. Usahakan untuk jatuh sesudah kalam nafi atau nahi.

Contohnya :

‫ ما جا َء زي ٌد بل عم ٌر‬artinya Zaid tidak datang, tetapi Umar yang datang.

 Laa (َ‫)ال‬

Huruf laa diibaratkan sebagai kata penghubung “bukan / tidak”. Tujuan penggunaan huruf ini
adalah untuk menafi’kan sebuah hukum lafaz yang akan datang selanjutnya. Biasanya kata
penghubung ini, digunakan untuk menyatakan sesuatu hal yang berupa kebenaran atau kejadian
tertentu.

Contohnya :

‫ إشتريت لح ًما ال سم ًكا‬artinya saya telah membeli daging, bukan ikan.

 Laakin (‫)ل ِك ْن‬

Huruf laakin merupakan kata penghubung “akan tetapi”. Fungsi dari kata penghubung ini adalah
untuk menggambarkan suatu makna penyambungan atau susulan perkataan, yang harus
didahului lafaz (‫ ما النهي‬،‫)ما النفي‬.

Contohnya :

‫طالح‬
ٍ ْ ‫صالح‬
‫لكن‬ ٍ ‫برجل‬
ٍ ُ ْ‫ما مرر‬   artinya aku tidak bertemu dengan laki-laki saleh, tetapi laki-laki yang
‫ت‬
fasik.

C. Taukid (‫)التوكيد‬

Taukid ialah  Isim atau kata yang mengekor  kata yang dikuatkan (‫ )لِ ْل ُمَؤ َّك ِد‬baik dalam 
keadaan  rafa’nya, nashabnya, khafadhnya, dan ma’rifatnya. taukid adalah pengulangan yang
dimaksudkan guna  menetapkan  keadaan  yang diulang tersebut  di hati pendengar supaya  yakin
dengan apa yang sudah  diucapkan.
Taukid menyatakan  tentang pengukuhan dalam tingkah ucapan  seseorang. Supaya bisa 
menjadikan kepercayaan untuk  orang yang mendengarnya.
Taukid secara bahasa berarti menguatkan. Dan menurut  keterangan dari  pengertian
istilah taukid ialah  tabi’ yang dilafalkan  di dalam kalimat guna  menguatkan atau
menghilangkan keragu-raguan dari si pendengar.

Contoh : ُ‫ َجا َء زَ ْي ٌد نَ ْف ُسه‬: ( zaid benar-benar sudah datang sendiri)


ُ‫ ُسه‬berkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan arti  ‫ َز ْي ٌد‬. sebab bila   tidak menggunakan 
ُ‫نَ ْف ُسه‬, maka ada bisa jadi  yang datang tersebut  utusan Zaid.
Macam-macam taukid terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Taukid ma’nawi, dengan kata lain  : pengukuhan dari sisi  ma’nanya saja. Adapun lafadz
lafadz yang dipakai  pada taukid lafdzi merupakan :

a) ُ‫ اَلنَّ ْفس‬misal  : ُ‫َجا َء َز ْي ٌد نَ ْف ُسه‬


b) َ ُ‫ ْال َعيْن‬misal  ُ‫َجا َء زَ ْي ٌد َع ْينُه‬
c) َ ُّ‫ ُكل‬misal  : ‫َجا َء ْالقَوْ ُم ُكلُّهُ ْم‬
d) َ‫ َأجْ َم ُع‬misal  : َ‫َجا َء ْالقَوْ ُم اَجْ َمعُوْ ن‬
َ ‫اَجْ َمعُوْ نَ اَ ْكتَعُوْ نَ اَ ْبتَعُوْ نَ اَ ْب‬
e) Lafadz yang mengekor  ajma’u : َ‫صعُوْ ن‬

2) Taukid Lafdzi, Taukid yang dilaksanakan  dengan duplikasi  lafadz laksana  isim, Fiil, huruff,
ataupun jumlah/kalimat. contoh: .‫ جاء علي علي‬Adapun taukid lafzi terbagi menjadi 6 unsur  :

¤ Isim dhohir laksana  : ‫َجا َء اُأل ْستَا ُذ االُ ْستَا ُذ‬


¤ Isim Dhomir laksana  : َ‫قَ َرْأتَ قَ َرْأتَ َأ ْنت‬
َ ‫َب َذه‬
¤ Fi’il laksana  : ‫َب‬ َ ‫َذه‬
¤ Huruf laksana  :‫اِ َّن تِ ْل ِميذاًاِ َّن تِ ْل ِميْذاً نَاِئ ٌم‬
¤ Jumlah laksana  : ‫اط ُل ظَهَر البَا ِط ُل‬
ِ َ‫ظَهَ َرالب‬
¤ Isim mutarodhif laksana  : ٌ‫قِطٌّ ه َُريْرة‬

Syarat Taukid:
1) Taukid mengekor  hukum I'rab laksana  Muakkad nya
2) Mengenai format  Isim Muakkad nya seringkali  berbentuk ma'rifat.

Beberapa ulama Nahwu Shorof dari Kufah mengizinkan  menggunakan Isim Nakirah sbg
Muakkad nya, laksana  contoh: ُ‫ت َش ْهرًا ُكلَّه‬
ُ ‫ص ْم‬
ُ (Aku berpuasa sebulan penuh)

Dalam kalimat berposisi sebagai Maf'ul, artinya, sebulan adalah Isim Masdhar, dan berbentuk
Nakiroh. Kullahu, berbentuk Idhofah Kullun dengan dhamir Hu, sampai-sampai  menjadi
Kulluhu. Hukumnya menjadi Manshub sebab  mengikuti muakkad nya sampai-sampai  menjadi
Kullahu.

Contoh-Contoh Kalimat Taukid:


ُ‫ض َر القَاِئ ُد نَ ْف ُسه‬
َ ‫( َح‬Panglima tersebut  sendiri yang sudah  hadir)
‫اط َمةُ عَينُهَا‬ ِ َ‫ت ف‬ ْ ‫ض َر‬ َ ‫( َح‬Fatimah sendiri yang hadir)
‫( َجا َء ال َّر ُجاَل ِن َأ ْنفُ ُسهُ َما‬Dua lelaki tersebut  sendiri yang datang).
‫َان َأ ْعيُنُهُ َما‬
ِ ‫ت ال َمرْ َأت‬
ِ ‫( َجا َء‬Dua perempuan tersebut  sendiri yang sudah  datang).
‫( َجا َء الرِّ َجا ُل َأ ْعيُنُهُ ْم‬Para lelaki tersebut  sendiri yang datang).
‫ت النِّ َسا ُء َأ ْنفُ ُسه َُّن‬
ِ ‫( َجا َء‬Para wanita tersebut  sendiri yang datang).
ُ‫( َجا َء الرُّ ُكبُ ُكلُّه‬Unta-unta tunggangan tersebut  datang semuanya).
ِ ‫( اُأل َّمةُ ال َع َربِيَّةُ َج ِمي ُعهَا قَ ْلبٌ َو‬Orang-orang arab semuanya berhati yang satu).
‫اح ٌد‬
‫ض َر القَو ُم عَا َّمتُهُ ْم‬
َ ‫( َح‬Kaum tersebut  telah muncul  semuanya).
ِ َ‫( فِيهَا عَينَا ِن تَجْ ِري‬Padanya terdapat  dua mata air yang mengalir) (Al Quran Surah Ar Rahman: 50)
‫ان‬
ٌ ‫ب َر ِه‬
‫ين‬ َ ‫( ُكلُّ ا ْم ِرٍئ بِ َما َك َس‬Setiap insan  terikat dengan apa yang diupayakannya) (Al Quran Surah Ath
Thur: 21)
ِ َّ‫( تَظَاهَ َر ال َعا َّمةُ ِمنَ الن‬Kebanyakan insan  melakukan demonstrasi).
‫اس‬
‫ان‬
ِ ‫ض َر‬
ِ ‫ين َحا‬ِ َ‫( ِكال ال َّر ُجل‬Kedua pria tersebut  hadir).

D. Badal (‫)البدل‬

Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi
matbu’nya baik secara utuh atau bagian daripadanya. Kata yang mengikuti disebut badal dan
kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu. Badal terbagi menjadi 4 macam, yaitu badal
muthabiq, badal ba’dhu min kull, badal isytimal, dan badal mubayan.

1. Badal muthabiq (kull min kull)


Badal muthabiq adalah yang setingkat antara badal dan mubdal minhunya. Badal muthabiq
disebut juga kull min kull. Contoh:
ِ ‫َجا َء ْال ُم َحا‬
‫اَحْ َم ُد‬ ‫ض ُر‬
Artinya:
Telah datang Pak Dosen, Ahmad.
2. Badal ba’dhu min kull
Badal ba’dhu min kull adalah badal merupakan bagian dari mubdal minhu. Contoh:
ُ ‫قَ َرْأ‬
‫اَأْل َّو َل‬ ُ‫ج ُْزَؤ ه‬  َ‫ت ْالقُرْ َأن‬
Artinya:
Saya membaca Al-Qur’an juz pertamanya.
3. Badal isytimal
Badal isytimal adalah badal merupakan sesuatu yang terdapat pada mubdal minhu. Contoh:
ُ‫ ِع ْل ُمه‬ ‫يُ ْع ِجبُنِ ْي اَحْ َم ُد‬
Artinya:
Ahmad telah membanggakannku ilmunya.
4. Badal mubayan (jarang digunakan)
Badal mubayan adalah badal meruapakan konfirmasi dari mubdal minhunya. Terbagi menjadi
tiga bagian:
a. Badal idrab
Yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal minhu setelah menjelaskan
penjelasan lain kepada mutakallim. Contoh:
‫ ْال ِع َشا َء‬ ‫ب‬
َ ‫ْت فِي ْال َم ْس ِج ِد ْال َم ْغ ِر‬
ُ ‫صلَي‬
َ
Artinya: “Saya shalat magrib, eh isya di masjid”.
Maksudnya bahwa yang benar adalah saya shalat isya dan bukan shalat magrib di masjid.
b. Badal ghalat (kesalahan)
Yaitu tujuan badal yang merupakan ralat dari mubdal minhunya dikarena salah ucap. Contoh:
‫َأبِ ْي ِه‬ ‫ت بَِأحْ َم َد‬
ُ ْ‫َم َرر‬
Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.
c. Badal nisyan                                                                        
Yaitu badal untuk memperbaiki kessalahan pada mubdal minhu dikarenakan mutakallim lupa.
Contoh:
‫َأبِ ْي ِه‬ ‫ت بَِأحْ َم َد‬
ُ ْ‫َم َرر‬
Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.
Intinya bahwa badal ini dipakai untuk mengkorfimasi atau meralat pernyataan sebelumnya yang
salah baik karena lupa atau karena salah ucap. Maka ketiga contoh mubayan ini bisa
menggunakan contoh yang sama.
Contoh badal di Al-Qur’an
1. Al-Fatihah: 2
َ‫ ْال َعالَ ِمين‬  ِّ‫ َرب‬ ِ ‫هَّلِل‬ ‫ْال َح ْم ُد‬
Kata ( ِّ‫ ) َرب‬merupakan badal dari (ِ‫ )هللا‬dan merupakan badal muthabiq.
2. Al-Fatihah: 6-7
ِ ‫الَّ ِذينَ َأ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬ َ‫ص َراط‬
. َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬ ِ  .‫ ْال ُم ْستَقِي َم‬ َ‫الصِّ َراط‬ ‫ا ْه ِدنَا‬
Kata (َ‫)ص َراط‬
ِ merupakan badal dari (َ‫ص َراط‬ ِّ ‫ )ال‬dan merupakan badal muthabiq.
3. An-Naba’: 31-32
.‫ َوَأ ْعنَابًا‬ ‫ق‬
َ ‫ َحدَاِئ‬ .‫ َمفَا ًزا‬  َ‫ِإ َّن لِ ْل ُمتَّقِين‬
َ merupakan badal dari (‫ ) َمفَا ًزا‬dan merupakan badal kull min kull.
Kata (َ‫)حدَاِئق‬
4. Al-Baqarah: 217
‫فِي ِه‬ ‫قِتَا ٍل‬ ‫ ْال َح َر ِام‬ ‫ال َّشه ِْر‬ ‫ك َع ِن‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬
ٍ ‫ )قِت‬merupakan badal dari (‫ )ال َّشه ِْر‬dan merupakan badal isytimal.
Kata (‫َال‬
5. Al-Muzzammil: 2-3
. ‫َأ ِو ا ْنقُصْ ِم ْنهُ قَلِياًل‬ ُ‫نِصْ فَه‬ . ‫ِإاَّل قَلِياًل‬ ‫اللَّي َْل‬ ‫قُ ِم‬
Kata (ُ‫ )نِصْ فَه‬merupakan badal dari (‫ )اللَّ ْي َل‬dan merupakan badal ba’dhu min kull.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tawabi’ adalah bentuk jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut. Dalam ilmu nahwu,
tawabi’ adalah kata yang mengikuti isim sebelumnya dalam hal i’rab (rafa’, nashab, jar),
nau’ (mudzakkar dan muannats), definitif (nakirah dan ma’rifah), dan jumlah (mufrad,
mutsana, dan jama’). Isim yang mengikuti disebut tabi’ dan isim yang diikuti disebut
matbu’.
2. Macam – Macam Tawabi, yaitu

1. Na’at (‫)النعت‬

2. Athaf (‫)العطف‬

3. Taukid (‫)التوكيد‬

4.. Badal (‫)البدل‬


DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/37196869

https://sahabatmuslim.id/tawabi-pengertian-naat/

https://www.academia.edu/11790164/makalah_bahasa_arab

https://sahabatmuslim.id/athof-pengertian-huruf/

http://arabunaa.blogspot.com/2019/07/pengertian-taukid-dalam-ilmu-nahwu.html

https://hahuwa.blogspot.com/2019/09/pengertian-contoh-dan-macam-macam-badal.html

Anda mungkin juga menyukai