Anda di halaman 1dari 11

PERISTIWA-PERISTIWA TAJRIH DAN TA’DIL DI MASA

RASULULLAH, SAHABAT DAN TABI’IN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata jarhu wa ta’dil

Dosen pengampu: H. Sukardi, M.Ag

Disusun oleh :

Aldi Ramdan 20.01.1280


Faiz Budiman 22.01.1380
Ibnu Mochamad Hawwari 20.01.1226
Muhamad Ridwan 21.01.1348
Neng Sri Helawati 20.01.1181
Nasywa Luthfiyyah 22.01.1445
Shelvia Wulandari 20.01.1184

PRODI ILMU QURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM BANDUNG

1444 H/2022 M
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................................I
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
Latar Belakang Masalah .............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................................2
Tujuan Penulisan .........................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
Peristiwa -Peristiwa Tajrih dan Ta’dil di Masa Rasulullah Saw. ............................3
Tajrih dan Ta’dil di Masa Sahabat ............................................................................3
Tajrih dan Ta’dil di Masa Tabi’in ..............................................................................6
BAB III .............................................................................................................................8
KESIMPULAN ................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................9

I
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Al Hadis merupakan salah satu sumber hukum Islam, dengan kata lain al
hadits merupakan salah satu pondasi umat Islam. Oleh karena itu seribu satu
cara dilakukan musuh-musuh Islam untuk menghancurkan pondasi umat Islam.
Dari membuat hadis-hadis palsu, metodologi memahami hadis yang keliru dan
cara-cara yang lainya untuk menghancurkan umat Islam.

Mushtofa al Siba’i menyebutkan faktor-faktor yang mendorong pembuatan


hadits palsu. yaitu, “pertentangan politik, usaha kaum zindik, sikap fanatik buta
terhadap bangsa, suku bahasa, negeri dan pemimpin, memikat kaum awan
dengan kisah dan nasihat, perselisihan fikih dan ilmu kalam, untuk
membangkitkan gairah beribadat dan menjilat kepad raja atau pemimpin
pemerintah”1

Berdasarkan faktor-faktor tersebut tampuilah para ulama hadis untuk


mengcaonter usaha-usaha mereka dalam merobohkan pondasi umat Islam
dibuatlah methodologi penelitian hadits sebagai alat untuk menelanjangi
keborokan usaha mereka dari mulai meneliti sanad hadis, mengukuhkan hadis-
hadis, meneliti rawi hadis dalam menetapkan status kejujurannya, , menetapkan
kaidah-kaidah umum untuk mengklsifikasikan hadis.

Salah satu disiplin ilmu yang lahir dikarenakan adanya gerakan musuh
Islam tersebut adalah ilmu jarh dan ta’dil, suatu ilmu yang bisa menelanjangi
usaha musuh Islam. Dengan ilmu tersebut dapat diidentipikasi apakah hadis
tersebut benar-benar bersumber dari nabi atau tidak. Dengan mempertimbangan
tajrih dan ta’dil dari para ulam hadis.

Dimasa Nabi Saw. hidup beliau pernah mentarjih dan menta’dil seseorang,
terlebih dikalangan sahabat dan tabi’in tajrih dan ta’dil dilakukan sebagai

1
Mustafa al Siba’i, al Hadits Sebagai Sumber Hukum, Bandung: 1979, Diponegoro, hal. 123-141..

1
bentuk ikhtiat (kehati-hatian) dalam menerima hadis, apalagi setelah jaman
fitnah, dimana orang-prang seenaknya menyandarkan ucapan kepada nabi.

Pada tulisan kali ini akan dibahas mengenai bagaiman peristiwa-peristiwa


tajrih dan ta’dil di masa Rasulullah, sahabat dan tabiin.

Rumusan Masalah
1. Bagaiman Peristiwa-peristiwa tajrih dan ta’dil di masa Rasulullah,
sahabat dan tabiin?

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaiman peristiwa-peristiwa tajrih dan ta’dil di
masa Rasulullah, sahabat dan tabi’in

2
BAB II
PEMBAHASAN
Peristiwa -Peristiwa Tajrih dan Ta’dil di Masa Rasulullah Saw.
1. Tajrih di Masa Rasulullah Saw.

ِ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَ َق‬


َ‫ َم ْن يُط ِع هللا‬:‫ال‬ ِ‫ب عِنْ َد النِ ي‬
َ ‫َّب‬ ٍِ ‫ي بْ ِن َح‬
َّ ‫ « أ‬،‫اِت‬ ِ
‫َع ْن َعد ِي‬
َ َ‫َن َر ُج اًل َخط‬
‫س‬ ِ َّ ِ َّ َ ِ‫ول هللا‬ ِ ‫ ومن ي ع‬.‫ورسولَه فَ َق ْد ر َش َد‬
َ ‫ فَ َق‬.‫ص ِه َما فَ َق ْد غَ َوى‬
َ ‫ بْئ‬:‫صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َْ ْ ََ َ ُ ُ ََ
ِ ‫ َوَم ْن يَ ْع‬:‫ قُ ْل‬،‫ت‬
.»ُ‫ص هللاَ َوَر ُسولَه‬ ِْ
َ ْ‫يب أَن‬
ُ ‫اْلَط‬
“Dari ‘Adi bin Hatim, sungguh seseorang telah berkhutbah dekat Nabi Saw. dia
berkata: Barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rosul-Nya maka pasti dia telah
mendapat petunjuk. Dan barangsiapa maksiat kepada keduanya maka pasti binasa.
Kemudian Rosulullah Saw bersabda: seburuk buruk Khatib adalah kamu!,
katakanlah: barangsiapa maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya”2

2. Ta’dil di Masa Rasulullah Saw.

ِ ‫َّخ اذا ِم ْن أ َْه ِل ْاْل َْر‬


ِ ‫ « لَو ُكْنت مت‬:‫ال‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه‬
َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬ ِ ِ ِ
‫ض‬ ُ ُ ْ ‫ َعن النِ ِي‬، ‫َع ْن َعْبد هللا‬
َ ‫َّب‬
» ِ‫يل هللا‬ِ ِ ‫ ولَكِن‬،‫خلِ ايًل ََل ََّّتَ ْذت ابن أَِِب قُحافَةَ خلِ ايًل‬
ُ ‫صاحبُ ُك ْم َخل‬
َ ْ َ َ َ َْ ُ َ

“Dari Abdullah, dari Nabi Saw. katanya: kalau sekiranya aku menjadikan kekasih
diantara penduduk bumi, pasti aku akan menjadikan Ibnu Abi Kuhafah sebagai
kekasih, akan tetapi sahabat kalian itu kekasih Allah”.3

Tajrih dan Ta’dil di Masa Sahabat


Bayak berita-berita mengenai ta’dil dan tajrih sebagian tabi’in dari
sahabat,menurut Nuruddin ‘Itr karakteristik berita mengena tabiin sebelum masa

2
Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, Turki: 1334 H, Dar al Thaba’ah al ‘Amirah, vol.12, hal. 3.
3
Ibid. Vol. 7. Hal.158.

3
fitnah di jaman khalifah Utsman bin Affan itu ta’dil, kemudian muncul jarah
setelah masa itu. Hal ini sebagaimana yang diucapkan oleh al Imam Muhamad bin
Sirin -salah seorang tabiil yang mulia- katanya:

‫ فيُنظر إىل حديث‬,‫ مسوا لنا رجالكم‬:‫ قالوا‬,‫مل يكونوا يسألون عن لإلسناد فلما وقعت الفتنة‬

.‫ فًل يؤخذ حديثهم‬,‫ و ينظر إىل إهل البدع‬,‫أهل السنة فيؤخذ حديثهم‬

“ Dulu ketika terjadi fitnah mereka tidak heti-hentiya bertanya mengenai


perkara sanad-sanad, mereka berkata: orang-prang diantara kalian telah meracuni
kami, maka diperiksa hadits dari ahli sunnah dan diambil hadits mereka, dan
diperiksa ahli bid’ah, maka tidak diterima hadits mereka.”4

Dari pernyataan Imam Muhamad bin Sirin dapat disimpulkan bahwa


sebelum terjaddi zaman fitnah dimana mereka membuat hadits palsu untuk
kepentingan politik -misalnya- para sahabat dan tabi’in5

Tidak akan tergambar pada akal kita kalau para sahabat yang telah begitu
besar pengurbanannya dalam rangka menegakkan Islam, kemudian berdusta atas
nama Rasul dengan jalan membuat hadits palsu. Bukankah mereka telah
mengorbankan jiwa raga dan harta benda? Bukankah mereka telah berhijrah
meninggalkan sanak keluarga dan kampung halaman semata-mata untuk
menempuh jalan Allah Swt.? Bukankkah mereka telah mengurbankan jiwa
ragannya untuk mendapat kasih cinta Allah? Bagaimana mungkin mereka dituduh
membuat hadits palsu padahal telah cukup jelas bagi mereka peringatan Rasulullah
Saw.:

‫ب َعلَ َّي فَلْيَ تَ بَ َّوأْ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬


َ ‫َم ْن َك َذ‬

4
Nurrudin ‘Itr, Ushul al Jarhi wa al Ta’dil wa ‘Ilmi al Rijal, Damaskus: 2019, hal. 26.
5
Mustafa al Siba’i, al Hadits Sebagai Sumber Hukum, Bandung: 1979, Diponegoro, hal. 117.

4
“Barangsiapa yang berdusta maka ia telah bersedia menempati tempat
duduknya dari neraka”(HR al Bukhari)

Dari tarikh para sahabat di masa hidup Rasulullah Saw. atau setelah beliau
wafat dapat diketahui betapa cermat dan dan hati-hatinya meneliti dan
menyebarkan hadis, hingga tak segan dan tak takut menegur bila melihat atau
medengar ada yang menyalahi sunah Nabi.

Berikut contoh tajrih sahabat Ibnu umar yang menentang al Hajaj 6 yang
dikisahkan oleh al Dzahabi. Ibnu Umar pernah menentang al Hajaj yang sedang
berkhutbah. Ibnu Umar berdiri dan berkata dengan nyaring: “Engkau musuh Allah!
Engkau telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, merusak Baitullah
dan membunuh kekasih Allah (sahabat)”7

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, beliau
menceritakan, "Pernah suatu ketika Umar mengikut sertakan diriku pada majelisnya ahli
Badar. Maka seolaholah mereka tidak senang dengan kehadiranku, lalu ada yang bertanya
padanya, "Kenapa engkau bawa serta anak ini, kami juga mempunyai anak-anak yang
sebaya dengannya? Umar menjawab, "Seperti yang kalian lihat". Pada suatu hari beliau
mengajakku lalu memasukan diriku pada majelisnya mereka kembali. Dan tidaklah aku
memahami kecuali kalau beliau mengajak ketika itu untuk membuktikan pada mereka,
beliau lalu bertanya pada majelis, "Apa yang kalian ketahui tentang maksud firman Allah
tabaraka wa ta'ala:

ْ َ‫إِ َذا َجاءَ ن‬


‫ص ُر هللا والفتح‬

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". (QS anNashr: 1).

Kemudian ada sebagian mereka yang berkata, "Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
menyuruh kita untuk memuji -Nya serta meminta ampunan apabila kita di anugerahi
kemenangan dan di taklukan Makah bagi kita". Dan sebagian lagi diam tidak berbicara

6
Al Hajaj dikenal seorang tabi’in yang diangkat jadi panglima an walikota Madinah oleh Yazid bin
Mu’awiyyah, ia dikenal sebagai penguasa yang kejam dan pernah merusak Baitullah. Pada
peristiwa perusakan Ka’bah itu Abdullah bin Al Zubair gugur karena ulahnya.
7
Mustafa al Siba’i, al Hadits Sebagai Sumber Hukum, Bandung: 1979, Diponegoro, hal. 121.

5
sedikitpun, kemudian umar mengajukan pertanyaanya padaku, "Apakah seperti itu
pendapatmu wahai Ibnu Abbas? Aku jawab, "Bukan". Terus bagaimana maksudnya,
tanyanya lagi. Aku jawab, "Itu adalah tanda sudah dekatnya ajal Rasulallah Shalallahu
'alaihi wa sallam yang Allah Shubhanahu wa ta’alla kabarkan padanya. Sebagaimana
firman -Nya:

ْ َ‫إِذَا َجاءَ ن‬
‫ص ُر هللا والفتح‬

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". (QS anNashr: 1).

Itu adalah tanda sudah dekatnya kematianmu, maka:

‫استَ غْ ِف ْرهُ إِنَّهُ َكا َن تَ َّوابا‬ ِ


َ ‫فَ َسبيِ ْح ِِبَ ْمد َربِي‬
ْ ‫ك َو‬
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunkepada -Nya.
Sesungguhnya -Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS an-Nashr: 3).

Kemudian Umar mengomentari, "Tidaklah aku mengetahui dari ayat ini melainkan
seperti apa yang engkau katakan". HR Bukhari no: 4970

Dalam kesempatan lain Umar bin Khatab pernah ditanya oleh para Muhajirin,
“Kenapa anda tidak mengajak anak-anak kami bermajelis sebagaimana anda mengajak
Ibnu Abbas”. Umar menjawab: “Dia anak yang cerdas, dirinya sangat kritis dan cepat
tanggap dan mengerti”

Tajrih dan Ta’dil di Masa Tabi’in


Menurut Nuruddin ‘Itr pada tajrih zaman tabi’in relatif sedikit dikarena
dekatnya mereka dengan zaman Nabi Saw. dalam artian lain mereka dididik oleh
murid terbaik Rasulullah, yaitu para sahabat. umumnya kedo’ifan sebagian tabi’in
itu disebabkan melakukan perbuatan bid’ah seperti khawarij dan khawarij, atau
karena su’u al hifdzi (buruk hafalan), dan banyak salah, dan jahalah (tidak diketahui
riwayat hidupnya). Menurut al Dzhabi, orang yang pertama kali menjarah dan
menta’dil setelah masa sahabat-dan sebelum masa habis masa sahabat- adalah al
Sya’bi dan Ibnu Sirin.8

8
Nurrudin ‘Itr, Ushul al Jarhi wa al Ta’dil wa ‘Ilmi al Rijal, Damaskus: 2019, Dar al Minhaj, hal. 26.

6
1. Contoh peristiwa tajrih di masa Tabi’in

al Harits bin Abdullah al A’war al Hamdani al kharifi, Abu Zuhair al Kufi al Huti.
Berkata Abu Ishaq dan Ali al Madini mengatakan: “Kadzdzab”, kata al Hafidz: al
Sya’bi memandang dusta ro’yunya, dia dianggap syi’ah, dan pada hadisnya terdapat
kedla’ifan. Kata al Dzahabi: Syi’iyyun liynun.al Nasa’i mengatakan : laisa bi al
Qowi.

2. Contoh peristiwa ta’dil di masa tabi’in

salah satu contoh ta’dil di masa tabi’in ialah ta’dil yang disematkan kepada Sa’id
bin al Musayyab sebagai berikut:

‫قال انفع عن ابن عمر هو وهللا أحد املتقنني وعن عمرو بن ميمون بن مهران عن أبيه قال‬

‫قدمت املدينة فسألت عن أعلم أهل املدينة فدفعت إىل سعيد بن املسيب وقال قتادة ما‬

‫رأيت أحدا قط أعلم بحلًلل واحلرام منه‬

“Nafi’ pernah berkata dari Ibnu Umar Dia (Said bin al Musayyab) demi Allah
termasuk orang yang takwa, dari Amr bin Maimun bin Mihran dari
bapaknya,katanya: saya sampai di Madinah, lalu aku bertanya kepada penduduk
Madinah yang paling pintar, maka aku meyodorkan kepada Sa’id bin al Musayyab,
dan Qatadah berkata aku tidak mengetahui seseorag yang lebih tau mengenai halal
dan haram darinya (yakni dari Sa’id bin al Musayyab)”9

9
Ibnu Hajar al Ashqolani, Tahdzib al Tahdzib, India: 1326 H, Dairah al ma’arif al Nadlamiyyah, vol.
IV, Hal. 84-85.

7
BAB III
KESIMPULAN
Pada zaman Nabi nabi pernah menjarah salah seorang khotib dengan label
khotib yang buruk, dan ta’dil beliau kepada Abu Bakar al Shidiq. Pada zaman
sahabat munculnya tajrih dan ta’dil setelah masa fitnah, dan pada zaman tabi’in
tajrih terhadap sebagian tabi’in relatif sedikit dikarenakan mereka dekat dengan
zaman Rasulullah dan dididik langsug oleh murid terbaik beliau.

8
DAFTAR PUSTAKA
Al Ashqolani, Ibnu Hajar, Tahdzib al Tahdzib, India: 1326 H, Dairah al ma’arif al
Nadlamiyyah.

Al Siba’i, Mustafa, al Hadits Sebagai Sumber Hukum, Bandung: 1979,


Diponegoro

Hajaj, Muslim, Shahih Muslim, Turki: 1334 H, Dar al Thaba’ah al ‘Amirah.

‘Itr, Nurrudin, Ushul al Jarhi wa al Ta’dil wa ‘Ilmi al Rijal, Damaskus: 2019, Dar
al Minhaj.

Anda mungkin juga menyukai