Anda di halaman 1dari 3

Al-Mualaqot Ad-Dauliah

Makalah Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Mata kuliah: Filsafat

Dosen Pembimbing: KH. Sayfudin Zuhri,Lc. MA.

Disusun Oleh:

1. Ahmad Khoirunnasikin : 40020002


2. M. Aly Hadzik : 40020022

PROGRAM STUDI TAFSIR WA ULUMUHU

MA’HAD ALY AL-IMAN BULUS PURWOREJO

PURWOREJO

1442 H
I. PENDAHULUAN

Dalam sejumlah catatan sejarah Islam, generasi kita masih disuguhkan penaklukkan-
penaklukkan dan perang-perang yang dilakukan oleh para pemimpin Muslim sejak zaman
Rasulullah Muhammad SAW. Materi ini sedikit banyak membangun persepsi dan mindset bahwa
sejarah Islam dalam membangun peradabannya identik dengan perang, padahal penemuan-
penemuan berbasis sains dan teknologi telah dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Muslim.

II. RUMUSAN MASALAH

a) Memahami Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin.


b) Menolak statemen islam adalah agama perang.

III. PEMBAHASAN

Dianjurkan dalam sebuah buku tentang akidah Islam, untuk difahami dasar-dasar literatur yang
dipelajari Muslim dari kitab mereka dalam berurusan dengan umat lain. Dalam hal ini bahwa semua
transaksi internasional didasarkan pada perjanjian dan tujuan yang baik.
Dalam beberapa ayat al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk memenuhi janji. Allah
berfirman dalam surat al-Isa’ yang artinya “Penuhi perjanjian, sesungguhnya perjanjian dimintai
pertanggungjawaban”. Kemudian di dalam surat al-Baqarah ayat 177 disebutkan ciri-ciri orng
mukmin yaitu menepati janji. Dan dia membuat jalan keluar dari keutamaan kesetiaan seperti jalan
keluar dari kebajikan seluruh umat manusia, dalam al-Qur’an dikatakan “

‫ب فَ َشِّر ْد هِبِ ْم َّم ْن َخ ْل َف ُه ْم لَ َعلَّ ُه ْم يَ َّذ َّك ُر ْو َن َواَِّما خَتَافَ َّن ِم ْن‬ ِ ‫ب ِعْن َد ال ٰلّ ِه الَّ ِذيْن َك َفروا َفهم اَل يْؤ ِمُنو ۖنَ فَاِ َّما َت ْث َق َفنَّهم ىِف احْل ر‬
َْ ُْ ْ ُ ْ ُ ُْ َ ِّ ۤ‫َّوا‬ ِ
َ ‫ا َّن َشَّر الد‬
ِ َّ ‫ب اخْل اۤ ِٕىنِ ࣖ الَّ ِذين عاه ْد‬ ِ ٰ ِ ِ ۢ ِ ٍ
‫ض ْو َن َع ْه َد ُه ْم يِف ْ ُك ِّل َمَّر ٍة َّو ُه ْم اَل َيَّت ُق ْو َن‬ ُ ‫ت مْن ُه ْم مُثَّ َيْن ُق‬ َ َ َْ َ ‫َق ْوم خيَانَةً فَا ْنبِ ْذ الَْي ِه ْم َع ٰلى َس َواۤ ۗ ٍء ا َّن اللّهَ اَل حُي ُّ َ نْي‬

Kaum musyrik melakukan penghianatan lebih dari sekali, hal ini termaktub dalam al-
Quran surah at-Taubah yang berbunyi:
ٰ ِ ِ َ‫َكيف ي ُكو ُن لِْلم ْش ِركِ عه ٌد ِعْن َد ال ٰلّ ِه و ِعْن َد رسولِهٖٓ اِاَّل الَّ ِذين عاه ْدمُّت ِعْن َد الْمس ِج ِد احْل را ۚ ِم فَما است َقاموا لَ ُكم ف‬
َ‫استَقْي ُم ْوا هَلُ ْمۗا َّن اللّه‬
ْ ْ ْ ُ َ ْ َ ََ َْ ْ َ َ َْ ُْ َ َ ْ َ َ ‫ْ َ َ ْ ُ نْي‬

َ‫ض ْونَ ُك ْم بِاَْف َو ِاه ِه ْم َوتَْأىٰب ُقلُ ْوبُ ُه ۚ ْم َواَ ْكَثُر ُه ْم ٰف ِس ُق ْو ۚن‬ ِ ِ ِ ِ ‫ب الْمت َِّق َكي‬ ِ
ُ ‫ف َوا ْن يَّظْ َه ُر ْوا َعلَْي ُك ْم اَل َيْر ُقُب ْوا فْي ُك ْم ااًّل َّواَل ذ َّمةً ۗيُْر‬
َ ْ َ ‫حُي ُّ ُ نْي‬

Namun, Al-Qur'an memerintahkan pengikutnya untuk memperlakukan pengkhianat dengan


perbuatan yang sama, dan tidak melecehkan bahkan menindas mereka. Di sasmping itu al-
Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk bersabar hal ini dinas dalam surat an-Nahl ayat
126 yang berbunyi:
ِ ِ‫ِ مِب‬ ِ
‫لصرِبِ يْ َن‬ َ ‫َوا ْن َعا َقْبتُ ْم َف َعاقُب ْوا ثْ ِل َما ُع ْوقْبتُ ْم بِهٖۗ َولَ ِٕى ْن‬
ّٰ ِّ‫صَب ْرمُتْ هَلَُو َخْيٌر ل‬
Dalam perrjanjian hudaibiyyah terjadi kesepakatan antara kaum muslimin dan kamum
musyrikin. Dan pada sebuah cerita “ada seorang yang dikirim untuk menghadap Nabi, kemudian
orang tersebut tertarik dengan islam, berkatalah ia: wahai Nabi aku tertarik untuk masuk agama
islam, kembalilah kepada kaummu; jawab Nabi saw”. Hal ini menjadikan bukti bahwa Nabi
tidak melanggar perjanjian, walaupun pada saat itu kaum musyrikin melanggar janji mereka.
Lebih dari itu ditemukan beberapa riwayat mengenai menepati janji (riwayat sebelumya
adalah perjanjian antara seseorang dalam keadaan paksaan), seperti yang tercantum dalam hadits
Hudhaifa ibn al-Yaman, di mana dia berkata: Apa yang mencegah saya untuk menyaksikanm
bulan purnama kecuali saya dan ayah saya, al-Hasil. dilarang pergi oleh orang-orang kafir
Quraisy, mereka berkata: Sungguh kalian berdua ingin menemui Muhammad? Kami berkata:
Kami hanya menginginkan Madinah. Kami pun menceritakan kepada nabi akan kejadian
tersebut, Nabi pun bersabda
”‫“ انصرفا نفي هلم بعهدهم ونستعني اهلل عليهم‬
Jika janji dibatsi dengan waktu maka al-Qur’an juga mewajibkan untuk menyelesaikan sampai
batas waktunya. Hal ini dibuktikan dalam surat at-Tubah ayat 3-4.
Ada satu statemen yang menyatakn bahwasanya agama Islam merupakan agama perang
penyebaranya melalui jalur pertumpahan darah. Padahal al-Qur’an sendiri menyebutkan untuk
berperang dalam keadaan tertentu.
Sesungguhnya islam tumbuh diantara negaranegara yang memeranginya. Orang-orang
Muslim diperintahkan untuk berperang melawan musuhnya tanpa adanya rasa permusuhan. dan
Arab adalah sebuah pulau dalam arti politik, bukan hanya dalam arti geografis saja.
Pemipin negara-negara itu adalah para pemilik otoritas yang berpaling dari jalan tuhan
untuk mempertahankan otoritas tahta, mengekstraksi keuntungan mereka sekaligus untuk
memperpanjang periode otoritas mereka, Mereka tidak mengacu pada argumen dan pernyataan
al-Quran akan tetapi mereka lebih mengedepankan perang.
Al-Qur’an tidak memerintahkan untuk memerangi mereka sampai masuk islam. Dengan
bukti historinya adalah dizaman kita terdapat ajakan kebaikan tanpa adanya paksaan.

IV. KESIMPULAN
Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin bebas dari peperangan dan kekerasan. Maka jika ada golongan yang
membawa islam dengan peperangan maka perlu dipertanyakan keislamanya.

Anda mungkin juga menyukai