Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jum’at 22 Maret 2024

Hikmah & Berkah Perang Badar, Sebuah Optimisme di Bulan Ramadhan

Khutbah I

‫ َو َع ٰلى‬،‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َخي هْر ْاْلَن هَام‬ َ ‫ص ََلة ُ َوالس َََّل ُم َع ٰلى‬ َّ ‫وال‬، َ ‫اْلس ََْل هم‬ ‫ان َو ْ ه‬ ‫هي أَ ْن َع َمنَا هب هن ْع َم هة ْ ه‬
‫اْل ْي َم ه‬ ْ ‫لِل الَّذ‬
‫اَ ْل َح ْمدُ ه ه‬
َ ‫س ََل ُم َوأ َ ْش َهدُ اَ َّن‬
ُ‫س هيدَنَا َو َح هب ْيبَنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُه‬ َّ ‫س ال‬ُ ‫ أَ ْش َهدُ اَ ْن َْل ا ٰهلهَ ا َّهْل هللاُ ْال َم هلكُ ْالقُد ُّْو‬،‫ص َحا هب هه ْال هك َر هام‬ ْ َ‫ٰا هل هه َوأ‬
:ُ‫ أَ َّما بَ ْعد‬، ‫اْل ْحته َرام‬ ‫ف َو ْ ه‬ َّ ‫ب ال‬
‫ش َر ه‬ ُ ‫اح‬ ‫ص ه‬ َ ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫َو َر‬
َ
‫ َوا ْشكُ ُر ْوهُ َعلَى َما َهدَاكُ ْم هل ه‬, َ‫ّٰللا َح َّق تُقَاته هه َو َْل تَ ُم ْوت ُ َّن ا َّهْل َوأ ْنت ُ ْم ُم ْس هل ُم ْون‬
،‫إل ْسَلَ هم‬ َ ‫ اهتَّقُوا ه‬, َ‫فَ َياأَيُّ َها ال ُمؤْ همنُ ْون‬
ْ
‫سو ٌل هم ْن‬ ُ ‫ لَقَ ْد َجا ٓ َء ُك ْم َر‬: ‫ قَا َل تَعَالَى‬.‫ َو َجعَلَ ُك ْم هم ْن أ ُ َّم هة ذَ هوى اْْل َ ْر َح هام‬،‫اْل ْنعَ هام‬ ‫ض هل َو ه‬ ْ َ‫َوأَ ْوْلَ ُك ْم همنَ ْالف‬
‫وف َّر هحي ٌم‬ ٌ ‫يص َعلَ ْي ُكم هب ْٱل ُمؤْ همنهينَ َر ُء‬ ٌ ‫ت َح هر‬ ُّ ‫علَ ْي هه َما َع هن‬ َ ‫يز‬ ٌ ‫أَنفُ هس ُك ْم َع هز‬
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt, jamaah sholat Jum’at Masjid Jami A-Hikmah, puji dan
syukur kita persembahkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmatnya yang senantiasa
diberikan kepada hamba-hambanya sehingga kita bisa menjalankan ibadah sholat Jum’at
berjamaah bersamaan dengan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Sumber keteladanan, manusia
yang paling mulia di muka bumi ini. Dan sama-sama kita berharap semoga di yaumil akhir kelak,
kita semua berada dalam satu barisan, mendapatkan syafaat dari beliau Rasulullah SAW.
Kaum muslimin rohimakumullah, bulan Ramadhan ini mengingatkan kita pada sebuah peristiwa
agung, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 hijriah yaitu Ghazwah Badar Kubra atau
Perang Badar, dimana dalam kondisi berpuasa, prajurit muslim yang berjumlah 313 orang, 70 unta
dan 2 ekor kuda berhadapan dengan Kafir Quraisy yang berjumlah 1000 prajurit, 600 menggunakan
baju besi, 700 unta dan 100 kuda. Sebuah perbandingan yang tidak masuk akal untuk meraih
kemenangan.
Tetapi Rasulullah mampu membakar semangat kaum Muslimin. Rasa optimis akan kemenangan
menjadi salah satu kunci kemenangan kaum Muslimin kala itu. Allah Swt berfirman dalam surah Ali
Imran ayat 123:

َ‫ٱلِل لَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬ ۟ ُ‫ٱلِلُ بهبَد ٍْر َوأَنت ُ ْم أَذهلَّةٌ ۖ فَٱتَّق‬


َ َّ ‫وا‬ َ َ‫َولَقَ ْد ن‬
َّ ‫ص َر ُك ُم‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menolongmu dalam peperangan Badar. Padahal, kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah. Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah agar kamu
mensyukuri-Nya.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, masih di bulan Ramadhan tepatnya pada tahun ke 5 hijriah
Mari kita bayangkan bagaimana perjuangan Rasulullah dalam perang Khandak, padahal Kaum
Makkah saat itu membawa pasukan yang sangat besar. 1000 pasukan muslim menghadapi 10.000
ahzab atau koalisi kabilah-kabilah dari makkah. Lagi-lagi perasaan optimis telah membakar
semangat kaum muslimin kala itu untuk meraih kemenangan. Dalam kondisi berpuasa mereka
menggali Khandaq atau Parit yang mengelilingi kota Madinah, atas ide sahabat Salman Al-Farisi,
setiap 10 orang menggali parit sepanjangn 40 meter, dengan lebar 4,6 meter dan dalam 3,3 meter
setelah 6-10 hari berhasil digali parit sepanjang 5,5 km. Hingga akhirnya pecah perang khandaq
dibulan Syawal dan berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.
Sikap optimis inilah yang selalu dimiliki oleh Para sahabat ketika membersamai Rasulullah SAW.
Dalam setiap keputusan, atau setiap peperangan besar yang diikuti, dengan rasa optimisme tinggi
bersarang dalam hati, tumbuh satu tekad di sanubari para sahabat : hidup mulia atau mati syahid.
Kita lihat lagi bagaimana dahsyatnya optimisme yang dimiliki para generasi pasca-sahabat. Warisan
ini telah dipraktikkan dengan elegan oleh Bani Umayah dan Abbasiyah, walaupun di kemudian hari,
optimisme kaum muslimin mulai surut akibat lebih mementingkan ego dan materi yang telah mampu
mengalahkan sifat optimisme.
Dunia pun kemudian memuji bagaimana optimismenya Shalahuddin Al Ayyubi dan sultan
Muhammad Alfatih membela dan menguatkan Islam. Bahwa Islam sejatinya adalah agama yang
mengajarkan nilai optimisme dalam menyongsong setiap sendi kehidupan.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT, Dalam sejarah Islam tercatat bahwa ada ruang kosong
yang kurang dimanfaatkan kaum Muslimin untuk memupuk semangat optimisme. Menurut Syekh
Ramadhan Buthi, ruang kosong itu adalah membangkitkan kembali ilmu pengetahuan sebagaimana
masa Umayah dan Abbasiyah. Rasa optimisme itu justru diambil oleh orang-orang barat melalui
semangat menuntut ilmu pengetahuan. Padahal agama itu berlandaskan Iman, Islam dan Ihsan.
Optimisme itu sendiri adalah bagian dari praktik nilai ihsan. Oleh karenanya dalam suasana bulan
Ramadhan ini, kita harus membangkitkan kembali optimisme Rasululullah Saw. Kita ingat kembali
kepada hadits yang mengajarkan bagaimana pentingnya rasa optimis:

‫ّٰللاُ تَعَالَى أَنَا‬


َّ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – « يَقُو ُل‬ ُّ ‫َع ْن أَبهى ه َُري َْرة َ – رضى هللا عنه – قَا َل قَا َل النَّبه‬
‫ َو هإ ْن ذَ َك َرنهى فهى‬، ‫ فَإه ْن ذَ َك َرنهى فهى نَ ْف هس هه ذَ َك ْرتُهُ فهى نَ ْفسهى‬، ‫ َوأَنَا َم َعهُ إهذَا ذَ َك َرنهى‬، ‫ظ هن َع ْبدهى هبى‬ َ َ‫هع ْند‬
َّ َ‫ب إهل‬
ُ‫ى ذ َهرا ًعا تَقَ َّربْت‬ َ ‫ َوإه ْن تَقَ َّر‬، ‫ى به هشب ٍْر تَقَ َّربْتُ إهلَ ْي هه ذ َهرا ًعا‬َّ َ‫ب إهل‬ ٍ ‫أل ذَ َك ْرتُهُ فهى َم‬
َ ‫ َوإه ْن تَقَ َّر‬، ‫أل َخي ٍْر هم ْن ُه ْم‬ ٍ ‫َم‬
ً‫ َو هإ ْن أَتَا هنى َي ْمشهى أَتَ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬، ‫هإلَ ْي هه َبا ًعا‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika
ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada
pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang
kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari
no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Swt, Kita pun bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah
menarik dan inspiratif dalam Al-Qur'an tentang kedahsyatan optimisme. Diantaranya adalah kisah
Nabi Daud bersama Pasukan Thalut melawan Raksasa Jalut dalam surah Al-Baqarah : 249

َّ ٰ ‫ٱلِلُ َم َع ٱل‬
َ‫صبه هرين‬ ‫ير ًۢةً بهإه ْذ هن َّ ه‬
َّ ‫ٱلِل ۗ َو‬ َ ‫ت فهئَةً َكثه‬
ْ َ‫ٱلِل َكم همن فهئَ ٍة قَ هليلَ ٍة َغلَب‬ ۟ ُ‫ظنُّونَ أَنَّ ُهم ُّم ٰلَق‬
‫وا َّ ه‬ ُ َ‫قَا َل ٱلَّذهينَ ي‬
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi
golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar".
Pasukan Thalut yang berjumlah 300 orang bisa mengalahkan 8000 pasukan Jalut, ini adalah buah
dari izin Allah SWT dibarengi dengan rasa optimisme yang tinggi. Begitupula kita simak kisah Nabi
Yunus yang ditelan hiu, kisah Nabi Zakaria yang berdoa kepada Allah diusianya yang senja agar
dikaruniai seorang anak, Kisah Nabi Ibrahim yang selalu optimis menghadapi rintangan, dan juga
bagaimana optimisnya Nabi Nuh dalam berdakwah walaupun hanya segelintir orang yang
beriman. Nilai-nilai optimisme harus kembali disemai pada umat Islam hari ini. Orang tua harus
mendorong anaknya belajar dengan perasaan optimis. Mencari nafkah sebagai bagian dari ibadah
harus dilihat dalam kacamata optimisme bahwa Allah Maha Rahman dan Rahim. Optimisme kaum
terdahulu harus menjadi contoh untuk masyarakat Islam hari ini. Termasuk optimisme pemimpin
dalam merealisasikan apa yang sudah dijanjikan kepada masyarakat, kita doakan para pemimpin
kita semoga bisa memimpin dengan baik, jujur dan adil membawa negara ini menjadi baldatun
tayyibatun wa rabbun ghafur.
Maasyiral muslimin rahimakumullah, mari kita tetap berjuang untuk melakukan kebaikan-kebaikan
sebagai bentuk ibadah paling mulia, selalu optimis dan jangan pernah berputus asa. Surah Al- Hijr
ayat 56 harus menjadi perenungan bagi kita:

َ‫ط هم ْن َّر ْح َم هة َر هبهِ ا َّهْل الض َّۤالُّ ْون‬


ُ َ‫َو َم ْن يَّ ْقن‬
Artinya: “Dan tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang
sesat. “
‫ت َوال هذ ْك هر ْال َح هكي هْم‪َ ،‬وتَقَبَ َّل هللاُ‬‫آن ْالعَ هظي هْم‪َ ،‬ونَفَعَنه ْي َوإهيَّا ُك ْم به َما فه ْي هه همنَ اْآليَا ه‬ ‫اركَ هللاُ هل ْي َولَ ُك ْم فهي ْالقُ ْر ه‬ ‫بَ َ‬
‫هللا ْال َع هظي َْم هل ْي َولَ ُك ْم َو هل َ‬
‫سا هئ هر‬ ‫هم هن ْي َو هم ْن ُك ْم هتَلَ َوتَهُ‪ ،‬هإنَّهُ ه َُو الس هَّم ْي ُع ْال َع هل ْي ُم‪ ،‬أَقُ ْو ُل قَ ْو هل ْي هَذَا َوأَ ْستَ ْغ هف ُر َ‬
‫ت فَا ْستَ ْغ هف ُر ْوهُ هإنهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر الر هحي هْم‬ ‫ْال ُم ْس هل هميْنَ َو ْال ُم ْس هل َما ه‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ص َحابه هه أَ ْه هل ْال َوفَا‪.‬‬ ‫طفَى‪َ ،‬و َعلَى ٰا هل هه َوأَ ْ‬ ‫ص َ‬ ‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُم ْ‬ ‫س هل ُم َعلَى َ‬ ‫ص هل ْي َوأ ُ َ‬ ‫لِل َو َكفَى‪َ ،‬وأ ُ َ‬ ‫اَ ْل َح ْمد ُ ه ه‬
‫س ْولُهُ أَ َّما َب ْعدُ‪،‬‬ ‫س هيدَنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫أَ ْش َهدُ أَ ْن َّْل هإ ٰلهَ هإ َّْل هللاُ َو ْحدَهُ َْل ش هَريْكَ لَهُ‪َ ،‬وأ َ ْش َهدُ أَ َّن َ‬
‫هي هبتَ ْق َوى هللاه ْال َع هلي ه ْال َع هظي هْم َوا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ أَ َم َركُ ْم هبأ َ ْم ٍر َع هظي ٍْم‪،‬‬ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْفس ْ‬ ‫فَيَا أَيُّ َها ْال ُم ْس هل ُم ْونَ ‪ ،‬أ ُ ْو ه‬
‫صلُّونَ َعلَى النَّبهي ه‪،‬‬ ‫ص ََلةه َوالس َََّل هم َعلَى نَبهيه هه ْال َك هري هْم فَقَالَ‪ :‬إه َّن هللاَ َو َم ََلئه َكتَهُ يُ َ‬ ‫أَ َم َر ُك ْم بهال َّ‬
‫س هل ُموا تَ ْس هلي ًما‪،‬‬‫صلُّوا َعلَ ْي هه َو َ‬ ‫يَا أَيُّ َها الَّذهينَ آ َمنُوا َ‬
‫صلَّيْتَ َعلَى َ‬
‫سيه هدنَا إهب َْرا ههي َْم‬ ‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫علَى ٰا هل َ‬ ‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص هل َعلَى َ‬ ‫اَلله ُه َّم َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى َ‬
‫سيه هدنَا‬ ‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َب َ‬‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰا هل َ‬ ‫ار ْك َعلَى َ‬ ‫س هي هدنَا هإب َْرا ههي َْم َو َب ه‬ ‫َو َعلَى ٰا هل َ‬
‫هإب َْرا ههي َْم‬
‫سيه هدنَا إهب َْرا ههي َْم‪ ،‬فه ْي ْالعَالَ هميْنَ إهنَّكَ َح هم ْيدٌ َم هج ْيدٌ‬ ‫َو َعلَى ٰا هل َ‬
‫اء هم ْن ُه ْم َو ْاْل َ ْم َواته‪،‬‬‫ت ْاْل َ ْح َي ه‬ ‫وال ُمؤْ همنهيْنَ َو ْال ُمؤْ همنَا ه‬‫ت ْ‬ ‫اَلله ُه َّم ا ْغ هف ْر هل ْل ُم ْس هل هميْنَ َو ْال ُم ْس هل َما ه‬
‫شدَائهدَ‬ ‫ف ْال ُم ْختَ هلفَةَ َوال َّ‬ ‫سيُ ْو َ‬‫ي َوال ُّ‬ ‫اَلله ُه َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَ ََل َء َو ْالغ َََل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَ ْحشَا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َ‬
‫ان ْال ُم ْس هل هميْنَ َعا َّمةً‪ ،‬هإنَّكَ َعلَى ُك هل‬ ‫صةً َو هم ْن بُ ْلدَ ه‬ ‫طنَ ‪ ،‬هم ْن َبلَ هدنَا ٰهذَا خَا َّ‬ ‫ظ َه َر هم ْن َها َو َما َب َ‬ ‫َو ْال هم َحنَ ‪َ ،‬ما َ‬
‫َيءٍ قَ هدي ٌْر‪.‬‬ ‫ش ْ‬
‫اب النَّ ه‬
‫ار‪.‬‬ ‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوقهنَا َ‬ ‫اآلخ َرةه َح َ‬‫سنَةً َوفهي ه‬ ‫َربَّنَا آتهنَا فهي الدُّ ْنيَا َح َ‬
‫َآء َو ْال ُمن َك هر َو ْال َب ْغي ه‬ ‫آئ ذهي ْالقُ ْر َبى َو َي ْن َهى َع هن ْالفَ ْحش ه‬ ‫ان َو هإيتَ ه‬ ‫س ه‬ ‫هللا َيأْ ُم ُر ُك ْم هب ْال َع ْد هل َواْ هْل ْح َ‬
‫هللا‪ ،‬هإ َّن َ‬ ‫هع َبادَ ه‬
‫ع ْوهُ يَ ْستَ هجبْ لَكُ ْم َولَ هذ ْك ُر هللاه أَ ْكبَ ُر‬ ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ ‪ .‬فَا ْذ ُك ُروا هللاَ ْالعَ هظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْد ُ‬ ‫يَ هع ُ‬

Anda mungkin juga menyukai