Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HIDANGAN YANG DIMINTA OLEH HAWARIYYUN


Mata”Kuliah”: Dakhil Wa Isra’iliyat
Dosen”Pengampu”:Hepni Putra,Lc.,M.Ag.

Oleh:
Muhammad”Naseh (12109065)

PROGRAM”STUDI”ILMU”AL-QUR’AN”TAFSIR

““““““““““FAKULTAS”USHULUDDIN”ADAB”DAN”DAKWAH

““““““““““INSTITUT”AGAMA”ISLAM”NEGERI”PONTIANAK

“““““““““““““““““““““““““““““2022/2023
KATA”PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt, yang mana atas berkat segala bentuk nikmatnya
pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa
sholawat serta salam selalu kita curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Pada
kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada dosen
pengampu makul Dakhil Wa Isra’iliyat , sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memenuhi tugas kami sebagai pemakalah.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak sekali kesalahan ataupun
kekurangan, Kami selaku pemakalah menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini,
apalagi jika itu terkait dengan makalah yang kami buat tentu masih sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu masukan dan saran sangat kami butuhkan demi melengkapi maka lah ini untuk
kedepannya dan semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi kami dan pembaca makalah ini.

Pontianak”26”Desember”2022

Penulis”

i
DAFTAR”ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

C. Tujuan Masalah ................................................................................................1

BAB II ........................................................................................................................2

PEMBAHASAN ........................................................................................................2

A. Al-Hawâriyyûn (Pengikut) ...............................................................................2

B. Kisah Hidangan Yang Diminta Oleh Hawariyyin............................................3

C. Israiliyat Dalam Kisah Hidangan yang diminta oleh Hawariyyin ...................8

BAB III.....................................................................................................................11

PENUTUP ................................................................................................................11

A. KESIMPULAN ............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

ii
BAB”I

PENDAHULUAN
A. Latar”Belakang
Dalam Al-Qur`an banyak mengkisahkan tentang nabi-nabi Allah, diantaranya adalah kisah
Ulul Azmi. Tetapi Al-Qur`an tidak mengkisahkan secara detail, oleh karena itu sebagian
sahabat mengambil riwayat-riwayat yang mengkisahkan perjalanan hidup nabi-nabi terdahulu
dan kaumnya dari Ahli Kitab yang telah masuk Islam. Riwayat-riwayat tersebut dimasukkan
ke dalam kitab tafsir oleh sebagian mufassir yang menerima riwayat-riwayat tersebut. Beberapa
kisah Ulul Azmi yang terdapat Isrâiliyât di dalamnya, diantaranya adalah kisah Nabi Nuh as.,
Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., dan Nabi Isa as.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang kisah Hawariyyun Sebagaimana
disebutkan di dalam firmannya dalam surah Al Maidah, ayat 112-114

B. Rumusan”Masalah
1. Siapakah Hawariyyun
2. Kisah Tentang Hawariyyin
3. Israiliyat dalam kisah Hidangan yang diminta oleh Hawariyyin

C. Tujuan”Masalah
1. Untuk Mengetahui Tentang siapakah Hawariyyun
2. Untuk Mengetahui Kisah Tentang Hawariyyun
3. Bagaimana Israiliyat dalam kisah Hidangan yang diminta oleh Hawariyyin

1
BAB”II

PEMBAHASAN
A. Al-Hawâriyyûn (Pengikut)
Dalam berdakwah,Nabi Isa didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn,
yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-
masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku Bani
Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam Al-Quran. Kisah para
sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Mâ’idah: 111-115 dan surat Ãli-‘Imrân: 52.
Dalam surat tersebut diceritakan bahwa al-Hawâriyyûn meminta Isa untuk menurunkan
makanan dari langit. Nama surat Al-Maidah yang berarti makanan diambil karena mengandung
kisah ini. Kejadian turunnya makanan dari langit ini makin menambah ketebalan iman para
pengikut Nabi Isa.
Berdasarkan maklumat yang diperolehi dari pakar-pakar sejarawan seperti Ibnu Kathir,
Imam Qurtubi, serta kitab-kitab Qisasul Anbiya’ telah dijelaskan bahawa Nabi Isa Al-Masih
mempunyai 12 orang sahabat. Dalam Quran mereka digelar sebagai Al-Hawariyun (‫)الحواريون‬.
Masyarakat Kristian pula menggelar mereka 12 diciples. kadangkala juga disebut appostle.
Menurut Kristian, anggota Al-Hawariyun dikatakan terdiri dari pada penama-penama berikut:

• Petrus atau namanya yang sebenarnya adalah Simon


• James atau Yohannes (bukan Nabi Yahya)
John atau Yahya atau Yohannes (bukan Nabi Yahya). Terdapat segelintir pihak yang
mendebatkan tentang nama John atau Yahya ini, kerana dikatakan pada masa itu sepatutnya
tiada orang lain yang telah dewasa bernama sedimikian melainkan Nabi Yahya a.s sendiri
sebagai orang pertama dengan nama itu berdasarkan ayat ke-7 dalam surah Maryam.
• Andrew atau Andreas (diriwayatkan anak murid kepada Nabi Yahya)
• Philip (Filipus)
• Barthomew anak Talemai (Bar Talemai) (mempunyai nama gelaran yang disebut
Nathanael)

• Matthew atau Matius

2
• Thomas dalam bahasa Aramik disebut Toma, atau Didimus dalam bahasa Yunani.
• James anak Alphaeus
• Thaddeus Lebbaeus (Yudas Thaddeus)
• Simon The Cananean (Simon orang Kana’an)
• Judas Iscariot (Yudas pengkhianat)

Namun,nama-nama tersebut sebenarnya masih samar-samar disebabkan tidak ada fakta yang
benar-benar sahih yang menunjukkan nama-nama itu mewakili setiap individu Al-Hawariyun yang
sebenarnya.Kitab Injil (Bible) kini sendiri bertelagah mengenai individu Al-Hawariyyun serta
riwayat hidup mereka yang disebutkan dalam Injil-Injil Kristian.

B. Kisah Hidangan Yang Diminta Oleh Hawariyyin


ِِ ِ ِ ۤ َّ ‫اْلوا ِريُّو َن يٰعِيسى ابن مرَي هل يست ِطيع ربُّك اَ ْن يُّن ِزَل علَي نا م ۤا ِٕىدةً ِمن‬ َ َ‫اِ ْذ ق‬
َ ْ ‫الس َماء ۗقَ َال اتَّ ُقوا ٰاّللَ ا ْن ُكْن تُ ْم ُّم ْؤمن‬
‫ي ۞ قَالُْوا‬ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ََ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ََْ ‫ال‬
‫ال ِعْي َسى ابْ ُن َمْرََيَ ٰالل ُه َّم َربَّنَآ اَنْ ِزْل‬
َ َ‫الش ِه ِديْ َن ۞ ق‬
ٰ ‫ص َدقْ تَ نَا ونَ ُكو َن َعلَْي َها ِمن‬
َ ْ َ
ِ
َ ‫نُِريْ ُد اَ ْن َّنَّْ ُك َل مْن َها َوتَطْ َم ِٕى َّن قُلُ ْوبُنَا َونَ ْعلَ َم اَ ْن قَ ْد‬
ِِ ِ ِ ِ ِ ۤ َّ ‫علَي نا م ۤا ِٕىدةً ِمن‬
‫ فَ َم ْن‬, ‫ّن ُمنَ ِزُُلَا َعلَْي ُك ْم‬ َ ْ ‫ت َخ ْْيُ ٰالرِزق‬
ْ ‫ي قَ َال ٰاّللُ ا‬ َ ْ‫الس َماء تَ ُك ْو ُن لَنَا ِعْي ًدا ّلََّولنَا َواٰ ِخ ِرََن َواٰيَةً ِمن‬
َ ْ‫ك َو ْارُزقْ نَا َواَن‬ َ َ َ َْ َ
ِ ِ ِ ِ ِِ‫يَّ ْك ُفر ب ع ُد ِمْن ُكم فَا‬
َ ْ ‫ّنٓ اُ َعذبُهُ َع َذ ًاب َّّلٓ اُ َعذبُهُ اَ َح ًدا م َن الْ ٰعلَم‬
‫ي‬ ْ ْ َْ ْ
“(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata: "Wahai Isa putra Maryam!
Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?" Isa menjawab:
"Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin
memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata
benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu)". Isa putra
Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami
maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami
rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki". Allah berfirman: "Sungguh, Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu, tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah (turun
hidangan) itu, maka sungguh Aku akan mengadzabnya dengan azab yang tidak pernah Aku
timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia (seluruh alam)". (QS. Al-Mâidah [5]: 112-
115) .

3
Abu Abdillah Muhammad bin Ali at-Tirmidzi al-Hakim menyebutkan dalam kitab Nawadir
Al-Ushul karyanya: Umar bin Abi Umar menceritakan kepada kami, dia berkata: Ammar bin
Harun atsTsaqafi menceritakan kepada kami dari Zakaria bin Hakim al- Hanzhali, dari Ibnu Zaid
bin Jud‟an, dari Abi Usman An-Nahdi, dari Salman al-Farisi, dia berkata, “Ketika kaum
Hawariyyun meminta hidangan kepada Isa Putra Maryam, maka Isa pun berdiri dan
menanggalkan pakaiannya yang terbuat dari bulu domba, lalu mengenakan pakaian yang terbuat
dari kain kasar. Pakaian tersebut adalah jubbah yang terbuat dari kain kasar berwarna hitam dan
selimut yang juga berwarna hitam. Dia berdiri dan merapatkan kaki dengan kaki, tumit dengan
tumit, ibu jari dengan ibu jari, dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, seraya
menundukkan kepala dan khusyu‟ kepada Allah. Setelah itu dia membuka kedua matanya seraya
menangis, hingga air matanya membasahi jenggotnya kemudian menetes ke dadanya. Dia (Isa)
berkata, „Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaaan Engkau; beri rezekilah kami, dan
Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.‟ Allah berfirman, „Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu…‟

Lalu turunlah sufrah (tempat makanan baik yang berupa kulit maupun yang lainnya)
berwarna merah yang berputar di antara dua awan: satu di atasnya dan satu lagi di bawahnya. Saat
itu manusia menyaksiakan hal itu. Isa berkata, “Ya Allah jadikanlah ini sebagai kasih sayang dan
jangan Engkau menjadikan ini sebagai ujian. Ya Tuhanku, aku telah memohon keajaiban kepada-
Mu, kemudian keajaiban itu pun diberikan.” Hidangan itu diturunkan di hadapan Isa as., dalam
keadaan tertutup. Maka tersungkurlah Isa dalam keadaan bersujud, juga kaum Hawariyyun yang
bersamanya.

Mereka mencium bau harum yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya, Isa berkata,
„Siapakah di antara kalian yang paling gemar beribadah kepada Allah, yang paling berani
membela agamaNya, dan paling percaya kepada-Nya. Hendaklah dia membuka hidangan ini,
agar kita dapat menyantapnya. Kita harus menyebut nama Allah dan memuji-Nya atas hidangan
ini.‟ Kaum Hawariyyun berkata, “Wahai Roh Allah, engkaulah yang paling berhak untuk
melakukan itu.”

4
Isa as., kemudian berdiri dan berwudhu dengan wudhu yang baik. Setelah itu dia menunaikan
shalat dengan shalat yang baru dan memanjatkan do’a dengan banyak. Setelah itu dia duduk di
dekat meja makan dan membukanya. Ternyata di atas meja makan itu terhidang ikan bakar yang
tidak berduri. Ikan bakar itu meneteskan minyak. Di sekitarnya dibubuhkan semua jenis sayur-
sayuran kecuali bawang bakung. Di bagian kepala ikan itu terdapat garam dan cuka, sementara di
bagian ekornya terdapat lima helai roti, dimana pada roti yang pertama dilengkapi dengan buah
zaitun, roti yang kedua dilengkapi madu, roti yang ketiga dilengkapi telur, roti yang keempat
dilengkapi dengan keju, dan roti yang kelima dilengkapi dengan dendeng.

Hal itu terdengar oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka pun datang dalam keadaan
susah dan murung, untuk melihat peristiwa itu dan mereka pun menyaksikan suatu hal yang
mencengangkan. Syam’un, pemimpin kaum Hawariyyun, berkata, „Wahai Roh Allah, apakah ini
makanan penduduk dunia atau makanan penduduk surga? Isa as., berkata, “Jika setelah ini kalian
terpencar-pencar karena masalah ini, sesungguhnya hal yang paling aku takutkan adalah kalian
akan disiksa.‟ Syam‟un berkata, „Bukankah engkau tidak hendak berbuat jahat kepada tuhan-
tuhan Bani Israil.‟ Kaum Hawariyyun berkata, „Wahai Roh Allah, seandainya ada mukjizat lain
di samping mukjizat ini?”, Isa as., berkata, „Wahai ikan hiduplah engkau dengan izin Allah.‟
Maka merontalah sang ikan dalam keadaan segar seraya membuka kedua matanya, sehingga kaum
Hawariyyun pun terkejut.

Isa berkata, “Mengapa kalian meminta sesuatu, tapi jika sesuatu itu telah diberikan kepada
kalian maka kalian tidak menyukainya. Sungguh aku sangat takut kalian akan disiksa.
Sesungguhnya hidangan telah diturunkan dari langit, dan ia bukanlah jenis makanan dunia dan
bukan pula jenis makanan surga. Akan tetapi, ia adalah sesuatu yang Allah ciptakan dengan
kekuasaan-Nya yang luar biasa, dimana Dia berfirman kepadanya: „Jadilah engkau,‟ maka jadilah
sesuatu itu.

Isa berkata, “Wahai ikan, kembalilah seperti semula.” Maka ikan itu pun kembali seperti
semula, yaitu berupa ikan bakar. Kaum Hawariyyun berkata, „Wahai Roh Allah, jadilah engkau
orang pertama yang memakannya!‟ Isa berkata, “Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya
orang yang harus memakannya adalah orang yang memintanya.” Kaum Hawariyyun enggan
memakan hidangan tersebut, khawatir makanan itu akan menjadi siksaan dan fitnah. Ketika Isa
melihat hal itu, maka dia pun memanggil orang-orang yang fakir, orang-orang yang miskin, orang-

5
orang yang sakit, orang-orang yang cacat, para penderita kusta, orang-orang jompo, dan orang-
orang yang buta. Isa berkata (kepada mereka), “makanlah karunia Tuhan kalian dan permohonan
nabi kalian, dan bersyukurlah kalian kepada Allah atas hal itu. Ketenangan akan menimpa kalian
dan siksaan akan menimpa selain kalian.”

Mereka kemudian menyantap makanan itu hingga mereka (yang berjumlah tujuh ribu orang)
mengeluarkan suara sendawa karena kenyang. Selanjutnya, sembuhlah setiap orang sakit yang
memakan hidangan itu, dan kayalah setiap orang miskin yang menyantap makanan tersebut sampai
akhir hayatnya. Ketika orang-orang menyaksikan hal itu, maka mereka pun berdesak-desakan
untuk menyantapnya. Tidak ada yang kecil, besar maupun orang dewasa, tidak anak muda maupun
orangtua, tidak ada orang kaya maupun orang miskin, kecuali mereka semua datang untuk
memakan makanan itu, sehingga satu sama lain saling menekan. Ketika Isa melihat hal itu, maka
dia pun menetapkan sistem bergilir untuk menyantap makanan itu di kalangan mereka, dimana
makanan itu turun selama satu hari dan tidak turun selama satu hari, seperti Unta Tsamud yang
merumput selama satu hari dan minum selama satu hari. Hidangan itu turun selama empat puluh
hari. Ia turun pada waktu dhuha. Kondisi itu terus berlangsung demikian, hinga bayangan kembali
ke tempatnya (sore hari).”

Ats-Tsa‟labi berkata, “Makanan itu terus menerus tersedia untuk disantap, hingga ketika
bayangan kembali ke tempatnya (maksudnya ketika hari sudah sore), maka makanan itu pun
terbang, namun manusia terus berusaha manyantapnya. Makanan itu kemudian kembali ke langit,
dan saat itu manusia dapat menyaksikan bayangannya, sampai bayangan itu pun menghilang dari
pandangan mereka.”

Ketika genap mencapai empat puluh hari, Allah menurunkan wahyu kepada Isa: “Wahai
Isa, jadikanlah hidangan-Ku ini untuk orang-orang yang miskin dan bukan orang-orang yang
kaya.‟ Maka orang-orang kaya pun menjadi ragu dalam hal itu dan mereka pun mendatangi orang-
orang miskin. Mereka menjadi ragu dan mereka pun membuat ragu orang-orang. Allah berfirman
(kepada Isa). „Wahai Isa sesungguhnya Aku akan menjatuhkan hukuman sesuai dengan
keputusan-Ku.‟ Setelah itu, tiga puluh tiga orang dari mereka menjadi babi yang memakan
kotoran. Mereka mencari kotoran dengan Akba-Akba adalah AlKunâsah (sapu), bentuk tunggalnya
adalah kibaa. Padahal sebelumnya mereka adalah orang-orang yang menyantap makanan yang
lezat dan tidur di atas kasur yang empuk.

6
Ketika orang-orang melihat hal itu, maka mereka mendatangi Isa sambil menangis. Babi-
babi itu kemudian datang, dan merekapun berlutut di hadapan Isa. Mereka menangis hingga air
mata menetes. Isa mengetahui mereka dan dia pun bertanya, “Bukankah kamu fulan?” Babi itu
memberi isyarat dengan kepalanya. Dia tidak dapat bicara. Mereka berada dalam kondisi tersebut
selama tiga hari (ada juga yang mengatakan empat hari). Setelah itu, Isa memohon kepada Allah
agar mengambil nyawa mereka, sehingga mereka tidak tahu hendak pergi ke mana? Apakah ke
bumi yang akan menelan mereka, atau apa yang harus mereka lakukan?” Hal ini pun disebutkan
oleh ats-Tsa‟labi. Ammar bin Yasir dan Qatadah berkata, ”Hidangan itu diturunkan dari langit dan
padanya terdapat sebagian buah-buahan surga.” Wahab bin Munabbih berkata, “Allah swt.,
menurunkan beberapa helai (roti) yang terbuat dari gandum dan ikan.” At-Tirmidzi meriwayatkan
pada pembahasan tafsir dari Ammar bin Yasir, dia berkata, „Rasulullah saw., bersabda

“Hidangan itu diturunkan dari langit berupa roti dan daging, mereka diperintahkan untuk
tidak melakukan kecurangan dan tidak melakukan penyimpanan untuk esok hari, namun mereka
malah melakukan kecurangan, yaitu melakukan penyimpanan dan penimbunan untuk esok hari,
sehingga mereka dirubah menjadi kera dan babi.”

Sa‟id bin Jubair berkata, “Diturunkan pada hidangan itu segala sesuatu kecuali roti dan
daging.” Atha’ berkata, “Segala sesuatu diturunkan pada hidangan itu kecuali ikan dan daging.”
Ka’b berkata, “Hidangan itu diturunkan dari langit dalam keadaan terbalik. Makanan itu dibawa
terbang oleh malaikat di antara langit dan bumi, dan padanya terdapat berbagai macam makanan
kecuali daging”.

Abu Nu’aim menyebutkan dari Ka’b bahwa hidangan itu diturunkan dua kali untuk sebagian
ahli ibadah Bani Israil. Ka’b berkata, “Tiga orang ahli ibadah dari Bani Israil berkumpul. Mereka
berkumpul di tempat tertentu dimana masing-masing mereka membawa salah satu nama Allah
swt. Salah seorang di antara mereka berkata, „Mintalah kepadaku, niscaya aku akan memohonkan
kepada Allah apapun yang kalian kehendaki.‟ Mereka berkata, Kami memintamu agar memohon
dinampakkkan sebuah mata air yan mengalir di tempat ini, juga taman yang hijau dan indah.”
Orang itu kemudian berdoa kepada Allah. Tiba-tiba (muncullah) mata air yang mengalir dan taman
yang hijau dan indah.

Salah seorang (yang lain) dari mereka berkata, “Mintalah kepadaku, niscaya aku akan
memohonkan kepada Allah apapun yang kalian minta.” Mereka menjawab, “Kami memintamu

7
agar memohon kepada Allah supaya Dia memberikan kepada kami makanan yang berupa buah-
buahan dari surga.” Orang itu kemudian memohon kepada Allah, lalu turunlah kepada mereka
semeja buah-buahan. Mereka kemudian memakannya. Meja itu tidak bisa digerakkan, sehingga
mereka hanya makan satu jenis buah-buahan saja, kemudian meja itu pun diangkat. Salah seorang
(yang lain lagi) dari mereka berkata, “Mintalah kepadaku, niscaya aku akan memohon kepada
Allah apa yang kalian kehendaki!” Mereka berkata, “Kami memintamu agar memohon kepada
Allah supaya Dia menurunkan kepada kami hidangan seperti yang diturunkan kepada Isa.”.Dia
kemudian berdoa, lalu turunlah hidangan itu. Mereka kemudian menyelesaikan hajatnya, lalu
hidangan itu pun diangkat.” Ka’b kemudian menceritakan kisah itu secara lengkap.

C. Israiliyat Dalam Kisah Hidangan yang diminta oleh Hawariyyin


Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya Isa Putra Maryam berkata kepada Bani Israil:
“Berpuasalah kalian selama tiga puluh hari, kemudian mohonlah kepada Allah sesuka kalian,
niscaya Allah akan memberikan kepada kalian.” Mereka kemudian berpuasa selama tiga puluh
hari. Mereka berkata, “Wahai Isa, jika kami bekerja untuk seseorang kemudian kami
menyelesaikan pekerjaan kami, maka orang itu akan memberikan makanan kepada kami.
Sesungguhnya kami telah berpuasa dan berlapar-lapar, maka mohonlah kepada Allah agar Dia
menurunkan kepada kami hidangan dari langit.” Malaikat kemudian datang dengan membawa
hidangan. Pada hidangan itu terdapat tujuh macam roti dan tujuh jenis ikan. Mereka kemudian
meletakkan hidangan itu di hadapan mereka, lalu orangorang yang terakhir dari kalangan mereka
memakan hidangan itu, sebagaimana orang-orang pertama memakannya.”
Ats-Tsa‟labi berkata, “Makanan itu terus menerus tersedia untuk disantap, hingga ketika
bayangan kembali ke tempatnya (maksudnya ketika hari sudah sore), maka makanan itu pun
terbang, namun manusia terus berusaha manyantapnya. Makanan itu kemudian kembali ke langit,
dan saat itu manusia dapat menyaksikan bayangannya, sampai bayangan itu pun menghilang dari
pandangan mereka.” At-Tirmidzi meriwayatkan pada pembahasan tafsir dari Ammar bin Yasir,
dia berkata, „Rasulullah saw., bersabda,
“Hidangan itu diturunkan dari langit berupa roti dan daging, mereka diperintahkan untuk
tidak melakukan kecurangan dan tidak melakukan penyimpanan untuk esok hari, namun mereka
malah melakukan kecurangan, yaitu melakukan penyimpanan dan penimbunan untuk esok hari,
sehingga mereka dirubah menjadi kera dan babi.”

8
Hadis ini telah diriwayatkan juga oleh Ibn Jarir dalam tafsirnya dalam bentuk marfu‟ dan
mauquf, dan yang lebih benar adalah hadis mauquf. Imam Abu Isa at-Tirmidzi telah menetapkan
bahwa riwayat yang marfu‟ tidak memiliki dasar. Setelah menyebutkan riwayat yang marfu‟, dia
berkata, “Hadis ini telah diriwayatkan oleh Abu Ashim dan lebih dari satu orang lainnya, dari Said
ibn Abu „Arubah dari Qatadah dari Khallas dari Ammar ibn Yasir, dalam bentuk hadis mauquf.
Dan kita tidak mendapatkan dalam bentuk marfu‟ kecuali dari hadis Hasan ibn Qaza’ah.
Hal ini pun disebutkan oleh ats-Tsa‟labi. Ammar bin Yasir dan Qatadah berkata,
„Hidangan itu diturunkan dari langit dan padanya terdapat sebagian buah-buahan surga.” Wahab
bin Munabbih berkata, “Allah swt., menurunkan beberapa helai (roti) yang terbuat dari gandum
dan ikan.”
Sa‟id bin Jubair berkata, „Diturunkan pada hidangan itu segala sesuatu kecuali roti dan
daging.‟ Atha’ berkata, “Segala sesuatu diturunkan pada hidangan itu kecuali ikan dan daging.”
Ka’b berkata, “Hidangan itu diturunkan dari langit dalam keadaan terbalik. Makanan itu dibawa
terbang oleh malaikat di antara langit dan bumi, dan padanya terdapat berbagai macam makanan
kecuali daging‟.” Dan banyak lagi riwayat yang lainnya mengenai pembahasan ini.
Demikianlah, para rawi tidak bersepakat atas tafsir tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
riwayat-riwayat tersebut adalah Isrâiliyât yang diada-adakan, dan sumbernya bukanlah Nabi saw.
yang ma’shum, yang hak berbicara dengan jelas. Sementara yang bathil berbicara dengan gagap,
dan biasanya tidak disepakati.
Abu Abdillah Muhammad bin Ali at-Tirmidzi al-Hakim menyebutkan dalam kitab
Nawadir Al-Ushul karyanya: Umar bin Abi Umar menceritakan kepada kami, dia berkata: Ammar
bin Harun ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami dari Zakaria bin Hakim al-Hanzhali, dari Ibnu
Zaid bin Jud‟an, dari Abi Usman AnNahdi, dari Salman al-Farisi, dia berkata, “Ketika kaum
Hawariyyun meminta hidangan kepada Isa Putra Maryam, maka Isa pun berdiri dan
menanggalkan pakaiannya yang terbuat dari bulu domba, lalu mengenakan pakaian yang terbuat
dari kain kasar. Pakaian tersebut adalah jubbah yang terbuat dari kain kasar berwarna hitam dan
selimut yang juga berwarna hitam. Dia berdiri dan merapatkan kaki dengan kaki, tumit dengan
tumit, ibu jari dengan ibu jari, dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri, seraya
menundukkan kepala dan khusyu‟ kepada Allah. Setelah itu dia membuka kedua matanya seraya
menangis, hingga air matanya membasahi jenggotnya kemudian menetes ke dadanya. Dia (Isa)
berkata,

9
„Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaaan Engkau; beri rezekilah kami, dan
Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.‟ Allah berfirman, „Sesungguhnya Aku akan
menurunkan hidangan itu kepadamu…‟
Dalam tafsirnya, setelah menyebutkan kisah di atas, Ibn Katsir berkata, “Ini adalah atsar
yang sangat gharib (aneh).Ibn Abu Hatim meringkas dalam beberapa maudhu’ dalam kisah ini.
Dan ia mengumpulkannya agar alurnya menjadi lebih sempurna dan lebih lengkap. Imam Abu
Abdullah Muhammad ibn Ahmad Al-Qurthubi telah meragukan riwayat ini. Menurutnya, dalam
hadis tersebut ada beberapa masalah, dan hadis itu pun tidak shahih dari sisi sanadnya.Setelah
diteliti, kisah ini termasuk kisah Isrâiliyât yang mardûd (tertolak) karena hadisnya gharib dan tidak
shahih dari sisi sanadnya.

10
BAB”III”

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam berdakwah,Nabi Isa didampingi para pengikutnya yang disebut al-Hawâriyyûn,
yang jumlahnya 12 orang, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-
masing hawari ini ditugaskan untuk menyampaikan risalah Injil bagi masing-masing suku
Bani Israil. Namun nama-nama hawari tersebut tidaklah disebutkan di dalam Al-Quran. Kisah
para sahabat Isa ini terdapat dalam surat Al-Mâ’idah: 111-115 dan surat Ãli-‘Imrân: 52.
Berdasarkan maklumat yang diperolehi dari pakar-pakar sejarawan seperti Ibnu Kathir, Imam
Qurtubi, serta kitab-kitab Qisasul Anbiya’ telah dijelaskan bahawa Nabi Isa Al-Masih
mempunyai 12 orang sahabat. Dalam Quran mereka digelar sebagai Al-Hawariyun (‫)الحواريون‬.
Masyarakat Kristian pula menggelar mereka 12 diciples. kadangkala juga disebut appostle.
At-Tirmidzi meriwayatkan pada pembahasan tafsir dari Ammar bin Yasir, dia berkata,
„Rasulullah saw., bersabda,
“Hidangan itu diturunkan dari langit berupa roti dan daging, mereka diperintahkan untuk
tidak melakukan kecurangan dan tidak melakukan penyimpanan untuk esok hari, namun
mereka malah melakukan kecurangan, yaitu melakukan penyimpanan dan penimbunan untuk
esok hari, sehingga mereka dirubah menjadi kera dan babi.”
Sa‟id bin Jubair berkata, „Diturunkan pada hidangan itu segala sesuatu kecuali roti dan
daging.‟ Atha’ berkata, “Segala sesuatu diturunkan pada hidangan itu kecuali ikan dan
daging.” Ka’b berkata, “Hidangan itu diturunkan dari langit dalam keadaan terbalik. Makanan
itu dibawa terbang oleh malaikat di antara langit dan bumi, dan padanya terdapat berbagai
macam makanan kecuali daging‟.” Dan banyak lagi riwayat yang lainnya mengenai
pembahasan ini.
Para rawi tidak bersepakat atas tafsir tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa riwayat-
riwayat tersebut adalah Isrâiliyât yang diada-adakan, dan sumbernya bukanlah Nabi saw. yang
ma’shum, yang hak berbicara dengan jelas. Sementara yang bathil berbicara dengan gagap,
dan biasanya tidak disepakati.

11
DAFTAR”PUSTAKA

Al-Qurthubi, Abu „Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshari. At-Tadzkir fi Afdhal al-Adzkar,
terj. Pardan Syafrudin, Jilid I, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009.

Al-Qurthubi. Al-Jâmi’ li Aẖkâm al-Qur`ân, terj. Ahmad Khotib, Jilid VI, Jakarta: Pustaka Azzam,
2008.

Zahabi, Muhammad Husain. Isrâiliyât dalam Tafsir dan Hadis, Jakarta: PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 1993.

Alifah, Nur. “Isrâiliyât dalam Tafsir At-Thabari Dan Ibnu Katsir”, Skripsi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Tidak diterbitkan

12

Anda mungkin juga menyukai