Anda di halaman 1dari 35

DISKURSUS MORALITAS HADIS DALAM KITAB

TA’LI>M MUTA’ALLIM KARYA SYAIKH AZ-ZARNUJI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Penyelesaian Tugas Akhir
dalam Bidang Ilmu Hadis (IH)

Oleh:
HESTI WULANDARI
NIM: 1830410039

HALAMAN JUDUL

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................................4
C. Rumusan Masalah......................................................................................5
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................5
F. Sistematika Penulisan................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................8
A. Biografi Syaikh Az-Zarnuji.......................................................................8
B. Sejarah Masuknya Kitab Ta’lim Muta’alim di Indonesia.......................10
C. Metodologi dan Sistematika Penulisan Kitab Ta’lim Muta’alim............11
D. Hadis Moralitas........................................................................................15
E. Penelitian Terdahulu................................................................................16
F. Kerangka Berfikir....................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................19
A. Jenis Dan Pendekatan..............................................................................19
B. Objek Penelitian.......................................................................................20
C. Sumber Data............................................................................................20
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................21
E. Teknik Analisis Data...............................................................................22
BAB IV Hasil Penelitian.....................................................................................24
A. Gambaran Objek Penelitian.....................................................................24
B. Deskripsi Data Penelitian.........................................................................24
C. Analisis Data Penelitian...........................................................................24
BAB V PENUTUP...............................................................................................25
A. Kesimpulan..............................................................................................25
B. Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat menekankan penganutnya dalam menuntut ilmu dan
menyerukan umatnya untuk mencari ilmu dimanapun dan kapanpun. Ilmu adalah
keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain.
Ilmu juga sebagai bekal manusia dalam berperan menjadi khalifah dimuka bumi.1

‫ض َخلِْي َف ةً ۗ قَ الُ ْٓوا اَجَتْ َع ُل فِْي َه ا َم ْن‬ ِ ‫ك لِْلم ٰلۤ ِٕى َك ِة اِيِّن ج‬
ِ ‫اع ٌل ىِف ااْل َْر‬ َ ‫ب‬
ُّ ‫ر‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ذ‬
ْ ِ‫وا‬
َ ْ َ َ َ
‫ال اِيِّن ْٓي اَ ْعلَ ُم‬
َ َ‫ك ۗ ق‬ َ َ‫ِّس ل‬
ِ ‫حِب‬
ُ ‫ِّماۤ َء َوحَنْ ُن نُ َس بِّ ُح َ ْم د َك َونُ َق د‬
ِ ِ
ُ ‫يُّ ْف ِس ُد فْي َه ا َويَ ْس ف‬
ۚ َ ‫ك الد‬
2
٣٠ ‫ن‬ َ ‫َما اَل َت ْعلَ ُم ْو‬
Artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS. Al-Baqarah : 32)

Dalam ayat ini, malaikat mengira manusia akan berbuat kerusakan di bumi.
Namun hal ini tidak terjadi karena Allah Swt telah memberikan ilmu kepada Nabi
Adam As dan keturunannya sebagai bekal dalam menjadi khalifah di bumi.
Bahkan dalam hadis Nabi dijelaskan, bahwa ilmu tidak hanya bermanfaat pada
manusia ketika di dunia saja, namun juga masih bermanfaat sebagai salah satu
amal yang tidak akan terputus ketika telah meninggal dunia.

‫يد َوابْ ُن‬ ٍ ِ‫ ح َّدثَنا حَي بن َأيُّوب و ُقتيب ةُ يعيِن ابن س ع‬:٣٠٨٤ ‫ص حيح مس لم‬
َ َ ْ ْ َ َْ َ َ َ ُ ْ ‫َ َ ْىَي‬
َّ ‫يه َع ْن َأيِب ُهَر ْي َر َة‬
‫َأن‬ ِ ِ‫حج ٍر قَ الُوا ح َّد َثنَا ِإمْس عِيل ه و ابن جع َف ٍر عن الْعاَل ِء عن َأب‬
َْ َ َْ َْ ُْ َُ ُ َ َ ُْ
‫ات اِإْل نْس ا ُن ا ْن َقطَ َع َعْن هُ َع َملُ هُ ِإاَّل‬ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وس لَّم قَ َ ِإ‬ ِ َ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
َ َ ‫ال َذا َم‬ َ ََ َُ
3 ِ ‫ِمن ثَاَل ثٍَة ِإاَّل ِمن ص َدقٍَة جا ِري ٍة َأو ِع ْل ٍم يْنت َفع بِِه َأو ولَ ٍد‬
ُ‫صال ٍح يَ ْدعُو لَه‬ َ َ ْ ُ َُ ْ َ َ َ ْ ْ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu
Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata: telah menceritakan kepada kami
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat
1

(Bandung: Mizan, 2000), 428.


2
Muhammad Shohib, ed., Al-Qur’an (Bandung: Syamil Quran, 2007).
3
Abu Husain Muslim bin al-Hajaj Al-Naisabur, al-Jami’ Shahih Muslim (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah, 1992).

1
Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah
seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya
kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan
anak shalih yang selalu mendoakannya."(HR. Muslim 3084)

Dalam hadis Nabi, dijelaskan bagaimana ilmu sangat penting bagi manusia.
Selain itu, dalam hadis Nabi juga menerangkan berbagai ilmu sehingg sebagai
umat Islam, kita diwajibkan memahami hadis secara baik dan benar sesuai ilmu
yang diajarkan oleh para ulama. Pemaknaan Hadis selalu menjadi sorotan dalam
berbagai peristiwa, baik peristiwa yang terjadi pada masa Nabi (pemahaman
sahabat dalam menyelesaikan masalah menggunakan hadis) ataupun peristiwa
yang terjadi di masa sekarang (peristiwa kontemporer melalui pendekatan hadis).
Tidak dapat dipungkiri hal tersebut karena hadis merupakan sumber ajaran Islam
yang kedua. Selain itu, kedudukan hadis menjadi penjelas yang spesifik dari
petunjuk al-Qur’an yang masih global. Petunjuk yang tertuang dalam hadis
bersifat rinci dan operasional.4 Sehingga hal ini memudahkan umat dalam
melaksanakan perintah agama Islam.
Agama Islam tidak hanya memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu,
tetapi juga menjelaskan dan menerangkan tata cara serta etika ketika hendak
menuntut ilmu.5 Khususnya etika seorang murid dalam menuntut ilmu terhadap
gurunya. Terlebih dalam dunia pesantren dimana sangat menjunjung tinggi
moralitas dan akhlak daripada ilmu itu sendiri. Syaikh Abdul Qadir menjelaskan
bahwasannya adab dan akhlak itu lebih tinggi dibanding ilmu. Karena jika
berbicara tentang ilmu, iblispun lebih tinggi ilmunya.
Salah satu kitab yang membahas akan hal tersebut adalah kitab Ta’lim al-
Muta’alim karya Syaikh Burhanuddin al-Zarnuji. Kitab Ta’lim al-Muta’alim
merupakan kitab yang sangat terkenal di kalangan santri, terlebih santri Indonesia.
Bahkan dibeberapa pondok pesantren, kitab Ta’lim al-Muta’alim menjadi bahan
ajar pokok dalam pendidikan pesantren, terlebih lagi pada lembangan pendidikan
klasik tradisional.

4
Hasan Asari, Hadi-Hadis Pendidikan : Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu Pendidikan
Islam (Medan: Perdana Publishing, 2020), xi.
5
Aminudin Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V
Karya Syaikh Burhan al-Din Al-Zarnuji (Ponorogo: Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Jurusan
Ushuluddin dan Dakwh STAIN Ponorogo, 2019), 4.

2
Pendidikan sejatinya tidah hanya sekadar membentuk dan mencipkana
manusia yang mempunyai pemikiran yang cerdas dan berwawasan. Namun juga
membentuk pelajar yang berakhlak dan bermoral tinggi. Terlebih lagi pada masa
sekarang kasus remaja yang notabenya masih dalam status pelajar kerap membuat
onar dimasyarakat. Seperti perkelahian, geng motor, tindakan kekerasan, bullying,
dan hubungan asusila pranikah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya moralitas dan
adab yang dimiliki oleh remaja. Timbulnya masalah yang demikian adalah akibat
merosotnya pendidikan akhlak. Solusi yang tepat adalah dengan menerapkan
pendidikan yang berlandaskan pendidikan moral dan akhlak.
Dengan demikian, tidak selamanya pendidikan itu semata-mata hanya
membahas perihal bagaimana cara seseorang mentransfer ilmu pengetahuan
kepada para peserta didik, namun juga melakukan transfer moral atau akhlak yang
sifatnya humanisme secara universal yang menjadikan harapan yang baik kepada
peserta didik dapat menghargai kehidupan orang lain dengan perilaku baik yang
tercermin dalam dirinya sejak usia dini hingga dewasa kelak. Yang nantinya akan
membentuk generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia
Nilai pendidikan akhlak yang sudah tertuang di dalam kitab Ta’lim al-
Muta’alim memiliki relevansi dan korelasi yang aktual dalam pendidikan agama
Islam.6 Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Syaikh al-Zarnuji, bahwa kitab
Ta’lim al-Muta’alim berisikan tentang tata cara belajar yang saikh al-Zarnuji
ambil dari beberapa kitab dan yang beliau dengar langsung dari gurunya. Syaikh
al-Zarnuji berharap dengan kitab ini, para penuntut ilmu mendapat keselamatan
dan kebahagiaan di hari akhir nanti. 7 Selain mengambil rujukan dari beberapa
kitab dan guru-gurunya, Syaikh al-Zarnuji juga mencantumkan ayat-ayat al-
Qur’an dan hadis-hadis Nabi Saw sebagai dasar dari setiap pendapat yang beliau
kemukakan.
Adapun penulisan hadis dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim tidak
mencantumkan mukharij hadis tersebut, atau boleh dikatakan hadis-hadis dalam
kitab Ta’lim al-Muta’alim tidak diketahui kualitas hadisnya secara jelas. Sehingga
hal demikian menjadikan keshahihan dan keabsahan hadis-hadis dalam kitab

6
Endranul ’Aliyah, “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Karangan
Imam Al-Zarnuji,” TAMADDUN 21, no. 2 (2020): 163.
7
Ma’ruf Asrori, Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu (Surabaya: Al-Miftah, 2012), 9.

3
Ta’lim al-Muta’alim dipertanyakan. Meskipun beberapa ulama memperbolehkan
berhujjah dengan hadis dha’if, namun para ulma memberi persyaratan yang sangat
ketat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar al-Asqolani yang dikutip
oleh Khusniati Rofiah bahwa hadis dha’if boleh diamalkan dengan beberapa
syarat berikut. 8
Pertama, Hadis tersebut khusus fadhail ‘amal. Kedua, Hadis tersebut tidak
sengaja dha’if atau maudhu’ (dikarenakan oleh rawi). Ketiga, Hadis tersebut tidak
boleh diyakini dari Nabi dan tidak boleh di masyhurkan. Keempat, hadis tersebut
memiliki pokok bahasan dasar dari hadis yang shahih. Kelima, memberikan
penjelasan bahwa hadis tersebut dha’if ketika menyampaikannya. Keenam, dalam
menyampaikan hadisnya tidak boleh menggunakan lafadz yang bersifat
menetapkan.
Dari penjelasan dan pemaparan permasalahan diatas, penulis akan mengkaji
penelitian ini dengan judul “Diskursus Moralitas Hadis Dalam Kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Az-Zarnuji”

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada kajian yang mendalam sesuai dengan judul
penelitian “Diskursus Moralitas Hadis Dalam Kitab Ta’li>m Muta’allim Karya
Syaikh Al-Zarnuji” dimana mengkaji dan menganalisis mengenai hadis-hadis
moralitas yang terdapat dalam kitab kitab Ta’li>m Muta’allim Karya Syaikh Az-
Zarnuji. Penulis dalam melakukan pembahasan akan menggunakan beberapa
pendekatan yang diperlukan serta sesuai dengan pokok bahasan yang dikaji.
Penelitian ini akan mengkaji interpretasi hadis-hadis moralitas yang ada dalam
kitab Ta’li>m Muta’allim karya Syaikh Az-Zarnuji.
Penelitian matan hadis difokuskan pada redaksi atau susunan lafal, serta
subtansi atau kandungan matan suatu hadis.9 Dengan demikian penulis
menegaskan hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini adalah
interpretasi hadis-hadis moralitas serta mengungkap peran syaikh al-Zarnuji
dalam mengembangkan pendidikan moralitas di dunia pendidikan.

8
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), 138.
9
Umma Farida, Metode Penelitian Hadis (Kudus: Nora Media, 2010), 34.

4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis telah
menyusun beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana interpretasi hadis moralitas yang terdapat dalam kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji?
2. Bagaimana diskurus hadis moralitas?

D. Tujuan Penelitian
Melalui latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui interpretasi hadis moralitas yang terdapat dalam kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji.
2. Mengetahui diskurus hadis moralitas.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dalam pengembangan keilmuan terkhususnya
dalam mengkaji hadis-hadis moralitas yang mengacu pada judul di atas
“Diskursus Moralitas Hadis Dalam Kitab Ta’li>m Muta’allim Karya Syaikh
Al-Zarnuji”. Selain itu, ilmu hadis yang didukung dengan pendekatan
penelitian tokoh akan menguatkan argumentasi dalam pemaknaannya
sehingga dapat dengan jelas diterima oleh nalar manusia.
2. Manfaat Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut:
a. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu
pengetahuan terkhususnya ilmu hadis yang berkaitan dengan
pemaknaan dalam Hadis moralitas yang disabdakan oleh Nabi Saw.
Dengan demikian diharapkan masyarakat akan semakin meningkat
nilai pendidikan akhlak dan moralitasnya.
b. Bagi Praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dalam
dunia keilmuan hadis, terlebih sebagai sumbangsih agar mendorong
para Ulama hadis dalam mengembangkan kajian keilmuan Hadis.

5
c. Bagi Mahasiswa terkhusus Program Studi Ilmu Hadis dan Fakultas
Ushuluddin pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi
bahan rujukan dalam mengkaji sebuah pemaknaan hadis terlebih
dalam kajian hadis dalam kitab.
d. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir Program
Studi Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri
Kudus.

F. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah penulisan dan pembahasan ide dalam kajian penelitian
ini, penulis membagi penelitian ini menjadi lima bab yang di mana masing-
masing bab menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan tema penelitian.
Ditambah bagian awal dan bagian akhir sebagai pelengkap penelitian ini.
Sehingga menghasilkan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bagian Awal meliputi Halaman Judul, Pengesahan Majelis Penhuji Ujian
Munaqosah, Pernyataan Keaslian Skripsi, Abstrak, Moto, Persembahan, Pedoman
Transliterasi Arab-Latin, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Singkatan. Daftar
Tabel, Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang dan pengantar pembahasan
dalam penelitian ini. Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah yang mengawali
awal permasalahan penelitian, Fokus Penelitian yang menjadi fokus utama dalam
pembahasan, Rumusan Masalah yang menjadi pokok permasalahan. Bagian yan
tak kalah penting yaitu Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan sebagai gambaran sistematis penulisan penelitian ini.
Bab II Kajian Teori yang terdiri dari Biografi Syaik al-Zarnuji sebagai dasar
dalam mengenali tokoh penyusun kitab. Sejarah masuknya kitab Ta’li>m
Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum di Indonesia sebagai landasan pengetahuan
sejarah perkembangan diajarkannya kitab tersebut di Indonesia. Metodologi dan
Sistematika Penulisan Kitab guna mengetahui seluh beluk cara penulisan kitab
Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum. Hadis Mroralitas sebagai teori guna
memahami hadis Nabi Saw. Penelitian terdahulu guna sebagai penunjuk pembeda
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Kerangka Berfikir sebagai landasan

6
konsep berfikir dalam memahami hadis moralitas yang terdapat dalam kitab
Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum.
Bab III Metode Penelitian terdiri dari Jenis dan Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini, Objek Penelitian yang menjadi fokus bahasan pada bab
berikutnya, Sumber Data yang menjadi sumber informasi dalam pembahasan,
Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data yang digunakan dalam
menganalisis data yang telah ditemukan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang Gambaran Obyek
Penelitian yang menggambarkan objek bahasan kajian, Deskripsi Data Penelitian
yang mendeskripsikan data penelitian yang telah diperoleh, dan Analisis Data
Penelitian yang berisi tentang analisis data-data yang telah ditemukan dalam
penelitian.
Bab V Penutup terdiri dari Simpulan untuk menyimpulkan hasil kerja
penelitian secara ringkas tanpa mengurasngi subtansi hasil penelitian. Dalam bab
ini juga berisi Saran guna menyampaikan kekurangan penulis dan memohon kritis
dan saran yang membangun
Bagian Akhir terdiri dari Daftar Pustaka yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini dan Lampiran-lampiran yang sebagai bukti-bukti dalam penelitian.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

Dalam Bab II ini, penulis akan memaparkan beberapa teori yang akan
digunakan nantinya dalam menganalisis data penelitian guna menemukan makna
yang sesuai. Teori yang dibahas diantaranya meliputi: Pertama, biografi Syaikh
al-Zarnuji sebagai dasar dalam mengetahui kepribadian beliau. Kedua, sejarah
masuknya kitab Ta’lim Muta’alim sebagai rujukan dalam mengetahui sejarah
diajarkannya kitab tersebut dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ketiga,
metodologi penulisan kitab Ta’lim Muta’alim sebagai landasan dalam memahami
kitab terebut. Keempat, hadis moralitas guna mengetahui definisi dan kajian-
kajian tentang hadis moralitas. Kelima, Penelitian terdahulu sebagai dasar
pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Keenam, Kerangka berfikir
guna sebagai mind mapping dalam menggunakan teori dan data guna memperoleh
kesimpulan dan sesuai.

A. Biografi Syaikh Az-Zarnuji


Nama beliau dalam dunia persantren sangatlah populer terlebih lagi dalam
dunia pesantren di Indonesia melalui karyanya yaitu kitab Ta’li>m Muta’allim
Thariqa>h al-Ta’allum. Adapun kitab karya beliau lebih terkenal daripada nama
beliau sendiri. Kitab Ta’li>m Muta’allim sendiri banyak dipelajari oleh santri dari
berbagai pesantren, masyarakat santri di majelis ta’lim, dan sebagian mahasiswa
juga mempelajarinya.10
Syaikh al-Zarnuji memiliki nama lengkap Burhan al-Din al-Islam al-
Zarnuji.11 Kata Syaikh merupakan nama panggilan kehormatan untuk seorang
tokoh. Sedangkan nama al-Zarnuji merupakan nama nisbat yang diambil dari
nama kota tempat tinggal beliau, yaitu kota Zarnuji. Ada yang menyebutkan
jikalau kota Zarnuj merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam negara Irak
saat ini.12 Sehingga beliau sering disebut dengan panggilan Syaikh Burhan al-Din

10
Aliy As’ad, Terjemah Ta’lim al-Muta’alim : Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007), i.
11
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), 103.
12
As’ad, Terjemah Ta’lim al-Muta’alim : Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, ii.

8
al-Zarnuji.13 Untuk keterangan beliau dilahirkan, para ulama dan ahli sejarah
masih mengalami perdebatan yang tidak pasti. Sebagian peneliti menerangkan
bahwa beliau lahir di kota Zaradj. Sehubungan akan hal ini, Abdul al-Qadir
Ahmad menuturkan bahwa Syaikh Al-Zarnuji berasal dari salah satu daerah yang
dikini dikenal sebagai Afghanistan.14
Adapun tentang wafatnya Syaikh Al-Zarnuji, terdapat dua pendapat yang
dikemukanan oleh beberapa ulama. Pendapat pertama menerangkan bahwasannya
Syaikh Al-Zarnuji wafat pada tahun 591 Hijriah atau 1995 masehi. Sementara
terdapat pendapat lain yang mengataikan bahwa Syaikh Al-Zarnuji hidup sezaman
dengan Rida al-Din al-Naisaburi yang hidup diantara tahun 500-600 hijriah. 15
Sedangkan pada pendapat yang kedua, dijelaskan Syaikh Al-Zarnuji wafat pada
tahun 840 hijriah atau 1243 masehi.16
Dengan menggabungkan beberapa pendapat di atas, dapat diketahui
bahwasannya Syaikh Al-Zarnuji hidup pada akhir abad 12 masehi dan awal abad
13 masehi. Sebagaimana yang diterangkan oleh Abel dan Grunebaum yang
dinukil oleh Abuddin Nata dalam bukunya bahwa Burhan al-Din adalah toward
the end of 12th and beginning of 13th cenruty A.D,17 di mana diketahui pada masa
itu adalah masa kejayaan Islam dan juga awal kemunduran peradaban Islam
khususnya di wilayah timur.18 Jikalau ditelusuri, pendidikan yang paling maju
terjadi pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah di Baghdad.19 Hal tersebut
dibuktikan dengan berkembang luasnya madrasah atau sekolah Islam dan dalam
periode ini banyak ulama-ulama Islam yang menulis tentang buku pendidikan. 20
Dengan demikian tidak diragukan lagi keilmuan dan keintelektualan Syaikh al-
Zarnuji.
Para peneliti memberikan keterangan tentang riwayat pendidikan Syaikh al-
Zarnuji, Djudi misalnya menerangkan bahwa Syaikh Al-Zarnuji menuntut ilmu di

13
As’ad, ii.
14
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, 104.
15
Nata, 104.
16
Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V Karya Syaikh
Burhan al-Din Al-Zarnuji, 20.
17
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, 103.
18
Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V Karya Syaikh
Burhan al-Din Al-Zarnuji, 20.
19
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 231.
20
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, 104.

9
kota Samarkand dan Bukhara. Syaikh Al-Zarnuji menimba ilmu kepada Burhan
al-Din al-Marginani, Shams al-Din Abdul al-Wajdi, Ruhn al-Din al-Firginani, dan
lainnya. Dalam bidang fiqh, Syaikh Al-Zarnuji menimba ilmu kepada Ruhn al-
Din al-Firginani seorang ahli fiqh, penyair dan sastrawan yang wafat pada tahun
594H/1170M dan kepada M. Rukn al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang
dikenal dengan nama Khawahir Zada seorang mufti Bukhara dan ahli dalam
bidang ilmu Fiqh, sastra dan syair yang wafat pada tahun 573H/1177M.21
Dalam masa hidup Syaikh Al-Zarnuji, zaman ini merupakan periode kedua
Daulah Abbasiyah dan periode ini merupakan periode kemunduran Daulah
Abbasiyah sekitar tahun 292-656H.22 Adapun dalam sistem pemerintahan Daulah
Abbasiyah mengikuti sistem pemerintahan Daulah Umawiyah dan tidak
mencontoh sistem pemerintahan khula>fa al-rasyidi>n yang berdasarkan
pemilihan khalifah dengan musyawarah dari rakyat23.

B. Sejarah Masuknya Kitab Ta’lim Muta’alim di Indonesia


Diketahui bahwa naskah kitab Ta’li>m Muta’allim dicetak pertama kali
pada tahun 1209 Masehi oleh Ralandus di Jerman. Kemuadia pada tahun 1838
Masehi kitab Ta’li>m Muta’allim kembali dicetak oleh Kaspari dengan tambahan
Muqaddimah oleh Plessner di Labsak.24 Selanjutnya diketahui kitab Ta’li>m
Muta’allim juga tercetak di Qazan pada tahun 1898 Masehi dengan 32 halaman.
Kemudian pada tahun 1901 Masehi menjadin 32 halaman dengan sedikit
penambangan penjelasan dan syarh di bagian belakang. Di Tunisia pada tahun
1286 Hijriah dicetak dengan 40 halaman, dan kemudian pada tahun 1292 Hijriah
dicetak menjad 46 halaman. Di Mesir pada tahun 1300 Hijriah dicetak dengan 40
halaman, dan kemudian pada tahun 1307 Hijriah menjadi 52 halaman. Untuk
kitab Ta’li>m Muta’allim dalam wujud naskah berharakat (musyakkalah) dapat
ditemukan dari penerbit al-Miftah, Surabaya.25

21
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 7.
22
Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim (Yogyakarta: Al-Amin
Press, 1997), 101.
23
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejeak Sejarah Era Rasulullah
Sampai Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), 67.
24
Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V Karya Syaikh
Burhan al-Din Al-Zarnuji, 32.
25
As’ad, Terjemah Ta’lim al-Muta’alim : Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, iv–
v.

10
Kitab Ta’li>m Muta’allim selanjutnya telah disyarh menjadi satu kitab baru
namun tanpa judul sendiri oleh Syaikh Ibrahim bin Isma’il yang selesai ditulis
pada tahun 996 Hijriah. Menurut Syaikh Ibrahim bin Isma’il, kitab Ta’li>m
Muta’allim memiliki banyak penggemarnya dan mendapatkan tempat yang tinggi
di lingkungan para pelajar dan para guru. Terlebih lagi, dikatakan bahwa dimasa
pemerintahan Murad Khan bin Salim Khan pada abad 16 Masehi dan di negara
Indonesia, kitab syarh inilah yang banyak tersebar luas dari penerbit Indonesia
sendiri.26
Kitab Ta’li>m Muta’allim juga telah dijadikan dalam bentuk nadhom yang
diubah dengan bahar Rojaz menjadi 269 bait oleh Ustadz Ahmad Zaini, Solo Jawa
Tengah. Naskah kitab Ta’li>m Muta’allim dalam bentuk nadhom ini pernah
diterbutkan oleh Maktabah Nabaniyah Kubro, Surabaya Jawa Timur melalui
penerbit Musthafa Bisri Halabi, Mesir. Naskah ini dibawah tashih Ahmad Sa’ad
Ali, seorang ulama al-Azhar dan ketua Lajnah Tashih. 27 Penerjemahan kedalam
bahasa asing telah banyak dilakukan, namun penerjemahan dalam bahasa Jawa
dilakukan oleh K.H Hammam Nashiruddin, Grabag Magelang dengan sistem
italic atau dengan dengan makna Jenggot/Pegon. Penerjemahan dengan sistem ini
dilakukan dengan menerjemahkan setiap kata demi kata dengan ditulis miring
pada sebelah kata yang diterjemahkan.28

C. Metodologi dan Sistematika Penulisan Kitab Ta’lim Muta’alim


Setiap sebuah karya tulis identik dengan dilandasi adanya latar belakang
yang memotivasi dalam penulisannya, begitujuuga dengan Syaikh Al-Zarnuji
dalam menulis kitabnya yang berjudul Ta’li>m Muta’allim. Syaikh Al-Zarnuji
mendapati banyaknya para pencari ilmu pada masa tersebut, namun banyak dari
mereka yang mendapatkan ilmu tetapi tidak dapat manfaat dan buahnya, yaitu
menyebarkannya dan mengamalkannya.29 Adapun alasan Syaikh Al-Zarnuji dalam
menulis kitab Ta’li>m Muta’allim yakni dapat dilihat dalam muqadimah, sebagai
berikut:

26
Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V Karya Syaikh
Burhan al-Din Al-Zarnuji, 33.
27
Akhmad, 33.
28
Akhmad, 34.
29
Ma’ruf Asrori, Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu : Terjemah Ta’lim al-Muta’allim Tariq
al-Ta’alum (Surabaya: Pelita Pelajar, 1996), 2.

11
‫فلما رأيت كثريا من طالب العلم ىف زماننا جيدون إىل العلم واليصلون [ومن‬
‫منافعه ومثراته ـ وهى العمل به والنشر ـ حيرمون] ملا أهنم أخطأوا طريقه وتركوا‬
‫ والينال املقصود قل أو جل‬،‫ وكل من أخطأ الطريق ضل‬،‫شرائطه‬
Artinya : Setelah saya mengamati banyak penuntut ilmu di saat ini pada tekun
belajar tetapi tidak berhasil menggapai manfaatnya dan buahnya yaitu
aplikasi ilmu dan pengembangannya, karena mereka salah jalan dan
mengabaikan persyaratan, padahal siapapun salah jalan tentu tersesat dan
gagal mencapai tujuan, dalam hal kecil maupun besar.30

Hal tersebut dikarenakan oleh kesalahan mereka dalam menempuh jalan dan
mengabaikan syarat-syarat menuntut ilmu, padahal setiap orang yang salah jalan,
maka akan tersesat dan tidak dapat menggapai tujuannya, baik itu sedikit ataupun
banyak. Oleh sebab tersebut, setelah melalui istikharah beliau mulai menyusun
metodologi belajar berdasarkan apa yang beliau pelajari dari beberapa buku dan
yang diajarkan oleh guru-guru beliau. Syaikh Al-Zarnuji kemudian menulis dalam
bentuk buku dengan diberikan judul Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum.31
Kitab Ta’li>m Muta’allim sendiri termuat kode etik bagi tiap santri baik ketika
sedang menuntut ilmu dan bagaimana ia harus bersikap dalam menghormati ilmu,
kitab, dan guru serta harus mampu mengamalkan ilmu tersebut dan bermanfaat
bagi masyrakat.32
Kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum memiliki arti “Bimbingan
Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan” yang didalamnya dinukilkan ayat-ayat al-
Qur’an dan Hadis Nabi Saw sebagai dasar dari setiap tema yang disajikan.
Adapun jika dilihat dari perspektif pembahasannya, kitab Ta’li>m Muta’allim
T{ari>q al-Ta’allum hanya menggunakan sedikit ayat-ayat al-Qur’an dan hadis
yang digunakan tidak kurang dari 25 matan hadis. Selain menggunakan ayat-ayat
al-Qur’an dan hadis Nabi, Syaikh Al-Zarnuji juga menggunakan syair hikmah
atau kata-kata mutiara yang dibumbui kisah-kisah para ulama yang berhasil
menperoleh ilmu. Adapun jumlah syair yang digunakan oleh Syaikh Al-Zarnuji
terdapat setidaknya 81 buah syair.
30
Al-Zarnuji, Ta’li>m Muta’allim (Surabaya: Maktabah Asy Sayikh Salim bin Saad
Nubhan, n.d.), 2.
31
Al-Zarnuji, 2.
32
As’ad, Terjemah Ta’lim al-Muta’alim : Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, v.

12
Secara umum, kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum memuat tiga
belas pasal yang singkat-singkat, diantaranya:33
1. Tentang Pengertian Ilmu, Fikih dan Keutamaannya (fi> ma> hiyati al-‘ilmi
wa al-fighi wa fad{lihi)
2. Tentang Niat dalam Belajar (fi> al-niyyati fi> hal al-ta’allum)
3. Tentang Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Ketabahan (fi> ih}tiya>r al-‘ilmi
wa al-usta>z}i wa al-syari>ki wa al-s}aba>ti al aihi)
4. Tentang Penghormatan terhadap Ilmu dan Ulama (fi> taz}i>mi al’ilmi wa
ahlihi)
5. Tentang Ketekunan, Kontinuitas, dan Minat (fi> al-jiddi wa al-
muwa>d}abati)
6. Tentang Permulaan Belajar, Kuantitas dan Tata Tertib Belajar (fi> bidayati
al-sabki wa qadrihi wa tarti>bihi)
7. Tentang Tawakkal (fi> al-tawakkuli)
8. Tentang Waktu Keberhasilan (fi> wakti al-tahs}i>li)
9. Tentang Kasih Sayang dan Nasihat (fi> al-syafakhati wa al-nas}i>hati)
10. Tentang Istifadah (fi> al-istifa>dati)
11. Tentang Wara’ dalam Belajar (fi> al-wara>’I fi> ha>l al-ta’allumi)
12. Tentang Penyebab Hafal dan Penyebab Lupa (fi> ma> yu>rit}u al-hifz}a
wa fi> ma> yu>rit}u al-nisya>n)
13. Tentang Sumber dan Penghambat Rezeki, Penambah dan Pemotong Usia
(fi> ma> yajlibu al-rizqa wa ma> yamna’u al-rizqa wa ma> yazi>du fi>
al-umri wa ma> yankus}u)

Dalam ketiga belas pasal terebut dapat disimpulkan ke dalam tiga bagian
utama. Analisis yang dilakukan oleh Abdul Muidh Khan dalam bukunya The
Muslim Theories of Education During the Middle Ages menyimpulkan, inti dari
kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum mencakup tiga hal diantaranya:34
1. The Devision of Knowledge (Pembagian Ilmu)
2. The Purpose of Learning (Tujuan dan Niat Belajar)
3. The Method of Study (Metode Pembelajaran)

33
As’ad, 3.
34
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, 108.

13
Adapun hadis yang digunakan pada tiap-tiap bab atau pasal dalam kitab
Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum adalah sebagai berikut:
No
. Bab (fas}l) Jumlah Hadis
Tentang Pengertian Ilmu, Fikih dan Keutamaannya
1 1
(fi> ma> hiyati al-‘ilmi wa al-fighi wa fad{lihi)
Tentang Niat dalam Belajar (fi> al-niyyati fi> hal al-
2 2
ta’allum)
Tentang Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Ketabahan
3 (fi> ih}tiya>r al-‘ilmi wa al-usta>z}i wa al-syari>ki 1
wa al-s}aba>ti al aihi)
Tentang Penghormatan terhadap Ilmu dan Ulama (fi>
4 1
taz}i>mi al’ilmi wa ahlihi)
Tentang Ketekunan, Kontinuitas, dan Minat (fi> al-
5 4
jiddi wa al-muwa>d}abati
Tentang Permulaan Belajar, Kuantitas dan Tata Tertib
6 Belajar (fi> bidayati al-sabki wa qadrihi wa 8
tarti>bihi)
7 Tentang Tawakkal (fi> al-tawakkuli) 2
8 Tentang Waktu Keberhasilan (fi> wakti al-tahs}i>li) -
Tentang Kasih Sayang dan Nasihat (fi> al-syafakhati
9 1
wa al-nas}i>hati)
10 Tentang Istifadah (fi> al-istifa>dati) 1
Tentang Wara’ dalam Belajar (fi> al-wara>’I fi>
11 1
ha>l al-ta’allumi)
Tentang Penyebab Hafal dan Penyebab Lupa (fi> ma>
12 1
yu>rit}u al-hifz}a wa fi> ma> yu>rit}u al-nisya>n)
Tentang Sumber dan Penghambat Rezeki, Penambah
dan Pemotong Usia (fi> ma> yajlibu al-rizqa wa ma>
13 2
yamna’u al-rizqa wa ma> yazi>du fi> al-umri wa
ma> yankus}u)

14
Hadis yang ternukil dalam setiap bab tersebut tersaji dalam bentuk redaksi
matan saja dan tidak menyertakan sanad hadis serta kualitasnya. Bahkan sebagian
hadis tersebut hanya berupa potongan matan yang tidak utuh dari redaksi matan
hadis. Meskipun demikian, hal ini termasuk wajar karena kitab Ta’li>m
Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum bukanlah kitab yang membahas khusus tentang
hadis. Hadis yang digunakan disini hanya sebagai penguat argumen yang
dikemukakan oleh Syaikh al-Zurnaji.35

D. Konsep Pendidikan Akhlak


Istilah pendidikan akhlak terdiri dari dua suku kata yaitu pendidikan dan
akhlak. Keduanya memiliki makna tersendiri, dimana pendidikan berasal dari kata
“didik” yang kemudian ditambahi imbuhan awalam “pen” dan akhiran “an” yang
memiliki arti sebuah tindakan atau perbuatan untuk mengajarkan sesuatu. Intilah
pendidikan ini berasal dari bahasa Yunani yakni “paedagogy” yang artinya
seorang anak yang pulang pergi sekolah demngan diantarkan oleh seorang
pelayan. Sedangkan istilah pelayan yang mengantarkan anak untuk pulang pergi
sekolah disebut dengan “paedagogos”. Kemudian dalam bahasa Romawi,
pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan suatu hal
yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan dengan to
educate yang berarti tindakan untuk memperbaiki moral dan melatih kemampuan
intelektual,36
Dalam ajaran Islam, istilah pendidikan disebut dengan ta’dib. Kata ta’dib
memiliki pengertian yang sifatnya lebih tinggi yang mencakup semua unsur-unsur
pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim), serta pengasuhan (tarbiyah). Dalam
perkembangannya, kata ta’dib sebagai istilah pendidikan hilang. Hingga akhirnya
para ahli Islam menemukan istilah baru dalam menggandikan kata ta’dib, yakni
at-tarbiyah atau sering disebut tarbiah. Yang mulanya berasal dari kata rabba-
yurabbi-tarbiyatan memiliki arti tumbuh dan berkembang.37

35
Akhmad, Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab I-V Karya Syaikh
Burhan al-Din Al-Zarnuji, 38.
36
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), 13.
37
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 9.

15
Sedangkan pengertian akhlak dalam istilah etimologi (secara bahasa), kata
akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ اخالق‬yang bentuk jamaknya adalah ‫ خلق‬yang
memiliki arti tingkah laku, sopan santun, budi pekerti dan tabiat. Kata akhlak
berasal dari kata ‫ خلق‬yang artinya menciptakan.38 Menurut Abudin Nata,
pengertian akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara mendalam tanpa
pemikiran, namun perbuatan itu telah melekat pada jiwa sehingga secara tidak
sadar akan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan dan pemikiran. 39 Dengan
demikian, akhlak merupakan tingkah laku yang dilakukan secara tidak sadar.
Akhlak juga tidak hanya tingkah laku moralitas dalam masyarakat, namun juga
sebagai standar kehidupan masyarakat itu sendiri dan dilakukan secara sukarela.
Dalam hal ini masyarakat sendiri yang menetapkan standar moralitas tersebut dan
setiap masyarakat dapat berbeda disetiap daerah.
Akhlak tumbuh dari dalam jiwa seseorang yang kemudian menyalur ke
seluruh tubuh yang mampu menggerakkan dan menghasilkan sifat-sifat orang
tersebut. Selain itu, akhlak dipupuk dengan sifat-sifat humanity dan iman
sehingga kemanusiaan dan keimanan menjadikan akhlak tetap bersemi. 40 Dari
penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya akhlak merupakan
suatu perbuatan yang bersumber dari dorongan jiwa yang mampu melakukan
sesuatu tanpa berfikir dan pertimbangan dengan niat tulus dan bukan karena ingin
mendapatkan pujian.41
Dalam agama Islam akhlak merupakan dasar utama bagi kehidupan sosial.
Bahkan Nabi Saw sendiri diutus guna menyempurnakan akhlak. Tidak hanya bagi
umat Islam sendiri, namun untuk seluruh alam semesta.

ٍ َّ‫ َح َّدثَيِن َع ْم ُرو بْ ُن َعب‬:٣٥٧٢ ‫ص حيح البخ اري‬


‫اس َح َّدثَنَا َعْب ُد ال رَّمْح َ ِن بْ ُن‬
َ َ‫اس َر ِض َي اللَّهُ َعْن ُه َم ا ق‬
‫ال لَ َّما‬ ٍ َّ‫ي َح َّد َثنَا الْ ُمَثىَّن َع ْن َأيِب مَجْ َر َة َع ْن ابْ ِن َعب‬ ٍّ ‫َم ْه ِد‬
‫ب ِإىَل َه َذا الْ َو ِادي‬ ِ ِ َ َ‫ث النَّيِب صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم ق‬
ْ ‫ال َأِلخيه ْار َك‬ َ َ َ َْ ُ َ ِّ ُ ‫َبلَ َغ َأبَا ذٍَّر َمْب َع‬
‫الس َم ِاء َوامْسَ ْع ِم ْن‬
َّ ‫الر ُج ِل الَّ ِذي َي ْزعُ ُم َأنَّهُ نَيِب ٌّ يَْأتِ ِيه اخْلََب ُر ِم ْن‬
َّ ‫اعلَ ْم يِل ِع ْل َم َه َذا‬
ْ َ‫ف‬
’Aliyah, “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Karangan Imam Al-
38

Zarnuji,” 164.
39
’Aliyah, 164.
40
Idris Yahya, Telaah Akhlaq dari Sudut Teoritis (Semarang: Fakultas Ushuluddin UIN
Walisongo, 2000), 6.
41
Samsul Munir, Ilmu Akhlak (Jakarta: Amzah, 2016), 23.

16
َ ‫اَأْلخ َحىَّت قَ ِد َم هُ َومَسِ َع ِم ْن َق ْولِ ِه مُثَّ َر َج َع ِإىَل َأيِب ذٍَّر َف َق‬
‫ال‬ ِ ِِ
ُ ‫َق ْول ه مُثَّ اْئتيِن فَ انْطَلَ َق‬
42
‫ِّع ِر‬
‫الش‬ ِ
‫ب‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫اَل‬ ‫ك‬
َ ‫و‬ ‫ق‬ ِ ‫لَه رَأيتُه يْأمر مِب َ َكا ِرِم اَأْلخاَل‬
ْ َُ َ ً َ ْ ُُ َ ُ ْ َ ُ
Artinya : Telah menceritakan kepadaku 'Amru bin 'Abbas telah menceritakan
kepada kami 'Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Al
Mutsanna dari Abu Hamzah dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma
berkata: Ketika berita pengangkatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
sebagai Nabi sampai kepada Abu Dzar, dia berkata kepada saudaranya:
"Berangkatlah kamu menuju lembah (Makkah) itu, dan kabarkan kepadaku
tentang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi ini dan mengaku berita dari
langit datang kepadanya, dengarkanlah ucapannya kemudian kembalilah
kepadaku!" Maka saudaranya berangkat hingga sampai di Makkah dan
mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki yang dimaksud (Nabi), lalu dia
kembali kepada Abu Dzar, dan berkata: "Aku melihatnya mengajak kepada
keluhuran perilaku dan ucapan yang bukan sya'ir." (HR. Bukhari no. 3572)

Dalam hadis riwayat bukhari juga dijelaskan bahwasannya orang yang


paling baik dapat dilihat dari akhlaknya. Karena sebaik-baiknya umat Islam
adalah yang paling mulia akhlaknya.

‫ش‬ ْ ‫ص َح َّدثَنَا َأيِب َح َّدثَنَا‬


ُ ‫اَأْلع َم‬ ٍ ‫ َح َّدثَنَا عُ َم ُر بْ ُن َح ْف‬:٥٥٧٥ ‫ص حيح البخ اري‬
‫وس ا َم َع َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو حُيَ ِّدثُنَا‬
ً ُ‫ال ُكنَّا ُجل‬ َ َ‫وق ق‬ ٍ ‫ال ح َّدثَيِن َش ِقيق عن مس ر‬
ُْ َ َْ ٌ َ َ َ‫ق‬
ِ ِ ِ ُ ‫ال مَل ي ُكن رس‬
ُ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم فَاح ًش ا َواَل ُمَت َف ِّح ًش ا َوِإنَّه‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ْ َ ْ َ َ‫ْذ ق‬
‫ِإ‬
43
‫َأخاَل قًا‬ ِ ‫ول ِإ َّن ِخيار ُكم‬
ْ ‫َأحاسنُ ُك ْم‬ َ ْ ََ ُ ‫َكا َن َي ُق‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada
kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dia berkata: telah
menceritakan kepadaku Syaqiq dari Masruq dia berkata: "Kami pernah duduk-
duduk sambil berbincang-bincang bersama Abdullah bin 'Amru, tiba-tiba dia
berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berbuat keji dan
tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya sebaik-
baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya." (HR. Bukhari 5575)

Adapun dalam kajian akhlak, dibagi menjadi dua bagian yaitu dasar serta ruang
lingkup akhlak dan tujuan pendidikan akhlak. Dalam bagian dasar dan ruang lingkup
akhlak terdapat ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang akhlak diantaranya :

Imam Bukhari, al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar Min Umūr Rasūl allah
42

Ṣallallah ‘alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyāmihi (Beirut: Dar I, 1987), Hadis no. 3572.
43
Bukhari, Hadis no. 5575.

17
‫لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف ْ َر ُس ْو ِل ال ٰلّ ِه اُ ْس َوةٌ َح َس نَةٌ لِّ َم ْن َك ا َن َي ْر ُج وا ال ٰلّ هَ َوالَْي ْو َم ااْل ٰ ِخ َر‬
٢١ ‫كثِْير ۗا‬ ٰ
ً َ َ‫َوذَ َكَر اللّه‬
Artinya : Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang
baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-
Ahzab/33:21)44

Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya Allah Swt telah memperingatkan


umat manusia telah datang suri tauladan (contoh akhlak yang baik) yaitu Nabi
Saw. Nabi Saw merupakan sosok yang kuat imannya, pemberani, penyabar dan
selalu tabah dalam menghadi segala cobaan serta memiliki akhlak yang paling
mulia dibanding semua makhluk.45 Jika manusia ingin menjadi pribadi yang baik
dan memiliki akhlak yang mulia, maka sudah seharusnya meniru Nabi Saw.
Konsep akhlak merupakan segala sesuatu yang dinilai baik maupun buruk,
dipuji, atau dihina dan semata-mata untuk tujuan hidup masyarakat. Menurut
Abduh Diraz, ruang lingkup akhlak dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1. Al-Akhlaq al-Fardiyah
Merupakan nilai-nilai perseorangan, dimana sebuah nilai ditanamkan
pada individu masing-masing yang kemudian menjadikan hal tersebut
akhlak individu tersebut dan dipegang teguh serta diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang individu dibiasakan untuk bersikap
jujur dan disiplin sejak dini, maka kehidupan individu tersebut selanjutnya
akan mencerminkan dan memegang teguh sikap jujur dan disiplin.
2. Al-Akhlaq al-Asuriyah
Yaitu nilai-nilai keluarga. Sebuah nilai yang ditanamkan pada
lingkungan keluarga dan sebagai manifestasi akhlak dalam berkeluarga,
baik itu akhlak yang terpuji ataupun tercela. Dalam hal ini dapat dilihat dari
cara seorang individu memperlakukan orang yang lebih tua, bagaimana
individu tersebut menghormati orang tua, dan bagaimana individu tersebut
bersikap kepada anak-anaknya.
3. Al-Akhlaq al-Ijtima’iyah

Shohib, Al-Qur’an.
44

’Aliyah, “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Karangan Imam Al-
45

Zarnuji,” 165.

18
Yaitu nilai-nilai dalam kehidupan sosial di masyarakat. Adapun hal ini
dapat didefinisikan sebagai nilai yang ditanamkan dan dijadikan standar
dalam menjalin hubungan sosial dalam lingkungan masyarakat. Seperti
halnya saling tolong menolong antar sesama, berempati dan simpati ketika
ada yang kesusahan, bersikap ramah kepada masyarakat disekitar, dan
menghargai orang lain dan tidak mementingkan dirinya sendiri
(mendahulukan kepentingan masyarakat dan kepentingan orang lain).
4. Al-Akhlaq al-Darulah
Yaitu nilai-nilai akhlak dalam bernegara. Nilai-nilai yang dirumuskan
dan disetujui oleh seluruh warga negara guna menjadi standar batas perilaku
agar kehidupan berbangsa dan bernegara dapat tertib, aman, adil dan
sejahtera. Dal hal ini misalnya selalu membayar pajak tepat waktu, karena
pembayaran pajak akan digunakan oleh negara untuk kebutuhan seperti
dana bantuan kesehatan dan subsidi lainnya. Contoh lain yaitu dengan
menjaga keutuhan bangsa dan tidak mencoba memecah suatu bangsa
dengan mengadu domba sesama bangsa sendiri.
5. Al-Akhlaq al-Diniyah
Merupakan nilai-nilai akhlak dalam beragama. Al-Akhlaq al-Diniyah
merupakan sebuah nilai yang seharusnya terdapat dalam diri seorang yang
telah ditetapkan oleh Tuhan bagi setiap pemeluk agama. Nilai-nilai ini
menjadi acuan dalam menjalankan ibadah dan bertujuan guna mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat serta mendapatkan ridha Allah Swt. Dalam
hal ini misalnya selalu taat atas perintah Allah Swt dan tidak meragukannya.
Selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah
Swt kepadanya.46
Adapun tujuan dalam pendidikan akhlak secara global adalah guna
mencapai sebuah kebahagiaan. Oleh karena itu, apapun bentuk akhlak dan etika
dan bagaimanapun alirannya, tujuannya secara umum adalah guna mencapai akhir
yang bahagia.47 Apabila seorang individu telah memiliki akhlak yang baik, maka
tentunya hidupnya akan bahagia dan disenangi oleh banyak orang. Kebagahiaan

46
’Aliyah, 166.
47
Munir, Ilmu Akhlak, 16.

19
hidup tentu akan tercapai jika memiliki akhlak yang baik dalam jiwanya, dan hal
inilah yang mengharuskan manusia memperbaiki akhlaknya.48
Tujuan utama pendidikan akhlak dalam agama Islam adalah agar manusia
selalu berada dalam kebenaran serta senantiasa bersikap bijaksana dan berjalan
pada jalan yang lurus sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah Swt.
Dengan demikian, secara garis besar tujuan pendidikan akhlak berporos pada
pembentukan pribadi manusia yang sempurna dan mulia, kerena hal ini juga
termasuk dalam misi Nabi Saw diutus oleh Allah Swt.

E. Konsep Ma’anil Hadis Melalui Perspektif Tokoh


Menurut Umma Farida, dalam melakukan penelitian ma’anil hadis melalui
perspektif seorang tokoh, terdapat pedoman-pedoman yang harus dipenuhi agar
proses pengumpulan data sampai penarikan kesimpulan berjalan dengan baik dan
benar. Langkah-langkah tersebut diantaranya:49
1. Mengidentifikasi Permasalahan Bidang Keilmuan Yang Dianggap Penting
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh seorang peneliti dalam
melakukan penelitian tokoh adalah adanya kecenderungan dalam
menentukan tokoh terlebih dahulu. Padahal sebenarnya yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi bidang keilmuan tokoh
tersebut. Dengan melakukan identifikasi tokoh terlebih dahulu menjadikan
penelitian yang dilakukan tidak terjebak pada seorang tokoh tertentu.
Bahkan bisa saja sebuah penelitian mengambil beberapa tokoh yang relevan
dengan penelitian tersebut.
Sebaliknya, jika peneliti menentukan tokoh terlebih dahulu dan tidak
mengidentifikasi bidang keilmuan tokoh tersebut. Maka akan dikhawatirkan
terjadinya manipulasi bidang keilmuan, yang dalam hal ini keilmuan sang
tokoh dicari sekadarnya hanya untuk mengukuhkan ketokohan sang tokoh
yang dipilih.50
2. Menentukan Tokoh

48
’Aliyah, “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Karangan Imam Al-
Zarnuji,” 167.
49
Farida, Metode Penelitian Hadis, 48–50.
50
Farida, 48–49.

20
Tokoh yang dipilih dilakukan setelah mengidentifikasi bidang
keilmuan tokoh tersebut. Boleh saja tokoh yang dipilih lebih dari satu
(komparasi pemikirian kedua tokoh atau lebih) dan harus didasarkan pada
seleksi ilmiah.51
3. Mengidentifikasi Kelebihan Dan Keberhasilan Tokoh
Penulis kemudian mengumpulkan segala informasi yang berkaitan
dengan tokoh dari berbagai sumber. Baik dari karya yang dihasilkan,
argumen yang disampaikan, bahkan sampai keistimewaan atau kharomah
tokoh. Hal ini guna menentukan keistimewaan dan kelebihan tokoh
tersebut dibanding tokoh yang lainnya.52
4. Menentukan Fokus Penelitian
Penulis menentukan dan memfokuskan pada keistimewaan dan
kehebatan tokoh pada fokus bahasan yang dikaji, serta mengidentifikasi
pengaruh tokoh tersebut dalam bidang yang dikaji. Seandainya tokoh
tersebut memiliki banyak karya diberbagai bidang keilmuan, maka penulis
cukup memfokuskan pada bidang tertentu saja sesuai dengan tema yang
dibahas.53
5. Menentukan Instrumen Penelitian
Menentukan instrumen penelitian yang tepat, sehingga nanti akan
bermanfaat bagi penulis dalam menghimpun data lebih lanjut mengenai
tokoh yang dikaji. Dalam hal ini instrumen penelitian yang dapat digunakan
misalnya pedoman wawancara, panduan observasi, dan catatan dokumen.54
6. Melakukan Penelitian
Maksudnya yaitu penulis menghimpun berbagai data dan fakta yang
berkaitan dengan bidang kajian tokoh secara mendalam dan komprehensif
berdasarkan fokus penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
melakukan pengumpulan data, sekaligus dilakukan analisis data guna
membangun kerangka konseptual dalam bentuk proposisi-proposisi sebagai
simplifikasi dari data yang diperoleh.55

51
Farida, 49.
52
Farida, 49.
53
Farida, 49.
54
Farida, 49.
55
Farida, 49–50.

21
7. Melakukan Verifikasi Keabsahan Data
Setelah data berhasil dihimpun dan diklasifikasin sesuai dengan
kebutuhan, maka dilakukan verifikasi atau pengecekan valid atau tidaknya
data tersebut. Verifikasi ini dilakukan dengan berbagai cara yang
memungkinan, sehingga didapatkan data yang dapat dijamin otentitas dan
validitasnya. Perlu diperhatikan juga, bahwa data yang didapatkan ini
merupakan data tanpa rekayasa dan distorsi dari penulis atau sumber data.
Langkah ini guna membangun keyakinan dalam penelitian bahwa data yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.56
8. Menarik Kesimpulan.
Langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan. Menarik
kesimpulan dilakukan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh.
Kesimpulan yang ditarik dapat berupa argumen tokoh terhadap masalah
yang diteliti sesuai dengan perspektif tokoh tersebut.57

E. Penelitian Terdahulu
Pembahasan mengenai analisis dan interpretasi hadis moralitas dalam
memahami hadis Nabi Saw terdapat beberapa literatur yang berkaitan erat dengan
kajian tersebut. Penulis menegaskan dan memastikan bahwa penelitian ini berbeda
dengan penelitian lain baik dari literatur yang berisikan skripsi, jurnal, buku, dan
karya ilmiah lainnya dengan melihat penelitian terdahulu yang pernah dipublis.
Terdapat penelitian terdahulu yang berhubungan erat dengan pokok bahasan yang
akan penulis bahas, namun terdapat perbedaan dalam segi pembahasannya.
Telah banyak artikel atau karya tulis yang meneliti tentang kitab Ta’li>m
Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum, namun penelitian ini masih bersifat umum dan
penulis telah melihat dan menelusuri bahwa penelitian yang berkaitan dengan
moralitas hadis yang terdapat dalam kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-
Ta’allum belum pernah dibahas. Sehingga dengan ini menjadi bukti bahwasannya
penelitian ini belum pernah ada yang menyamai walaupun dengan kitab dan sub
bahasan yang hampir mirip. Adapun penelitian terdahulu yang membahas tentang
kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum diantaranya:
56
Farida, 50.
57
Farida, 50.

22
1. “Etika Menuntut Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’alim” yang ditulis oleh
Saihu. Jurnal ini diterbitkan dalam Jurnal Al Amin : Jurnal Kajian Ilmu dan
Budaya Islam Perguruan Tinggi Ilmu Islam Jakarta Vol. 3 No. 1 2020.
Dalam jurnal ini menjelaskan tentang etika menuntut ilmu peserta didik
dalam kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum diantaranya pertama,
memiliki niat yang sungguh dalam belajar. Kedua, cerdas dalam memilih
guru, ilmu, teman, dan memiliki ketabahan dalam belajar. Ketiga,
menghormati ilmu dan ulama. Keempat, memiliki kesungguhan, kontinuitas,
dan memiliki minat yang kuat. Kelima, tertib, tawakal, dan pinter
memanfaatkan waktu belajar. Keenam, kasih sayang kepada sesama para
penuntut ilmu. Ketujuh, dapat mengambil hikmah dari setiap yang
dipelajari. Kedelapan, wara’ dalam menjaga diri dari yang syubhat dan
haram pada masa belajar. Saihu menjelaskan mengenai konsepsi etika
menuntut ilmu akan melahirkan sebuah model pendidikan yang lebih
mengedepankan moral serta tidak hanya berorientasi pada pengetahuan dan
keterampilan.
2. “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Mut’alim Karangan Imam
Al-Zarnuji” yang ditulis oleh Endranul ‘Aliyah dan Noor Amirudin dalam
jurnal Tamaddun : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan Universitas
Muhammadiyah Gresik Vol. 21 No. 2 Juli 2020. Dalam jurnal ini dijelaskan
pentingnya pendidikan akhlak yang harus dimiliki oleh tiap-tiap manusia.
Hasil penelitian dalam jurnal ini menerangkan bahwa kitab Ta’li>m
Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum masih sangat relevan dengan pendidikan
akhlak yang ada di Indonesia hingga saat ini. Konsep pendidikan akhlak
yang sudah dikemas dalam kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum
ini tentang akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama makhluk, akhlak
kepada diri sendiri, dan akhlak kepada ilmu.
3. “Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-
Ta’allum Bab I-V Karya Syaikh Burhan al-Din al-Zarnuji” skripsi yang
ditulis oleh Aminudin Akhmad. Skripsi ini diterbitkan oleh Program Studi
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Jurusan Ushuluddin dan Dakwah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Dalam penelitian ini dijelaskan

23
bagaimana kualitas hadis yang terdapat pada bab I-V kitab Ta’li>m
Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum. Dapat disimpulkan bahwa dari 10 hadis
yang telah diteliti, 3 hadis diantaranya terdapat dalam kitab Shahih Bukhari
dan Muslim. 3 hadis lainnya tertulis dalam kitab hadis al-Mu’tabarah selain
Shahih Bukhari dan Muslim. Dan 4 hadis lainnya tidak terdapat dalam kitab
hadis mu’tabarah.

F. Kerangka Berfikir
Guna memahami dan mencari interpretasi hadis moralitas dalam kitab
Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum, diperlukan cara berfikir yang tersusun
dan sistematis. Sehingga dengan pola berfikir yang demikian, diharapkan nantinya
mendapatkan pemahaman yang sesuai dan tepat. Adapun kerangka berfikir yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat hadis moralitas pada
kitab Ta’li>m Muta’allim T{ari>q al-Ta’allum kemudian mencocokannya dengan
hadis yang terdapat pada kitab hadis induk guna mengetahui kualitas hadis yang
dikaji. Setelah mengetahui kualitas hadis moralitas tersebut, kemudian melakukan
analisis menggunakan ilmu ma’anil hadis dan juga teori pendidikan karakter,
akhlak dan adab. Sehingga nantinya akan didapatkan interpretasi hadis moralitas.
Guna mempermudah pemahaman tersebut, penulis menyusunnya dalam bentuk
bagan sebagai berikut :

Hadis Nabi Saw

Kitab Hadis Induk Kitab Ta’li>m Muta’allim


T{ari>q al-Ta’allum

Hadis Moralitas

Ilmu Ma’anil Hadis Pendidikan Karakter,


Akhlak dan Adab

24
Interpretasi dan Diskursus
Hadis Moralitas
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan metode yang digunakan dalam memperoleh


data penelitian dengan tujuan menyelesaikan permasalahan secara ilmiah.
Metodologi penelitian adalah sebuah cara mengkaji permasalahan dalam
mempelajari prinsip-prinsip yang terkandung dalam penelitian.58 Metode yang
digunakan di sini adalah metode yang rasional, empiris, dan sistematis. 59 Adapun
dalam penelitian ini memakai metode penelitian sebagai berikut.
A. Jenis Dan Pendekatan
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan jeni dan pendekatan
sebagai berikut ini:
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini merupakan kajian pustaka atau library
research, yaitu penelitian yang sumber datanya diambil dari berbagai buku,
jurnal, artikel, aplikasi digital ataupun media massa. Penelitian yang
demikian merupakan penelitian ma’anil hadis. Dalam hal ini penulis
meneliti berbagai kajian yang terkait dengan pokok bahasan yang dikaji
guna mendapatkan pemaknaan yang komprehensif.
Dilihat dari studi masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang,
penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yakni penelitian untuk
menggambarkan serta mengkaji secara mendetail dan jelas pokok
permasalahan atau bahasan yang menjadi fokus kajian. Dalam penelitian
yang bersifat deskriptif, penulis diharuskan tidak boleh mencampur adukkan
keadaan sebenarnya dengan interpretasi sendiri dari penulis. Secara teoritis,
penulis layaknya bersikap seperti kamera yang menangkap gambar dengan
detail dan terperinci serta tidak ada unsur dibuat-buat dan dianggap wajar
oleh pembaca.60 Dengan penjelasan tersebut, penulis akan melakukan

58
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 41.
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2015), 5.
60
Muhammad Mansur, Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Al Qur’an (Dalam
Penelitian Living Qur’an dan Hadits) (Yogyakarta: TH-Press, 2007), 107.

25
bahasan dan memberikan gambaran pemaknaan hadis moralitas yang
terdapat dalam kitab Ta’li>m Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan sebuah cara berlogika dalam
penelitian, dimana penulis memilih ruang bahasan yang diharapkan mampu
memberi kejelasan dari sisi ruang bahasan yang dipilih terhadap pokok
kajian yang diteliti. Adapun dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu menggunakan metode penalaran induktif dan tidak
melakukan penelitian diluar data yang menerima atau menolak dari dugaan
jawaban yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian. Metode
pendekatan kualitatif tidak mengkaitkan data-data matematis. Data yang
dikumpulkan mengambil bentuk verbal bukan angka.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan pokok kajian dalam penelitian mengenai aspek-
aspek yang dikritisi.61 Sederhananya, objek penelitian merupakan inti pokok
masalah yang dibahas dari sebuah penelitian. Adapun pada penelitian ini, objek
penelitiannya adalah hadis-hadis tentang moralitas yang derdapat dalam kitab
Ta’li>m Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji. Selain itu, pendapat dan pemikiran
dari Syaikh Al-Zarnuji juga akan dibahas guna menemukan makna moralitas yang
sesuai dengan pemikiran Syaikh Al-Zarnuji.
C. Sumber Data
Menurut Beni Ahmad, sumber data merupakan sebuah naskah yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelitian guna memperoleh hasil penelitin yang tepat
dan benar. Naskah ini bersifat informatif bagi penulis guna menjadi bahan dalam
analisis pokok kajian.62 Dalam menentukan sumber data yang sesuai dalam
penelitian ini, penulis membagi sumber data menjadi dua bagian guna menyeleksi
data yang berkaitan erat dengan pokok kajian atau tidak. Adapum sumber data
tersebut yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang berkaitan langsung
dengan pokok bahasan dan memberikan data yang informatif kepada
61
Beni Ahmad, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 129.
62
Ahmad, 129.

26
penulis.63 Adapun dalam penelitian ini yang diklasifikasikan dalam sumber
data primer adalah sebagai berikut:
a. Hadis-Hadis tentang moralitas dalam kitab Ta’li>m Muta’allim Karya
Syaikh Al-Zarnuji bab ?? halaman ??.
b. Buku, jurnal, artikel dan sejenisnya yang berisikan tentang bagaimana
pemikiran dan kontribusi Syaikh Al-Zarnuji.
c. Kitab-kitab hadis induk yang berisikan tentang hadis-hadis moralitas
sebagai sumber rujukan Hadis Nabi yang otentik.
d. Buku Metode Penelitian Hadis karya Syuhudi Ismail sebagai pokok
literatur dalam metode penelitian ini.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung
memberikan data kepada penulis.64 Adapun dalam penelitian ini yang
dimaksud sebagai sumber data sekunder adalah hadis-hadis yang memiliki
tema mirip dengan hadis-hadis moralitas yang terdapat dalam kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji. Selain menggunakan hadis dengan
tema mirip, penulis juga mengambil data dari berbagai literatur seperti
buku, artikel, jurnal, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan pokok
bahasan yang dikaji.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi dan argumentasi. Adapun yang dimaksud studi dokumentasi dan
argumentasi, dimana penulis menelusuri dan mengumpulkan berbagai dokumen
yang terkait dengan pokok bahasan serta menelusuri argumen-argumen yang
disampaikan oleh tokoh lain sehingga memperoleh data yang integral. 65 Teknik
penumpulan data yang demikian dikarenakan dalam penelitian ini adalah studi
ma’anil hadis. Penulis mengumpulkan data berupa dokumen ataupun argumentasi
yang sesuai kemudian menganalisisnya dan mendapatkan kesimpulan. Hadis-
hadis pokok yang dibahas dalam penelitian ini diambil dari kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji. Selain itu, penulis juga mengambil ayat dan
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
308.
64
Sugiyono, 308.
65
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 2–3.

27
hadis yang memiliki makna sama atau hampir menyerupai dengan tema yang
dibahas melalui pencarian secara manual ataupun secara digital.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, analisis data adalah proses menyusun kesimpulan dari
kumpulan data yang diperoleh melalui kajian pustaka (baik dari artikel, jurnal,
buku atau karya ilmiah lainnya) secara sistematis dan mengklasifikasikan data
tersebut dalam beberapa kategori serta mkenyusunnya kedalam pola kerangka
berfikir. Sehingga dengan demikian akan didapatkan kesimpulan yang konkrit dan
mudah untuk dipahami.66
Adapun dalam penelitian ini, penulis melakukan proses analisis data
penelitian menjadi tiga bagian bahasan. Pertama, kajian mengenai kualitas sanad
hadis guna menelusuri kualitas hadis moralitas yang terdapat dalam kitab Ta’li>m
Muta’allim Karya Syaikh Al-Zarnuji. Penelitian ini merupakan studi ma’anil
hadis, sehingga penulis diharuskan mengetahui terlebih dahulu bagaimana kualitas
sanad yang akan dikaji. Kajian sanad dalam bahasan ini menggunakan metode
takhri>j hadis. Takhri>j Hadis berguna dalam menelusuri adanya syahid dan
mutabi’ pada sanad hadis yang diteliti.67
Kedua, pembahasan ma’anil hadis moralitas serta menelusuri bagaimana
interpretasinya. Dalam bahasan ini, penulis mencoba meneliti hadis melalui
berbagai aspek pendekatan dalam ma’anil hadis. Apapun pendekatan yang
digunakan nantinya meliputi pendekatan historis, bahasa, sosiologis, antropologis,
dan psikologis. Selain menggunakan pendekatan tersebut, penulis juga
menggunakan pendapat ulama yang terdapat dalam kitab syarh ataupun dalam
kitab lain guna memperoleh argumen yang integral.
Ketiga, pembahasan ma’anil hadis moralitas melalui perspektif Syaikh Al-
Zarnuji dan menelusuri kontribusinya dalam pendidikan moralitas. Penulis
menggunakan data mengenai argumentasi Syaikh Al-Zarnuji yang telah
dikompulkan kemudian menyusunnya kedalam pola dan menggunaknnya untuk
memahami hadis moralitas yang terdapat dalam kitab karya beliau.

66
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
333.
67
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), 42.

28
29
BAB IV
Hasil Penelitian
A. Gambaran Objek Penelitian
B. Deskripsi Data Penelitian
C. Analisis Data Penelitian

30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

31
DAFTAR PUSTAKA

’Aliyah, Endranul. “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta’lim Muta’alim


Karangan Imam Al-Zarnuji.” TAMADDUN 21, no. 2 (2020).
Ahmad, Beni. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Akhmad, Aminudin. Kualitas Hadis-Hadis dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim Bab
I-V Karya Syaikh Burhan al-Din Al-Zarnuji. Ponorogo: Prodi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Jurusan Ushuluddin dan Dakwh STAIN Ponorogo, 2019.
Al-Naisabur, Abu Husain Muslim bin al-Hajaj. al-Jami’ Shahih Muslim. Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992.
Al-Zarnuji. Ta’li>m Muta’allim. Surabaya: Maktabah Asy Sayikh Salim bin Saad
Nubhan, n.d.
As’ad, Aliy. Terjemah Ta’lim al-Muta’alim : Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan. Kudus: Menara Kudus, 2007.
Asari, Hasan. Hadi-Hadis Pendidikan : Sebuah Penelusuran Akar-Akar Ilmu
Pendidikan Islam. Medan: Perdana Publishing, 2020.
Asrori, Ma’ruf. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu : Terjemah Ta’lim al-
Muta’allim Tariq al-Ta’alum. Surabaya: Pelita Pelajar, 1996.
———. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu. Surabaya: Al-Miftah, 2012.
Bukhari, Imam. al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar Min Umūr Rasūl
allah Ṣallallah ‘alaihi wa sallam wa Sunanihi wa Ayyāmihi. Beirut: Dar I,
1987.
Emzir. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Farida, Umma. Metode Penelitian Hadis. Kudus: Nora Media, 2010.
Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007.
Madjidi, Busyairi. Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim. Yogyakarta: Al-
Amin Press, 1997.
Mansur, Muhammad. Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Al Qur’an
(Dalam Penelitian Living Qur’an dan Hadits). Yogyakarta: TH-Press, 2007.
Munir, Samsul. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah, 2016.
Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.

32
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejeak Sejarah Era
Rasulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010.
Rofiah, Khusniati. Studi Ilmu Hadis. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2000.
Shohib, Muhammad, ed. Al-Qur’an. Bandung: Syamil Quran, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta, 2015.
Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.
Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Yahya, Idris. Telaah Akhlaq dari Sudut Teoritis. Semarang: Fakultas Ushuluddin
UIN Walisongo, 2000.
Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

33

Anda mungkin juga menyukai