Anda di halaman 1dari 12

Hirabah

A. Pengertian

Hirobah (‫ )دراتح‬dari kata ‫ دارب‬yang berarti menyerang, memerangi.1


Hirabah (‫ (دراتح‬adalah bentuk masdar.Asal katanya adalah harb (‫ )درب‬yang
merupakan lawan kata as-silm (ٌ‫)اىطي‬.2 Di dalam kitab-kitab fiqh ada istilah lain
yang maknanya dianggap sama dengan hirobah, yaitu ‫( قطع اىطريق‬Qathi‟ath-
Thariq) .3 Secara bahasa berarti pemotong jalan. Istilah tersebut digunakan
untuk menyebut pembegalan atau perampokan.

Istilah hirabah nampaknya terinspirasi dari surat al-Maidah ayat 33 yang


merupakan dasar hukum jarimah ini.4 Ayat tersebut menyebut kata ُ٘‫يذارت‬
yang merupakan bentuk kata kerja (fi‟il) untuk orang banyak (jamak). Maka
berdasarkan ayat tersebut muncullah istilah jarimah hirobah. Sebagian ulama
tidak menyebut perbuatannya, tetapi pelakunya yaitu Muharibun.5 Lalu
mengapa para ahli fiqh menyebut istilah ‫( قاغع اىطريق‬Qathi‟ath-Thariq),
sehingga seolah-olah hirobah itu sama dengan qhoti‟ ath-thariq ? Abd al-Qadir
‟Audah bahkan dengan sangat jelas menyebut bahwa hirobah adalah qoth‟u
ath-thariq.6

Menurut Ibn Qudamah yang mengutip pendapat Ibn Abbas dan banyak
ulama yang lain, surat al-Maidah ayat 33 tersebut turun dalam peristiwa

1
Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya Grafika,
hal. 718
2
Muhammad Sukhali al-Muhibbaji, 2010, al-Muhazzab min al-Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, jilid
3, Damaskus: Dar al-Qolam, hal. 295
3
Lihat misalnya Syams ad-Di>n as-Sarkhasi, tth, al-Mabsu>t, juz 9, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, hal.
195. Juga Muhammad Ibn Idris asy-Syafii, 2001, al-Umm, cet. 1, Tanpa Kota : Dar al-Wafa, hal.
384. Juga Ibn Qudamah al-Maqdisi,tth, al-Mughni, Juz 10,Tanpa Kota: Dar al-Kutub al-„Arabi,
hal. 302
4
Muhammad Abu Zahroh, tth, al-‘Uqubat, tanpa kota:Dar al-Fikr al-„Arabi, hal. 140
5
Lihat, Sahnu>n Ibn Sa’i>d at-Tanu>hi, 1994, al-Mudawwanah al-Kubra, Juz 4, Beirut: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, hal. 552. Juga Ibn Hazm al-Andalusi, 2002, al-I>sa>l ila al-Muhalla , bi al-Atsa>r,
Beirut: Da>r al-Kutub al-„Ilmiyyah hal. 272
6
Abd al-Qadir „Audah,tth, at-Tasyri’ al-Jinai al-Islamy.. jilid 2, Beirut : Dar al-Kiitab al-„Arabi,
hal. 638
1
perampokan.7 Maka bentuk nyata hirobah adalah ‫( قاغع اىطريق‬Qathi‟ath-
Thariq).

Oleh karena hirobah diidentikkan dengan perampokan, maka hirobah


sangat dekat dengan pencurian, karena keduanya sama-sama bertujuan
mengambil harta orang lain secara tidak sah. Bedanya pada cara, yaitu dengan
cara sembunyi-sembunyi pada pencurian dan dengan cara kekerasan pada
hirobah. Pencurian dengan sembunyi-sembunyi disebut pencurian kecil,
sedangkan yang dengan cara terang-terangan disebut pencurian besar.

Sebagian ulama menjelaskan definisi hirobah secara langsung, sedang


sebagian menjelaskannya secara tidak langsung. Beberapa pengertian hirobah
adalah sebagai berikut:

1. Al-Kasani dari mazhab Hanafi menyebutkan bahwa Qath ath-Thariq


adalah mencegat orang yang di jalan untuk merampas hartanya dengan cara
kekerasan dengan mencegah orang yang lewat melanjutkan perjalanannya,
baik dilakukan secara berjamaah amaupun sendirian tapi mampu
melakukannya, baik dengan senjata tajam, tongkat dan sebagainya.8

2. Menurut Al-Habib Ibn Thohir dari mazhab Maliki hirobah adalah


Perampokan untuk mencegah orang yang lewat di jalan, atau mengambil
hartanya yang dilindungi dalam kondisi sulit mendapat pertolongan atau
memabukkan diri untuk tujuan itu atau penipu ulung untuk mengambil apa
yang ada pada orang yang lewat tersebut dan juga masuk ke dalam lorong
atau rumah pada waktu siang atau malam untuk merampas harta dengan
cara membunuh/kekerasan.9

3. Muhammad Azhar Basyir mendefinisikannya sebagai kejahatan merampas


harta di jalan umum dengan ancaman kekerasan.10

7
Ibn Qudamah al-Maqdisi,tth, al-Mughni, Juz 10,Tanpa Kota: Dar al-Kutub al-„Arabi, hal. 302.
Lihat juga Abu Zakariya Muhy ad-Din Ibn Syaraf an-Nawawi, Tth, Kita>b al-Majmu>‟ Syarh al-
Muhadzdzab li asy-Syairozi, Jilid 22, Jeddah: Maktabah al-Irsya>d, hal. 228
8
„Ala ad-din Abu bakr Ibn Mas‟ud al-Kasani al-Hanafi, 1987, Badai‟ as-shonai‟, juz 7, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah, hal.90
9
Al-Habib Ibn Thohir, 2009, al-Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, Beirut: Muassasah al-Ma‟arif, , hal.
367
10
Muhammad Azhar Basyir,2001, Ikhtisar Fiqh Jinayat (Hukum Pidana Islam), Yogyakarta: UII
Press, hal. 39
2
B. Dasar Hukum

Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 33 :


ٍ ‫ادا أَ ْن ي َقتم لُوا أَو يصلمبوا أَو تُ َقطمع أَي ِدي ِهم وأَرجلُهم ِمن ِخ ََل‬ ِ‫م‬
‫ف أ َْو‬ ْ ْ ُ ُْ َ ْ ْ َ ْ َُُ ْ ُ ً‫س‬ ِ ‫اَّللَ َوَر ُسولَهُ َويَ ْس َع ْو َن ِِف ْاْل َْر‬
َ َ‫ض ف‬ َ ‫إِمَّنَا َج َزاءُ الذ‬
‫ين ُُيَا ِربُو َن م‬
ِ ِ ِ ِ َ ِ‫ض ذَل‬ ِ ‫يُ ْن َف ْوا ِم َن ْاْل َْر‬
‫يم‬
ٌ ‫اب َعظ‬ ٌ ‫ي ِِف الدُّنْ يَا َوََلُ ْم ِِف ْاْلَخ َرة َع َذ‬ٌ ‫ك ََلُ ْم خ ْز‬

Artinya : Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi


Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka
dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal
balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh
siksaan yang besar,
Sabda Rasulullah saw:
ٌ ُّ‫ُّ٘ب َع ِْ أَتِي قِ ََلتَحَ َع ِْ أَّ َِص ت ِِْ ٍَاىِلٍ قَاه قَذ ًَِ أ‬
ِْ ٍِ ‫َاش‬ َ ‫ب قَا َه َدذَّثََْا َد ََّاد ُ ْتُِ زَ ْي ٍذ َع ِْ أَي‬
ٍ ‫ضيَ ْي ََاُُ ْتُِ َد ْر‬
ُ ‫دَّثََْا‬
‫ضيَّ ٌَ تِ ِيقَاحٍ َٗأ َ ُْ يَ ْْش َرتُ٘ا ٍِ ِْ أَت َْ٘ا ِى َٖا َٗأ َ ْىثَا ِّ َٖا‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ َٗ ِٔ ‫اَّللُ َعيَ ْي‬ ُّ ِ‫ع ْن ٍو أ َ ْٗ ع َُر ْيَْحَ فَاجْ ت ََ٘ ْٗا ْاى ََذِيَْحَ فَأ َ ٍَ َر ُٕ ٌْ اىَّْث‬
َ ‫ي‬ ُ
‫ث‬ ِ َٖ َّْ‫ضيَّ ٌَ َٗا ْضت َاقُ٘ا اىَّْ َع ٌَ فَ َجا َء ْاى َخثَ ُر فِي أ َ َّٗ ِه اى‬
َ ‫ار فَثَ َع‬ َ َٗ ِٔ ‫اَّللُ َعيَ ْي‬ َّ َّٚ‫صي‬ َ ‫ي‬ َ ‫ص ُّذ٘ا قَتَيُ٘ا َرا ِع‬
ِّ ‫ي اىَّْ ِث‬ َ ‫طيَقُ٘ا فَيَ ََّا‬ َ ّْ ‫فَا‬
َُُ٘‫خ أ َ ْعيُُْ ُٖ ٌْ َٗأ ُ ْىقُ٘ا فِي ْاى َذ َّرجِ َي ْطتَ ْطق‬ ُ َٗ ٌْ ُٖ ‫ط َع أ َ ْي ِذ َي ُٖ ٌْ َٗأ َ ْر ُج َي‬
ْ ‫ض َِ َر‬ َ َ‫ار ِجي َء ِت ِٖ ٌْ فَأ َ ٍَ َر فَق‬ ْ ‫ار ِٕ ٌْ فَيَ ََّا‬
ُ َٖ َّْ‫ارتَفَ َع اى‬ ِ َ ‫فِي آث‬
َُٔ‫ض٘ى‬ َّ ‫ارتُ٘ا‬
ُ ‫اَّللَ َٗ َر‬ َ ‫فَ ََل يُ ْط َق َُْ٘ قَا َه أَتُ٘ ِق ََل َتحَ فَ َٖؤ ََُل ِء‬
َ ‫ض َرقُ٘ا َٗقَتَيُ٘ا َٗ َمفَ ُرٗا َت ْعذَ ِإي ََا ِّ ِٖ ٌْ َٗ َد‬
(BUKHARI - 226) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata,
telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Qilabah
dari Anas bin Malik berkata, "Beberapa orang dari 'Ukl atau 'Urainah datang ke
Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga mereka pun
sakit. Beliau lalu memerintahkan mereka untuk mendatangi unta dan meminum
air seni dan susunya. Maka mereka pun berangkat menuju kandang unta (zakat),
ketika telah sembuh, mereka membunuh pengembala unta Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan membawa unta-untanya. Kemudian berita itu pun sampai kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelang siang. Maka beliau mengutus
rombongan untuk mengikuti jejak mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan
beliau datang dengan membawa mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka
dihukum, maka tangan dan kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu
mereka dibuang ke pada pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak
diberi." Abu Qilabah mengatakan, "Mereka semua telah mencuri, membunuh,
murtad setelah keimanan dan memerangi Allah dan rasul-Nya." (BUKHARI -
226) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb berkata, telah

3
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Qilabah dari
Anas bin Malik berkata, "Beberapa orang dari 'Ukl atau 'Urainah datang ke
Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim Madinah hingga mereka pun
sakit. Beliau lalu memerintahkan mereka untuk mendatangi unta dan meminum
air seni dan susunya. Maka mereka pun berangkat menuju kandang unta (zakat),
ketika telah sembuh, mereka membunuh pengembala unta Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan membawa unta-untanya. Kemudian berita itu pun sampai kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelang siang. Maka beliau mengutus
rombongan untuk mengikuti jejak mereka, ketika matahari telah tinggi, utusan
beliau datang dengan membawa mereka. Beliau lalu memerintahkan agar mereka
dihukum, maka tangan dan kaki mereka dipotong, mata mereka dicongkel, lalu
mereka dibuang ke pada pasir yang panas. Mereka minta minum namun tidak
diberi." Abu Qilabah mengatakan, "Mereka semua telah mencuri, membunuh,
murtad setelah keimanan dan memerangi Allah dan rasul-Nya."

ِْ ‫ع‬ َ ٍ‫صا ِىخ‬ َ ُِ‫ُّ٘ب َٗ ٍُ َعا ِٗ َيحُ ْت‬ َ ‫ ْتُِ أَي‬ٚ‫ة َقا َه َٗأ َ ْخ َث َر ِّي َيذْ َي‬ٍ ْٕ َٗ ُِ‫أ َ ْخ َث َرَّا أَدْ ََذ ُ ْتُِ َع َْ ِرٗ ت ِِْ اىط َّْرحِ َقا َه أ َ ّْ َثأََّا ا ْت‬
ٌَّ ُ ‫ضيَّ ٌَ فَأ َ ْضيَ َُ٘ا ث‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ َٗ ِٔ ‫اَّللُ َعيَ ْي‬ َّ ‫ض٘ ِه‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫ َر‬َٚ‫ب َعي‬ ِ ‫َاش ٍِ ِْ ْاىعَ َر‬
ٌ ّ ًَِ ‫ة قَا َه قَذ‬ َ َُ ‫ض ِعي ِذ ت ِِْ ْاى‬
ِ َّ‫طي‬ َ ِْ ‫ض ِعي ٍذ َع‬
َ ِِْ ‫ ت‬َٚ‫يَذْ ي‬
َٚ‫ ِىقَاحٍ ِىيَ ْْش َرتُ٘ا ٍِ ِْ أ َ ْىثَاِّ َٖا فَنَاُّ٘ا فِي َٖا ث ُ ٌَّ َع ََذُٗا إِى‬َٚ‫ضيَّ ٌَ إِى‬
َ َٗ ِٔ ‫اَّللُ َعيَ ْي‬ َّ َّٚ‫صي‬ َ ِ‫اَّلل‬َّ ‫ض٘ ُه‬ُ ‫ث ِت ِٖ ٌْ َر‬ َ َ‫ٍَ ِرظُ٘ا فَثَع‬
َّ َّٚ‫صي‬
ِٔ ‫اَّللُ َع َي ْي‬ َّ ‫ض٘ َه‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫ضيَّ ٌَ فَقَتَيُُ٘ٓ َٗا ْضتَاقُ٘ا اى ِيّقَا َح فَسَ َع َُ٘ا أ َ َُّ َر‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ َٗ ِٔ ‫اَّللُ َعيَ ْي‬ َّ ‫ض٘ ِه‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫غ ََل ًِ َر‬ُ ‫اىرا ِعي‬ َّ
‫غيَ ِث ِٖ ٌْ فَأ ُ ِخُُٗا‬
َ ‫ضيَّ ٌَ فِي‬
َ َٗ ِٔ ‫عيَ ْي‬ َّ َّٚ‫صي‬
َ ُ‫اَّلل‬ َّ ‫ض٘ ُه‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫ث َر‬ َ ‫ش آ َه ٍُ َذ ََّ ٍذ اىيَّ ْييَحَ فَثَ َع‬ َّ ‫ش ٍَ ِْ َع‬
َ ‫ط‬ ّ ِ ‫ضيَّ ٌَ قَا َه اىيَّ ُٖ ٌَّ َع‬
ْ ‫ط‬ َ َٗ
ِ ‫ط ِإ ََّل أ َ َُّ ٍُ َعا ِٗ َيحَ قَا َه فِي ََُٕا ْاى َذذِي‬
َٚ‫ث ا ْضت َاقُ٘ا ِإى‬ ُ ‫ض ََ َو أ َ ْعيَُْ ُٖ ٌْ َٗ َت ْع‬
ٍ ‫ َت ْع‬َٚ‫ع ُٖ ٌْ َي ِسيذ ُ َعي‬ َ َٗ ٌْ ُٖ َ‫ط َع أ َ ْي ِذ َي ُٖ ٌْ َٗأ َ ْر ُجي‬
َّ َ‫فَق‬

ِ ‫أ َ ْر‬
ّ ِ ‫ض اى‬
‫ْش ْر ِك‬
(NASAI - 3968) : Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin 'Amr bin As Sarh,
ia berkata; telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata; telah
mengabarkan kepadaku Yahya bin Ayyub dan Mu'awiyah bin Shalih dari Yahya
bin Sa'id dari Sa'id bin Al Musayyab, ia berkata; telah datang beberapa orang
Arab kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu mereka masuk Islam,
kemudian sakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutus mereka
untuk mendatangi unta agar meminum susunya, dan mereka berada padanya
kemudian mereka mendatangi penggembalanya, ia adalah pembantu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, mereka membunuhnya dan menggiring unta. Mereka

4
mengaku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Ya Allah
hauskanlah orang yang menghauskan keluarga Muhammad pada malam ini, "
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirimkan orang untuk mencari
mereka, lalu mereka ditangkap dan beliau memotong tangan dan kaki mereka,
beliau mencukil mata mereka, sebagian mereka menambah atas sebagian yang
lain. Hanya saja Mua'awiyah berkata dalam hadits ini mereka menggiring menuju
negeri syirik.

Macam-macam Bentuk Hirobah


Meskipun banyak kitab fuqh mengidentikkan hirobah dengan perampokan, namun
sebenarnya ada pula yang berpendapat bahwa hirobah tidak hanya perampokan
saja. Dengan demikian maka ada dua pemahaman, pertama bahwa hirobah sama
dengan perampokan dan kedua hirobah lebih luas dari pada perampokan..
1. Hirobah sama dengan perampokan
Fuqoha‟ yang menganggap hirobah sama dengan perampokan (‫ )قطع اىطريق‬baik
secara langsung maupun tidak langsung cukup banyak. Ulama yang secara
langsung menyamakan dengan menggunakan istilah ‫ قطع اىطريق‬pada karya
mereka.11 Sedangkan ulama yang menyamakan hirobah dengan perampokan
secara tidak langsung dapat dipahami dari pernyataan yang menyebut
pencurian sebagai sariqoh sughro (ٙ‫)اىطرقح اىصغر‬atau pencurian kecil,
sedangkan hirobah disebut sebagai sariqoh kubro )ٙ‫ (اىطرقح اىنثر‬atau pencurian
besar.12
Garis besar pemikiran kelompok pertama ini adalah bahwa motif utama
hirobah adalah harta benda. Sekalipun wujud perbuatan yang dilakukan pelaku
bisa bermacam-macam. Karya-karya fiqh pada umumnya menyebutkan empat
macam, yaitu menakut-nakuti saja, menakut-nakuti dan mengambil harta,

11
Lihat misalnya Syams ad-Di>n as-Sarkhasi, tth, al-Mabsu>t, juz 9, Beirut: Da>r al-Ma’rifah, hal.
195. Juga Muhammad Ibn Idris asy-Syafii, 2001, al-Umm, cet. 1, Tanpa Kota : Dar al-Wafa, hal.
384. Juga Ibn Qudamah al-Maqdisi,tth, al-Mughni, Juz 10,Tanpa Kota: Dar al-Kutub al-„Arabi,
hal. 302
12
Abu Muhammad Mahmud Ibn Ahmad al-„Anaini, 1990, al-Banayah fi Syarh al-Hidayah, juz 6,
cet. 2, ,hal. 471
5
membunuh saja tanpa mengambil harta dan bisa pula membunuh dan
mengambil harta.13
Al-Habib Ibn Thohir memberikan pandangan yang agak berbeda, meskipun
tetap berpijak pada motif harta. Menurut ulama mazhab Maliki ini hirobah
tidak hanya terjadi di jalan saja, namun juga bisa terjadi lorong atau rumah
pada waktu siang atau malam untuk merampas harta dengan cara
membunuh/kekerasan.14 Pandangan ini menunjukkan bahwa hirobah tidak
sama dengan qath ath-Thariq.

2. Hirobah lebih luas dari pada perampokan


Ulama yang secara langsung menyatakan bahwa hirobah lebih luas dari pada
perampokan adalah al-Muhibbaji, seorang ulama mazhab Maliki.15 Al-
Muhibbaji menyebut contoh hirobah kontemporer, yaitu memaksa pilot
membelokkan pesawat ke arah yang diinginkan pelaku.16 Artinya pembajakan
pesawat merupakan bentuk hirobah. Al-Muhibbaji juga menyebut apa yang
dilakukan oleh Abu Thohir al-Qormathi ketika melakukan serangan terhadap
jamaah haji di Makkah juga sebagai bentuk hirobah.17
Sedangkan yang menyatakan secara tidak langsung misalnya Imam ar-Romli
dari mazhab Syafi‟i yang menyebut bahwa hirobah adalah muncul untuk
mengambil harta atau membunuh atau menteror dengan kekuatan dalam
kondisi jauh dari bantuan.18 Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa motif hirobah bisa untuk mengambil harta, membunuh atau melakukan
terror. Terorisme termasuk kategori hirobah.

13
Lihat misalnya, Muhammadi Ibn Idris asy-Syafi‟I, 2001, al-Umm, jilid 7, tanpa kota: Dar al-
Wafa, hal. 284
14
Al-Habib Ibn Thohir, 2009, al-Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, Beirut: Muassasah al-Ma‟arif, , hal.
367
15
Muhammad Sukhali al-Muhibbaji, 2010, al-Muhazzab min al-Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, jilid
3, Damaskus: Dar al-Qolam, hal. 295
16
Ibid, hal. 297
17
Ibid
18
Syams ad-Din Muhammad Ibn „Abbas Ahmad Ibn Hamzah Syiha,b ad-Din ar-Ramly,2003
Niha>yah al-Muhta>j Ila Syarh al-Minha>j, jilid 8, Beirut: Da.r al-Kutub al-„Ilmiyyah , hal. 3
6
Imam al-Mawardi mengkategorikan hirobah sebagai jarimah yang mengganggu
kemaslahatan umum.19 Maka pembunuhan pada jarimah qishosh berbeda
dengan pembunuhan pada hirobah. Menurut hemat penulis pembunuhan pada
hirobah adalah pembunuhan yang menyebabkan hilangkan kemaslahatan
umum, sedangkan pembunuhan pada jarimah qishosh adalah pembunuhan yang
berkaitan dengan masalah pribadi antara pelaku dengan kurban.
Muhammad Abu Zahrah menyebutkan bahwa pengertian memerangi Allah
dalam ayat hirobah berarti menyatakan perang terhadap keamanan masyarakat
Islam.20
Perbuatan yang bisa dikategorikan hirobah adalah sebagai berikut :21
1. Mencegat di jalan dengan cara menakut-nakuti orang yang lewat,
meskipun tidak bermaksud mengambil hartanya, namun sekedar
menghalangi orang memanfaatkan jalan, baik di padang pasir maupun di
bangunaan, misalnya di lorong. Kurbannya tidak harus orang umum,
namun juga bisa orang-orang tertentu. Hirobah sudah dianggap erjadi
meskipun tidak berhasil. Hal ini tidak berlaku jika dilakukan untuk
memcari kekuasaan atau karena permusuhan kelompok.
2. Mengambil harta yang diharamkan dari umat Islam atau dzimmi atau
pihak yang mengadakan perjanjian damai, meskipun belum mencapai
nishab. Kondisi korban tidak bisa mendapat pertolongan. Termasuk di
dalamnya adalah kekuatan dzalim yang merambas harta dan mematikan
pencaharian. Mengubah negara dan tidak ada manfaat pertolongan para
ulama dan sebagainya.
3. Menghilangkan akal orang lain dengan memberi minuman yang
memabukkan, bius atau tanaman beracun untuk mengambilhartanya
4. Penipuan yang dilakukan oleh mumayyiz untuk mengambil harta,
sementara tidak ada pertolongan. Pelakunya mumayyiz yang masih kecil

19
Lihat, al-Mawardi, t.th, Kitab al-Ahkam as-Sulthoniyyah, Beirut: Dar al-Fikr, hal. 62
20
Muhammad Abu Zahrah, tth, Al-Jarimah wa al-„Uqubah fi al-Fiqh al-Islami, Tanpa Kota: Dar
al-Fikr al-Islami, hal. 140
21
Habib Thohir, 2009, Fiqh al-Maliki wa Adillatuh, juz 7, Beirut: Muassasah al-M‟arif , hal. 368
7
atau sudah dewasa, menipu dan memasukkan kurbannya ke suatu tempat,
ekmuadian mengambil hartanya, meskipun tidak membunuhnya.
5. Masuk lorong atau rumah, siang atau malam untuk mengambil harta
dengan membunuh korban.

Unsur dan Syarat Hirobah


Catatan: Unsur-unsur ini menunjukkan bahwa hirobah sama dengan qath
ath-thariq
Unsur
Sebenarnya sulit untuk merumuskan unsur hirobah, karena jarimah ini tidak
tunggal. Dengan segala keterbatasan, penulis agak sulit mendaparkan pandangan
ulama menganai unsur hirobah yang komprehensif yang dapat mencakup seluruh
bentuk jarimah hirobah.

Menurut al-Kasani dari mazhab Hanafi adalah :22

1. Mencegat orang yang lewat di jalan untuk mengambil hartanya dengan


kekerasan.

Menurut hemat penulis unsur di jalan pelu diperluas ke tempat-tempat lain


, baik di kantor, di rumah, di lorong bahkan ditempat ramai yang
menimbulkan ketakutan, sehingga mereka berada dalam situasi tidak
berdaya menghadapi pelaku.

Atau munculnya pelaku di depan kurban dalam posisi superior


dibandingkan kurban (Bisa karena memegang senjata atau tidak).

2. Merampok hartanya

Menurut hemat penulis unsur ini juga perlu diperluas, tidak hanya
merampok tetapi juga menimbulkan rasa takut kurban atau mengambil
harta kurban atau membunuh kurban atau menganiaya kurban atau
melakukan beberapa tindakan tersebut sekaligus.

Syarat

22
„Ala ad-Din Abi Bakr ibn Mas‟ud al-Kasani, tth, Badai‟ ash-Shanai‟ fi Tartib asy-Syaroi‟, juz 7,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, hal. 90-91
8
Menurut as-Samarqandi dari mazhab Hanafi ada lima unsur hirobah sebagai
berikut:23

1. Pelaku membawa senjata/memiliki kekuatan yang tidak bisa dilawan oleh


kurban.
Dengan senjata yang dimiliki, pelaku memiliki kesempatan dan kekuatan
untuk melakukan apa yang diinginkannya, sementara kurban tidak memiliki
keberanian untuk melakukan perlawanan. Seandainyapun melakukan
perlawanan, kemungkinan besar akan kalah. Dengan demikian maka jarimah
hirobah sangat mungkin terjadi.
Tidak semua ulama sepakat dengan unsur ini. (Cari ulama yang tidak setuju).
Namun menurut penulis substansinya sama, yaitu ketidakseimbangan antara
pelaku dank urban, dimana pelaku berada pada posisi kuat, sedangkan kurban
pada posisi lemah.
2. Jauh dari kota atau pemukiman. (beda dengan Abu Yusuf, Syafi‟I dan Malik.
Cari pendapat mereka)
Unsur ini juga untuk memastikan lemahnya posisi kurban di hadapan pelaku.
Jika terjadi di tempat yang sepi, jauh dari keramaian, maka kurban sulit
mmencari pertolongan. Sebaliknya jika peristiwanya terjadi di tengah kota
atau dekat dengan pemukiman, kurban memiliki kesempatan melakukan
perlawanan dengan cara meminta bantuan kepada orang lain.
3. Terjadi di negara Islam
Unsur ini berkaitan dengan asas berlakunya ketentuan jarimah (Lebih
dielaborasi lagi)
4. Memenuhi syarat pencurian
Dalam pencurian harta yang ducuri ditentukan nishabnya, yaitu 14 dinar.
5. Tertangkap sebelum taubat. Jika sebelum tertangkap telah bertaubat dan
mengembalikan harta rampokan, maka tidak dijatuhi had.24
Secara umum para ulama sepakat dengan unsur ini, karena memang
dinyatakan dalam teks al-Qur‟an. Namun mereka berbeda pendapat mengenai
interpretasinya. Penjelasan lebih lanjut mengenai pendapat-pendapat ualama
tersebut akan disampaikan pada sub bab jatuhnya had hirobah.

Menurut al-Kasani dari mazhab Hanafi syarat-syarat dalam jarimah hirobah


adalah sebagai berikut:
1. Syarat Pelaku: Berakal, dewasa dan laki-laki. Syarat terakhir ini masih
diperebatkan.25
23
„Ala ad-Di>n as-Samarqandi, 1984, Tuhfah al-Fuqaha>’ juz 3, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
hal.155-156
24
„Ala ad-Di>n as-Samarqandi, 1984, Tuhfah al-Fuqaha>’ juz 3, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
hal.155-156
9
2. Syarat Kurban: Muslim atau Dzimmi, Menguasai secara sah, baik melalui
hak milik, amanah (misalnya titipan) atau barang tanggungan/gadai.26

3. Syarat pelaku mapun korban: Pelaku dan korban tidak ada hubungan
keluarga.27

4. Syarat Harta yang dirampok: Mal Mutaqowim dan telah mencapai nishab,
yaitu 10 dirham.28

5. Tempat terjadinya perampokan: Pertama, Perampokan terjadi di Darul


Islam, bukan di Darul Harbi. Karena kalau di darul harbi, penguasa tidak
mampu menegakkan aturan. Kedua, perampokan tidak terjadi di kota,
beradasarkan dalil istihsan. Adapun menurut Abu Yusuf tetap dijatuhi
had berdasarkan qiyas. Letak istihsannya adalah bahwa peraampokan
tidak terjadi di kota karena orang kota mampu melawan karena mereka
membawa senjata. Sedangkan letaj qiyasnya adalah bahwa orang-orang
sudah tidak lagi membawa senjata dan perampokan tetap terjadi di kota,
sehingga wajib dijatuhi had. Ketiga jika berada di antara dua kota, maka
jaraknya sama dengan jarak orang bepergian. Namun syarat ini dibantah
oleh Abu Yusuf. 29

Uqubah
Di dalam surat al-Maidah ayat 33 disebutkan uqubah hirobah ada empat yang
dihubungkan dengan kata “atau”. Para ulama berbeda pendapat dalam memahami
makna “atau”. Sebagian ulama memahami bahwa pilihan itu bersifat mutlak,
sehingga apapun modus hirobah, imam boleh memilih salah satu dari empat
alternative. Sebagaian yang memahami bahwa pilihan itu disesuaikan dengan
modus hirobah, di mana masing-masing uqubah disesuaikan dengan modus
hirobah.
Pilihan mutlak
Menurut Imam Malik jika ada orang yang menakut-nakuti di jalan, tanpa
mengambil harta dan tidak membunuh kurban, Imam boleh memilih membunuh
atau memotong (tangan-kaki), karena boleh jadi menakut-nakuti itu lebih paling

25
Al-Kasani…..hal. 91
26
Al-Kasani…..,hal. 91
27
Al-Kasani…., hal. 92
28
Al-Kasani….hal. 92
29
Al-Kasani…. Hal. 92
10
menakutkan dan kerusakan paling dahsyat yang lebih menakutkan dari pada
membunuh.30
Pilihan yang diarahkan
Menurut Azhar Basyir ada dua pemahaman ulama mengenai makna ٗ‫( ا‬atau)
dalam ayat tersebut. Sebagian memahaminya sebagai tanwi’ (membedakan
macam hukuman sesuai dengan jarimah yang berbeda pula). Berdasarkan
pemahaman ini penerapan masing-masing uqubah adalah sebagai berikut :
a. Dibunuh atau disalib jika pelakunya mengambil harta dan membunuh kurban.
b. Dijatuhi pidana mati jika pelakunya membunuh saja tanpa mengambil harta
kurban.
c. Dipotong tangan dan kakinya secara menyilang jika hanya mengambil harta
tanpa membunuh kurban.
d. Diasingkan jika pelaku hanya menakut-nakuti, tidak membunuh maupun
mengambil harta kurban.31
Pendapat yang lain memahami ٗ‫ ا‬sebagai takhyir (memilih). Menurut pemahaman
ini beberapa uqubah yang diancamkan di atas merupakan alternatif bagi hakim
untuk memilih mana yang paling sesuai untuk dijatuhkan.32 Dalam praktiknya
hakim bisa saja berpandangan bahwa ٗ‫ ا‬adalah li tanwi‟ sehingga ia menjatuhkan
uqubah sesuai dengan kriteria tanwi‟ di atas. Hakim bisa pula menjatuhkan
uqubah tanpa melihat berat-ringannya hirabah, asalkan masih dalam batas yang
disebutkan dalam ayat di atas.

Menurut penulis pilihan yang diarahkan rasanya lebih memenuhi rasa keadilan,
karena hukuman disesuaikan dengan jarimah. Rasanya juga tidak masuk akal,
sehingga menimbulkan kedzaliman jika hakim menjatuhkan hukuman yang lebih
berat pada jarimah yang lebih ringan. Misalnya menjatuhkan hukuman mati untuk
jenis hirobah menakut-nakuti dan menjatuhkan hukuman pengasingan untuk jenis
hirobah membunuh dan mengambil harta.

30
Imam Sahnun at-Tanuhi, 1994, al-Mudawwanah al-Kubro, Jilid 4, Beirut: Dar al-„Ilmiyyah,
hal.552
31
Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fiqh Jinayat (Hukum Pidana Islam) Yogyakarta : UII Press, 2001,
hal.41
32
Ibid
11
Gugurnya had Hirobah

Sebab gugurnya sudah ditetapkan dalam nash, surat al-Maidah ayat 34. Setelah
pada ayat 33 al-Qur‟an menetapkan jarimah dan uqubahnya, ayat 34 menyatakan
sebagai berikut:

ّ َُّ َ ‫ِإَلَّ اىَُِّيَِ ت َاتُ٘اْ ٍِِ قَ ْث ِو أَُ ت َ ْقذ ُِرٗاْ َعيَ ْي ِٖ ٌْ فَا ْعيَ َُ٘اْ أ‬
ٌ ُ‫اَّللَ َغف‬
-٤٣- ٌٌ ‫٘ر َّر ِدي‬

Artinya: Kecuali orang-orang yang bertobat sebelum kamu dapat menguasai


mereka; maka ketahuilah, bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Berdasarkan ayat tersebut para ulama sepakat bahwa uqubah had dapat gugur
karena taubatnya pelaku sebelum tertangkap. Namun mereka berbeda pandangan
dalam mengintepretasikan ketentuan tersebut.

Menurut Habib Thohir dari Mazhab Maliki menyatakan bahwa Hukuman had
hirobah gugur karena dua hal:33

1. Pelaku datang kepada penguasa atau wakilnya dan menyerahkan senjata


secara suka rela sebelum ditangkap. Dengan perkataan lain pelaku
menyerahkan diri sebelum ditangkap.
2. Secara suka rela meningalkan hasil hirobahnya, meskipun aparat belum
mendatanginya.

Gugurnya had hirobah jika tidak membunuh. Jika membunuh, maka menjadi
hukuman qisos, terserah ahli waris korban. Sedangkan had zina, qodzaf, minum-
minuman keras, pembunuhan dan pencurian gidak gugur karena taubah.34

33
Habib Thohir, 2009, Fiql al-Maliki…..hal. 378
34
Habib Thahir….hal. 379. Lihat juga Abu Qasim Ibn Husain Ibn Hasan Ibn al-Jalaab al-
Bashri,2007, at-Tafrii‟ fi Fiqh Imam Malik Ibn Anas, Juz 2, Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah,,hal. 229
12

Anda mungkin juga menyukai