Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LEMBAGA ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan dan


Keuangan Non Bank Syariah
Dosen Pengampu: Betty Eliya Rokhmah, SE.,M. Sc

Disusun Oleh:

Fadhilah Shintia Febi 192111101

Nita Isnaini 192111105

Risma Rosalia Putri 202111073

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyusun makalah ini hingga selesai. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuransi Syariah yang berjudul “Lembaga Zakat,
Infaq, Sedekah”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Betty Eliya Rokhmah, SE.,M. Sc.
yang telah memberikan pengarahan, membimbing dan membantu kami dalam penyusunan
makalah ini, serta anggota kelompok yang selalu kompak konsisten dalam penyelesaian tugas
ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari jika makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Maka dari itu, kritik dan saran
yang memiliki unsur mebangun kami butuhkan dari para pembaca dan kami harapkan bisa
berguna demi sempurnanya makalah ini nantinya.

Surakarta, 10 April 2022

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4

C. Tujuan ........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah ..............................................................6

B. Dasar Hukum Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah .........................................................7

C. Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah ....................................9

D. Kasus Yang Berhubungan Dengan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah ........................11

E. Pendapat Terkait Kasus .............................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Al-Qur`an dijelaskan bahwa kita sebagai masyarakat muslim diwajibkan untuk
menunaikan kewajiban yaitu melaksanakan zakat.1Tidak hanya zakat tapi juga dituntut untuk
melakukan infaq dan juga sedekah. ZIS merupakan tanggung jawab bagi suatu negara yang
mayoritas bergama Islam, karena ZIS merupakan salah satu sarana pemberdayaan
masyarakat yang kurang mampu.
Dalam peranannya yaitu untuk memberdayakan ekonomi umat, tentunya
penghimpunan ZIS tidak terlepas dari adanya sebuah lembaga atau badan yang menaungi
seluruh penghimpunan dan pendistribusian ZIS. Keberadaan lembaga yang menaungi zakat
diperlakukan untuk memberikan peran yang signifikan dengan memberikan serta
menunjukkan kinerja, komitmen, integritas, dan kepercayaan dalam manajemen pelaksanaan
zakat. Untuk itu Pemerintah membentuk sebuah lembaga pengelolaan zakat untuk
memudahkan menghimpun dan menyalurkan zakat yang ada di Indonesia, yaitu BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional).2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah?
2. Apa yang menjadi dasar hukum islam dan positif dari Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah?
4. Carilah kasus yang berhubungan dengan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah dan bagaimana
kasus tersebut dilihat dari hukum islam dan positif ?
5. Apa pendapat anggota kelompok terkait dengan kasus tersebut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah.
2. Mengetahui dasar hukum islam dan juga dasar hukum positif Lembaga Zakat, Infaq,
Sedekah.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah.

1
Ahmad Sudirman, Zakat Ketentuan dan Pengelolaanya, (Bogor : CV Anugerahberkah Sentosa, 2017), hlm. 11.
2
Dita Elia, “Peran Badan Amil Zakat Nasional Dalam Upaya Menanggulangi Kemiskinan Melalui Program
Bondowoso Unggulan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, Vol. 5, No. 1, hlm. 4.

4
4. Mengetahui kasus yang pernah terjadi di Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah di lihat dari
hukum islam dan positif.
5. Mengetahui Pendapat masing-masing anggota kelompok tentang kasus tersebut.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah
1. Pengertian Zakat, Infaq, dan Sedekah
Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertical yaitu zakat merupakan
ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah (hablu minallah). Dan horizontal yaitu
kewajiban kepada sesame manusia (hablu minannas). Jika ditinjau dari segi bahasa, zakat
berarti tumbuh, bersih dan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa zakat adalah sesuatu
yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang berhak menerimanya diantara yang
berhak menerima zakat yaitu fakir miskin menurut ketentuan-ketentuan agama islam.3
Sedangkan Infaq berasal dari kata anfaqa yang artinya mengeluarkan suatu harta untuk
kepentingan sesuatu, sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian
hartanya atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang diajarkan agama islam. Jika zakat
ada nishabnya kalau infaq tidak ada nishabnya. Kalu sedekah itu memberi derma, kalau infaq
menyangkut dengan hal material, maka sedekah mencakup lebih luas lagi disbanding infaq,
jadi kalau sedekah itu bisa berupa non material.4
2. Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah
Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah adalah lembaga yang bergerak dalam proses
pengelolaan zakat baik dari proses pengumpulan hingga proses pendistribusian zakat.5 Di
Indonesia terdapat dua jenis Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ), yaitu Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang pengelolaannya diurus oleh pemerintah dan yang kedua yaitu
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang pengelolaannya diurus oleh masyarakat sipil yang
terorganisasi dan bersinergi dalam proses penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian
zakat.6 Dalam melaksanakan tugasnya BAZNAS dapat membentuk Unit Pengumpulan Zakat
(UPZ) untuk membantu pengumpulan zakat.

3
Muhammad Iqbal, “Hukum Zakat dalam Persepektif Hukum Nasional”, Jurnal Asy Syukriyyah, Vol. 20, No. 1, 2019,
hlm. 34-36.
4
Dita Elia, “Peran Badan Amil Zakat Nasional Dalam Upaya Menanggulangi Kemiskinan Melalui Program
Bondowoso Unggulan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, Vol. 5, No. 1, hlm. 5.
5
Restasari, Manajemen ZIS Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Lampung, (Skripsi
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung), 2020, hlm. 21.
6
Achmad Muchaddam, Pengelolaan Zakat Di Indonesia, (Jakarta : Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Sekretariat Jendral DPR RI, 2020), hlm. 180.

6
BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Peran
BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang dalam mengelola zakat dalam skala nasional
diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Sebagai lembaga pengelola zakat, BAZNAS tidak hanya sekedar mengelola seluruh zakat
yang ada di Indonesia. Ada beberapa fungsi yang dijalankan, yaitu merencanakan,
melaksanakan, juga mengendalikan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.7
Selain kesempatan untuk melakukan pengelolaan zakat yang diberikan kepada
BAZNAS sebagai lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah, kesempatan
untuk melakukan pengelolaan zakat juga diberikan kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ).
LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Berkaitan dengan kata
“membantu” pada pasal 17 UU Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, menurut
MK, memang dapat menimbulkan konotasi bahwa LAZ adalah subordinasi dari BAZNAS.
Hal ini karena kata membantu secara harfiah mengandung makna sebuah tindakan yang
dilakukan oleh bukan pelaku utama. Kata membantu juga berarti sokongan supaya kuat dan
bisa juga berarti menolong.
Eksistensi LAZ hanya sekedar membantu BAZNAS dalam melakukan pengelolaan
zakat. Subordinasi LAZ juga disertai kewajiban LAZ terhadap BAZNAS yang harus
ditunaikan, yaitu melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat yang telah diaudit secara berkala.8
B. Dasar Hukum Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah
1. Dasar Hukum Islam
Dasar hukum islam mengenai lembaga zakat infaq shodaqoh dalam Al- Qur’an dan hadist:
1) Al-Qur`an
a. Q.S Fussilat ayat 6-7

7
Dita Elia, “Peran Badan Amil Zakat Nasional Dalam Upaya Menanggulangi Kemiskinan Melalui Program
Bondowoso Unggulan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, Vol. 5, No. 1, hlm. 5.
8
Nur Fadhilah, “Subordinasi Pengelolaan Zakat Oleh Masyarakat dalam Peraturan Perundang-Undangan Di
Indonesia”, Jurnal Yudisia, Vol. 7, No. 2, 2016, hlm. 515-533.

7
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena
itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan
celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya)

Artinya: (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap
kehidupan akhirat.

b. Q.S Al- Baqarah ayat 110

Artinya: Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu
kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh,
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan9.

2) Hadits
Nabi saw. bersabda, “Jagalah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah orang-orang
sakit di antara kalian dengan shadaqah, dan bersiap-siaplah terhadap musibah dengan
doa.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ath-Thabarani, imam Abu Nuaim, dan imam Al-
Khathib dari sahabat Ibnu Mas’ud r.a
2. Dasar Hukum Positif
Dasar hukum positif mengenai lembaga zakat infaq dan shodaqoh menurut peraturan
perundang undangan yakni:
1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ditempatkan pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5508)10

9
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah,hlm. 70.

8
C. Kelebihan dan Kekurangan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah
1. VISI
Menjadi Lembaga Amil Zakat Terpercaya
2. MISI
a. Optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang amanah, profesional dan transparan
b. Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif inovatif dan produktif
c. Optimalisasi pelayanan donatur
3. PRINSIP
Pengelolaan ZISKA berprinsip :
a. Syariat Islam, artinya dalam menajalankan tugas dan fungsinya, harus berpedoman
sesuai syariat Islam mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara
pendistribusian ziska.
b. Amanah dan Integritas artinya harus menjadi lembaga yang dapat dipercaya, dengan
memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral.
c. Kemanfaatan, artinya memberikan manfaat yang besar bagi mustahik.
d. Keadilan, artinya mampu bertindak adil yakni sikap memperlukan secara setara di
dalam memenuhi hak-hak yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
e. Kepastian hukum, artinya muzaki dan mustahik harus memiliki jaminan dan
kepastian hukum dalam proses pengelolaan Ziska
f. Terintegrasi, artinya harus dilakukan secara heirarkis sehingga mampu meningkatkan
kinerja pengumpulan, pendistribusian dan pendayaa gunaan dana ziska.
g. Akuntabilitas, artinya pengelolaan dana ZISKA Akuntabilitas, artinya pengelolaan
dana ZISKA harus bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan mudah
diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan;
h. Profesional, artinya perilaku yang selalu mengedepankan sikap dan Tindakan yang
dilandasi oleh tingkat kompetensi, kredibilitas dan komitmen yang tinggi;

10
Max hain,Landasan Hukum Zakat dan Pengelolaan zakat akses pada :
<https://elazwananas.wordpress.com/2016/12/14/landasan-hukum-zakat-dan-pengelolaan-zakat/> [Accessed 1
April 2022].

9
i. Transparansi, artinya tindakan menyampaikan informasi secara transparan, konsisten,
dan kredibel untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat kepada
pemangku kepentingan;

Amil zakat

Dalam pendistribusian dana zakat produktif kepada para mustahik tentu ada
keunggulan yang memotivasi para amil untuk konsisten, agar program zakat produktif dapat
terwujud dengan baik, namun kadang kala ada problematika yang menghambat program dan
membutuhkan evaluasi. Berikut ini tabel mengenai kelebihan dan kekurangan lembaga zakat
dalam mendistribusikan dana zakat.

Amil Zakat Keunggulan Kelemahan

BAZNAS Sudah dapat tumbuh dan 1. Kelemahan internal: Amil zakat

berkembang sesuai dengan terbatas sehingga pendampingan

fungsi zakat itu sendiri. mustahik tidak optimal. Realitas


pendampingan 1x/bulan, idealnya
dilakukan 1x/minggu.
2. Kelemahan eksternal: tingginya
semangat berwirausaha mustahik
tidak dibarengi dengan mentalitas
berwirausaha.

LAZISMU Terjadi peningkatan 1. Kelemahan internal: Amil zakat

pendapatan mustahik dalam terbatas sehingga pendampingan

usahanya pasca mendapatkan mustahik tidak optimal. Realita

bantuan dari awalnya pendampingan 1x/3 bulan,

Rp20.000-Rp30.000 /hari idealnya dilakukan 1x/bulan.

meningkat ke Rp50.000 – 2. Kelemahan eksternal: pada

Rp100.000 bahkan lebih mustahik organisasi/komunitas,

/hari. bergulirnya kepengurusan


organisasi/komunitas
mengakibatkan perbedaan
kegiatan

10
D. Kasus Yang Berhubungan Dengan Lembaga Zakat, Infaq, Sedekah
Kemenag Cabut Izin Lembaga Amil Zakat Abdurrahman Bin Auf
Kementerian Agama telah mencabut izin Lembaga Amil Zakat Baitul Mal
Abdurrahman bin Auf (LAZ BM ABA) yang diduga berafiliasi dengan kelompok teroris
Jurnal Islamiyah. Karena salah satu anggota non aktif MUI pusat, Ahmad Zain An-Najah
(AZA) diduga tergabung dalam lembaga tersebut. Kementerian agama mendapat
rekomendasi untuk mencabut izinnya karena diduga lembaga tersebut melakukan
pengumpulan zakat dan infaq yang digunakan untuk kegiatan bertentangan atau melawan
negara. Selain itu lembaga Amil Zakat Baitul Mal Abdurrahman bin Auf tidak membuat
laporan penggunaan uang kepada Kementerian Agama, padahal Lembaga Amil Zakat harus
melaporkan penggunaan uang setiap enam bulan.
BM ABA merupakan salah satu lembaga yang didirikan untuk menggalang dana dari
masyarakat dengan cara menjalin simpati atas kegiatan mereka. Selain memiliki ribuan kotak
amal, lembaga ini juga disebut memiliki beberapa bidang tanah dan bangunan di Lampung.
Lembaga Amil Zakat Baitul Mal Abdurrahman bin Auf, diidentifikasi memberikan
pendanaan pada kelompok teroris Jamaah Islamiyah. Daetasemen kusus 88 anti terror polri
terus menelusuri kepemilikan asset institusi tersebut di lampung. Lembaga ini diperkirakan
menyebarkan lebih dari 2000 kotak amal sehingga dapat menghimpun dana mencapai 70 juta
per bulan. Kepala bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri terus mengembangkan
penyidikan terkait Lembaga Amil Zakat Baitul Mal Abdurrahman bin Auf.
Adapun dana yang terhimpun digunakan untuk membiayai operasional organisasi,
selain itu sejumlah uang juga dialokasikan untuk mendanai program “jihad global”, yakni
memberangkatkan kader untuk berlatih militer di negara yang tengah berkonflik di timur
tengah. Dengan dana tersebut jamaah islamiyah pernah mengirim kadernya ke Suriah, irak,
dan Afganistan.
Selama lima hari terakhir, densus 88 tengah menggencarkan penelusuran terhadap
BM ABA di Lampung. Dalam kurun waktu 3 hari dari 31 Oktober-2 November 2020, tiga
pimpinan BM ABA, yakni S (ketua), SU (bendahara), dan DRS (sekretaris) telah ditangkap,
rekening-rekening yang digunakan pun langsung dibekukan.

11
Izin Cabut
Penggalangan dana yang mengatasnamakan Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin
Auf merupakan kegiatan illegal. Lembaga tersebut sudah tidak memiliki izin operasional
karena telah dicabut sejak 29 Januari 2021. Pencabutan izin diterbitkan oleh Kepala Kanwil
Kemenag Jakarat, karena LAZ ABA berkantor pusat di Ibukota. Hal itu tertuang dalam surat
keputusan Kanwil Kemenag DKI Jakarta Nomor 103 Tahun 2021 tentangpencabutanizin
Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin Auf.
E. Pendapat Terkait Kasus
1. Risma Rosalia Putri (202111073)
Menurut pendapat saya keputusan kemenag untuk mencabut izin Lembaga Amil Zakat
Abdurrahman bin Auf ini sudah benar karena lembaga ini diduga bersekongkol dengan
jaringan teroris yang mana dana hasil infaq disalurkan untuk pembiayaan kelompok
teroris. Dan kegiatan ini termasuk melawan negara, karena dana infaq disalahgunakan
tidak untuk yang seharusnya, bahkan membahayakan masyarakat. Oleh karena itu
lembaga-lembaga terkait seperti kemenag dengan bantuan TNI Polri sangat
diperlukanuntuk memberantas oknum yang bertindak membahayakan negara.
2. Nita Isnaini (192111105)
Pendapat saya mengenai kemenag mencabut izin Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin
Auf adalah benar karena dalam pengelolaan maupun pengumpulan dana zakat dan infaq
tidak digunakan sebagaimana mestinya, selain itu juga Lembaga Amil Zakat
Abdurrahman bin Auf tidak membuat laporan penggunaan uang kepada kemenag.
Padahal dalam prinsipnya itu harus transparansi dimana dalam pengelolaan, penanggung
jawabanterhadap zakat, infaq, sedekah harus menyampaikan informasi secara transparan,
agar dapat memberikan layanan yang lebih baikdan cepat kepada penerima zakat. Oleh
karena itu saya sepakat bahwa lembaga LAZIS Abdurrahman bin Auf itu dicabut izinnya.
3. Fadhilah Shintia Febi (192111101)
Menurut saya apa yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Abdurrahman bin Auf telah
melanggar aturan yang ada pada LAZ ataupun telah melawan negara, sehingga Kemenag
dalam mengawasi Lembaga-Lembaga khususnya Lembaga Zakat harus lebih teliti serta
diperketat. Kemenag harus sering melakukan monitoring dan juga evaluasi kepada
Lembaga Zakat yang telah beroperasi untuk meminimalisir dan juga menghindari

12
terjadinya kasus yang terjadi pada LAZ BM ABA yang menjadi penggalang dana bagi
kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI). Dan harusnya LAZ yang telah terdaftar (legal)
di Kemenag dapat melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala. Artinya jika
LAZ tidak melaksanakan kewajiban tersebut maka sudah melanggar kewajiban selaku
lembaga zakat.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Indonesia terdapat dua jenis Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ), yaitu Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) yang pengelolaannya diurus oleh pemerintah dan yang kedua
yaitu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang pengelolaannya diurus oleh masyarakat sipil yang
terorganisasi dan bersinergi dalam proses penghimpunan, pengelolaan, dan pendistribusian
zakat.
BAZNAS merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah
(ZIS) pada tingkat nasional. Peran BAZNAS dengan adanya Undang-Undang Nomor 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga pengelola zakat, BAZNAS tidak
hanya sekedar mengelola seluruh zakat yang ada di Indonesia tapi juga merencanakan,
melaksanakan, juga mengendalikan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Sedangkan LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Jadi Dasar hukum positif mengenai lembaga zakat infaq dan shodaqoh menurut
peraturan perundang undangan yakni, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Selain diatur dalam hukum positif, lembaga zakat infaq dan shodaqoh
juga diatur dalam Al-Qur`an yaitu dalam surat Fussilat ayat 6-7, akan celaka bagi orang-
orang yang tidak menunaikan zakat. Dan juga dalam surat Al- Baqarah ayat 110, yaitu
perintah untuk menunaikan ibadah shalat dan menunaikan zakat, maka barangsiapa yang taat
melakukannya maka pahala baginya.

14
Daftar Pustaka

Achmad Muchaddam, Pengelolaan Zakat Di Indonesia, Jakarta : Pusat Penelitian Badan


Keahlian DPR RI Sekretariat Jendral DPR RI, 2020.

Ahmad Sudirman, Zakat Ketentuan dan Pengelolaanya, Bogor : CV Anugerahberkah Sentosa,


2017.
Departemen Agama RI, AL-Quran dan Terjemah.
Dita Elia, “Peran Badan Amil Zakat Nasional Dalam Upaya Menanggulangi Kemiskinan Melalui
Program Bondowoso Unggulan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya,
Vol. 5, No. 1, 2017.

Muhammad Iqbal, “Hukum Zakat dalam Persepektif Hukum Nasional”, Jurnal Asy Syukriyyah,
Vol. 20, No. 1, 2019.
Nur Fadhilah, “Subordinasi Pengelolaan Zakat Oleh Masyarakat dalam Peraturan Perundang-
Undangan Di Indonesia”, Jurnal Yudisia, Vol. 7, No. 2, 2016.

Posts, V., 2022. LANDASAN HUKUM ZAKAT DAN PENGELOLAAN ZAKAT. Max Hain.
Di akses pada : <https://elazwananas.wordpress.com/2016/12/14/landasan-hukum-zakat-
dan-pengelolaan-zakat/> [Accessed 1 April 2022].

Ramadhita, Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam Kehidupan Sosial,” Jurnal Hukum
dan Syariah”, Vol. 3, No. 1, 2012.
Restasari, Manajemen ZIS Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU)
Lampung, Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Raden Intan Lampung,
2020.
Syahatah, Akuntansi Zakat: Panduan Praktis Penghitungan Zakat Kontemporer.

15

Anda mungkin juga menyukai