Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH DIGITALISASI PEMBAYARAN ZAKAT TERHADAP

PELUANG PENGELOLAAN ZAKAT DI MASYARAKAT


(Studi Lapangan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Boyolali)

Makalah ini dibentuk dengan tujuan memenuhi salah satu tugas perkuliahan dari
mata kuliah Lembaga Keuangan Publik Syariah yang diampu oleh:

Ibu Asiah Wati, S.E., M.E.

Disusun Oleh:
1. Dian Septiani [202111099]

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah salah satu negara dengan pemeluk agama islam
terbesar di dunia, hal ini merujuk pada Boston Consulting Grup (BCG) yang
pada tahun 2020 Indonesia dihuni oleh 267 juta jiwa, dengan jumlah kelas
menengah 62,8 persennya atau 147 juta jiwa. Selanjutnya, mengacu pada
fitrah agama Islam adanya isntrumen sosial yang meliputi: zakat, infak,
sedekah dan waqaf sehingga harta benda yang dimiliki seseorang
mengandung harta milik orang lain yang mesti dibersihkan atau disalurkan.
Telah jelas bahwasanya zakat adalah ibadah wajib, selain terdapat dalam
rukun islam yang ke empat yaitu menunaikan zakat 1. Kewajiban zakat juga
diperjelas dalam Harta yang wajib dizakati haruslah harta yang baik dan
halal, Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 267:

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian


dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” 2
Menurut publikasi data oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas),
potensi zakat nasional di Indonesia pada 2017 mencapai Rp 271 triliun per
tahun. Tetapi jumlah zakat yang diterima baru mencapai Rp 5 triliun
3
.Tentunya perlu pengelolaan yang baik dalam penghimpunan dana zakat
ini, dari berbagai aspek menentukan peluang zakat dalam peningkatan

1
Indria Fitri Afiyana et al., “Tantangan Pengelolaan Dana Zakat Di Indonesia Dan Literasi Zakat,”
Akuntabel 16, no. 2 (2019): 222-229. Universitas Mulawarman.
2
BAZNAS-Sub Divisi Pelaporan, National Zakat Statistics 2019 |I, ed. Achmad : dKK Setio
Adinugroho, 2nd ed. (Jakarta: BAZNAS-Sub Divisi Pelaporan, 2019).
3
Ibid.

2
perekonomian negara. Hal ini sebagaimana instrument zakat dapat
meningkatakan perekonomian, dapat dilihat dari peranannya tiap lembaga
zakat dalam keefektifan pengelolaan zakat mulai dari sumber daya manusia,
lembaga amil zakat yang profeisonal serta melihat peluang dari zakat itu
bagi kehidupan umat.4

Melihat data tersebut harusnya zakat memiliki potensi tinggi dalam


peningkatan ekonomi masyarakat, terutama di Indonesia. Meninggat di era
digitalisasi ini, memungkinkan untuk peningkatan efektivitas pengelolaan
zakat5. Melihat potensi dari pengguna internet di Indonesia sendiri sudah
sangatlah tinggi, menandakan adanya transformasi digital di tengah
masyarakat6.
Tentunya ini menjadi tantangan baru bagi OPZ dalam pengelolaan
zakat di era digital. Tuntutan untuk memberikan pelayanan yang prima,
cepat, tepat, benar, dan mampu menangani keluhan dengan baik. Mampu
membuat suatu barang dan program layanan yang inovatif serta mampu
meningkatkan kesadaran masyarakat (muzzaki) untuk menunaikan
zakatnya. mampu mengelola zakat secara profesional serta menyajikan
administrasi dan laporan keuangan secara akurat, tepat waktu, transparan,
kredibel, dan mudah diakses supaya muzakki tahu kemana dana zakatnya
didistribusikan (241)

4
Abdul Azis and Ating Sukma, “Strategi Penghimpunan Dana Zakat Lima Lembaga Pengelola
Zakat Di Indonesia,” Jurnal Syarikah : Jurnal Ekonomi Islam 2, no. 1 (2016): 133.
5
Wasilatur Rohmaniyah, “Optimalisasi Zakat Digital Melalui Penguatan Ekosistem Zakat Di
Indonesia,” Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law 3, no. 2 (2022): 232–246.
6
Nur Jamaludin and Siti Aminah, “Efektifitas Digitalisasi Penghimpunan Dana Zakat Pada Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang,” Management of Zakat and Waqf Journal
(MAZAWA) 2, no. 2 (2021): 180–208.

3
maka dari itu perlu adanya inovasi dari BAZNAS dalam pengelolaan
zakat secara digital, yang akhirnya melahirkan aplikasi pengelolaan zakat,
7
penerimaan, pembayaran zakat . BAZNAS mengeluarkan beberapa
platform kebijakan untuk menghimpun dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Pertama, kebijakan internal, berupa penggunaaan website ataupun aplikasi.
contohnya, menyajikan laman pembayaran zakat dalam situs webnya 8 .
Tidak terkecuali dengan BAZNAS Kabupaten Boyolali yang menghadirkan
aplikasi MAZBOY. Sebagai upaya proaktif badan amil zakat dalam
pengelolaan zakat di era digital ini9.
Pada kesempatan ini, yang akan menjadi objek observasi ialah
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Boyolali. BAZNAS
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu lembaga pengelolaan zakat non
structural milik negara yang berkantor cabang di Kabupaten Boyolali.
Observasi akan dilaksanakan dengan sistem wawancara pada lembaga zakat
ini.
Berdasarkan latar belakag tersebut, rumusan masalah dalam
penulisan penelitian ini terfokus pada bagaimana peluang zakat dalam
meningkatakan ekonomi masyarakat, tantangan yang dihadapi oleh
BAZNAS dalam pengelolaan zakat, manajemen resiko yang diterapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan zakat pada
BAZNAS Kabupaten Boyolali, dalam melihat peluang serta tantangan
pengelolaan zakat sendiri, serta manajemen resiko yang ditetapkan oleh
BAZNAS Kabupaten Boyolali.

7
Annida Karima Sovia, Delima Sari Lubis, and Aliman Syahuri Zein, “Digitalisasi Pemberdayaan
Ekonomi Mustahiq Berbasis Zakat Produktif,” Journal of Islamic Social Finance Management 1,
no. 1 (2021): 62–75.
8
Rohmaniyah, “Optimalisasi Zakat Digital Melalui Penguatan Ekosistem Zakat Di Indonesia.”
9
Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Abdul Qayuum Abdul Razak Khairul Azhar Meerangani,
Muhammad Taufik Md Sharipp, Muhammad Ikhlas Rosele, “Digitalisasi Sistem Pengurusan Zakat
Di Malaysia: Potensi Dan Cabaran,” Journal ofBusiness Innovation Jurnal Inovasi Perniagaan, no.
December (2021): 36–48.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun yang sangat penting dalam ajaran
Islam secara etimologis zakat secara etimologi bermakna meningkatnya
makna kata (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan memberkahi
(Albarakatu). Adapun beberapa pendapat ahli mengenai asal muasal
kata zakat, seperti dari kata zakka yang berarti suci sehingga dapat
diberikan simpulan istiah bahwa zakat adalah mensucikan harta.
Sedangkan secara terminologis Zakat artinya memberi sebagian
persyaratan tertentu diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik)
juga dalam kondisi tertentu. Mengutp dari laman Kementrian Agama RI
yaitu www.kemenag.go.id, zakat merupakan harta yang wajib
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang
muslim sesuai dengan ketentuan agaman untuk diberikan kepada yang
berhak menerimannya. Dari hal tersebut tersirat bahwa zakat berlaku
bagi individu dan juga lembaga10.
2. Dasar Hukum Zakat
Kata zakat telah disebut dalam Al-Quran kurang lebih 30
kali salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 11011.

10
Sundari Sundari, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasan
Kemiskinan,” Al-’`Adalah : Jurnal Syariah dan Hukum Islam 3, no. 1 (2018): 46.
11
Kementrian Agama Republik Indonesia, “Quran Kemenag,” Kementrian Agama Republik
Indonesia, accessed November 14, 2022, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/110.

5
‫وووصل َِعووو ُْو ُص ِ ْووو َص‬ ْ ‫ووْص َ ْيو‬ ِ ‫اصِلَ ْنفُ ِسووو ُْ ْم‬
ْ ‫صُو‬ َ ‫ٰو َووواٰ ََصو َالُوووااصال و ََووواَٰص‬
ِ ‫دصو َُووو صل ُ َووو ِ ُُ ْصا‬ ‫َواَقِ ْي ُموووااصال و‬
‫ٰيْوص‬ ِ َ‫صّٰللاَصبِ َم صل َ ْع َموُ ْانَ صب‬
‫ّٰللاِصدصا وِن ه‬
‫ه‬

Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan


segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu,
kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah.
Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.
Dalam as-Sunnah yang mengenai zakat adalah adalah hadist
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari sebagai berikut.
“Rasulullah bersabda, ”Siapa yang dikaruniai Allah
kekayaan tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari
kiamat nanti ia akan didatangi oleh seekor ular jantan gundul
yang sangat berbisa dan sangat menakutkan dengan dua bintik
di atas kedua matanya.” (HR. Bukhari)”
3. Rukun dan Syarat Zakat
Adapun yang menjadi rukun dari zakat adalah menyerahkan
sebagian dari nishab (harta) dengan melepas kepemilikan terhadapnya,
menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan menyerahkannya
kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni imam
atau orang yang bertugas untuk memungut zakat. Sedangkan syarat zakat
adalah ; orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang yang
merdeka, islam, dan harta yang dizakati adalah harta yang wajib di zakati
dan telah mencapai nisobnya, harta yang dizakati harta milik penuh.12
4. Jenis Zakat
Zakat dibagi menjadi dua jenis ; zakat fitrah dan zakat harta (maal).
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan seluruh umat muslim
di bulan ramadhan, terutama saat magrib di penghujung bulan
ramadhan, dan yang terpenting dibayarkan sebelum sholat idul fitri.

12
Muhammad Thoin, “Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat,” Al Amwal (Hukum
Ekonomi Syariah) 9, no. 2 (2017): 166.

6
Zakat Fitrah wajib bagi setiap muslim yang memenuhi syarat, yaitu.
lebih banyak kebutuhan dasar untuk diri mereka sendiri dan orang yang
mereka cintai selama liburan. Zakat fitrah tidak mengenal nishab dan
menerima sebesar satu sha' atau 3,5 liter (2,5 kg) sembako untuk
masyarakat. Dan adapun zakat maal, zakat ini adalah zakat atas
kekayaan yang lantas dibayarkan setiap saat target zakat memenuhi
persyaratan. zakat ini meliputi hasil perdagangan, pertanian,
pertambangan, makanan laut, ternak, penemuan harta karun, emas,
perak serta pekerjaan (profesi) Ini memiliki perhitungan sendiri. Dengan
waktu, kelas aset zakat terus berkembang. Beberapa objek zakat yang
potensial adalah lainnya yang berhubungan dengan sektor modern
seperti kekhususan atau pekerjaan, beternak ayam, lebah, peternakan,
bisnis real estate dan surat berharga seperti saham 13 . Harta Rikaz
menjadi salah satu macam zakat, rikaz sendiri adalah harta kekayaan
peninggalan orang terdahulu layaknya harta karun. Yang perlu dizakati
sebesar 20% tanpa nisob.14
5. Penerima Zakat
Pihak-pihak yang dapat menerima zakat secara garis besar dibagi
menjadi dua kelompok; Pertama kelompok delapan asnaf sebagaimana
yang telah tercantum dalam al-Qur'an (QS.At-Taubah : 60), yaitu:
Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Rigab, Gharim, Fisabilillah dan Ibnu
Sabil. Kedua golongan dengan kondisi khusus, yaitu mereka yang
tengah dalam kondisi tertentu yang menuntut pertolongan dan
pemberdayaan sepanjang memenuhi kriteria Mustahik, seperti anak
jalanan, gelandangan, pengemis, anak-anak putus sekolah, korban
bencana alam dan remaja dan pemuda pengangguran.15

6. Hikmah dan Tujuan Zakat

13
Abdulloh Mubarok and Baihaqi Fanani, “Penghimpunan Dana Zakat Nasional,” Permana 5, no.
2 (2014): 8.
14
Thoin, “Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat.”
15
Mubarok and Fanani, “Penghimpunan Dana Zakat Nasional.”

7
Adapun yang menjadi tujuan dari zakat ialah : (a) mengangkat
derajat fakir-miskin dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan; (b)
membantu pemecahan permasalahan yang dilalui orang yang
membutuhkan seperti mustahiq; (c) menjaga tali silahrturahmi; (d)
menghilangkan sifat kikir dan serakah; (e) memupuk rasa jiwa sosial
diri sendiri, serta tanggung jawab; (f) memberikan manfaat berupa rasa
disiplin dalam memunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain;
dan yang terakhir adalah sebagai upaya pemerataan kesejahteraan sosial.
Yang dapat simpulkan dari pelaksanaan zakat terdapat hikmah yang
dapat diambil berupa ibadah yang dilakukan untuk bentuk ketaatan pada
Allah dan menjaga silahturahmi antar umat, dapat dikatakan menjadi
ibadah ganda yang terjadi secara vertical dan horizontal16.
7. Tantangan Zakat
Tantangan yang dihadapai dalam pengelolaan zakat dapat terjadi
dari pelbagai aspek, mulai dari muzaki, mustahik sampai dengan badan
pengelola zakat yang tidak menutup kemungkinan dapat mejadi suatu
kendala dalam pengelolaan dan pemberadayaan zakat.
Pertama ialah mengenai sumber daya manusia sebagai pengelola
zakat masih kurang. Agaknya minat seseorang untuk menjadi amil zakat
masih minim. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan badan amil
zakat akan sumber daya manusia yang banyak dengan profesionalisme
yang mumpuni. Kedua, pemahaman fikih amil yang belum memadai.
Masih berhubungan dengan SDM, yang nota bene dalam penerapan
fikih biasanya masih minim karena sejauh ini fikih dipelajari secara
tekstual,bisa juga karena sikap tradisional seorang amil yang membuat
tujuan utama zakat tidak tecapai. Ketiga adalah rendahnya kesadaran
masyarakat, perlu dipahami bahwa zakat bukanlah sekedar ibadah yang
terjadi di bulan Ramadhan. Kesadaran mengenai zakat pekerjaan atau
harta (zakat maal) masihlah minim. Keempat adalah masalah teknologi

16
Syaipudin Elma, STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS MELALUI PROGRAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI, Ekp, vol. 13, 2015.

8
yang kurang canggih dalam pengelolaan zakat. Kelima adalah sistem
infomasi zakat yang belum semua lembaga memiliki sistem informasi
yang akuntabel, informative. Dan yang terakhir adalah sikap mental
penerima zakat yang kurang siap menerima zakat dan tidak dapat
mengelolanya.17

B. Peluang Zakat dalam Perekonomian Umat


Dengan kata lain, pengelolaan zakat secara profesional dan produktif dapat
ikut membantu perekonomian masyarakat lemah dan membantu pemerintah
dalam meningkatkan perekonomian negara, yaitu terberdayanya ekonomi umat
sesuai dengan misi-misi yang diembannya. Diantara misi-misi tersebut adalah:
a. Misi pembangunan ekonomi dan bisnis yang berpedoman pada ukuran
ekonomi dan bisnis yang lazim dan bersifat universal. b. Misi pelaksanaan etika
bisnis dan hukum; c. Misi membangun kekuatan ekonomi untuk Islam,
sehingga menjadi sumber dana pendukung dakwah Islam18

C. Fungsi Strategi Lembaga Amil Zakat


Pemerintah dalam upaya penaganan pengelolaan zakat memberikan peranan
yang serius, keseriusan ini dapat dilihat dari terbitnya UU No. 33 Tahun 1999
yang kemudian diperbarui dengan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat. UU ini seterusnya menjadi payung hukum masyarakat dalam mengelola
zakat bagi umat Islam.
Yang mana dalam upaya optimalisasi sistem zakat dengan proses
redistribusi income, oleh amil, ketika amil tersebut memiliki tingkat
keprofeisonalan yang tinggi maka pengelolaan zakat akan lebih baik, tentunya
pengelolaan ini membutuhkan SDM yang mumpuni menguasai masalah-
masalah yang berhubungan dengan zakat, seperti muzaki, nisab, haul, juga
mustahik zakat itu sendiri. Selain itu pengelola zakat (amil) juga harus memiliki
dedikasi yang tinggi dalam manjalankan tugasnya.

17
Siti Zumrotun, “Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat,” Ahkam XVI, no. 1 (2016): 3–8.
18
Sundari, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasan Kemiskinan.”

9
Sehingga dapat dikatakan peranan Badan Amil Zakat (BAZ) ataupun
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sangatlah penting. Yang mana secara garis besar
memiliki tugas sebagai berikut; pertama, melaksanakan pendataan muzaki dan
mustahik, pembinaan, menagih, mengumpulkan, dan menerima zakat,
mendoakan muzaki saat menyerahkan zakat, kemudian menyusun
penyelenggaraan sistem administrasi dan manajerial dana zakat yang terkumpul
tersebut. Kedua, memanfaatkan data terkumpul mengenai peta mustahik dan
muzaki, memetakan jumlah kebutuhannya, dan menentukan kiat
pendistribusiannya. Pembinaan berlanjut untuk mustahik yang menerima dana
zakat.
Berdasarakan fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 tentang amil zakat antara lain
sebagai berikut. Pertama, penarikan/pengumpulan zakat yang meliputi
pendataan wajib zakat, penentuan objek wajib zakat, besaran nisab zakat,
besaran tarif zakat dan syarat-syarat tertentu pada masing-masing objek zakat.
Kedua, pemeliharaan zakat yang meliputi inventarisasi harta pemeliharaan,
serta pengamanan harta zakat. Ketiga, pendistribusian harta, yang meliputi
penyaluran harta zakat agar sampai kepada mustahik zakat secara baik dan
benar, dan pelaporan19.

19
Siti Zumrotun, “Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,”
Jurnal Hukum Islam (2016): 60.

10
BAB III

A. PROFIL
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Boyolali
merupakan lembaga pengelolaan zakat non structural milik pemerintah yang
berkantor cabang di Kabupaten Boyolali dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri Agama. BAZNAS Kabupaten Boyolali beralamat
di Kompleks Kantor Terpadu Kabupaten Boyolali. Yang dibentuk melalui
keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.
DJ.II/568/TAHUN 2014 tentang pembentukan Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten se kota/kabupaten di Indonesia dengan melaksanakan peranan
dan fungsi sebagai pengelola zakat di tingkat kabupaten/ kota.
Dalam visinya BAZNAS Kabupaten Boyolali berkomitmen menjadi
pengelola zakat yang profesional, amanah, transparan dan akuntabel, serta
ikut berperan aktif dalam menanggulangi kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan, keberdayaan umat islam di Kabupaten Boyolali. Dengan
Misi,
1) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran umat islam khususnya
Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menunaikan zakatnya melalui Baznas
Kabupaten Boyolali.
2) Mengelola Zakat Infak dan Sedekah (ZIS) secara profesional,
terstandarisasi berbasis IT, sehingga menjadi lembaga yang akuntabel.
3) Menyalurkan dan mendayagunakan zakat secara optimal sesuai
ketentuan syariat islam dalam menanggulangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan mustahik.
4) Memperkuat jaringan dengan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ),
Pemerintah Kabupaten, dan stakeholder terkait lainnya.
Adapun beberapa capaian yang telah di miliki oleh BAZNAS
Kabupaten Boyolali seperti Penggunaan Sistem Manajemen Informasi
BAZNAS Teraktif, Pelaporan Kegiatan dan Keuangan Terbaik Program

11
ZCD, Opini WTP empat kali berturut-turut, dan 3 Besar Nasional Penerapan
Sistem Manajemen Informasi BAZNAS terbaik. Produk-produk BAZNAS
Kabupaten Boyolali yang melalui program penyaluran terdapat lima
program penyaluran dana ; Boyolali Sehat, Boyolali Cerdas, Boyolali
Taqwa, Boyolali Peduli, Boyolali Makmur.

B. HASIL OBSERVASI
Pada BAZNAS Kabupaten Boyolali yang sebagai salah satu
lembaga pengelola zakat di tingkat kabupaten Boyolali. Memiliki pelayanan
dalam pengelolaan zakat wakaf sedekah, mulai dari penghimpunan sampai
dengan pendistribusian. Di boyolali sendiri peluang pengelolaan zakat
sangatlah memiliki potensi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari data tahun
2021 pengumpulan zakat menyentuh angka 6,5 M, tak ayal jika dari segi
pengumpulan kabupaten Boyolali menjadi urutan no 2 se-Soloraya dengan
muzzaki kurang lebih 7000 muzzaki tiap bulannya. Dengan presentase 90%
dari muzzaki tersebut adalah PNS.
Lantas mengenai pendistribusian dari pada zakat ini dilaksanakan
dengan sistem cahsless, jadi ketika ingin dikirimkan ke pihak yang menjadi
penerima zakat akan di transfer ke rekening akun penerima zakat, dan
apabila si penerima zakat ini tidak memiliki akun rekening bank, maka dari
pihak BAZNAS akan membuatkan akun baru untuknya. Pendistribusian
secara digital ini dirasa efektif untuk menghindari penyalahgunaan
kekuasaan amil zakat. Seperti yang diterangkan oleh Bapak Marte selaku
sekertasi BAZNAS Kabupaten Boyolali, bahwa ketika kita melakukan
transfer akan minim uang zakat itu terpotong untuk hal yang tidak
diinginkan, seperti pungli atau lainnya. Maka di Boyolali pengelolaan zakat
dalam pembayaraanya pun 99% Cashless.
Dari apa yang telah diterangkan narasumber, bisa dilihat bahwa
pendistribusian zakat di Boyolali bisa termasuk kedalam baik dengan
pengukuran 90 persen baik dan efektif melihat ke 4 tahun belakang
mengalami perkembangan. Lantas untuk 2 tahun terkahir saat mengalami
covid, Pak Marte menunjukkan bagan statistic pengumpulan bahwa zakat di

12
Kabupaten Boyolali tidak mengalami penurunan dan justru meningkat,
yang mana pada tahun 2020 6,5 M sekarang menyentuh 6,5 M. meskipun
tidak drastis peningkatannya tetapi ini merupakan suatu hal yang patut
diapresiasi. Tak ayal mereka sangat optimis bahwa tahun 2022 zakat di
Kabupaten Boyolali dapat menyentuh angka 8 Miliar.
Beralih pada pendistribusian yang dianggap sudah efektif dan akurat
adalah bahwa dalam menyalurkan dananya tidak semata-mata
mengkonfrimasi segala pengajuan. Terdapat aturan pengajuan mulai dari
permohonan dokumen-survey lokasi-ditentukan ditolak atau tidak. Dalam
hal ini BAZNAS kabupaten Boyolali telah menolak 200 pemohon dengan
total seluruh pemohon adalah 12.000.
Tentunya dalam pendistribusian pun memiliki tantangan, seperti
digitalisasi yang kurang dalam pengelolaan zakat. Tantangan internal
muncul dari kekurangan SDM pengelola zakat yang berimbas pada kurang
optimal dalam pelayanan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, gaji
yang belum layak menjadikan minat dari beberapa orang untuk menjadikan
amil sebagai profesi agaknya kurang. Tantangan lain timbul dari masyarakat
yang kurang sadar akan zakat, khususnya zakat maal. Penangulangan
mengenai pengingkatan kesadaran masyarakat telah dilaksanakan
BAZNAS Kabupaten Boyolali lewat seminar tiap bulannya. Selain itu
tantangan eksternal lain hadir dalam bentuk pelanggaran UU mengenai
pihak pengelola zakat yang ada di perdesaan, biasanya cenderung pada
panitia yang mengelola zakat dan pendistribusian yang bersifat tradisional.
BAZNAS menangulangi hal tersebut dengan sosialisasi dan memberikan
SK kepada masjid-masjid di desa untuk melakukan pengelolaan zakat. Tak
sampai disitu mengenai isu penyelewengan dana zakat juga memiliki
dampak pada kepercayaan masyarakat. BAZNAS Boyolali menyadari hal
tersebut dan menegakan prinsip amanah syarih, aman regulasi dan aman
NKRI yang mana pada websitenya diperlihatkan statistic zakat,
pengalokasian zakat, sebagai bentuk transparansi para pengelola zakat.

13
Maka dari ini adanya manajemen resiko dalam BAZNAS Kabupaten
Boyolali amatlah penting, penerapan SOP, adanya satuan audit internal
seperti pertangung jawaban mengenai pengalokasian dana zakat dan
realisasi di lapangan bagaimana, evaluasi kinerja mengenai rencana dan
evaluasi. Yang mana regulasi dari BAZNAS tetap sesuai dengan undang-
undang, berpedoman dengan aturan yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA
Afiyana, Indria Fitri, Lucky Nugroho, Tettet Fitrijanti, and Citra Sukmadilaga.
“Tantangan Pengelolaan Dana Zakat Di Indonesia Dan Literasi Zakat.”
Akuntabel 16, no. 2 (2019): 222-229. Universitas Mulawarman.
Azis, Abdul, and Ating Sukma. “Strategi Penghimpunan Dana Zakat Lima
Lembaga Pengelola Zakat Di Indonesia.” Jurnal Syarikah : Jurnal Ekonomi
Islam 2, no. 1 (2016): 133.
BAZNAS-Sub Divisi Pelaporan. National Zakat Statistics 2019 |I. Edited by
Achmad : dKK Setio Adinugroho. 2nd ed. Jakarta: BAZNAS-Sub Divisi
Pelaporan, 2019.
Elma, Syaipudin. STRATEGI PENYALURAN DANA ZAKAT BAZNAS MELALUI
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI. Ekp. Vol. 13, 2015.
Jamaludin, Nur, and Siti Aminah. “Efektifitas Digitalisasi Penghimpunan Dana
Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang.”
Management of Zakat and Waqf Journal (MAZAWA) 2, no. 2 (2021): 180–
208.
Kementrian Agama Republik Indonesia. “Quran Kemenag.” Kementrian Agama
Republik Indonesia. Accessed November 14, 2022.
https://quran.kemenag.go.id/surah/2/110.
Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Taufik Md Sharipp, Muhammad Ikhlas
Rosele, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Abdul Qayuum Abdul Razak.
“Digitalisasi Sistem Pengurusan Zakat Di Malaysia: Potensi Dan Cabaran.”
Journal ofBusiness Innovation Jurnal Inovasi Perniagaan, no. December
(2021): 36–48.
Mubarok, Abdulloh, and Baihaqi Fanani. “Penghimpunan Dana Zakat Nasional.”
Permana 5, no. 2 (2014): 8.
Rohmaniyah, Wasilatur. “Optimalisasi Zakat Digital Melalui Penguatan
Ekosistem Zakat Di Indonesia.” Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic
Economic Law 3, no. 2 (2022): 232–246.
Sovia, Annida Karima, Delima Sari Lubis, and Aliman Syahuri Zein. “Digitalisasi
Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Berbasis Zakat Produktif.” Journal of

15
Islamic Social Finance Management 1, no. 1 (2021): 62–75.
Sundari, Sundari. “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pengentasan Kemiskinan.” Al-’`Adalah : Jurnal Syariah dan Hukum Islam 3,
no. 1 (2018): 46.
Thoin, Muhammad. “Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat.” Al Amwal
(Hukum Ekonomi Syariah) 9, no. 2 (2017): 166.
Zumrotun, Siti. “Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat.” Ahkam XVI, no. 1
(2016): 3–8.
———. “Peluang, Tantangan Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat.” Jurnal Hukum Islam (2016): 60.

16
LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara
Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Hari/ tanggal : Kamis, 17 November 2022


Intansi : BAZNAS Kabupaten Boyolali
Lokasi : Komplek Perkantoran Terpadu
Kabupaten Boyolali Jl. Merdeka
Timur Kemiri, Kabupaten Boyolali

Identitas Narasumber

Nama : Marte
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jabatan : Sekertaris BAZNAS Kabupaten Boyolali

Hasil Wawancara
Pada Kamis, tanggal 17 November 2022 siang pukul 13.00 WIB saya
melakukan wawancara kepada salah satu badan amil zakat, yaitu
BAZNAS Kabupaten Boyolali yang mana sehari sebelumnya telah
melakukan janji terlebih dahulu. Di sana saya menemui Bapak Marte
selaku Sekertaris BAZNAS Kabupaten Boyolali. Tema wawancara yang
saya lakukan yaitu seputar peluang pengelolaan dan tantangan zakat
khususnya di Kabupaten Boyolali. Adapun pertanyaannya sebagai berikut
:
1. Bagaimana sejarah BAZNAS Kabupaten Boyolali?
Jawab : BAZNAS daerah terus dilanjut jadi BAZNAS beberapa
tahapan yang dapat dilihat di web resmi dari BAZNAS Kabupaten
Boyolali, yang memuat
2. Bagaimana pelayanan BAZNAS kepada masyarakat?
Jawab; Kalau di BAZNAS ada dua layanan muzzaki dan mustahiq,
muzzaki itu terkait dengan pengehimpunan zakat infaq sedekah kalau
layanan itu hampir 99 persen menggunakan chasless sebagian besar
transfer lalu nanti bisa konfrimasi lewat WA nanti kita beri bukti
pembayaran zakat, dan ada yang datang langsung tapi ini sedikit

17
saekali. Dan untuk yang transfer itu BAZNAS ada 4 rekening zakat
dan 2 rekening sedekah. Bentuk setor zakat bisa diakses lewat link.
BAZNAS memiliki aplikasi yang mana juga dapat dilihat di IG ada
link dan update pengelolaan zakat dengan tag line, “Bayar Zakatnya.
Awasi pengelolaannya” jadi disitu bisa lihat transaparasi pengelolaan
kita.
3. Bagaimana potensi zakat di kabupaten Boyolali ini?
Jawab : kalau se solo raya kita adalah posisi ke 3, dengan muzzaki
7000. Yang mana dari PNS saja terhitung 1,5 per bulan yang kita
dapat baru 6.00 juta dibawah 50 persen potensi yang ada.
4. Apakah peranan BAZNAS sudah efektif (tepat sasaran)?
Jawab : kalau efektif bisa dilihat dilaporan kita, jadi di laporan rasio
efektifitas pengelolaan itu dilihat antara jumlah pengumpulan dan
pendistirbusian itu paling tidak 90 persen itu bisa dikatakan baik dan
efektif, kita 4 tahun terkahir ini melebihi angka tersebut. Tepat
sasarannya itu dilihat dari distribusi yang awalnya panjang, pertama
itu pengajuan surat permohonan, lalu nanti disurvey, barulah kita
putuskan layak tidak dibantu. Karena sampe dengan hari ini banyak
yang ditolak lebih 200 pemohon dari total tahun kemarin itu ada 1200
orang.
5. Tantangan BAZNAS Boyolali dalam pengelolaan zakat dari segi
sumber daya manusia, kualitas data, Regulasi?
Jawab : kalau tantangan dari internal itu jumlah personil itu kurang
memadai, belum bisa memberikan keejahteraan yang maksimal.
belum bisa memberikan gaji yang layak. Boleh ada yang berasal dari
PNS dan saya salah satunya yang mana teman-teman lain itu kontrak
dengan BAZNAS. Kalau dari eskternal kesadaran akan zakat itu
kurang, mungkin karena ibadah ini tidak sepopuler solat atau haji
meskipun ini ibadah wajib, jadi kalau dari kita bagaimana
meningkatkan kesadaran dengan sosialisasi tiap periode. Sedangkan
dalam regulasi kita perbedomaan dengan aturan yang ada
sebagaimana prinsip 3 aman
6. Bagaimana bentuk manajemen resiko BAZNAS Kabupaten Boyolali
dalam mengelola zakat?
Jawab : kalau kita ada SOP dan satuan audit internal, jadi tiap tahun
kita di audit oleh kantor akuntan public. Semua pekerjaan sesuai SOP
nanti di audit jadi ada pertanggung jawaban, jadi misal ada
pengeluaran satu juta tapi tapi buktinya hanya 500 jadi sisanya harus
dipertanggung jawabkan. Evaluasi juga ada tapi itu berdasarkan
pengabungan antara rencana dan realisasi. Misal dalam sebulan
rencana sebulan 10 jt tapi hanya 9 jt, eval itu tidak sampai
dokumentasi seperti laporan keuangan.
7. Peluang BAZNAS Boyolali dalam pengelolaan zakat?

18
Jawab : masih terbuka lebar dalam bidang pengumpulan masih ada
separo yang harusnya bisa kita gaet tapi belum kita gaet. Dan retail
dari masyarakat umum yang meski tak besar tapi ada 100 juta, yang
kami optimis tahun ini bisa menyentuh 8 Miliar dengan laporan yang
teruji tentunya.
8. Contoh Resiko yang pernah dihadapi BAZNAS Boyolali?
Jawab ; resiko terdapat pada penyaluran yang kadang kalau uang
tunai itu kadang perhitungan salah dan ini alasan kita suka transfer
adalah resiko penyalah gunaan uang yang bukan milik kita itu bisa
terjadi pengelapan. Dan juga adanya penerimaan zakat dua kali juga
tidak boleh, diatur di undang-undang kalau tidak boleh menerima
imbalan oleh pihak muzzaki, pengelola atau mustakhin, karena
masuknya gratifikasi, maka itu pasti akan ketahuan.

B. Dokumentasi
Lampiran 2

19

Anda mungkin juga menyukai