Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Zakat
Dosen Pengampu Ibu Devi Narulitasari, SE. Sy., M. Si.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6

1. Atina Nur Khasanah (215221014)


2. Maya Tri Hartatik (215221167)
3. Muhammad Alif Syaifurrasyid (215221191)

AKUNTANSI SYARIAH 6B
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2024

1
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian orang memberikan pendapat bahwa yang meenyebabkan
kemiskinan ialah kurangnya pemenuhan kebutuhan manusia sehingga
menurut mereka perlu kerja keras untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Menurut ekonomi Islam, masalah utama ekonomi bukan karena kekurangan
produksi, tetapi distribusi. Dalam pandangan Islam, sumber daya alam yang
ada di dunia ini sebenarnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan semua
makhluk. Hal yang dibutuhkan adalah sistem distribusi yang adil dan
memberikan jaminan kepada setiap individu agar memiliki kesempatan dan
mendapatkan rezeki melalui zakat. Zakat merupakan salah satu instrumen
yang digunakan untuk memastikan bahwa kekayaan tersebut didistribusikan
dengan cara yang adil dan membantu masyarakat yang membutuhkan.
Dengan demikian, zakat menjadi sarana untuk menciptakan kesetaraan
ekonomi serta memperbaiki kondisi sosial dalam masyarakat.
Dalam pandangan Islam, sumber daya alam yang ada di dunia ini
sebenarnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan semua makhluk. Hal yang
dibutuhkan adalah sistem distribusi yang adil dan memberikan jaminan
kepada setiap individu agar memiliki kesempatan dan mendapatkan rezeki
melalui zakat. Zakat merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
memastikan bahwa kekayaan tersebut didistribusikan dengan cara yang adil
dan membantu masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian, zakat
menjadi sarana untuk menciptakan kesetaraan ekonomi serta memperbaiki
kondisi sosial dalam masyarakat.
Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor

23 tentang pengelolaan zakat yang mengatur tentang organisasi pengelola

zakat (OPZ) seperti Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat
4
(LAZ). BAZ merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk

mengumpulkan dan memanfaatkan dana zakat. Sementara itu, LAZ adalah

OPZ yang didirikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam dengan izin dari

pemerintah.

Dalam proses pelaporan keuangan Badan Amil Zakat dan Lembaga


Amil Zakat (LAZ), penerapan PSAK 109 menjadi pedoman utama untuk
pengelolaan keuangan dan akuntansi, serta dalam menyajikan laporan
keuangan. Penting bagi OPZ untuk melakukan pembukuan dengan benar dan
siap diaudit oleh akuntan publik. Jika lembaga zakat tidak menerapkan
akuntansi zakat, maka akan muncul masalah dalam audit laporan
keuangannya. Audit merupakan aspek penting dalam meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Organisasi Pengelola Zakat?
2. Bagaimana model pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)?
3. Bagaimana model pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)?
4. Apa saja pengguna yang ditujukan dari laporan keuangan OPZ?
5. Bagaimana standar pelaporan Organisasi Pengelola Zakat?
6. Bagaimanakah periode laporan yang digunakan dalam laporan keuangan
OPZ?
7. Apakah terdapat keterbatasan dari laporan keuangan OPZ?
8. Apakah terdapat perbedaan dari laporan keuangan lembaga zakat dengan
pelaporan keuangan komersial syariah?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi Organisasi Pengelola Zakat.
2. Untuk mengetahui model pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).

5
3. Untuk mengetahui model pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat
(LAZ).
4. Untuk mengetahui pengguna dari laporan keuangan OPZ
5. Untuk mengetahui standar pelaporan Organisasi Pengelola Zakat.
6. Untuk mengetahui periode laporan keuangan OPZ
7. Untuk mengetahui keterbatasan dari laporan keuangan OPZ
8. Untuk mengetahui perbedaan dai laporan keuangan lembaga zakat dengan
laporan keuangan komersial syariah.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Organisasi Pengelola Zakat


Organisasi Pengelola Zakat atau dikenal dengan OPZ adalah sebuah
sebutan kepada amil zakat dimana perbedaan terletak pada cara pengelolaan
disusun oleh perseorangan dan kelompok dalam hal zakat. Dalam
perkembangan zakat dahulu melalui penyaluran secara tradisional oleh ahli
zakat atau masjid tertentu. Saat ini pengelolaan zakat memiliki 2 model yaitu
pengelolaan dari pemerintahan dengan BAZNAS dan pengelolaan dari swasta
dengan LAZ. Pendirian organisasi zakat tersebut telah difirmankan oleh Allah
Ta’ala dalam QS. Taubah ayat 103 yang artinya:
“Ambillah zakat bermula pada sebagian hartanya mereka oleh zakat itu
kamu yang membersihkan dan mensucikan dari mereka dan berdoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa itu akan menjadi tentram dalam jiwa mereka.
Maka Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”
Dalam perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia telah menjadi
pemikiran tersendiri oleh pendirinya sesuai dengan peraturan yang dijalankan
selama ini dengan memunculkan beberapa perundang-undangan yang berlaku
diantaranya:
1. UU No.38 Tahun 1999 tentang bolehnya sebuah organisasi dapat
beroperasi di negara ini.
2. UU No.23 Tahun 2011 tentang penyempurnaan undang-undang
sebelumnya yang dilaksanakan di negara ini.
3. PP No.14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan organisasi yang telah berjalan
selama empat tahun ini dengan lembaga zakat yakni BAZNAS dan LAZ.
Pada PSAK 109 tanggal 1 Januari 2012 menjadikan badan pengelola
zakat di Indonesia sebagai acuan dalam menyalurkan dan mendistribusikan
zakat sekaligus menyajikan laporan keuangan yang dirancang oleh akuntan
zakat serta melaporkannya pada audit agar semakin mudah dan lengkap
7
apabila melakukan perbandingan kinerja keuangan pada organisasi
pengelolaan zakat di Indonesia.
Dalam mengukur kinerja organisasi nirlaba seperti BAZNAS dan
LAZ, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan. Salah satu metode
yang umum digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio melibatkan
hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan, seperti neraca dan laporan
laba rugi. (Endah, S., & Ali, F, 2022).
Dalam neraca, terdapat berbagai rasio yang dapat dihitung untuk
mengukur efisiensi penggunaan aset dan kewajiban organisasi. Contohnya
adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan organisasi dalam
memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek, serta rasio solvabilitas yang
menunjukkan seberapa besar proporsi aset organisasi yang didanai oleh
utang.
Sementara itu, dalam laporan laba rugi, terdapat rasio profitabilitas
yang dapat menggambarkan seberapa efisien organisasi dalam menghasilkan
keuntungan dari aktivitasnya. Rasio ini meliputi rasio laba bersih terhadap
penjualan atau aset total. Dengan menggunakan teknik analisis rasio secara
kuantitatif, BAZNAS dan LAZ dapat memperoleh informasi tentang kondisi
keuangan mereka serta efektivitas dalam mencapai tujuan mereka sebagai
lembaga zakat. Dengan demikian, analisis ini dapat membantu evaluasi serta
pengambilan keputusan strategis untuk meningkatkan kinerja keuangan
lembaga tersebut.
B. Model Pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Fungsi BAZNAS didasarkan pada keputusan Presiden RI No. 8 Tahun
2001 dan juga diatur oleh UU pengelolaan Zakat. Dalam UU tersebut,
BAZNAS dijelaskan sebagai lembaga non-struktural (LNS) yang bertanggung
jawab dalam menunjang fungsi negara dan pemerintah.
Sebagai lembaga LNS, BAZNAS memiliki kemandirian serta
tanggung jawab terhadap Menteri Agama dan Presiden. Salah satu tugas
utamanya adalah melakukan pengawalan terhadap aktivitas pengelolaan zakat
dengan prinsip akuntabilitas, integrasi, dan syariah Islam. Oleh karena itu,
8
BAZNAS mempunyai peran dalam memastikan bahwa pengelolaan zakat
dilakukan secara amanah, transparan, dan akuntabel.
Selain itu, UU BAZNAS juga memberikan tanggung jawab kepada
BAZNAS untuk melakukan standarisasi dalam pengelolaan keuangan,
administrasi, dan pelaporan. Hal ini diperlukan agar sistem pengelolaan zakat
dapat dibangun dengan baik serta memenuhi prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas yang tinggi. Secara keseluruhan, melalui fungsi-fungsinya telah
relevan terhadap ketentuan hukum di Indonesia seperti yang diatur oleh UU
BAZNAS tahun 2011), BAZNAS berperan sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap presiden dengan melalui/perantara Menteri
Agama dalam mengawasi serta memastikan efektivitas pelaksanaan sistem
pengelolaan zakat secara nasional
Fadilah, S., Lesatari, R., & Rosdiana, Y. (2017) berpendapat terdapat
beberapa jabatan Badan Amil Zakat Nasional dan Unit Pengumpul Zakat
(UPZ):

9
C. Model Pengelolaan Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi yang mengelola zakat,
dibentuk atas oleh sekelompok masyarakat yang secara rela tanpa mengambil
keuntungan dari sebuah pelayanan tersebut ( Endah, S., & Ali, F, 2022).
Pembentukannya wajib mendapat izin dari Menteri maupun pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri (Fadilah, S., Lesatari, R., & Rosdiana, Y. (2017).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 333 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pemberian Izin Pembentukan LAZ, 2015.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) dibentuk untuk membantu Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) dalam pengkoordinasian pelaksanaan,
perencanaan dalam mendayagunakan, mendistribusikan dan mengumpulkan
zakat. LAZ juga bertujuan untuk membantu BAZNAS meningkatkan
10
pendapatan zakat supaya antara realisasi pendapatan zakat dengan potensi
yang dimiliki Indonesia dapat berimbang. Sehingga penerimaan zakat dapat
digunakan untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan (Endah, S., & Ali, F,
2022).

D. Pengguna Laporan Keuangan OPZ


Menurut Pusat Kajian Stategis: Badan Amil Zakat Nasional (PUSAKAS
BAZNAS), 2020) Pengguna laporan keuangan OPZ meliputi :
1. Manajemen internal
2. Pembayar zakat dan infak/sedekah.
3. Penerima zakat dan infak/sedekah
4. Otoritas pengawas
5. Pemerintah
6. Lembaga mitra
7. Karyawan (amil)
8. Masyarakat

E. Standar Pelaporan Organisasi Pengelola Zakat


Pada standar akuntansi yang telah memuat dapat diperoleh untuk
petunjuk dalam pembukuan dan pelaporan keuangan ke dalam PSAK No.109
yang dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dikarenakan beberapa
masalah pada penerapan faktor sulitnya sumber daya manusia dalam
pengelolaan zakat. Dalam PSAK No.109 ini bermaksud untuk dasar
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan selama transaksi
pengelola zakat berjalan melalui organisasi atau entitas yang sesuai
perundangan negara ini, maka pihak dalam pengumpulan dan penyaluran
zakat tersebut bukan melakukan hal yang diwajibkan.
Terdapat komponen laporan keuangan yang perlu diamati oleh
seorang amil zakat yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan

11
Laporan keuangan memiliki tujuan yakni penyedia gagasan tentang
cakupan harta, kewajiban, dan harta bersih di masa tersebut yang
dipergunakan untuk pengungkapan dan informasi transaksi di laporan
keuangan lainnya. Maka bisa memudahkan pemangku kepentingan umum
pada sumber daya yang tidak menggapai rancangan yang kembali ke pihak
anggota dan kreditor lainnya.

12
2. Laporan Perubahan Saldo Dana
Dalam laporan ini mengandung sama persis di laporan perubahan
ekuitas atau modal yang bertujuan menyajikan hasil penerimaan dan
penyaluran dari hal perzakatan yang dikelola oleh organisasi pengelola
zakat maupun amil yang menggunakannya (Sri Nurhayati dkk, 2019).

13
14
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Laporan ini merupakan rangkuman dari penerimaan, pengeluaran,
serta penyusutan aset Kelolaan pada periode tertentu. Tujuan dari laporan
ini yaitu memberikan informasi berbagai aktivitas pendanaan non kas,
termasuk piutang bergulir. IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, seorang Amil menyajikan laporan perubahan aset Kelolaan
meliputi aset kelolaan yang termasuk asset lancer dan tidak lancer, serta
akumulasi penyisihan, akumulasi penyusutan, penambahan dan
pengurangan, saldo awal, dan saldo akhir.

15
4. Laporan Arus Kas
Dalam Arus kas dilaporkan ada 3 (tiga) jenis aktivitas, yaitu
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. PSAK No.2
digunakan untuk standar laporan arus kas yang disajikan oleh Amil (PSAK
No.2: laporan arus kas dan Sak lain yang berlaku).

16
5. Catatan atas Laporan Keuangan
PSAK No.101: Penyajian laporan keuangan syariah dan SAK lain
yang berlaku menjadi acuan Amil dalam menyajikan catatan atas laporan
keuangan. CALK memberikan informasi mengenai pendekatan dalam
penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terperinci/analisis
atas nilai suatu item yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran dan
neraca dengan tujuan untuk memberikan pengungkapan yang memadai.
(Laporan keuangan BPK RI, 2008).

F. Periode Pelaporan

Laporan Keuangan biasanya dilaporkan setiap tahunan berdasarkan tahun

takwim. Namun, ada beberapa situasi dapat dilaporkan untuk periode yang

lebih pendek dari satu tahun takwim. Misalnya, ketika suatu Organisasi

Pengelola Zakat (OPZ) baru berdiri, mereka dapat menyajikan laporan

keuangan untuk periode yang lebih pendek untuk menunjukkan kinerja dan

kondisi keuangan mereka sejak awal beroperasi. Selain itu, dalam beberapa

kasus, OPZ juga dapat membuat dua laporan keuangan yaitu dalam tahun

takwim dan periode efektif.

1. Dalam hal ini, OPZ harus mencantumkan alasan penggunaan periode

pelaporan selain periode satu tahunan. Misalnya, jika OPZ mengubah

tanggal akhir tahun buku mereka atau ada perubahan signifikan dalam

operasional atau struktur organisasi yang mempengaruhi penyusunan

laporan keuangan.

2. Penting juga untuk dicatat bahwa jika ada penyusunan dua laporan

keuangan dengan periode pelaporan yang berbeda, pengguna harus

menyadari jumlah yang tertera dalam neraca atau posisi keuangan,


17
Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan

Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan tidak dapat dibandingkan

secara langsung karena adanya perbedaan dalam rentang waktu yang

dicakup oleh masing-masing laporannya (Pusat Kajian Stategis: Badan

Amil Zakat Nasional (PUSAKAS BAZNAS), 2020_.

G. Keterbatasan Laporan Keuangan


Laporan Keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang perlu

diperhatikan.

1. Laporan keuangan bersifat historis yang hanya mencerminkan transaksi

dan peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Ini berarti bahwa laporan

keuangan tidak dapat memberikan informasi tentang kondisi atau

perkembangan terkini.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan tidak dapat memenuhi semua

kebutuhan informasi dari setiap individu atau entitas karena tidak secara

langsung tersedia dalam laporan keuangan.

3. Dalam penyusunan laporan keuangan seringkali diperlukan pertimbangan

dan taksiran dari manajemen. Hal ini dapat mengakibatkan adanya

perbedaan sudut pandang atau pendekatan dalam pengukuran sumber daya

ekonomi dan tingkat kesuksesan antar organisasi.

4. Laporan keuangan harus mencerminkan informasi yang material, yaitu

informasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh

pengguna laporan. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa beberapa

informasi non-material tidak akan diungkapkan dalam laporan.


18
5. Prinsip akuntansi mengedepankan penyajian suatu peristiwa atau transaksi

sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi daripada berdasarkan bentuk

hukumnya. Ini berarti bahwa beberapa transaksi atau peristiwa mungkin

memiliki dampak ekonomi penting meskipun bentuk hukumnya mungkin

berbeda.

6. Adanya variasi dalam metode akuntansi yang dapat digunakan

menyebabkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan tingkat

kesuksesan antara organisasi (Pusat Kajian Stategis: Badan Amil Zakat

Nasional (PUSAKAS BAZNAS), 2020).

Dalam mengin terpretasikan laporan keuangan, penting untuk memahami

keterbatasan-keterbatasan ini agar bisa menggunakan informasi dengan bijak

serta melengkapi dengan sumber-sumber lain jika diperlukan.

H. Perbedaan Laporan Keuangan Lembaga Zakat dengan Laporan


Keuangan Komersial Syariah
Perbedaan mendasar antara kedua laporan ini yaitu bahwa lembaga
zakat berfungsi sebagai institusi sosial Islam yang tidak berorientasi pada
mencari laba. Jadi, laporan keuangan lembaga zakat tidak menyajikan laporan
laba rugi karena bukan lembaga profit-oriented.
Selain itu, dalam laporan keuangan lembaga zakat tidak ada akun
modal, karena dana Amil yang dipegang oleh lembaga zakat berfungsi
sebagai modal untuk operasional, seperti penghimpunan dan penyaluran dana
zakat. Perbedaan dengan laporan keuangan lembaga komersial adalah dalam
hal pengartian akun persediaan. Lembaga komersial, persediaan mencatat
barang yang akan dijual, sementara dalam laporan lembaga zakat, akun
persediaan mencatat donasi atau sumbangan barang yang akan disalurkan
kepada penerima manfaat. Selain itu, dalam laporan keuangan lembaga zakat,
terdapat akun aset kelolaan yang mencatat pengadaan sarana atau prasarana
19
dari harta ZIS, yang dikelola oleh Amil untuk manfaat mustahik. Kemudian,
ada sumbangan sarana atau prasarana yang pengelolaannya oleh Amil untuk
manfaat mustahik, serta penyaluran infak sedekah berupa piutang bergulir
(Bambang Sudibyo dkk, 2019).

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahun 2011, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor

23 tentang pengelolaan zakat yang mengatur tentang organisasi pengelola

zakat (OPZ) seperti Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat

(LAZ). BAZ merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk

mengumpulkan dan memanfaatkan dana zakat. Sementara itu, LAZ adalah

OPZ yang didirikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam dengan izin dari

pemerintah.

BAZNAS, yang didirikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 8

tahun 2001, memiliki peran penting dalam pengumpulan dan penyaluran

zakat, infak, dan sedekah di tingkat nasional. Dengan adanya Undang-

Undang Pengelolaan Zakat, BAZNAS menjadi lembaga non-struktural yang

mendukung fungsi negara dan bertanggung jawab terhadap Menteri Agama

dan Presiden.

LAZ dibentuk untuk membantu BAZNAS dalam koordinasi

pelaksanaan serta perencanaan dalam pemanfaatan, distribusi, dan

pengumpulan zakat. LAZ juga bertujuan untuk membantu BAZNAS

meningkatkan pendapatan zakat sehingga dapat mengurangi kesenjangan

kesejahteraan di Indonesia.

21
Dalam hal pembukuan dan pelaporan keuangan OPZ, standar

akuntansi ZIS yang digunakan saat ini adalah PSAK No. 109 yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK No. 109

memberikan pedoman tentang akuntansi ZIS serta komponen laporan

keuangan seperti posisi keuangan, laporan perubahan saldo dana, laporan

perubahan asset kelolaan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

22
DATAR PUSTAKA

Anah Zanatun, Syamsul Hidayat dan Nani Rohaeni. Februari 2019.


Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Psak 109 Yayasan Rumah Yatim
Arrohman Universitas Bina Bangsa : Banten, Indonesia.
Bambang Sudibyo dkk. 2019. Rasio keuangan organisasi pengelola
keuangan. Jakarta Pusat: Pusat Kajian Strategis - Badan Amil Zakat Nasional
(Puskas BAZNAS).
Baznas, Diakses melalui https://baznas.go.id/keuangan. Pada tanggal 20
Maret 2024
Fadilah, S., Lesatari, R., & Rosdiana, Y. (2017). Organisasi pengelola
zakat (OPZ): deskripsi pengelolaan zakat dari aspek lembaga zakat. Journal
Kajian Akuntansi, 18(2), 148–163.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/kajian_akuntansi/article/view/3085
Laporan keuangan BPK RI. 2008. Diakses 19 November 2024 melalui
https://bappeda.jatengprov.go.id/anggaran/catatan-atas-laporan-keuangan-calk/.
Sayekti Endah Retno Meilani dan Fahri Ali Ahzar. 2022. Analisis
Laporan Keuangan Syariah. Penerbit Gerbang Media Aksara : Yogyakarta.
Sri Nurhayati dkk. 2019. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta:
Salemba Empat.
Pusat Kajian Stategis: Badan Amil Zakat Nasional (PUSAKAS
BAZNAS).2020. Kajian Penyususnan Pedoman Akuntansi dan Keuangan
Organisasi Pengelola Zakat. Jakarta: Pusat Kajian Strategis: Badan Amil Zakat
Nasional (PUSKAS BAZNAS)

23
No Nama Tugas
1 Atina Nur Khasanah  Materi pengelolaan zakat di LAZ
 Materi Pengguna laporan keuangan OPZ
 Materi periode pelaporan dan keterbatasan
laporan keuangan
 Menyusun makalah
 Membuat pendahuluan
 Parafrase
 Menyusun PPT
 Mengerjakan tugas 2

2 Maya Tri Hartatik  Materi pengelolaan zakat di BAZNAS


 Materi standar pelaporan OPZ
 Materi Perbedaan laporan keuangan
 Menyusun makalah
 Membuat bagian penutup
 Parafrase
 Cek plagiasi
 Menyusun PPT
 Mengerjakan tugas 2
3 Muhammad Alif S  Materi definisi
 Materi standar pelaporan OPZ
 Menyusun makalah
 Menyusun PPT
 Mengerjakan tugas 2

24

Anda mungkin juga menyukai