Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM ZAKAT DAN WAKAF

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Zakat

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Zakat Dan Wakaf

Dosen Pengampu: Muhammad Taufiq Zamzami,S.H.I.,M.A

Disusun oleh:

Qurotul A’yuni (33010180172)

Ahmad Mahir (33010180050)

M. Ilham Zulfikar (33010180051)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami berkesempatan untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang Hukum Zakat dan
Wakaf dengan baik meskipun kami sadar masih banyak kekurangan didalam penulisan maupun
dalam materi yang disampaikan. Kami selaku kelompok empat ingin berterimakasih kepada
Bapak : Muhammad Taufiq Zamzami,S.H.I.,M.A selaku dosen pengampu mata kuliah.

Untuk itu kami berharap bahwasanya makalah ini dapat berguna bagi pembacanya dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai definisi dari lembaga amil zakat juga mengenai
dengan prinsip-prinsip pengelolaanya. Kami sadar bahwasanya dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekuranganya untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun
demi untuk perbaikan makalah selanjutnya.

Salatiga, 20 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................2

BAB I..............................................................................................................3

PENDAHULUAN.........................................................................................3

A. LATAR BELAKANG........................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................3

BAB II............................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................4

A. DEFINISI LEMBAGA AMIL ZAKAT.............................................4


B. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN ZAKAT................................5

BAB III ........................................................................................................11

PENUTUP....................................................................................................11

A. KESIMPULAN.................................................................................11
B. SARAN.............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan suatu ibadah yang diwajibkan bagi seluruh umat muslim yang
telah memiliki harta yang cukup atau telah mencapaik kadar tertentu untuk mengeluarkan
zakat. Didalam harta setiap muslim terdapat juga harta orang-orang muslim yang berhak
menerimanya atau yang disebut dengan mustahik.
Dengan seiring berjalanya waktu perkembangan zakat diharapkan mampu untuk
dikelola dengan baik, baik secara produktif dan dimanfaatkan secara efisien. Diharapkan
juga bahwa zakat dapat dikelola dan dikembangkan dalam sector kehidupan demi untuk
menciptakan suatu kehidupan yang sejahtera. Pengelolaan adalah kegiatan pengawasan
dan pendistribusian. Pemerintah memiliki peran penting dalam pengelolaanya dan
berfungsi sebagai regulator, fasilitator, dan coordinator.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan zakat dan lembaga amil zakat?
2. Apa saja prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengelola zakat?
C. TUJUAN
1. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan zakat
dan lembaga amil zakat
2. Agar pembaca mengetahui tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam
mengelola zakat

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Zakat dan Lembaga Pengelolaan Zakat


Pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 adalah
kegiatakn perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Kegiatan tersebut merupakan salah satuya
yaitu lembaga amil zakat yang sebagaimana telah diatur didalam pasal 17 Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. 1 Dari definisi diatas terdapat
tiga unsur yaitu:2
1. Pengumpulan
Yaitu kegiatan pengumpulan dana zakat yang diperoleh dari pihak-pihak yang
akan berzakat yaitu biasa disebut dengan muzzaki yang kemudian akan
didistribusikan kepada orang yang berhak.
2. Pendistribusian
Adalah suatu kegiatan dimana zakat itu dapat sampai kepada mustahiq secara
tepat. Kegiatan ini sangat berkaitan dengan kegiatan pendayagunaan karena
pendistribusian disesuaikan dengan pendayagunaan.
3. Pendayagunaan
Menupakan usaha untuk memproduktifkan zakat apabila kebutuhan dari mustahiq
telah terpenuhi. Pendayagunaan ini bertujuan agar harta zakat yang diterima tidak
habis begitu saja akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kehendak dan
tujuan zakat itu sendiri yaitu mensejahterakan kaum miskin.

1
Ramandhita, Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam kehidupan Sosial.(Jurisdictie, jurnal hukum
dan syariah: Vol.03, No. 01, Juni 2010), hal. 26.
2
Agus Permana, dan Ahmad Baehaqi, Manajemen Pengelolaan Lembaga Amil Zakat Dengan Prinsip
GoodGovernance, (AL-Masraf: Vol. 03, No. 02, Juli_Desember 2018),hal. 119-120.

v
Sudirman berpendapat bahwa, lembaga amil zakat merupakan intitusi pengelolaan
zakat yang dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi. Secara yuridis
definisi LAZ terdapat dalam penjelasan pasal 7 Ayat (1) Undang-undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Adapun peran dan funsi dari Lembaga Amil Zakat yang diakui oleh UU sebagai
bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah di
Indonesia. Pasal 1 poin 1 Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
pengelelolaan zakat adalah kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga peran yang dijalankan dalam pengelolaan zakat yaitu operator, pengawasan
dan regulator.3

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Pengelolaan Lembaga Amil Zakat


Dalam rangka untuk menerapkan tata dan kelola yang baik, LAZ wajib
berpedoman pada prinsip-prinsip good governance. Selain itu organisasi pengelolaan
zakat juga harus memenuhi prinsip syariah ( syariah compliance) adapun prinsip-prinsip
itu adalah sebagai berikut:4
1. Keterbukaan (transparency)
LAZ merupakan salah satu contoh organisasi yang memerlukan tingkat
transparasi tinggi karena Laz merupakan organisasi nirlaba yaitu bergerak dalam
bidang sosial kemanusiaan dimana tugas dari organisasi ini adalah menghimpun dan
dari masyarakat yang mempunyai dana berlebih (muzakki) dan menyalurkanya
kepada orang yang membutuhkan yaitu (mustahiq). Dalam pengelolaan zakat
transparasi bermakna bahwa LAZ harus menerapkan prinsip keterbukaan informasi
kepada pemangku kepentinganya. Transparansi informasi meliputi penyajian laporan
keuangan terhadap public, keterbukaan informasi tentang program kerja, dalam
perancangan, pengalokasian, dan pendistribusian dana zakat. Keterbukaan ini sangat
penting agar Laz dapat diawasi oleh masyarakat sehingga meminimalisir terjadinya
penyalahgunaan. Dalam rangka transparasi pengelolaan zakat, LAZ dapat
3
Ramandhita, Optimalisasi Peran Lembaga Amil Zakat Dalam kehidupan Sosial.(Jurisdictie, jurnal hukum
dan syariah: Vol.03, No. 01, Juni 2010), hal. 30.
4
Agus Permana, dan Ahmad Baehaqi, Manajemen Pengelolaan Lembaga Amil Zakat Dengan Prinsip
GoodGovernance, (AL-Masraf: Vol. 03, No. 02, Juli_Desember 2018),hal. 122

vi
merealisasikannya dengan berbagai bentuk seperti menyusun laporan rutin kepada
muzakki, bulletin, dan dipublikasikan dimedia masa.
Pentingnya keterbukaan agar tidak muncul adanya ketidakpercayaan public
terhadap lembaga zakat akan menimbulkan kecurigaan dan mejadikan penilaian yang
negatif. Tidak adanya kepercayaan terhadap pemerintah yang bertugas untuk
mengumpulkan zakat karena mengira bahwa pemerintah tidak mendistribusikanya
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam hukum islam.5
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas mempunyai makna harus memegang prinsip akuntabel dalam
mengelola zakat yang artinya adanya kejelasan pola pertanggung jawaban yaitu
kepada siapa atau pihak mana LAZ akan mempertanggungjawabkan kinerjanya.
Akuntabilitas keuangan diatur dalam UU No. 23 Tahun 2011 pasal 29 dengan
menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat. Dari segi akuntsabilitas
prosedur, lembaga pengelolaan zakat harus menetapkan rincian tugas, dan tanggung
jawab organ masing-masing lembaga dan semua karyawan secara jelas, dan selaras
dengen visi, misi, nilai-nilai lembaga dan strategi lembaga.
Akunntabilitas LAZ ini telah disusun system pelaporan standar akuntasi
keuangan yang didasarkan pada fatwa dari dewan syariah nasional (DSN) majlis
ulama Indonesia (MUI). Dalam laporan keuangan tersebut akuntabilitas dapat
ditentukan untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga harus
menggunakan system pembukuan yang benar dan siap diaudit akutan publik.
Akuntabilitas LAZ setidaknya dapat ditunjukan dengan mentaati pilar-pilar aturan
pokok terkait dengan zakat yaitu aturan agama, aturan undang-undang, dan aturan
pelaporan keuangan.
3. Pertanggung jawaban (Resposcibility)
Lembaga amil zakat harus tanggap dalam melayani masyarakat. Daya tanggap
meliputi dua aspek yaitu responsife terhadap muzakki dan terhadap kebutuhan
mustahiq. Prinsip ini mendorong LAZ bersikap lebih responsive, produktif,
antisipatif, inovatif, kreatif, dan kompetitif tidak hanya sekedar pasif dan reaktif
melihat fenomena yang terjadi didalam massyarakat. Muzakki bagi amil ibarat
5
Iwan Fitrah, Iwan TRiyuwono dan Noval Adib, Prinsip-prinsip Good Governance Pada Pengelolaan Zakat
Dalam Perspektif Qardhawi. (Jurisdictie: Vol. 08, No. 01, tahun 2017), hal.31.

vii
konsumen bagi perusahaan. Memberikan layanan kepada muzakki pada dasarnya
merupakan bentuk pertanggngjawaban atas amanah yang diberikan kepada amil.
Untuk memberikan layanan muzakki ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Data dan kelas muzakki
Data dan kelas muzakki harus ditata dan didokumentasikan. Data muzakki
diharapkan memberikan informasi yang akurat mengenai identitas muzakki,
kondisi sosial ekonomi, jenis harta yang dizakati dan sebagainya. Kelas muzakki
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemanfaatkan data sehingga muzakki
dapat diklasifikasikan menurut kelasnya, seperti frekuensi pembayaran zakat,
besaran zakat, jenis harta yang dizakati sehingga prediksi potensi zakat lebih
tepat.
b. Data keluhan muzzaki
Keluhan dari muzakki diperlukan untuk penyempurnaan program yang
dijalankan, Dibutuhkan kritik dan saran dari muzakki demi untuk kenyamanan
bersama.
c. Tindak lanjut keluhan
Pengelolaan zakat yang mengabaikan keluhan dari beberapa kali keluhan yang
disampaikan akan berada pada posisi kritis. Gagal mendapatkan satu donator
bukanlah satu masalah yang besar namun gagal mempertahankan satu donator
merupakan suatu tanda kegagalan yang dapat berdampak serius. Peraturan
pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 menyebutkan bahwa LAZ mempunyai
tanggung jawab kepada kementrian agama untuk bersedia melakukan audit
syariah atas laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqoh juga
dana sosial keagamaan.
4. Independensi (indepedency)
Independensi berarti bahwa LAZ harus mampu menghindari adanya
dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders. Tidak boleh terpengaruh oleh
kepentingan satu pihak. Ia harus dapat mengindari dari berbagai bentuk konflik
kepentingan. Dan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Lembaga
LAZ harus bersih dari pengaruh kepentingan pemerintah, partai politik,

viii
donor/lembaga penyandang dana dan siapapun yang dapat menghilangkan
independensi.6
5. Kewajaran dan keadilan (Fairness)
LAZ harus berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap adil
mendistribusikan dana zakat kepada pihak-pihak yang berhak mendapatkanya.
Keadilan juga menekankan perlunya organisasi pengelolaan zakat untuk
menciptakan harmonisasi sosial. Lembaga amil zakat juga harus memberikan
kesempatan, hak dan kewajiban yang sama kepada semua karyawanya. Mustahiq,
muzakki, dan stakeholder lainya sesuai dengan kontribusi yang diberikan.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 pasal 2 disebutkan bahwa pengelolaan
zakat harus berasaskan keadilan, yang dimaksud dengan keadilan adalah
pengelolaan zakat dalam pendistribusaianya dilakukan secara adil sesuai dengan
QS.At-Taubah (9). Yang bermakna bahwa dana zakat didistribusikan kepapa
delapan kelompok yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharimin, fisabililah,
ibnu sabil.
Adapun skala prioritas dalam menentukan distribusi zakat yang telah
dilakukan penelitian oleh Afriandi dan Sanrego(2016) yaitu dengan mempererat
kerjasama, sinergi, dan koordinasi dengan berbagai lembaga dengan kaidah sebagai
berikut:
a. Menentukan kepentingan yang bersifat besar atas kepentingan yang kecil.
b. Mendahulukan kepentigan sosial daripada kepentingan individu.
c. Mendahulukan kepentingan bersinambungan atas kepentingan yang sementara
dan incidental.
d. Mendahulukan kepentingan masa depan yang kuat atas kepentingan kekinian
yang lemah.
e. Menolak kerusakan harus didahulukan atas pengambilan manfaat.
6. Kepatuhan syariah (Syariah Compliance)
Kepatuhan LAZ dalam melakukan setiap aktivitasnya mulai dari
penghimpunan zakat hingga pendistribusianya harus dilakukan dengan prinsip
syariah. Oleh karena itu diperlukan system yang secara internal melakukan
6
Agus Permana, dan Ahmad Baehaqi, Manajemen Pengelolaan Lembaga Amil Zakat Dengan Prinsip
GoodGovernance, (AL-Masraf: Vol. 03, No. 02, Juli_Desember 2018),hal 126.

ix
pengawasan dan pembinaan kepatuhan syariah. DPS memiliki fungsi sebagai
mengarahkan, mengawasi, dan membimbing terhadap kepatuhan syariah dari
pengelolaan lembaga amil zakat.
Kepatuhan syariah lembaga amil zakat diatur dalam fatwa Majlis Ulama
Indonesia (MUI) Nomor 14 Tahun 2011 tentang penarikan, pemeliharaan, dan
penyaluran harta zakat dengan ketentuan hukum sebagai berikut:
a. Penarikan zakat menjadi kewajiban amil zakat yang harus dilakukan secara aktif.
b. Pemeliharaan zakat merupakan tanggung jawab amil sampai didistribusikan
dengan prinsip amanah.
c. Apabila amil telah melakukan tugasnya dengan baik namun terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan maka amil tidak dibebani tanggungan
d. Penyaluran zakat belum dianggap sebagai penyaluran zakat sebelum harta zakat
itu sampai kepada tangan mustahiq.
e. Dalam penyaluran zakat sebagaimana poin d maka pengambilan hak dana zakat
yang menjadi bagian amil zakat yang lain hanya dilakukan sekali. Sedangkan
amil zakat yang lain hanya dapat meminta biaya operasional penyaluran harta
zakat tersebut kepada amil yang mengambil dana.
f. Lembaga yang melayani fakir dan miskin boleh menerima zakat atas nama fi
sabilillah sebagaimana poin e.
g. Penyaluran zakat muqayyadah apabila membutuhkan biaya tambahan dalam
pendistribusian maka amil dapat memintanya kepada mustahiq namun apabila
penyaluran zakat muqayyadah tersebut tidak membutuhkan biaya tambahan,
misalnya zakat muqayyadah itu berada dalam pola distribusi amil maka amil
tidak boleh biaya tambahan.
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan penarikan zakat adalah kegiatan
pengumpulan harta zakat yang meliputi pendataan wajib, besaran nisab, besaran
tariff dan syarat-syarat tertentu pada masing-massing objek wajib zakat. Sedangkan
pemeliharaan zakat adalah kegiatan pengelolaan yang yang meliputi invetarisasi
harta, pemeliharaan, serta pengamanan harta zakat, selanjutnya yang dianggap

x
dengan penyaluran zakat adalah kegiatan pendistribusian harta zakat agar sampai
kepada para mustahiq secara benar.7

7
Ibid,.128-129

xi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengelolaan zakat menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah suatu
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Adapun definisi dari lembaga amil zakat
(LAZ) terdapat pada pasal 7 Ayat 1 Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat.
Adapun prinsip-prinsip pengelolaan zakat dengan menerapkan prinsip Good
Governance adalah yang pertama prinsip transparansi yaitu keterbukaan informasi
kepada pemangku kepentingan baik meliputi penyajian laporan keuangan, informasi
program kerja, dan pengalokasian dan pendistribusian dana. Prinsip yang kedua adalah
akuntabilitas yang bermakna sebagai prinsip amanah dalam mengelola zakat dengan
mengacu pada tiga pilar yaitu pilar hukum syariah, undang-undang dan pelaporan
keuangan. Prinsip ketiga responsibility bermakna bahwa lembaga amil harus memastikan
bahwa dana zakat telah sampai kepada yang berhak menerimanya. Keempat
independency yaitu lembaga amil zakat tidak diperbolehkan dalam pangkuan
kepentingan siapapun. Kelima fairnase atau keadilan dan kewajaran pihak LAZ harus
bersikap adil dalam pendistribusian dana zakat dan prinsip yang terakhir adalah
kepatuhan syariah yang bermakna pengelolaan zakat yang patuh terhadap koridor
syariah.
B. SARAN
Demikian makalah tentang prinsip-prinsip pengelolaan zakat yang telah
disampaikan diatas. Kami berharap bahwa dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta wawasan bagi pembacanya mengenai pengelolaan dan prinsip-prinsip
apa saja yang digunakan lembaga amil zakat dalam mengelolanya.
Dalam penulisan maupun materi yang disampaikan penulis sadar masih banyak
kekuranngan dan kesalahan untuk itu diharpkan adanya kritik dan saran guna untuk
perbaikan makalah yang akan datang lebih baik lagi.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Permana, Agus dan Baehaqi Ahmad.2018.Manajemen Pengelolaan Lembaga Amil Zakat Dengan
Prinsip Good Governance.Al-Masraf:Vol. 03, No. 02.hal 119-
120.Ramandhita.2012.Optimalisasi peran Lembaga Amil Zakat Dalam Kehidupan
Sosial.Jurisdictie: Vol. 03, No.01.hal 26.
Fitrah, Iwan, Triyuwono, Iwan dan Adib, Noval.2017.Prinsip-prinsip Good Governance Pada
Pengelolaan Zakat Dalam Perspektif Qardhawi.Jurisdictie: Vol. 08, No.01. ha31 .

xiii

Anda mungkin juga menyukai