Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ZAKAT ACCOUNTING

MANAGEMENT ZAKAT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Audina Widya Putri (2010102022)


2. Cindy Permata Putri (2010102072)
3. Latifa Adilla (2010102070)
4. Tri Nadia (2010102033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TAZKIA BOGOR

TAHUN PELAJARAN

2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar belakang.......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
A. Definisi Manajemen Zakat....................................................................................................5
B. Konsep Dasar Pengelolaan Zakat..........................................................................................6
C. Pola Manajemen Zakat..........................................................................................................7
D. Pengelolaan Zakat di Indonesia.............................................................................................7
E. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia...............................................................................7
BAB III.............................................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................................8
Daftar Pustaka...................................................................................................................................8

Page | 1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT.dzat yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha
Penguasa segalanya, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkanya itu tentang “Management Zakat”.
Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Zakat Accounting”.

Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk
social penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa
adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari–Nya.

Penulis berharap agar mahasiswa khususnya, dan umumnya dari para pembaca dapat
memberikan kritik yang positif dan saran untuk kesempurnaan Makalah ini.

Bogor, Jawa Barat 16 Juni 2023

Page | 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen zakat adalah konsep yang sangat penting dalam mengelola dana zakat
dengan tujuan memastikan penggunaannya efektif, efisien, dan transparan. Sebagai salah
satu pilar utama dalam agama Islam, zakat merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang
mampu untuk menyumbangkan sebagian dari harta mereka kepada golongan yang berhak
menerima zakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya zakat
telah meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan informasi dan pemahaman yang
lebih baik terhadap ajaran agama Islam. Namun, pengelolaan dana zakat masih dihadapkan
pada berbagai tantangan, termasuk kurangnya profesionalisme, ketidakjelasan aturan, dan
kurangnya pemahaman mengenai konsep manajemen zakat.
Salah satu aspek penting dalam manajemen zakat adalah pengumpulan dan
penyaluran dana zakat dengan efektif dan efisien. Pengumpulan yang efektif melibatkan
pendekatan yang terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, menghitung, dan
mengumpulkan zakat dari individu dan perusahaan. Sementara itu, penyaluran yang efisien
berarti memastikan dana tersebut digunakan untuk membantu golongan yang berhak
menerima zakat dengan tepat waktu dan melalui cara yang paling bermanfaat.
Selain itu, transparansi juga menjadi faktor kunci dalam manajemen zakat.
Transparansi dalam pengelolaan dana zakat diperlukan untuk membangun kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Dengan adanya transparansi, masyarakat
dapat memastikan bahwa dana zakat yang mereka sumbangkan digunakan dengan benar
dan tepat sasaran.
Dalam konteks ini, penelitian mengenai manajemen zakat menjadi sangat relevan.
Penelitian ini dapat membahas berbagai aspek terkait, seperti pengumpulan dan penyaluran
dana zakat, pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan zakat, peran lembaga zakat dalam
manajemen zakat, dan pentingnya transparansi dalam pengelolaan dana zakat.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen zakat, diharapkan
pengelolaan dana zakat dapat ditingkatkan secara signifikan. Hal ini akan memberikan
manfaat yang lebih besar bagi masyarakat yang berhak menerima zakat, serta
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan hal-hal apa saja yang akan dikaji oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa Definisi manajemen zakat?
2. Bagaimana konsep dasar pengelolaan zakat?
3. Apa pola manajemen zakat?
4. Bagaimana pengelolaan zakat di Indonesia?

Page | 3
5. Apa saja organisasi pengelola zakat di Indonesia?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas Mata
Kuliah Kewirausahaan dan Etika Bisnis Islam juga sebagai berikut:
1. Mendefinisikan manajemen zakat.
2. Menjelaskan bagaimana konsep dasar pengelolaan zakat.
3. Memaparkan pola manajemen zakat.
4. Menjelaskan bagaimana pengelolaan zakat di Indonesia.
5. Memahami organisasi pengelola zakat di Indonesia?

Page | 4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Zakat


1. Pengertian Zakat

Manajemen dalam bahasa Inggris disebut sebagai "management," yang berasal


dari kata "manage" yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan
mengelola. Istilah "management" memiliki dua arti, pertama sebagai kata benda
yang merujuk pada direksi atau pimpinan. Kedua, "management" juga merujuk
pada tata laksana, tata pimpinan, dan pengelolaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata "manajemen" memiliki arti penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai tujuan.

Secara terminologi, terdapat dua pengertian yang umum terkait dengan


manajemen, yaitu manajemen sebagai seni dan manajemen sebagai proses.
Menurut Mary Parker Follet, manajemen diartikan sebagai "seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain." Hal ini dikarenakan kepemimpinan
membutuhkan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, dan kemampuan
dalam membangun hubungan antar manusia. Semua hal ini sangat dipengaruhi oleh
bakat individu dan sulit untuk dipelajari.

2. Pengertian Manajemen Zakat.

Zakat merupakan kewajiban bagi seorang Muslim atau entitas bisnis untuk
memberikan sebagian dari kekayaannya kepada penerima yang berhak sesuai
dengan prinsip Syariah Islam. Lembaga Amil Zakat, atau disingkat LAZ, adalah
sebuah lembaga yang didirikan oleh masyarakat dengan tugas utama dalam
mengumpulkan, mendistribusikan, dan memanfaatkan zakat. Manajemen zakat
merujuk pada proses perencanaan, implementasi, dan koordinasi yang terkait
dengan pengumpulan, distribusi, dan penggunaan zakat.

Imam al-Syauka menjelaskan alasan mengapa zakat memiliki makna "an-nima'"


(pertumbuhan) dan "al-Tathir" (pembersihan) sebagai berikut: Pertama, zakat
diartikan sebagai "an-nima'" karena pengeluarannya menjadi pendorong
pertumbuhan harta, atau karena pahala yang diperoleh melalui pengeluaran zakat
yang melimpah, atau karena keterkaitannya dengan harta yang berkembang. Kedua,
zakat diartikan sebagai "al-Tathir" karena zakat mampu membersihkan jiwa dari
sifat kikir yang buruk, serta mensucikan diri dari dosa-dosa.

3. Pengertian Manajemen Zakat.

Berdasarkan pemahaman tentang manajemen dan zakat yang telah dijelaskan


sebelumnya, definisi manajemen zakat dapat diartikan sebagai suatu proses yang

Page | 5
bertujuan untuk mencapai tujuan lembaga zakat melalui penggunaan orang lain,
dengan menggunakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber daya organisasi secara efektif dan efisien.

B. Konsep Dasar Pengelolaan Zakat.


1. Konsep Dasar Pengelolaan Zakat

Persiapan dan perencanaan yang matang menjadi prasyarat dalam pengelolaan


zakat. Semua aktivitas dan faktor yang terkait harus direncanakan, diorganisir,
terkontrol, dan dievaluasi untuk mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan.
Hal ini penting agar pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Dalam konteks pengelolaan zakat, tujuan zakat hanya akan tercapai jika zakat
dikelola dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip manajemen. Dengan kata lain,
manajemen zakat berperan sebagai perantara dalam mencapai pelaksanaan zakat
yang sempurna. Oleh karena itu, dalam proses pengumpulan zakat, penting untuk
mengikuti prinsip-prinsip manajemen (Hasan, 2011: 9).

Untuk memastikan pengelolaan zakat yang baik, di negara-negara dengan


mayoritas penduduk muslim seperti Indonesia, pemerintah biasanya membentuk
sebuah badan khusus yang bertanggung jawab atas pengelolaan zakat, seperti
Badan Amil Zakat (BAZ). Organisasi ini hadir baik di tingkat pusat maupun
daerah. Sebagai bukti komitmen pemerintah dalam menangani pengelolaan zakat,
pada tahun 1999 dikeluarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Dalam konteks Indonesia, kewajiban pengumpulan zakat harus
dilakukan oleh lembaga-lembaga amil zakat. Oleh karena itu, dapat dipahami
bahwa dalam konteks Indonesia, ayat tersebut berbicara tentang amil zakat yang
diwakili oleh BAZ (Hasan, 2011: 8).

2. Sejarah Awal Pengelolaan Zakat.

Berdasarkan catatan sejarah, zakat diwajibkan pada tahun ke-2 hijriyah.


Namun, para ahli hadis berpendapat bahwa zakat telah diwajibkan sebelum tahun
ke-9 hijriyah. Pandangan ini didasarkan pada pendapat Maulana Abdul Hasan
bahwa zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam rentang waktu lima tahun
setelahnya. Sebelumnya, zakat bersifat sukarela dan tidak ada peraturan atau
ketentuan hukum yang khusus mengenainya. Peraturan mengenai pengeluaran
zakat mulai muncul pada tahun ke-9 hijriyah, ketika dasar-dasar Islah (perbaikan)
sudah stabil, wilayah kekuasaan Islam telah meluas, dan banyak orang yang masuk
Islam (Hasan, 2011: 9).

Pada saat itu, peraturan-peraturan tentang zakat disusun. Peraturan-peraturan


tersebut mencakup sistem pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat,
batas-batas zakat, dan persentase zakat yang berlaku untuk setiap jenis barang.
Peraturan ini muncul karena pada waktu itu pengumpulan zakat bukanlah pekerjaan
yang membutuhkan waktu dan para pekerja tidak mendapatkan gaji resmi,

Page | 6
melainkan mereka menerima bayaran dari dana pengelolaan zakat. Pada masa
Rasulullah SAW, zakat dan ushr (pajak atas pertanian) merupakan pendapatan
utama negara. Pengeluaran zakat tidak bisa digunakan untuk pengeluaran umum
negara. Lebih lanjut, zakat pada dasarnya merupakan pajak lokal. Dengan
demikian, pemerintah pusat berhak menerima keuntungan hanya jika terdapat
surplus yang tidak dapat didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya,
dan kekayaan yang terkumpul di Madinah (Hasan, 2011: 10).

Pada masa Rasulullah SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut:

 Barang-barang logam yang terbuat dari emas.


 Barang-barang logam yang terbuat dari perak.
 Ternak, seperti unta, sapi, domba, dan kambing.
 Barang dagangan termasuk budak dan hewan ternak.
 Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
 Luqathah, harta benda yang ditinggalkan oleh musuh.
 Rikaz, barang temuan.

C. Pola Manajemen Zakat.


Secara umum manajemen pengelolaan zakat di harapkan dapat menerapkan fungsi
manajemen moder yang terdiri dari

• perencanaan yang meliputi penyususnan bagan organisasi, perencanaan


program kerja yang terdiri dari pengumpulan, pengelolaan, dan
penyaluran/distribusi,
• pengkoordinasian, yang meliputi penyusunan tugas dan wewenang, kontrak
staff, perencanaan dan rekrutmen staff
• pengarahan dan implementasi yang meliputi motifasi, komunikasi, model
pengelolaan dan pemberian penghargaan dan sanksi
• serta controlling yang terdiri dari tujuan controlling, tipe controlling, tahap
controlling serta kedudukan controlling

D. Pengelolaan Zakat di Indonesia.


Administrasi Zakat Menurut UU Administrasi Zakat No. 23/2011 Pasal 4 UU
Administrasi Zakat No. 38 Tahun 1999 menyatakan bahwa penyelenggaraan zakat
berdasarkan iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum menurut Pancasila dan
UUD 1945.

Prinsip-prinsip Pengelolaan Zakat Padahal Pasal 2 UU Administrasi Zakat No. 23


Tahun 2011 yang menggantikan UU Administrasi Zakat No. 38 Tahun 1999,
mendefinisikan administrasi zakat sebagai berikut :

• syariah Islam
• Iman
• Faedah

Page | 7
• Keadilan
• Kepastian hukum
• Integrasi’
• Kewaijban

Tujuan Administrasi Zakat Menurut Pasal 3 UU Administrasi Zakat No. 23 Tahun 2011,
tujuan administrasi zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi
zakat, serta meningkatkan penggunaan zakat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan melindungi kemiskinan. . Pasal tersebut mengoreksi kesalahpahaman
tentang usaha zakat dalam Pasal 5 UU No. 38 Tahun 1999, dimana tujuan usaha zakat
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara membayar zakat sesuai
dengan keyakinan agamanya, sehingga meningkatkan fungsi dan universalitas masyarakat
manusia. Melaksanakan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial sekaligus meningkatkan
efektivitas dan pendayagunaan zakat.

E. Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia.


Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 7, 8, dan 9, Lembaga
Amil Zakat (LAZ), Badan Amil Zakat Nasional atau BAZNAS, dan Unit Pengelola Zakat
atau UPZ semuanya berwenang untuk mendirikan lembaga zakat . Organisasi seperti ini
mengemban tanggung jawab mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendistribusikan
sedekah sesuai dengan hukum syariah Islam.

1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Baznas adalah organisasi terkait zakat yang didirikan oleh pemerintah dengan
tujuan menasionalisasi dan mendistribusikan zakat serta berkedudukan di Jakarta.
BAZNAS adalah organisasi sektor publik otonom yang terus menjalin komunikasi dengan
presiden melalui mentri. Menurut UU Tata Negara No. 23 Tahun 2011 Pasal 7, zakat yang
berwenang meliputi:

• Melaksanakan tugas-tugas administrasi dan teknis yang berkaitan dengan


pengumpulan, pengalokasian, dan penggunaan zakat.

• Menghimpun dan mengolah data yang dibutuhkan untuk melakukan review


reimbursement zakat.

• Memberikan bimbingan di bidang penerapan, pendistribusian, dan kemanfaatan


zakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut, BAZNAS dapat bekerja sama
dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAZNAS dapat memberikan informasi rinci kepada Presiden tentang bagaimana tugas
mereka dilaksanakan melalui Menteri dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
setiap tahun. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelola Zakat, Badan Amil Zakat memiliki struktur hirarki yang terdiri dari

Page | 8
BAZNAS Nasional berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS Provinsi berkedudukan di
ibu kota negara. provinsi, dan BAZNAS Daerah yang terletak di kabupaten.

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Pengelolaannya Lembaga Amil Zakat atau
LAZ

Menurut definisi yang tercantum dalam Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, lembaga amil zakat (LAZ) adalah sebuah badan
yang didirikan oleh masyarakat dengan tujuan untuk membantu dalam mengumpulkan,
mendistribusikan, dan memanfaatkan zakat. LAZ memiliki kewajiban untuk secara rutin
melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pemanfaatan zakat yang telah
melalui proses audit kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


Zakat, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi untuk membentuk suatu lembaga amil
zakat (LAZ), yaitu sebagai berikut:

a) Pembentukan LAZ harus memperoleh izin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri.
b) Izin tersebut hanya diberikan jika memenuhi setidaknya persyaratan berikut:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial.
b. Berbentuk lembaga yang memiliki badan hukum.
c. Mendapatkan rekomendasi dari BAZNAS.
d. Memiliki pengawas syariah.
e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatan.
f. Bersifat non-profit.
g. Memiliki program untuk memanfaatkan zakat demi kesejahteraan umat.
h. Bersedia menjalani audit syariah dan keuangan secara berkala.

3. UPZ (Unit Pengelola Zakat)

UPZ adalah unit organisasi yang didirikan oleh BAZNAS untuk membantu dalam tugas
pengumpulan zakat, dan pembentukannya ditentukan melalui keputusan dari ketua
BAZNAS. Tugas utama UPZ adalah membantu BAZNAS dalam mengumpulkan zakat
dari lembaga atau institusi terkait. Jika diperlukan, UPZ juga dapat melaksanakan tugas
bantuan dalam penyaluran zakat berdasarkan wewenang yang diberikan oleh BAZNAS.

UPZ memiliki berbagai fungsi, antara lain:

1) Mengadakan sosialisasi dan edukasi mengenai zakat kepada institusi yang menjadi
wadah bagi UPZ
2) Melakukan pendataan dan memberikan pelayanan kepada muzakki di institusi yang
menjadi wadah bagi UPZ.

Page | 9
3) Melakukan pendataan terhadap mustahik yang menerima penyaluran zakat.
4) Menyerahkan NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat) dan bukti setoran zakat yang
diterbitkan oleh BAZNAS kepada muzakki di masing-masing institusi.
5) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) UPZ untuk program
pengumpulan serta tugas bantuan dalam pendistribusian dan pemanfaatan zakat
BAZNAS.
6) Menyusun laporan kegiatan pengumpulan dan tugas bantuan dalam penyaluran
zakat BAZNAS.

Page | 10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara singkat, kesimpulan tentang manajemen zakat adalah bahwa manajemen
zakat merupakan proses penting dalam pengelolaan dana zakat untuk mencapai
efektivitas, efisiensi, dan transparansi. Prinsip-prinsip manajemen diterapkan dalam
pengumpulan, distribusi, dan pemanfaatan zakat guna memberikan manfaat yang
maksimal bagi golongan yang berhak menerima zakat. Dalam konteks pengelolaan
zakat, lembaga Amil Zakat (LAZ) dan peran pemerintah memegang peranan penting
dalam memastikan pengelolaan yang baik dan teratur.

B. Saran.
Berdasarkan beberapa buku referensi dan sumber lain yang kami telaah, kami
menemukan materi yang relevan dengan topik yang dibahas dalam makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, baik dalam isi, tata bahasa, maupun penyusunannya. Oleh karena itu,
kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami sangat mengharapkan masukan
dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah kami di masa
mendatang.

Page | 11
DAFTAR PUSTAKA

Zakat Management: “A Review of Literature and Agenda for Future Research" oleh Fahmy
Radhi, Abu Umar Faruq Ahmad, dan Suzilah Ismail, 2021.

Akuntansi Zakat: “Studi Komparatif antara PSAK 109 dengan Standar Zakat Keuangan" oleh
Fadilah Suryadi.

Zakat Management and Microfinance: “A Case Study of Islamic Relief Worldwide" oleh
Abdelkader Chachi (2011).

Zakat and Islamic Taxation: “Theory and Practice" oleh Abdul Azim Islahi (2013).

Zakat: “Rethinking the Role of Islamic Charitable Giving in Global Poverty Alleviation" oleh
Bader Al-Dafa, Zamir Iqbal, dan Abbas Mirakhor (2016).

“Zakat Management and Distribution" oleh Yusuf Talal DeLorenzo. 2001

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai