“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Zakat, Infak, dan Sedekah”
MAKALAH
DI SUSUN OLEH:
MERYA NADILLA
NIM: 2110402021
DOSEN PENGAMPU:
EKONOMI SYARI’AH
IAIN KERINCI
2023/1444H
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah “Strategi Pendayagunaan Zakat” ini
dengan baik, terlepas dari banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk memperluas pengetahuan
dan informasi kita mengenai Strategi Pendayagunaan Zakat. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usaha demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apa bila ada kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki peran penting dalam menjaga
kesejahteraan masyarakat muslim. Zakat dianggap sebagai instrumen sosial yang dapat
mengurangi ketegangan ekonomi dan mengatasi masalah kemiskinan. Namun, meskipun
zakat telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, belum banyak strategi yang efektif
diterapkan untuk mengoptimalkan pendayagunaan zakat dalam mengatasi permasalahan
sosial dan ekonomi. Dalam konteks ini, artikel ini akan membahas tentang strategi
pendayagunaan zakat yang dapat meningkatkan dampak positifnya dalam memajukan
masyarakat. Dalam menganalisis strategi ini, perlu dipahami bahwa zakat bukan hanya
sebatas kewajiban individu, tetapi juga merupakan instrumen pengentasan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi yang dapat diorganisir secara kolektif.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kebutuhan yang semakin meningkat untuk
membangun strategi pendayagunaan zakat yang efektif. Hal ini dikarenakan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan potensi zakat untuk mendorong perubahan positif di berbagai
sektor, seperti pendidikan, kesehatan, pengembangan usaha mikro, dan pemberdayaan
masyarakat. Tantangan utama dalam mengoptimalkan pendayagunaan zakat adalah
kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang manfaat dan potensi zakat itu
sendiri. Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui bagaimana mengelola dan
mendistribusikan zakat dengan efektif. Selain itu, kurangnya transparansi dan akuntabilitas
dalam pengelolaan zakat juga menjadi hambatan yang perlu diatasi.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengusulkan beberapa strategi
pendayagunaan zakat yang dapat meningkatkan efektivitasnya yaitu dalam Pendidikan dan
Kesadaran. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang zakat melalui kampanye pendidikan
dan kesadaran yang efektif. Melalui ini, masyarakat dapat diberikan informasi yang jelas
tentang konsep zakat, manfaat, dan bagaimana mengelolanya dengan tepat.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pendayagunaan zakat?
2. Bagaiaman manajemen dan strategi pendayagunaan zakat?
3. Bagaimana pendayagunaan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat?
4. Bagaimana masalah dan solusi pendayagunaan zakat?
5. Bagaimana pendayagunaan zakat di Kerinci?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendayagunaan berasal dari kata “daya” yang artinya kemampuan untuk melakukan
sesuatu atau tindakan, dan kata “Guna” yang berarti manfaat. Adapun pengertian
pendayagunaan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu: pengusaha
agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat. Pengusaha (tenaga dan sebagainya) agar
mampu menjalankan tugas dengan baik. Secara etimologi, zakat memiliki arti berkembang,
bertambah, banyak,dan berkah. Zakat ialah nama atau sebutan dari suatu hak Allah Ta’ala
yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena didalamnya
terkandung harapan untuk beroleh berkat, mensucikan jiwa dan memupuknya dengan
berbagai kebaikan. Kata-kata zakat itu artinya ialah tumbuh, suci dan berkah. Zakat dari segi
istilah fikih berarti ”sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
orang yang berhak”.
Beberapa arti ini memang sangat sesuai dengan arti zakat yang sebenarnya. Dikatakan
berkah, karena zakat akan membuat keberkahan pada harta seseorang telah berzakat.
Dikatakan suci, karena zakat dapat mensucikan pemilik harta dari sifat tama’, syirik, kikir
dan bakhil. Dikatakan tumbuh, karena zakat akan melipatgandakan pahala bagi muzakki dan
membantu kesulitan para mustahiq. Demikian seterusnya, apabila dikaji, arti bahasa ini sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan disyari’atkannya zakat. Zakat disamping membina hubungan
dengan Allah, akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama
manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa Islam itu bersaudara, saling membantu dan tolong
menolong, yang kuat menolong yang lemah, yang kaya membantu yang miskin.
Pendayagunaan Zakat adalah cara atau sistem distrubusi dan alokasi dalam zakat
berdasarkan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan
kesan ajaran islam. Model pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat
miskin adalah program pemanfaat dana zakat untuk mendorong mustahik mampu memiliki
usaha mandiri. Program tersebut diwujudkan dalam bentuk pengembangan modal usaha
mikro yang sudah ada atau perintisan usaha mikro baru yang prospektif.
3
Pendayagunaan zakat adalah proses penggunaan dana zakat dengan tujuan untuk
memperbaiki kesejahteraan sosial dan ekonomi umat Muslim yang membutuhkan. Zakat
merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan kewajiban bagi umat Muslim
yang memiliki kelebihan harta untuk memberikan sebagian dari hartanya kepada yang berhak
menerima. Pendayagunaan zakat melibatkan pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi dana
zakat kepada penerima zakat yang memenuhi syarat.
Dana zakat dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan yang diatur dalam syariah
Islam, seperti:
4
Pendayagunaan zakat dilakukan melalui lembaga-lembaga amil zakat yang
bertanggung jawab dalam mengumpulkan dan mendistribusikan zakat secara efisien
dan adil. Lembaga-lembaga ini memiliki peran penting dalam memastikan zakat
disalurkan kepada yang berhak dan digunakan untuk kepentingan sosial dan ekonomi
yang produktif.
5
namun hanya bersifat pada jangka waktu tertentu dan kemudian dibubarkan, ketiga
pada tahap ini pemerintah sudah mulai turun tangan dalam pembentukan badan amil
zakat, tetapi pemerintah hanya bertindak sebagai pembina saja sedangkan
pelaksanaannya masih dilakukan oleh LSM.
Dari tiga evaluasi tersebut kita bisa melihat perkembangannya terutama di
evaluasi ke tiga karena selain zakat fitrah dan zakat mal, lembaga amil juga berhasil
mengumpulkan zakat karyawan profesi juga perusahaan dengan dijadikannya
pemerintah sebagai pembina sebuah LSM yang berperan sebagai amil zakat
semestinya pihak LSM bisa memaksimalkan pendapatannya dalam menjaring
muzakki, hal ini dikarenakan zakat adalah kewajiban sebuah Agama yang bersifat
sukarela sedangkan pajak kewajiban negara tanpa pandang Agama, jadi pemerintah
tidak bisa bertindak sebagai pelaksana dengan salah satu alasannya adalah
kemajemukan/keragaman Agama di Indonesia ini.
b. Pengawasan dan Evaluasi
Telah jelas pengertiannya bahwa zakat itu dimaksudkan untuk membangun
manusia, yang dulunya mustahik menjadi muzakki dengan proses perencanaan dan
pengelolaan yang tepat, namun demikian pembengunan manusia ini tidak semudah
membalikan telapak tangan. Hanya dengan menyalurkan zakat kepada mustahik itu
tidak akan menumbuhkan hasil seperti yang diharapkan tanpa adanya pengawasan
dan evaluasi, oleh karena itu pengawas juga menjadi salah satu faktor yang penting
dalam proses pembayaran masyarakat.
Pengawasan ini sifatnya dua arah, pertama pengawasan bagi pihak amil, agar
jangan sampai pengawas menyalahgunakan dana zakat yang terkumpul. Kedua
pengawasan bagi pihak mustahik, pengawasan ini meliputi beberapa hal antara lain
pengawasan dana zakat, kemampuan mustahik dalam menggunakan dana zakat dan
kesesuaian antara bentuk pemberian dengan permasalahan yang dihadapi.
Dengan adanya pengawasan ini diharapkan dana yang tersalurkan kepada
pihak mustahik benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya dan akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6
mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan dana zakat
kepada penerima yang berhak serta memastikan bahwa dana tersebut digunakan
untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi yang diinginkan. Berikut adalah
beberapa strategi pendayagunaan zakat yang dapat diterapkan:
7
daya dan kesempatan untuk meningkatkan penghasilan dan membangun
kelangsungan usaha.
8
untuk membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka
pertolongan itu akan bisa membantu yang bersangkutan untuk keluar dari
situasi kemiskinan itu sendiri. Dengan munculnya gagasan itu ada beberapa
pola penggunaan zakat:
a. Zakat diberikan langsung kepada fakir miskin untuk keperluan
konsumtif. Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat
ini diarahkan terutama kepada golongan ”the destitute” yang sifatnya
”relief” dan dampaknya bersifat jangka pendek.
b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan.
c. Sebagian dana zakat dan dana lainnya (shadaqah, infaq dan waqaf)
diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan
pendidikan/dakwah Islam.
d. Sebagian kecil zakat kini telah mulai diarahkan untuk tujuan
”produktif”, baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi
golongan miskin tetapi mesti tergolong ”the destitute”, dengan
harapan, mereka bisa melepaskan diri dari kemiskinan, bahkan dalam
jangka waktu tertentu diharapkan bisa menjadi muzakki, setidak-
tidaknya dalam zakat fitrah.
e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk
”amil” bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya,
melainkan bisa pula lembaga yang mengelola dan bisa memajukan
segi pengorganisasiannya.
Masalah yang perlu dipelajari lebih lanjut adalah
pengalokasiannya. Baik amil, badan amil, badan amil maupun muzakki
langsung, pada umumnya mengalokasikan sebagian besar dana zakat itu
(lebih dari 50%) untuk fakir miskin. Namun demikian meningkatnya
jumlah penerimaan zakat dan dilain pihak dan berkurangnya (secara
relatif) jumlah mustahik secara hipotis dapat diperkirakan bahwa bagian
zakat untuk non fakir akan semakin meningkat.
2.4 Masalah dan Solusi Pendayagunaan Zakat
a. Masalah pendayagunaan zakat
9
Masalah dalam pendayagunaan zakat dapat berasal dari beberapa
sumber. Berikut adalah penjelasan mengenai masalah-masalah yang
sering muncul dalam pendayagunaan zakat beserta sumber-
sumbernya:
1. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman: Salah satu sumber utama
masalah dalam pendayagunaan zakat adalah kurangnya kesadaran
dan pemahaman masyarakat mengenai zakat. Banyak individu
yang kurang memahami hukum, kewajiban, dan manfaat zakat
dalam agama Islam. Akibatnya, mereka mungkin tidak
melaksanakan kewajiban membayar zakat atau tidak memahami
bagaimana zakat seharusnya digunakan secara efektif.
2. Ketidaktransparan dan Kurangnya Akuntabilitas:Masalah lain
adalah kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana zakat. Lembaga atau organisasi yang
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat mungkin tidak
memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat mengenai
penggunaan dana zakat. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakpercayaan dan keraguan terhadap pengelolaan zakat, serta
meningkatkan risiko penyelewengan dana zakat.
3. Kurangnya Pengawasan dan Audit: Kurangnya pengawasan dan
audit yang efektif juga dapat menjadi sumber masalah dalam
pendayagunaan zakat. Tanpa adanya lembaga atau mekanisme
yang memantau secara rutin pengelolaan dana zakat, risiko
penyalahgunaan atau penyelewengan dana tersebut meningkat.
Kurangnya audit independen yang memeriksa penggunaan dana
zakat juga dapat mengurangi akuntabilitas dalam pengelolaan
zakat.
4. Keterbatasan Infrastruktur dan Sumberdaya: Masalah lainnya
adalah keterbatasan infrastruktur dan sumberdaya yang dapat
mempengaruhi pendayagunaan zakat. Daerah atau lembaga yang
mengelola zakat mungkin menghadapi kendala dalam
mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan dana zakat
secara efektif karena keterbatasan infrastruktur seperti kekurangan
10
petugas, sistem administrasi yang kurang efisien, atau kurangnya
akses ke teknologi yang diperlukan.
5. Ketidakjelasan dalam Penyaluran Zakat: Sumber masalah lainnya
adalah ketidakjelasan dalam penyaluran zakat kepada penerima
yang berhak. Proses penyeleksian penerima zakat yang tidak
transparan, subjektif, atau rentan terhadap nepotisme dapat
menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakadilan di kalangan
masyarakat. Kurangnya mekanisme yang jelas dan adil dalam
penentuan dan penyaluran zakat dapat mempengaruhi efektivitas
dan manfaat yang dihasilkan.
6. Ketidakstabilan Ekonomi dan Perubahan Sosial: Faktor ekonomi
dan perubahan sosial juga dapat memengaruhi pendayagunaan
zakat. Ketidakstabilan ekonomi, kemiskinan, bencana alam,
konflik, atau perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
7. Masalah Penentuan Nisab dan Penghitungan Zakat: Penentuan
nisab (batas minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya) dan
penghitungan zakat yang kompleks juga dapat menjadi kendala
dalam pendayagunaan zakat. Pemahaman yang kurang jelas
tentang cara menghitung zakat, termasuk aset yang termasuk
dalam nisab dan tingkat zakat yang harus dibayarkan, dapat
menyebabkan ketidakpastian dan kesalahan dalam membayar
zakat.
8. Kurangnya Keterlibatan Pemerintah dan Lembaga Keuangan:
Dalam beberapa negara, kurangnya keterlibatan pemerintah dan
lembaga keuangan dalam pendayagunaan zakat menjadi masalah.
Kekurangan kerjasama dan dukungan dari pemerintah serta
lembaga keuangan dapat menghambat upaya pengelolaan zakat
yang efektif dan berkelanjutan.
9. Rendahnya Partisipasi Masyarakat: Masalah lain yang sering
terjadi adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam membayar
zakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi
antara lain kurangnya pemahaman tentang pentingnya zakat dan
manfaatnya, kurangnya kesadaran akan kewajiban membayar
zakat, serta ketidakpercayaan terhadap lembaga atau organisasi
11
yang mengelola zakat. Akibatnya, dana zakat yang seharusnya
dapat digunakan untuk membantu kaum dhuafa dan mengurangi
kemiskinan tidak terkumpul dengan optimal.
b. Solusi mengatasi masalah pendayagunaan zakat
Untuk mengatasi masalah pendayagunaan zakat, diperlukan upaya
yang komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah, lembaga zakat,
masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Berikut adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut:
1. Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan: Peningkatan kesadaran
dan pemahaman masyarakat mengenai zakat sangat penting.
Dilakukan kampanye edukasi yang intensif untuk
menginformasikan masyarakat tentang hukum, kewajiban, dan
manfaat zakat. Lembaga zakat, lembaga agama, dan pemerintah
dapat berperan dalam menyediakan informasi yang akurat dan
mudah dipahami tentang zakat melalui seminar, ceramah, media
sosial, dan publikasi.
2. Transparansi dan Akuntabilitas yang Tinggi: Penting untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dana zakat. Lembaga zakat harus menyediakan informasi yang
jelas dan terbuka tentang pengumpulan, penggunaan, dan
distribusi zakat kepada masyarakat. Laporan keuangan yang
transparan dan audit independen yang rutin harus dilakukan untuk
memastikan bahwa dana zakat digunakan dengan benar.
3. Pengawasan dan Audit yang Ketat: Penting untuk memperkuat
pengawasan dan audit terhadap pengelolaan zakat. Pemerintah
dapat membentuk lembaga atau otoritas yang bertanggung jawab
atas pengawasan pendayagunaan zakat. Audit independen yang
dilakukan secara rutin harus menjadi bagian dari mekanisme
pengawasan untuk memastikan kepatuhan dan akuntabilitas
pengelolaan dana zakat.
4. Peningkatan Peran Pemerintah: Pemerintah perlu terlibat aktif
dalam pengelolaan zakat. Mereka dapat membangun kerjasama
12
dengan lembaga zakat, memfasilitasi pendayagunaan zakat
melalui regulasi yang jelas, dan memberikan dukungan logistik
dan teknis untuk meningkatkan efektivitas pengumpulan dan
distribusi zakat. Pemerintah juga dapat menciptakan kebijakan
yang mendorong partisipasi masyarakat dalam zakat dan
memberikan insentif yang sesuai.
5. Peningkatan Kapasitas Lembaga Zakat: Lembaga zakat perlu
memperkuat kapasitas mereka dalam mengelola zakat. Mereka
dapat meningkatkan sumber daya manusia dengan melatih staf
mereka dalam administrasi dan manajemen keuangan yang baik.
Penggunaan teknologi informasi juga dapat membantu dalam
pengelolaan dan pemantauan zakat secara efektif.
6. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat: Masyarakat harus terlibat
secara aktif dalam pengelolaan zakat. Mereka dapat menjadi
pengawas yang baik dengan melaporkan ketidaksesuaian atau
penyimpangan yang mereka temui. Partisipasi aktif dalam
pembayaran zakat juga perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan
kampanye yang melibatkan masyarakat secara langsung.
7. Peningkatan Kerjasama dan Kolaborasi: Kerjasama antara
lembaga zakat, pemerintah, dan lembaga sosial lainnya sangat
penting untuk mengatasi masalah pendayagunaan zakat.
Kolaborasi ini dapat berupa pembentukan forum atau tim kerja
yang melibatkan semua pihak terkait untuk berbagi informasi,
pengalaman, dan koordinasi dalam mengoptimalkan pengelolaan
zakat.
8. Peningkatan Keterlibatan Pemerintah dan Lembaga Keuangan:
- Mendorong pemerintah untuk mengambil peran yang lebih
aktif dalam pendayagunaan zakat melalui kebijakan yang
mendukung dan regulasi yang jelas. Pemerintah dapat
membentuk badan atau otoritas khusus yang bertanggung
jawab untuk mengatur dan mengawasi pengelolaan zakat.
- Melibatkan lembaga keuangan seperti bank syariah dalam
pengelolaan zakat.
13
Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, diharapkan
masalah dalam pendayagunaan zakat dapat diatasi, dan zakat
dapat menjadi sumber yang efektif dalam memberikan manfaat
kepada masyarakat yang membutuhkan.
14
ekonomi, bantuan sosial, dan program-program lainnya yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Lembaga zakat di Kerinci diharapkan menjalankan praktik
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana zakat.
Hal ini mencakup penyusunan laporan keuangan yang
transparan, memastikan bahwa dana zakat digunakan sesuai
dengan ketentuan syariah, serta memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai program-program yang didanai oleh
zakat.
5. Pendidikan dan Pemahaman
Penting bagi lembaga zakat di Kerinci untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai zakat, baik dari segi hukum
maupun manfaatnya. Hal ini dapat dilakukan melalui
kampanye edukasi, ceramah, seminar, dan kegiatan-kegiatan
lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan masyarakat dalam membayar zakat.
6. Kerjasama dengan Pemerintah dan Instansi Terkait
Lembaga zakat di Kerinci juga perlu menjalin kerjasama
dengan pemerintah setempat dan instansi terkait, seperti Dinas
Sosial, Dinas Kesehatan, dan Badan Penanggulangan
Bencana. Kerjasama ini dapat memperluas jangkauan dan
efektivitas pendayagunaan zakat dalam memberikan bantuan
kepada masyarakat yang membutuhkan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendayagunaan Zakat adalah cara atau sistem distrubusi dan alokasi dalam zakat
berdasarkan tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan
kesan ajaran islam. Model pendayagunaan zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat
miskin adalah program pemanfaat dana zakat untuk mendorong mustahik mampu memiliki
usaha mandiri. Program tersebut diwujudkan dalam bentuk pengembangan modal usaha
mikro yang sudah ada atau perintisan usaha mikro baru yang prospektif.
Strategi pendayagunaan zakat merujuk pada rencana dan tindakan yang dirancang
untuk mengoptimalkan penggunaan dana zakat dengan efektif dan efisien. Strategi ini
melibatkan pendekatan yang terencana dan terukur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
16
mengelola, dan mendistribusikan dana zakat kepada penerima yang berhak serta memastikan
bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi yang diinginkan.
Salah satu sumber utama masalah dalam pendayagunaan zakat adalah kurangnya
kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai zakat. Banyak individu yang kurang
memahami hukum, kewajiban, dan manfaat zakat dalam agama Islam. Akibatnya, mereka
mungkin tidak melaksanakan kewajiban membayar zakat atau tidak memahami bagaimana
zakat seharusnya digunakan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aab. "Strategi Pendayagunaan Zakat Produktif (Studi BAZ Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat)." JURNAL ALAMIAH 2.01 (2021): 1-21.
17
HUDA, Nurul, et al. Prioritas Solusi Permasalahan Pengelolaan Zakat dengan Metode AHP
Studi di Banten dan Kalimantan Selatan. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 2014,
6.2.
Asy'ari, H., Sibawaihi, T., & Hardi, E. A. (2018). ANALISIS ALIANSI SETRATEGI DAN
PROGRAM PENGELOLAAN BAZ DAN LAZ DI PROVINSI JAMBI TAHUN 2018
(Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).
18