Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah


Dosen Pengampu Akfah Zakiyah Jamilah, S. H., M. H.

Adzro Umi Hanuun 1120210001


Anisa Dewiyanti 1120210005
Anisa Oktaviani 1120210006
Rahmawati 1120210026

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “ Lembaga Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah”.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Akfah Zakiyah
Jamilah, SH., MH. selaku Dosen pengampu Lembaga Kuangan Syariah yang telah
membimbing kami dan juga kepada teman-teman yang sudah membantu
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami menyadari penyusunan makalah
ini belum sempurna, karena kurangnya pengetahuan dan sumber referensi yang
kami dapatkan. Demikian makalah ini kami susun, apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan, ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat dalam
makalah ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya
dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan
selanjutnya.

Bandung, 07 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ...........................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II ...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Zakat .............................................................................................................. 3
B. Infaq ............................................................................................................... 4
C. Shodaqoh ........................................................................................................ 5
D. Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah.................................................... 6
E. Efektifitas Pengelolaan dan pengumpulan Zakat, Infaq, dan Shadaqah .................... 8
BAB III .................................................................................................................. 12
PENUTUP .............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia.
Kapasitas penduduk yang besar ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi
yang sangat besar dari berbagai segi, baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM),
segi politik ataupun dari segi ekonomi. Melihat segi ekonomi Indonesia memiliki
asset besar yang ditunjang dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat
melimpah. Hal tersebut, harusnya kesejahteraan masyarakat dapat terjamin
terutama dalam hal pengentasan kemiskinan. Salah satu cara untuk mengatasi hal
tersebut yaitu melalui zakat.
Zakat secara harfiah berarti membersihkan harta, tetapi selain
membersihkan harta seorang muslim yang mengeluarkannya, zakat juga dapat
memberikan kemudahan finansial bagi para pihak-pihak yang berhak
mendapatkannya (mustahik) sehingga terselesaikan masalah-masalah sosial yang
ada. Selain zakat dalam Islam dikenal pula infaq dan shadaqah.
Dana zakat, infaq, dan shadaqah harus dikelola oleh suatu Lembaga yang
memiliki kapabilitas dan sesuai dengan syariat Islam, agar daya guna dan hasilnya
dapat meningkat. Karena tujuan pengelolaan zakat yaitu agar mampu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, meningkatkan manfaat
zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan.
Lembaga Amil Zakat lah sebagai institusi pengelolaan zakat yang
sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah,
Pendidikan, sosial atau kemasyarakatan umat Islam, yang dikukuhkan, dibina dan
dilindungi oleh Pemerintah . LAZ pula merupakan sebuah Lembaga keuangan
Islam yang mempunyai fungsi dan peran dalam mengelola zakat, infaq dan
shadaqah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat, infaq dan shadaqoh?
2. Apa saja lembaga Pengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah?
3. Bagaimana efektifitas Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat, infaq dan shadaqah.
2. Untuk mengetahui lembaga Pengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah .
3. Untuk mengetahui efektifitas Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zakat
1. Pengertian zakat

Zakat dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari “Zakah” yang
berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu Zakah, berarti tumbuh dan
berkembang, dan seorang itu Zakah, berarti orang itu baik. Zakat dari istilah fikih
adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
orang- orang yang berhak.2 Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahiq). Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus
diserahkan oleh muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara
langsung.1

2. Syarat harta yang wajib di zakatkan adalah:

Pertama: Pemilikan yang pasti artinya sepenuhnya berada dalam keuasaan


yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.

Kedua: Berkembang artinya harta itu berkembang, baik secara alami


berdasarkan sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.
Ketiga: Melebihi kebutuhan pokok artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu
melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup
wajar sebagai manusia. Keempat: Bersih dari hutang artinya harta yang dipunyai
oleh seseorang itu bersih dari hutang. Kelima: Mencapai nisab artinya mencapai
jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya Keenam: Mencapai haul artinya
harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau
setiap kali setelah menuai atau panen. 2 Berdasarkan syarat wajib zakat diatas dapat
dipahami bahwa untuk orang yang wajib zakat adalah orang islam, berakal, baligh

1
(Qardhawi, 2007)
2
(Ali, 2006)

3
dan sudah merdeka. Sedangkan syarat harta yang wajib di zakatkan adalah harta
yang dimiliki pasti, hartanya berkembang, melebihi kebutuhan, bersih dari hutang,
mencapai jumlah minimal, dan hartanya mencapai waktu (haul).

3. Muzakki dan Mustahiq

Muzakki merupakan orang atau pihak yang dimiliki oleh orang muslim
yang berkewajiban melakukan pembayaran zakat. Sedangkan mustahik adalah
orang atau badan yang berhak menerima zakat. 3 Adapun yang berhak menerima
zakat atau mustahiq yaitu ada delapan golongan, yakni fakir yaitu orang yang Amat
sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya. orang miskin yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan
dalam Keadaan kekurangan. Amil yaitu orang yang diberi tugas untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat. Muallaf yaitu orang kafir yang ada harapan
masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. Hamba
sahaya yaitu yang mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh
orang-orang kafir. Gharim yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan
yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat islam dibayar hutangnya itu dengan
zakat, walaupun ia mampu membayarnya. Fisabilillah yaitu untuk keperluan
pertahanan islam dan kaum muslimin. Diantara mufasirin ada yang berpendapat
bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingankepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. dan Ibnu sabil yaitu orang yang
dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.

B. Infaq
Infaq secara bahasa berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sementara menurut istilah syari'at, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan agama Islam. Jika zakat ada nisabnya, maka infaq

3
(Heykal, 2015)

4
dan shodaqoh terbebas dari nisab. Infaq bisa dilakukan oleh siapapun baik yang
berpenghasilan rendah maupun sempit.6 Selain itu, kata infaq berarti mendermakan
harta yang diberikan Allah SWT, menafkahkan sesuatu pada orang lain semata-
mata mengharap ridha Allah SWT. Dengan demikian, infaq merupakan bentuk
pentasharrufan harta sesuai dengan tuntunan syariat.7 Selain itu infaq juga dapat
diartikan sebagai sesuatu yang dikeluarkan diluar sebagai tambahan dari zakat,
yang sifatnya sukarela yang diambilkan dari harta atau kekayaan seseorang untuk
kemaslahatan umum atau membantu yang lemah.8 Adapun perbedaan infaq dengan
zakat dapat dilihat dari waktu pengeluarannya, dalam zakat ada nisabnya sedangkan
infaq tidak ada, baik dia berpenghasilan tinggi maupun rendah. Zakat
diperuntukkan untuk delapan ashnaf, sedangkan infaq dapat diberikan kepada
siapapun juga, misalnya untuk keluarga, anak yatim, dan lain-lain.4

C. Shodaqoh

Istilah sedekah dari bahasa Arab shadaqah. Di dalam Al Munjid kata


shadaqah diartikan dengan pemberian yang niatnya mendapatkan pahala dari Allah,
bukan sebagai penghormatan. Secara umum dapat diartikan bahwa, sedekah adalah
pemberian dari seorang muslim secara sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah
(haul dan nishab) sebagai kebaikan dengan mengharap rida Allah.9 Selain itu
shadaqoh juga berarti mendermakan sesuatu kepada orang lain. Shodaqoh berasal
dari kata shadaqa yang bearti benar , maksudnya shadaqoh merupakan wujud dari
ketaqwaan seseorang, bahwa orang yang bershadaqoh adalah orang yang
membenarkan perlakuannya sebagai orang yang bertaqwa melalui amal perbuatan
positif kepada sesamanya, baik berupa dermawan atau yang lain. Antara infaq atau
shadaqoh terdapat perbedaan makna yang terletak pada bendanya. Kalau infaq
berkaitan dengan amal yang material, sedangkan shadaqoh berkitan dengan amal
baik yang wujudnya material maupun nonmaterial , serpeti dalam bentuk pemberian
benda , uang, tenaga atau jasa, menahan diri tidak berbuat kejahatan, mengucap

4
(Dr. Rahmawati, 2020)

5
takbir, tahmid bahkan yang paling sederhana adalah tersenyum kepada orang lain
dengan ikhlas.5

D. Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, dan Shadaqah.

a. BASNAS ( Badan Amil Zakat Nasional) adalahlembaga yang melakukan


pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS menjalankan fungsi-fungsi utama,
sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2011 adalah
sebagai berikut : 1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. 2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. 3) Pengendalian pengumpulan, pendistibusian, dan
pendayagunaan zakat. 4) Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat. Secara umum, tugas dan fungsi BAZNAS adalah melakukan
upaya pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, pelaporan dan pertanggung
jawaban atas pelaksanaan pengelolaan zakat. 6

b. LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) adalah lembaga yang dibentuk


masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2011, untuk dapat menjadi
Lembaga Amil Zakat harus memenuhi beberapa standar sebagai berikut :

1) LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat.

2) Mampu melaksanakan fungsi pengumpulan, pendistribusian, dan


pendayagunaan.

3) Pembentukan LAZ harus mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk.

4) Siap melakukan koordinasi dengan BAZNAS dalam rangka mengoptimalkan


fungsi pengelolaan zakat. Keberadaan LAZNAS yang dilindungi dan diberi

5
(Irfan el-Firdausy, 2009)
6
UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 7

6
keluasaan untuk mengelola zakat merupakan cara pemerintah untuk tetap
mendorong peran serta masyarakat di dalam pengelolaan zakat. 7

c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) UPZ adalah singkatan sekaligus sebutan untuk unit
pengumpul zakat yakni satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk
membantu pengumpulan zakat di lingkungan kementerian/lembaga, BUMN,
perusahaan swasta nasional, perusahaan asing yang berkedudukan di wilayah
Republik Indonesia (RI), dan perwakilan RI di luar negeri. Dengan demikian, UPZ
merupakan bagian BAZNAS yang tidak terpisahkan dalam arti bahwa setiap
transaksi atau peristiwa di UPZ, baik menyangkut hak maupun kewajiban, harus
menjadi bagian dari catatan dan pelaporan serta tanggung jawab BAZNAS. Dalam
melaksanakan tugas membantu BAZNAS, UPZ memiliki tugas sebagai berikut :

1) Melakukan sosialisasi dan edukasi zakat di lingkungan instansi atau perusahaan


bersangkutan.

2) Memberikan konsultasi zakat.

3) Melakukan registrasi calon muzakki.

4) Menerima Kartu Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) dari BAZNAS dan
menyerahkannya kepada calon muzakki.

5) Menyerahkan data muzakki dan perubahannya kepada BAZNAS

6) Menerima pembayaran zakat dan menyetorkan ke BAZNAS sesuai batas waktu


yang ditentukan.

7) Menerima bukti setor zakat (BSZ) dari BAZNAS dan menyerahkannya kepada
muzakki. 8) Membuat laporan keuangan dan kegiatan UPZ sacara periodik. UPZ
juga wajib menjaga kepercayaan muzakki dalam bentuk :

1) Memberikan laporan donasi rutin secara berkala.

7
UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pasal 17

7
2) Menyampaikan laporan lapangan dan informasi penyaluran zakat dan berbagai
aktifitas kegiatan yang dilaksanakan dengan BAZNAS.

3) Memberikan majalah zakat.

4) Menindak lanjuti masukan atau keluhan dari para muzakki.

5) Berkomunikasi secara intensif dan efektif.

Apabila di lingkungan instansi/perusahaan atau wilayah tempat UPZ terdapat


mustahik, maka pelaksana harian UPZ dapat membuat program pendistribusian dan
atau pendayagunaan dengan melalui tahapan sebagai berikut :

1) Mendata atau memverifikasi calon mustahiqyang ada.

2) Melakukan verifikasi dan analisis atas kebutuhan mustahiq.

3) Membuat rencana kerja dan anggaran untuk disampaikan di BAZNAS untuk


mendapat persetujuan.

4) Menyalurkan zakat ke mustahiq dan melakukan pendampingan.

5) Membuat laporan dan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan selambat-


lambatnya satu bulan setelah kegiatan selesai dilaksanakan. 8

E. Efektifitas Pengelolaan dan pengumpulan Zakat, Infaq, dan


Shadaqah
1. Pengertian Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris effective artinya berhasil, sesuatu
yang dilakukan berhasil.9 Secara terminologi dapat dikatakan bahwa efektifitas
berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan, artinya pada

8
1UU NO.13 tahun 2012 tentang Pembentukan Unit Pengumpul Zakat, Pasal 5
9
(Tika, 2005)

8
pelaksanaannya dinilai baik atau tidak bergantung pada cara tugas tersebut dapat
diselesaikan.

Menurut Supriyono, efektifitas merupakan hubungan antara keluaran suatu


pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar kontribusi
daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka
dapat dikatakan efektif pula unit tersebut. 10

2. Efektifitas Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Shadaqah.

Efektifitas pengumpulan dan pendistribusian zakat, infaq, dan shadaqah


bisa dilihat dari seberapa jauh target ( kualitas, kuantitas, dan waktu) yang dicapai
oleh amil zakat. Kualitas dilihat dari seberapa jauh usaha amil zakat dalam
melakukan pengumpulan kepada muzzaki dan pendistribusian kepada orang yang
membutuhkan bantuan, kuantitas dapat dilihat dari jumlah dana yang dikumpulan
atau disalurkan, dan waktu dapat dilihat dari seberapa lama konsistensi
pengumpulan dan pendistribusian berlangsung.

Didalam undang-undang disebutkan ada 2 macam zakat yang harus


dikeluarkan oleh muzakki, yaitu zakat maal dan zakat fitrah. Adapun jenis-jenis
harta yang dikenai zakat adalah :

1. Emas, perak dan uang Harta kekayaan ini sudah dimilikinya secara penuh selama
satu tahun penuh dan sampai nisabnya. Nisab emas adalah 20 dinar, lebih kurang
sama dengan 96 gram emas murni dan kadar zakatnya 2, 5%. Nisab perak adalah
200 dirham, beratnya sama dengan kurang 672 gram yaitu 2,5%. Nisab uang baik
giral maupun cartal, adalah sama dengan nilai atau harga 96 gram emas. Bila
disimpan cukup setahun zakatnya adalah 2.5%.

2. Perdagangan dan Perusahaan Setiap tutup buku, setelah perdagangan berjalan


setahun lamanya, uang yang ada dan semua barang yang ada dihitung harganya.
Dari jumlah itu dikeluarkan zakatnya 2,5%, nishabnya sama dengan nilai harga

10
(Dr. Rahmawati, 2020)

9
emas 96 gram. Kini, zakat perdagangan juga diperluas pada perusahaan atau badan
usaha lainnya.

3. Hasil pertanian, dan hasil perkebunan Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil
perikanan merupakan zakat hasil bumi. Pengeluaran zakatnya tidak harus
menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menuai.
Kadar zakatnya lima persen untuk hasil bumi yang diairi atas usaha penanaman
sendiri, dan sepuluh persen kalau pengairannya tadah hujan tanpa usaha yang
menanam.

4. Hasil pertambangan, Barang Temuan (Rikaz) dan Hasil laut Barang tambang
adalah semua yang dikeluarkan dari bumi dan punya nilai, seperti emas, perak, besi,
kuningan dan timah. Barang temuan (rikaz) adalah harta pendaman jahiliyah,
termasuk dalam kategori ini adalah barang yang ditemukan diatas permukaan bumi.
Hasil laut adalah harta yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, kerang, terumbu
karang, rumput laut. Nishab barang tambang adalah senilai 85 gram emas atau
2,5%. Hasil laut kadarnya 20% atau 5% sesuai dengan kesulitan. Barang temuan
kadar zakatnya 20%.

5. Hasil peternakan Merupakan binatang ternak yang wajb dizakati adalah binatang-
binatang yang oleh orang Arab disebut al-an'am yaitu unta, sapi, termasuk pula
kerbau, kambing, dan domba. Nishab zakat binatang ternak yang wajib dizakati
hanya ada tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan kambing. Hal itu karena ketiga jenis
binatang tersebut populasinya cukup banyak dan mampu berkembang biak dengan
pesat.

6. Hasil pendapatan dan jasa (zakat profesi) Zakat profesi adalah zakat yang
dikeluarkan dari penghasilan profesi, seperti pegawai, dokter , seniman, dan
konsultan. Nisabnya setara dengan 85 gram emas yaitu 2,5%.18 Penghitungan zakat
maal disesuaikan dengan nishab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan
hukum agama.

Pengumpulan dikelola oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzzaki atas dasar pemberitahuan muzzaki. Badan amil zakat

10
dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzzaki yang
berada di bank atas permintaan muzzaki. 11

Tata cara pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan cara pemungutan atau
pemotongan yang sebelumnya telah disepakati oleh instansi. Selain dana zakat,
badan amil zakat dapat juga menerima dana infaq, shodaqoh, hibah, wasiat, warisan
dan kafarat. Dalam hal ini penghitungan muzzaki dapat melakukannya sendiri atau
dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat sesuai dengan ketentuan syariah
islam. Dana zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat dikurangkan dari
laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.12

11
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal. 11-12
12
(Dr. Rahmawati, 2020)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh pengumpulan dan


pendistribusian zakat merupakan dua hal sama pentingnya. Namun AlQur'an lebih
memperhatikan masalah pendistribusiannya. Hal ini mungkin disebabkan
pendistribusian mencakup pula pengumpulan. Penghitungan zakat maal
disesuaikan dengan nishab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum
agama. Pengumpulan dikelola oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzzaki atas dasar pemberitahuan muzzaki. Badan amil zakat
dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzzaki yang
berada di bank atas permintaan muzzaki.
Agar dapat menjadi dana yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat, terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan
kesenjangan sosial, zakat, infaq dan shodaqoh harus dilakukan dan dikelola secara
profesional dan bertanggung jawab, yang dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
dengan pemerintah. Bahwa pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan
skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat untuk menambah


pengetahuan kita semua. Kami menyarankan kepada para pembaca yang ingin
memahami lebih dalam, hendaknya juga membaca sumber lain. Kami menyadari
makalah ini belum sempurna karena kurangnya pengetahuan dan referensi yang
kami dapatkan. untuk itu kami menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali. (n.d.). Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta: UI-press.

Ali, M. D. (2006). Sistem Ekonomi Islam; Zakat dan Wakaf. Jakarta: Cet.1,
Universitas Indonesia.

Dr. Rahmawati, M. (2020). PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH.


Makasar: Universitas Alauddin.

Heykal, N. H. (2015). Zakat Persoektif Mikro-Makro. Jakarta: Prenadamedia


Group.

Irfan el-Firdausy. (2009). Dahsyatnya Sedekah Meraih Berkah Dari Sedekah.


Yogyakarta: Cemerlang Publishing.

Qardhawi, Y. (2007). Hukum Zakat, Terjemahan. Bogor: Pustaka Litera Antar


Nusa.

Tika, M. P. (2005). Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.


Jakarta: Bumi Aksara.

iv

Anda mungkin juga menyukai