Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERLAKUAN ZAKAT, INFAQ, DAN SODAQOH (ZIS) PADA


AKUNTANSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Akuntansi Zakat
Dosen Pengampu : Haulah Nakhwatunnisa, M.Si

Disusun oleh Kelompok 4:

Hoirunisa (2008205009)
Ayu Khaerunnisa (2008205016)
Lailatul Qusthon T A (2008205017)
Firdana Hanifah (2008205024)
Aulia Maharani J (2008205037)

AKUNTANSI SYARIAH 6/A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass, Kel.Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon
Telp.(02318491642)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan tugas kuliah dan sekaligus presentasi
kelompok pembahasan mengenai Perlakuan ZIS Pada Akuntansi. Dan berkat Rahmat-Nya,
kami dapat menyusun sebuah makalah sebagai tugas yang diberikan oleh Dosen yang
bersangkutan pada mata kuliah Akuntansi Zakat.

Kami tim penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Akuntansi
Zakat atas dukungan moral serta materiil sehingga terbentuknya makalah ini, terima kasih
juga kepada teman satu tim yang telah membantu selesainya tugas ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk dijadikan pembelajaran bagi pembaca sebagai
penyelesaian tugas makalah, sebagai bahan motivasi untuk kami agar semakin semangat
dalam menuntut ilmu dan selalu saling berbagi dalam keilmuan, serta untuk menambah
wawasan mahasiswa mengenai materi ini. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih memiliki kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam
memilih pembahasannya. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Cirebon, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Zakat, Infaq, dan Sedekah .............................................................................. 6
B. Akuntansi Zakat ............................................................................................ 6
C. Akuntansi ZIS Berdasarkan PSAK 109 .......................................................... 7
D. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Zakat ...... 8
E. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi
Infaq/Sedekah ................................................................................................ 12
F. Laporan Keuangan Dana ZIS ......................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dipisahkan
darinya. Dalam pandangan Islam, harta benda pada hakikatnya adalah milik Allah, sehingga
semua yang dimiliki manusia hanya titipan sementara. Manusia hanya mempunyai hak dalam
mengurus dan melindunginya. Agar dapat dikelola dan dipelihara dengan baik oleh manusia,
Allah memiliki ketentuan dan ketetapan-Nya untuk mengatur penggunaan harta yang wajib
diikuti oleh seluruh umat muslim. Salah satunya adalah rukun islam yang keempat
menyangkut pembayaran zakat. Selanjutnya, dalam islam juga terdapat dana sosial lainnya
yang ditujukan untuk membantu fakir miskin berupa infak dan sedekah.
Zakat adalah sejumlah harta yang harus dikeluarkan oleh seseorang dalam jumlah
tertentu dan diserahkan kepada yang berhak. Sedangkan infak dan sedekah adalah sumbangan
sukarela. Agar penyerahan ZIS tepat sasaran kepada mustahik, maka pendistribusian yang
baik adalah kuncinya.
Kedudukan zakat, infak, dan sedekah dalam ajaran Islam sangat penting dan strategis
karena tidak hanya kepentingan ibadah, tetapi juga untuk penguatan aspek muamalah yaitu
membangun kesejahteraan dalam equilibrium sosial yang bermartabat. Zakat wajib
dibayarkan oleh umatnya yang telah mampu dengan batas tertentu, sedangkan infak dan
sedekah lebih bersifat sukarela. Dengan pengelolaan yang baik, ZIS merupakan dana
potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh
masyarakat. Zakat, infak dan sedekah juga sudah dikenal dan dilaksanakan oleh umat muslim
sejak lama. Sumber-sumber dana tersebut merupakan pranata keagamaan yang memiliki
kaitan secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah kemiskinan dan kepincangan
sosial.
Secara teknis, hasil kinerja organisasi pengelola ZIS disajikan melalui akuntansi dana,
yaitu metode pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset dan kewajiban
yang dikelompokkan menurut kegunaannya dari masing-masing item. Oleh karena itu,
organisasi pengelola zakat dalam penyajian memerlukan sistem akuntansi yang baik dalam
mengumpulkan, mengolah, dan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah. Dan salah satu hal
yang paling utama dalam sistem akuntansi adalah perlakuan akuntansi ZIS. Perlakuan
akuntansi disini mencakup pengakuan, pencatatan, dan penyajian laporan keuangan
organisasi pengelola ZIS.
Akuntansi adalah satu hal penting dalam setiap transaksi yang terjadi. Berarti dalam
penghimpunan, penyimpanan dan penyaluran dana ZIS dicatat kemudian dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sehingga tidak ada keraguan dalam pengelolaan dana zakat.
Sistem akuntansi yang jelas adalah bentuk pertanggungjawaban harta kekayaan yang dikelola
agar tidak ada yang dirugikan, adil, dan tepat sasaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Zakat, Infaq, dan Sedekah?
2. Apa yang dimaksud Akuntansi Zakat?

4
3. Bagaimana Akuntansi ZIS Berdasarkan PSAK 109?
4. Bagaimana Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Zakat?
5. Bagaimana Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi
Infaq/Sedekah?
6. Bagaimana Laporan Keuangan Dana ZIS?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Zakat, Infaq, dan Sedekah
2. Untuk mengetahui definisi Akuntansi Zakat
3. Untuk mengetahui Akuntansi ZIS Berdasarkan PSAK 109
4. Untuk mengetahui Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi
Zakat
5. Untuk mengetahui Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi
Infaq/Sedekah
6. Untuk mengetahui Laporan Keuangan Dana ZIS

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zakat, Infak dan Sedekah


Zakat merupakan kewajiban yang dikenakan atas harta yang telah memenuhi
persyaratan tertentu untuk diserahkan kepada penerima-penerima tertentu melalui petugas
tertentu. Zakat merupakan Rukun Islam yang ketiga wajib bagi setiap muslim seperti
tercantum dalam surat At-Taubah: 103, yang artinya “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Subhanahuwa Ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)
Seiring dengan perkembangan kehidupan kaum muslimin di era modern saat ini,
muncul berbagai macam masalah yang belum pernah kita jumpai dalam masa kehidupan
Rasulullah, dimana masalah tersebut juga berkaitan dengan harta dan zakat dan akhirnya
munculah zakat kontemporer. Adapun beberapa jenis objek zakat kontemporer yang muncul
di tengah-tengah kehidupan kaum muslimin saat ini antara lain, zakat profesi, zakat tanah,
zakat atas usaha pinatu/laundry,serta berbagai zakat lainnya (Nurhayati et al. 2019, 39).
Infak berasal dari bahasa Arab anfaqa yang artinya mengeluarkan atau
membelanjakan harta. Dari akar kata tersebut, istilah infak secara umum yaitu setiap
mengeluarkan harta, baik untuk tujuan kebaikan maupun keburukan dikatakan infak. Secara
terminologi syariah infak yaitu mengeluarkan sebagian dari harta untuk suatu kepentingan
yang sesuai dengan ajaran islam (Nurhayati et al. 2019, 157). Sedekah memiliki dimensi yang
sangat luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta saja, tetapi dapat
berupa berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain (Rahman 2015,
147). Berdasarkan Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 215, dijelaskan bahwa dalam penyaluran
infak yang didahulukan adalah orang tua, kemudian kerabat, dan seterusnya. Bahkan dapat
diatasnamakan atau pahalanya dapat dialihkan pada orang tua yang sudah meninggal
(Nurhayati et al. 2019, 160).
B. Akuntansi Zakat
Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses pencatatan, identifikasi, dan
pengelompokkan data untuk dibuat sebuah pelaporan keuangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan, baik untuk pihak internal dan eksternal perusahaan. Akuntansi zakat
tidaklah berbeda dengan akuntansi pada umumnya, bedanya akuntansi zakat menilai aktiva
atau pendapatan yang wajib dizakatkan, menetapkan kadar zakatnya dan menyalurkannya ke
pos-pos yang sesuai dengan konteks syariat Islam.
Menurut Mursyidi, Akuntansi zakat merupakan suatu proses pengakuan kepemilikan
dan pengukuran nilai suatu kekayaan yang dimiliki oleh muzakki untuk tujuan penetapan
nisab zakat kekayaan yang bersangkutan dalam rangka perhitungan zakatnya. Secara umum,
akuntansi ZIS merupakan proses pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi zakat, infak/sedekah sesuai dengan kaidah syariat Islam untuk memberikan
informasi pengelolaannya oleh Amil kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dari

6
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi ZIS adalah proses dalam pengakuan
kepemilikan, pengukuran nilai kekayaan, penyajian dan pengungkapan tansaksi zakat
infak/sedekah sesuai syariah islam sebagai bentuk informasi kepada pihak yang
berkepentingan.
Menurut PSAK nomor 109 zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki
sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
(mustahik). Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011, bahwa zakat merupakan pranata
keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan kesejahteraan masyarakat (Ritonga
2017).
Tujuan dari akuntansi zakat ada 2 (Mahmudi 2003:4):
1. Pengendalian manajemen (Management Control). Tujuan ini ditujukkan untuk
kepentingan internal organisasi, berupa memberikan informasi yang diperlukan untuk
mengelola secara efektif dan efisien yang berkaitan dengan zakat, infaq, dan sedekah.
2. Akuntabilitas (Accountability). Memberikan informasi untuk organisasi pengelolaan
zakat untuk melaporkan tanggung jawabnya terkait dengan pendayagunaan zakat
yang dikelola secara efektif dan efisien untuk masyarakat.

C. Akuntansi ZIS Berdasarkan PSAK 109


Akuntansi didefenisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Akuntansi juga diartikan
sebagai bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang kondisi ekonomi suatu perusahaan
atau organisasi dan hasil usaha pada waktu atau periode tertentu, sebagai
pertanggungjawaban manajemen serta untuk pengambilan keputusan. Akuntansi zakat
merupakan suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah, menyajikan data,
transaksi, serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sesuai dengan syari’at yang
telah ditentukan digunakan sebagai pencatatan zakat, infak, dan sedekah yang diterima dari
donatur yang akan disalurkan kepada mustahik dan pihak lainnya melalui lembaga zakat.
Pernyataan standar akuntansi keuangan atau PSAK No. 109 adalah ketentuan yang
mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan
infak/sedekah yang diberlakukan bagi entitas yang kegiatan utamanya sebagai amil yang
menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), PSAK No. 109 adalah
pernyataan yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi zakat, infak/sedekah. PSAK No. 109 adalah standar yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengatur tentang proses pencatatan dan
pembuatan laporan keuangan oleh lembaga pengelola zakat yang mengenai pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas terjadinya suatu transaksi.
Perlakuan PSAK 109 Akuntansi Zakat
Pengakuan Zakat:
1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima.
2) Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar kas

7
yang diterima atau sebesar nilai wajar jika dalam bentuk aset nonkas.
3) Penerimaan ujrah/fee dari muzaki diakui sebagai penambah dana amil.
4) Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat dengan
keterangan sesuai dengan kelompok mustahik.
Perlakuan PSAK 109 (lanjutan)
PSAK 109 (Akuntansi Zakat, Infaq/Shodaqoh)
Pengungkapan ZIS:
Entitas amil harus mengungkapkan hal-hal terkait dengan transaksi zakat,
infaq/shodaqoh, tetapi tidak terbatas pada:
a. Kebijakan penyaluran ZIS, penentuan skala prioritas penyaluran dan penerima.
b. Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat.
c. Metode penentuan nilai wajar untuk penerimaan ZIS berupa aset nonkas.
d. Rincian jumlah penyaluran dana ZIS.
e. Hubungan istimewa antara entitas amil dan mustahiq.

D. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan


Akuntansi Zakat Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos. Pengukuran adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu
transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan
statement keuangan. Penyajian adalah menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau
pos dalam seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif.
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan penjelasan hal-hal informatif yang
dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui
statement keuangan utama.
1. Pengakuan dan Pengukuran
a. Penerimaan zakat diakui saat kas atau aset non kas diterima
b. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar:
1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas
2) Nilai wajar jika dalam bentuk non kas
Ilustrasi jurnal:
Dr. Kas xx
Cr.Penerimaan dana Zakat xx

Dr. Penyaluran dana zakat xx


Cr. Penerimaan dana Zakat xx

8
3) Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar.
Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan
nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (nilai wajar) xx
Cr. Penerimaan dana Zakat xx
4) Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat melalui
amil, maka tidak ada bagian amil yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah
atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, diluar dana
zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
Jurnal:
Dr. Kas xx
Cr. Penerimaan Dana Zakat xx

Dr. Kas xx
Cr. Penerimaan Dana Amil xx
5) Jika terjadi penurunan nilai aset zakat non kas, maka jumlah kerugian yang
ditanggung diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana
amil bergantung pada penyebab kerugian tersebut.
6) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a) Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Penurunan Nilai Aset xx
Cr. Aset Nonkas xx
b) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Kerugian Penurunan Nilai-Dana Amil xx
Cr. Aset Nonkas xx
2. Penyaluran Zakat
a. Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai pengurang
dana zakat sebesar:
1) Jumlah yang dierahkan, jika dalam bentuk kas
2) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset non kas
Jurnal:
Dr. Penyaluran Zakat xx
Cr. Kas xx

Dr. Penyaluran Zakat xx


Cr. Non Kas xx
b. Efektivitas dan efesiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil.
Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutupi
biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah
dan prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.

9
Jurnal:
Dr. Penyaluran Dana Amil xx
Cr. Kas xx
c. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahik
ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan
ketentuan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
d. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil. Amil
dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat.
Peminjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode
(haul).
Jurnal:
Dr. Penyaluran dana Zakat-pinjaman sementara amil xx
Cr. Penerimaan dana Amil xx
Dr. Penyaluran dana Amil-Honor pegawai xx
Cr. Kas xx
Apabila telah terhimpun perolehan dana amil, maka pinjaman sementara
dibayarkan dengan membuat jurnal balik dari jurnal terdahulu:
Dr. Penerimaan dana Amil xx
Cr. Penyaluran dana Zakat-pinjaman sementara amil xx
e. Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambahan dana
amil.
f. Zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil jika sudah diterima oleh
mustahik non amil tersebut. Zakat yang disalurkan melaui amil lain, tetapi belum
diterima oleh mustahik non amil, belum memenuhi pengertian zakat telah
disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat,
namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut,
zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil
yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang penyaluran dan
liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat disalurkan secara
langsung kepada mustahik non amil.
1) Jurnal penyaluran zakat melalui amil zakat kota:
Dr. Piutang Penyaluran Zakat xx
Cr. Kas xx
Pembukuan di amil zakat kecamatan:
Dr. Kas xx
Cr. Hutang penyaluran Zakat xx
2) Setelah zakat dibayarkan kepada mustahik, maka pembukuan sebagai berikut:
Dr. Penyaluran dana Zakat xx
Cr. Piutang Penyaluran Zakat xx
Pembukuan di amil kecamatan:
Dr. Hutang penyaluran dana zakat xx
Cr. Kas xx
g. Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik non amil dengan keharusan untuk
mengembalikan kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran zakat.

10
Ilustrasi jurnal:
Dr. Piutang-pemberian pinjaman bergulir xx
Cr. Kas xx
Ketika menerima cicilan secara harian:
Dr. Kas xx
Cr. Piutang-pemberian pinjaman bergulir xx
h. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan)
seperti mobil ambulan, rumah sakit diakui sebagai:
1) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola
kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Kelolaan xx
Cr. Kas xx
Saat penyerahan secara total:
Dr. Penyaluran dana Zakat xx
Cr. Aset Kelolaan xx
2) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut masih dalam
pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil. Penyaluran secara
bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola
pemanfaatannya. Jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau
pihak lain yang dikendaikan oleh amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Kelolaan xx
Cr. Kas xx
Jurnal setiap bulan:
Dr. Penyaluran Zakat-Beban penyusutan kelolaan xx
Cr. Akumulasi Penyusutan xx
Jurnal ketika diserahkan sepenuhnya:
Dr. Akumulasi Penyusutan xx
Cr. Aset Tetap xx
3. Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil secara terpisah
dalam neraca (laporan posisi keuangan).
4. Pengungkapan
a. Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak
terbatas pada:
1) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran
zakat dan mustahik non-amil
2) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik non amil seperti
presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan
b. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset
nonkas
c. Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik

11
d. Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh
amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada diungkapkan jumlah dan
persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya.
e. Hubungan pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:
1) Sifat hubungan istimewa
2) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan
3) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari toal penyaluran
selama periode.

E. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi Infak/sedekah


1. Pengakuan dan Pengukuran
a. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak
terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
1) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas
2) Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas
Ilustrasi jurnal:
Dr. Kas xx
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah tidak terikat xx
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah tidak terikat-Amil xx
Cr. Penerimaan dana amil xx
b. Penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar untuk
aset non kas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan
metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam SAK yang relevan.
c. Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas. Aset non kas
dapat berupa aset lancar atau tidak lancar.
d. Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur
sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak lancar
infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana
infak/sedekah terikat jika penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah
ditentukan oleh pemberi.
Ilustrasi Jurnal:
Dr. Aset tetap Nonkas xx
Cr. Penerimaan Infak/sedekah terikat xx
Dr. Penyaluran Infak/sedekah terikat-penyusutan xx
Cr. Akumulasi penyussutan xx
e. Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi untuk
segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa
bahan habis pakai, seperti bahan makan atau aset yang memiliki umur ekonomi
panjang seperti mobil untuk ambulan.
f. Aset nonkas lancar dinilai sebesar perolehan, sedangkan aset nonkas tidak lancar
dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan.
g. Penurunan nilai aset infak/sedekah diakui sebagai:
1) Pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian
amil.
12
2) Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Pembukuan ketika diterima:
Dr. Aset tetap nonkas xx
Cr. Penerimaan dana infak/sedekah terikat xx
Ketika terjadi penurunan nilai (cacat):
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah-penurunan nilai xx
Cr. Aset tetap nonkas xx
Ketika aset tetap nonkas hilang:
Dr. Penyaluran dana infak/sedekah-kerugian kehilangan xx
Cr. Aset tetap non kas xx
Ketika amil mengganti aset tetap non kas:
Dr. Aset non kas xx
Cr. Kas xx
h. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu
sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui
sebagai penambah dana infak/sedekah.
2. Penyajian
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara
terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).
3. Pengungkapan
a. Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah tetapi
tidak terbatas pada:
1) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran dan penerima infak/sedekah.
2) Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non-amil atas penerimaan
infak/sedekah seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan
b. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah
berupa aset non kas.
c. Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola
terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari
seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya.
d. Penggunaan dana infak/sedekah dalam bentuk aset kelolaan yang diperuntukkan
bagi yang berhak, jika ada jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan
dana infak/sedekah serta lasannya.
e. Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat
f. Hubungan pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:
1) Sifat hubungan istimewa
2) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan
3) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran
selama periode. Selain itu, amil mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Keberadaan dana non-halal, jika ada diungkapkan mengenai kebijakan atas
penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya

13
b) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana
infak/sedekah.

F. Laporan Keuangan Dana ZIS


Laporan keuangan yaitu ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksitransaksi
keuangan yang terjadi selama periode pelaporan dan dibuat untuk mempertanggungjawabkan
tugas yang dibebankan kepadanya oleh pihak pemilik perusahaan atau intansi lainnya.
Laporan keuangan merupakan produk akhir atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi.
Inilah wujud jasa dari profesi akuntan, dan laporan keungan yang akan menjadi bahan
infomasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan suatu
organsisasi.
Tekanan Islam dalam kewajiban melakukan pencatatan adalah menjadi bukti
dilakukannya transaksi yang menjadi dasar nantinya dalam menyelesaikan persoalan
selanjutnya. Dan menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan baik dalam transaksi
maupun hasil transaksi itu. Sedangkan dalam akuntansi tujuan pencatatan adalah
pertanggungjawaban (accountability) sebagai bukti transaksi, penentuan pendapatan (income
determination), informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sebagai alat
penyaksian yang akan dipergunakan dikemudian hari dan lain-lain.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi ZIS adalah proses dalam pengakuan kepemilikan, pengukuran nilai


kekayaan, penyajian dan pengungkapan tansaksi zakat infak/sedekah sesuai syariah islam
sebagai bentuk informasi kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi zakat tidaklah
berbeda dengan akuntansi pada umumnya, bedanya akuntansi zakat menilai aktiva atau
pendapatan yang wajib dizakatkan, menetapkan kadar zakatnya dan menyalurkannya ke pos-
pos yang sesuai dengan konteks syariat Islam.

Dalam Islam, kewajiban melakukan pencatatan menjadi bukti dilakukannya transaksi


yang menjadi dasar dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya. Agar tidak terjadi
manipulasi atau penipuan dalam transaksi atau dari hasil transaksinya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, diharapkan dapat memberikan peningkatan


dalam menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK 109. Dalam penyajian
laporan keuangannya pun diharapkan lebih jelas dan transparan sehingga akan lebih
mendapatkan kepercayaan masyarakat agar dapat menjadi salah satu lembaga pilihan
masyarakat untuk mengumpulkan zakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Naziruddin, Alias Mat Derus, Husam-Aldin Nizar Al-Malkawi. 2015. “The
Effectiveness of Zakat in Alleviating Poverty and Inequalities: A Measurement Using
a Newly Developed Technique”. Humanomics 31 (3): 314-329.
Al Arif, Mohammad Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis
dan Praktis. Bandung: Pustaka Setia.
Anshori, Ghofur Abdul. 2006. Hukum dan Pemberdayaan Zakat, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Pilar Media.
Bahri, Syaiful. Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS. Yogyakarta:
Penerbit Andi. 2016.
Bastian, Indra. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007.
Fryanti, Yunida Een. 2018. Akuntansi Lembaga Zakat dan Wakaf. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani. 2002.
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) NO. 109.
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2010.
Khaddafi, Muammar et. al. Akuntansi syariah meletakkan nilai-nilai syariah Islam dalam
ilmu akuntansi. Medan: Penerbit Madenatera. 2016.
Khasanah, Umratul. Manajemen Zakat Modern (Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat.
Malang: UIN Maliki Press. 2010.
Mandala, Muchtar. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1997.
Nurhayati, Sri, dkk. 2019. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai