Dosen Pengampu:
Disusun Oleh
Rahma Indrawati
M. Rizky Rahmanda
Iqvina Izzetillah
PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH
1. Bapak Abdul Aziz Wahab M.Ag selaku rector Universitas Islam Zainul
Hasan Genggong.
2. Bapak Nuntufa, S.E,M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Ibu Zahida I’tisoma Billah, M.E. selaku Ketua Prodi Manajemen
Keuangan Syariah.
4. Ibu Zaida I' tisoma Billah M.E selaku pengampu Mata Kuliah Penggaran
Perusahaan
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari anggota kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya
dititipkan kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia
terhadap segala bentuk titipan yang dibebankan kepadanya mempunyai
aturan-aturan Tuhan, baik dalam pengembangan maupun dalam
penggunaan. Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk
mengeluarkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah
maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq. Karena pada hakekatnya segala
harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT, maka setiap kita
manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya.
Sayangnya, masih sedikit sekali umat muslim yang mau dengan suka
rela memberikan hartanya untuk infak, sedekah maupun wakaf. Untuk itu
dibutuhkan suatu pencerahan dan motivasi yang dapat mendorong
pemberdayaan infak, sedekah dan wakaf di kalangan masyarakat umum.
Mengabarkan betapa Allah sangat menghargai makhluknya yang mau
memberikan hartanya dijalanNya. Secara lebih jelas dan rinci akan
dibahas pada bab selnajutnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Obligor adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran im- balan
dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan hingga sukuk jatuh tempo. Dalam
hal sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah.
2. Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan
khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: (i) sebagai penerbit sukuk,
(ii) menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi peng- alihan aset, dan
(iii) bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.
1. Esensi BUMN1.
Setelah sebelumnya dibahas tentang beberapa alternatif sumber pembiayaan
bagi anggaran negara, maka pada poin ini akan dibahas sumber lain, yakni
mengenai optimalisasi BUMN atau Badan Usaha Milik Negara. BUMN
merupakan alat yang sangat penting bagi peme- rintah, baik untuk menciptakan
pendapatan negara maupun meme- ngaruhi perekonomian. Hampir seluruh di
dunia ini memiliki BUMN, dan dengan BUMN ini, pemerintah dapat
mengendalikan perekono- mian dengan mudah. Dengan BUMN, pemerintah
dapat menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi lebih mudah, karena BUMN
milik pemerintah pada umumnya lebih dari satu dan menguasai seluruh lini
perekonomian.
Dalam praktiknya, Islam telah memberikan petunjuk lewat sabda Nabi SAW,
sesungguhnya manusia itu berserikat atas tiga hal, yaitu api, air, dan padang
rumput. Hal ini pulalah yang mungkin secara insani membawa Hadis ini pada
konten-konten materi kepemilikan BUMN di mana dalam hal ini negara
menjadi domain atas kepemilikan tiga hal tersebut.
Salah satu lembaga BUMN di bawah kendali langsung Nabi SAW adalah
baitulmal. Satu-satunya lembaga yang mempunyai sejarah pan- jang dalam
peradaban ekonomi Islam. Rasulullah SAW dan para sahabat menjadikan pusat
pengendalian ekonomi tersebut sebagai alat kontrol dan alat pengumpul zakat
serta pajak negara. Tentunya peran baitulmal saat itu hanyalah sekadar
instrumen distribusi dari zakat atau pajak dan sebagian ganimah yang telah
terkumpul untuk kemudian dibagikan kepada rakyat. Berperan dalam koridor
ekonomi dan berperan pula dalam koridor sosial.
Namun berbeda dengan kini, BUMN di zaman kini tidak hanya berperan
dalam pengendalian ekonomi atau sosial semata, tetapi lebih jauh adalah juga
sebagai sumber pembiayaan Negara dengan meng- hasilkan produk pelayanan
yang biasanya tersebar dalam barang dan jasa. Dalam pengertiannya, BUMN ini
bisa berupa perusahaan nirlaba (perusahaan yang berkarakter sosial-nonprofit)
demi penyediaan pelayanan rakyat. Namun bukan berarti semua BUMN
berkarakter demikian, terkadang BUMN diperkuat dengan regulasi mampu
menjadi dominan atas semua masyarakat. Dengan demikian, maksud dari
pembiayaan negara atas optimalisasi BUMN tersebut terwujud. Misal PLN,
yang hampir 100 persen menguasai seluruh total pelayanan negara atau
perusahaan perkeretaapian Indonesia, hampir tidak ada peran swasta di sana
dalam pengendalian pelayanan. Adapun BUMN yang kepemilikannya berbagi
antara swasta dengan pemerintah, dengan demikian diharapkan pula BUMN
tersebut bisa go public dan menguntungkan bagi kinerja pemerintah (artinya,
pengawasan pemerintah tidak terlalu mendominasi), profesionalisme kompetitif
dan outputnya jelas menguntungkan pada level sharing return-nya. Pada status
inilah BUMN mengalami privatisasi artinya negara tidak mempunyai
kepemilikan 100% saham atas BUMN tersebut.
Hal yang paling diharapkan oleh pemerintahan dari BUMN sebe- narnya
adalah setoran dividen dari sahamnya yang tertanam di BUMN tersebut.
Dividen ini, tentunya hanya dapat diberikan oleh BUMN yang berkinerja baik,
sehingga mampu menghasilkan profit. Jika profitnya besar, maka pemerintah
dapat meminta kepada BUMN agar menye- torkan dividen yang besar pula bagi
pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus serius meregulasi dan
mengawasi BUMN, Bentuk dari pengawasan pemerintah terhadap BUMN
antara lain melalui kontrol pemilihan dewan direksi, komisaris, dan peraturan
yang terkait dengan jenis usaha yang dijalani oleh BUMN tersebut. Hal yang
perlu diingat terkait dengan pengendalian BUMN oleh pemerintah ini adalah
jangan sampai BUMN menjadi pemain di dalam perekonomian yang menguasai
pasar secara monopolistik, sehingga menghalangi pesaing untuk masuk pasar.
Jika kondisi ini terjadi, maka penegakan syariat Islam di dalam perekonomian
harus dievaluasi lagi.
2. BUMN di Indonesia
Namun patut kita cermati, bahwa kinerja yang tergambar terse- but tidak
tersebar secara di semua BUMN. Jika kita urutkan BUMN berdasarkan angka
harta/aset, ekuitas, penjualan, dan laba bersih, kemudian kita pilih BUMN yang
memiliki setidaknya tiga figur yang termasuk 25 terbesar pada kategorinya,
maka akan kita dapatkan 22 BUMN yang memenuhi kategori ini dan bisa kita
katakan sebagai BUMN terbesar, di mana delapan di antaranya yaitu BUMN
Tbk. Bila dibandingkan dengan jumlah agregat seluruh BUMN, maka 22
BUMN ini memiliki 92,21% aset, 92,64% ekuitas, 87.16% penjualan, dan
91,78% laba bersih, atau dengan kata lain dari 139 BUMN yang kita miliki, 117
BUMN di antaranya hanya memiliki proporsi kurang dari 10% terhadap
keseluruhan BUMN. Hal ini mengimplikasikan adanya kinerja yang tidak
optimal pada sebagian besar BUMN dan urgensi pertimbangan mengenai
jumlah dan besaran BUMN yang ideal (rightsizing policy).
DAFTAR PUSTAKA
Buku Keuangan Publik Islam,/penuli, Nurul Huda/ Penerbit,
Kencana/tahun diterbitkan 2012/, kota RawanganguRawangangung
Jakarta