Anda di halaman 1dari 22

PEMBERDAYAAN WAKAF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Zakat dan Wakaf

Dosen pengampu: Lutfi Nurfita, S.E.SY., M.E.

Disusun Oleh:

Mukhlas Alfin Alfarizqi (63020190155)

Maulia Nur Kharim (63020190119)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,

Pertama-tama kami ucapkan puja dan puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumul qiyamah.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dosen Lutfi Nurfita, S.E.SY.,
M.E. yang telah membimbing dan memberikan ilmunya yang sangat luar biasa ini, yang
InsyaAllah akan selalu bermanfaat bagi kami semua. Makalah ini kami susun dalam rangka
memperdalam pemahaman kita tentang PEMBERDAYAAN WAKAF, yang mana materi
ini sangatlah penting bagi kehidupan kita terutama umat muslim terkhususnya. Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun orang yang membacanya nanti.

Penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kekurangan, oleh karena itu
kami selaku penulis menerima saran dan kritik dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salatiga, 8 Desember 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Manajemen Wakaf Produktif di Indonesia............................................................................3
B. Model Pemberdayaan Wakaf Produktif.................................................................................4
C. Strategi Pemberdayaan Wakaf...............................................................................................8
D. Pengoptimalisasian Pemberdayaan Wakaf Produktif..........................................................11
1. wakaf pada benda yang tak bergerak...................................................................................11
2. Pemberdayaan wakaf pada benda yang bergerak.................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Simpulan..............................................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

II
III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh negara- negara dunia ketiga
dewasa ini adalah masalah kemiskinan. Tentu banyak faktor yang menjadi penyebab dari
permasalahan kemiskinan tersebut. Sebut saja diantaranya tidak meratanya distribusi
pendapatan kepada semua lapisan dan golongan masayarakat, cepatnya laju pertumbuhan
penduduk yang tidak diikuti oleh laju pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Sementara
rendahnya laju pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh rendahnya tingkat investasi atau
sumber- sumber ekonomi baru yang ada di suatu negara.

Oleh sebab itulah, tidak heran jika berbagai pemerintahan di negara berkembang
selalu berupaya melakukan langkah- langkah strategis bagaimana meningkatkan investasi
atau sumber- sumber ekonomi baru di negaranya, termasuk tentu pemerintah Indonesia. Di
tengah upaya tersebut, maka wakaf merupakan salah satu gerbong ekonomi Islam di sektor
volunteer hadir menjadi salah satu alternatif potensial yang bila dikembangkan dan
dimanajemen sedemikian rupa, dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi sehingga pada
gilirannya bisa pula meningkatkan kesejahteraan umat.

Dua dimensi yang terkandung dalam muatan wakaf, yakni fungsi hablum minallah
dan fungsi salah satu sumber kekuatan ekonomi Islam, menyebabkan wakaf dikenal menjadi
salah satu lembaga sosial Islam (LSI), seperti zakat, infak dan sedekah. Dengan begitu,
penggunaan wakaf tidak terbatas hanya untuk keperluan kegiatan-kegiatan tertentu saja
berdasarkan orientasi konvensional seperti pendidikan, masjid, rumah sakit, panti- panti
asuhan dan lainlain, namun juga wakaf dalam pengertian luas dapat pula dimanfaatkan untuk
kegiatan- kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, pertambangan, real estate, officer
building, hotel, restoran, dan lain- lain sesuai dengan syariat Islam.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manajemen wakaf produktif di Indonesia?
2. Bagaimana model pemberdayaan pada wakaf produktif?
3. Bagaimana strategi pemberdayaan wakaf?
1
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI: 2005: 1.

1
4. Bagaimana pengoptimalisasian pemberdayaan wakaf produktif?
C. Tujuan
1. Memahami manajemen wakaf produktif di Indonesia.
2. Memahami model pemberdayaan pada wakaf produktif.
3. Memahami strategi pemberdayaan wakaf.
4. Memahami pengoptimalisasian pemberdayaan wakaf produktif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Wakaf Produktif di Indonesia

3
B. Model Pemberdayaan Wakaf Produktif

Adapun macam-macam model pemberdayaan wakaf produktif dalam upaya


peningkatan kesejahteraan kehidupan ekonomi masyarakat yaitu :

1. Model Wakaf Produktif Pembangunan Gedung

Kementerian Agama memiliki kewenangan untuk mendorong kegiatan umat Islam


dalam mengembangkan wakaf produktif, kegiatan percontohan dalam pengembangan
wakaf secara produktif antara lain:

a) Pertokoan, bangunan dari gedung pertokoan tersebut akan difungsikan secara


produktif dengan cara disewakan/dikontrakkan ke berbagai pihak yang
membutuhkan. Bangunan pertokoan yang dikelola secara produktif dan
profesional akan menghasilkan keuntungan yang kemudian dapat disalurkan untuk
pemberdayaan kehidupan misalnya dengan cara pemberian beasiswa pendidikan
maupun kredit mikro pada anak yatim dan fakir miskin.
b) Gedung Wakaf dan Bisnis Center; Idealnya wakaf di Indonesia yang sudah
bersertifikat diberdayakan agar lebih produktif dan bermanfaat bagi masyarakat
muslim. Contohnya mendirikan gedung wakaf dan gedung pusat bisnis untuk
menfasilitasi berbagai pengelolaan harta wakaf secara profesional dan
bertanggung jawab. Dengan membangun gedung bisnis center, maka berbagai
bidang usaha strategis bisa dilakukan, seperti pembukaan showroom, warung net,
foto copy, restoran, kantor pelayanan haji dan umrah, travel dan perjalanan wisata,
dan lain sebagainya.
c) Rumah Kost Muslim, atau tempat tinggal sementara bagi pekerja dan anak didik
merupakan sesuatu yang lazim, bahkan salah satu kebutuhan dasar bagi siapapun
yang ingin mengembangkan kualitas kehidupannya dan sebagian mahasiswa tidak
jarang yang mencari rumah kost yang dan tidak dicampuri oleh pemiliknya.
Dengan memanfaatkan dana bantuan pemberdayaan wakaf produktif dan
pengelolaan yang baik, dapat mencapai pendapatan rumah kost yang disewakan
tersebut sehingga dapat disalurkan untuk pemberdayaan umat.

4
d) Mini Market, salah satu upaya yang dilakukan untuk menutupi kekosongan adalah
melalui wakaf produktif dengan membuat mini market yang lebih bertujuan
sosial, bukan hanya untuk keuntungan ekonomi semata. Keberadaan mini market
akan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
2. Model Wakaf Produktif Pengembangan Usaha

Indonesia sangat terkenal sebagai Negara yang memiliki dua potensi sumber daya
alam yang besar, yaitu sektor darat agrobisnis dan sektor kelautan. Adapun beberapa yang
dapat diberdayakan dalam model ini khususnya di sektor agrobisnis dan kelautan yaitu
peternakan, perikanan, perkebunan, industri rumahan, perbengkelan, dll.

3. Model Pengeloaan Cash Wakaf Untuk Mensejahterakan Rakyat

Wakaf tunai sangat tepat memberikan jawaban yang menjanjikan dalam


mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi krisis ekonomi Indonesia.
Dalam perkembangan wakaf produktif kekinian di Indonesia, wacana wakaf tunai telah
menjelma nyata dalam implementasi produk-produk funding lembaga keuangan syariah
dan lembaga amil zakat seperti wakaf tunai dompet dhuafa republik dan waqtumu (wakaf
tunai muamalat) yang diluncurkan Baitul Maal Muamalat-BMI.2

4. Model pemberdayaan Wakaf Rumah Sakit

Pemberdayaan wakaf untuk rumah sakit bisa diterapkan dengan memanfaatkan


aset wakaf untuk membantu pengembangan pelayanan kesehatan melalui penyediaan
fasilitas-fasilitas publik di bidang kesehatan, seperti pembangunan rumah sakit,
pembangunan sekolah kesehatan dan pengembangan ilmu-ilmu medis, serta
pembangunan industri di bidang obat-obatan dan kimia. Pemberdayaan wakaf seperti ini
sudah diterapkan di beberapa negara Muslim. Di Mesir misalnya, al-Azhar mempunyai 4
rumah sakit yang merupakan aset wakaf, yaitu: Rumah Sakit as-Sayyid Jalal alJami‘i,
Rumah Sakit Zahra’ al-Jami‘i di Abbasiyah, Rumah Sakit Husein al-Jami‘i, dan Rumah
Sakit Dimyath al-Jadidah.

5. Model Menginvestasikan Aset Wakaf

Investasi bisa dilakukan untuk memproduktifkan wakaf, terutama wakaf uang


yang sekarang sedang digalakkan. Jika banyak dermawan yang mewakafkan uangnya dan
2
Wulpiah, “Paradigma Baru Pengembangan Wakaf Produktif (Kajian Empiris Badan Wakaf Indonesia
Propinsi Bangka Belitung),” Αsy Syar’iyyah ”Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam” 8, no. 5 (2019): 55.

5
uang tersebut diinvetasikan oleh BWI bekerjasama dengan LKSPWU, maka hasil dari
investasi itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Investasi wakaf uang
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Karena dengan model wakaf ini, daya
jangkau mobilisasinya akan jauh lebih merata kepada anggota masyarakat dibandingkan
dengan model wakaf tradisional-konvensional, yaitu dalam bentuk harta fisik yang
biasanya dilakukan oleh keluarga yang relatif mampu.

Salah satu model yang dapat dikembangkan dalam mobilisasi wakaf uang adalah
model Dana Abadi, yaitu dana yang terhimpun dari berbagai sumber dengan berbagai
cara yang sah dan halal. Kemudian dana yang terhimpun dengan volume besar
diinvestasikan dengan tingkat keamanan yang tinggi melalui Lembaga Penjamin Syari’ah
(LPS). Keamanan investasi ini paling tidak mencakup dua aspek: pertama, keamanan
nilai pokok dana abadi, sehingga tidak terjadi penyusutan (adanya jaminan keutuhan).
Sedangkan kedua, investasi dana tersebut bisa diproduktifkan dan mampu mendatangkan
hasil atau pendapatan (incoming generating allocation).

Dari pendapatan inilah pembiayaan kegiatan lembaga akan dilakukan dan


sekaligus menjadi sumber untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Wakaf uang bisa
diarahkan pada sektor strategis, seperti Sektor Kredit Mikro, Sektor Portofolio Keuangan
Syari’ah, dan Sektor Investasi Langsung. Ketiga sektor tersebut sangat berdayaguna
mendongkrak kegiatan ekonomi dan mendorong peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat, dengan catatan bahwa seluruh kegiatan di sektor tersebut dukungan
kebijakan politik dari pemerintah dan dikelola melalui manajemen yang profesional.3

6. Model Wakaf Untuk Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci kemajuan umat Islam. Secara terperinci wakaf


produktif memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan untuk pendidikan
dalam bentuk:

1. Sebagai penopang biaya operasional pendidikan

Di antara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat bertahan
hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Berbagai macam upaya
3
Abdurrahman Kasdi, “Model Pemberdayaan Wakaf Produktif di Indonesia, “ Jurnal Zakat dan Wakaf 1, no.
1 (2014): 109-122

6
telah dilakukan untuk mengembangkan wakaf produktif dan mengembangkan pendidikan
dengan memberikan fasilitas lengkap, semua serba gratis, serta memberikan beasiswa
kepada para siswa dan mahasiswa.

2. Memberikan kesejahteraan kepada guru, dosen dan tenaga kependidikan lainnya

Salah satu persoalan klasik dalam dunia pendidikan di kalangan umat Islam yang
masih mengusik adalah masih rendahnya gaji guru, dosen dan tenaga kependidikan
lainnya. Keluhan ini sudah berulang kali dikemukakan dalam setiap pembicaraan tentang
pendidikan, tetapi belum memperoleh tanggapan serius. Jika pun sudah dilakukan tetapi
hasilnya belum signifikan. Untuk menjamin kesejahteraan para guru, dosen dan tenaga
kependidikan lainnya, dapat memanfaatkan hasil wakaf produktif dengan memberikan
gaji sesuai standar hidup yang layak.

3. Untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan

Anggaran khusus untuk pembangunan gedunggedung fasilitas pendidikan dan


pemeliharaannya yang diambilkan dari hasil wakaf produktif. Perhatian semacam ini
sangat penting, karena kegiatan penyediaan dan pemeliharaan sarana ini. Namun
penyediaan dan pemeliharaan sarana belajar mengajar tersebut tentu dipertimbangkan
sesuai dengan kebutuhan. Seiring perkembangannya, proyek pembangunan dan
pemeliharaanya yang menjadi fokus perhatian meliputi, gedung-gedung sekolah dan
gedung-gedung perkuliahan, perpustakaan, dan laboratorium yang digunakan untuk
kepentingan riset.

4. Pembangunan sarana penunjang

Sarana ini sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan pendidikan, tetapi
sangat membantu dalam proses pembinaan kualitas fisik dan mental pelajar dan
mahasiswa, sehingga secara tidak langsung menunjang program pendidikan. Sarana
prasarana ini meliputi gedung olahraaga, lapangan sepak bola, dan sarana olah raga
lainnya. Selain itu, juga membangun asrama bagi pelajar dan mahasiswa, juga
membangun perumahan untuk guru dan dosen, agar mereka bisa konsentrasi penuh dalam
menjalankan tugasnya melaksanakan proses pembelajaran.

5. Peningkatan kualitas SDM

7
Dengan mengadakan pelatihan-pelatihan guru, dosen dan tenaga kependidikan
lainnya yang mengarah pada aspek peningkatan kualitas dan keunggulan SDM. Selain itu,
tersedianya dana dari hasil pengelolaan wakaf dapat dijadikan sebagai sumber yang
cukup potensial bagi berkembangnya budaya dan iklim riset dan mendukung proyek-
proyek penelitian teknologi tepat guna. Dana hasil wakaf juga dapat digunakan untuk
membiayai pelaksanaan seminar dan workshop yang diadakan oleh mahasiswa, guru,
dosen dan tenaga kependidikan, hal ini menjadi faktor pendorong bagi civitas akademika
untuk semakin meningkatkan kualitas intelektual dan SDM.

6. Pembangunan masjid

Masjid tidak bisa dipisahkan dari moral dan nalar umat, ia mampu membangun
dua hal tersebut secara bersamaan. Sebagai sarana pendidikan moral dan nalar umat,
moral dikembangkan melalui penghayatan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan,
sedangkan nalar dikembangkan melalui pendidikan, yang tidak pernah berhenti.4

C. Strategi Pemberdayaan Wakaf

Dalam konteks pengelolaan wakaf, maka strategi pemberdayaan ini sangat relevan
jika dikaitkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Masalahnya memang,
manajemen dan pengelolaan wakaf tentu tidak mudah, apalagi jika dikaitkan dalam konteks
pemberdayaan ekonomi umat, karena dalam pengembangannya banyak faktor yang harus
diatasi secara integral.5 Konsep Wakaf merupakan alternatif, bagi kehidupan berbangsa
Indonesia saat ini yang mengalami keterpurukan ekonomi sehingga berdampak kepada
ketidak makmuran umat. Kesenjangan sosial akan semakin jauh jika praktek pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf tidak terlaksana dengan baik di masyarakat. Seperti Indonesia,
merupakan suatu keprihatinan. Jumlah penduduk miskin terus menanjak sejak krisis ekonomi
pada 1997 hingga sekarang.6 Ketidak seriusan penanganan terhadap nasib dan masa depan
puluhan juta kaum Mustadh’afin (yang berada di bawah garis kemiskinan) yang tersebar di
seluruh tanah air merupakan sikap yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam
terhadap persaudaraan dan keadilan sosial.

4
Abdurrahman Kasdi, “Peran Wakaf Produktif Dalam Pengembangan Pendidikan,” Quality 3, no. 2 (2015):
433–452, http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/1917.
5
Raden Yani Gusriani.2013. Manajemen Pemberdayaan Wakaf. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 12 No.
24, Juli–Desember 2013, 31-44.
6
Tarmidi, Lepi T. 1998. “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF Dan. Saran. hlm. 1–25

8
Bila ditelaah secara mendalam, ditemukan bukti-bukti empiris bahwa pertambahan
jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bukanlah karena persoalan kekayaan
alam yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk (over population), akan tetapi karena
persoalan distribusi pendapatan dan akses ekonomi yang tidak adil diakibatkan tatanan sosial
yang buruk serta rendahnya rasa kesetiakawanan diantara sesama anggota masyarakat
ataupun sebuah sistem pengelolaan dan pemberdayaan harta umat islam yang tidak
transparan, akuntable dan tepat sasaran sehingga menyebabkan ketimpangan sosial yang
paten diantara bangsa dan umat islam sendiri. Lingkaran kemiskinan yang terbentuk dalam
masyarakat kita lebih banyak kemiskinan struktural, sehingga upaya mengatasinya harus
dilakukan melalui upaya yang bersifat prinsipil, sistematis, dan komprehensif, bukan hanya
bersifat parsial dan sporadis.

Wakaf merupakan pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsional dengan
upaya pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan sosial yang menyebabkan ketidakmakmuran pada suatu masyarakat akibat
perbedaan dalam kepemilikan kekayaan. Wakaf menghapus sumber-sumber kemiskinan
meratakan kekayaan dalam arti standar hidup setiap individu lebih terjamin, sehingga
mestinya tidak ada orang atau kelompok masyarakat yang menderita, sementara sebagian
orang yang lain hidup berlimpah kemakmuran dan kemewahan. Salah satu tujuan wakaf
adalah mempersempit perbedaan ekonomi dalam masyarakat hingga batas seminimal
mungkin. Wakaf menduduki pada peran pemberdayaan ekonomi masyarakat secara lebih luas
untuk meningkatkan taraf hidup dari sekedar mencukupi sehari-hari.

Islam mengenal lembaga wakaf yang merupakan sumber asset yang memberi
kemanfaatan sepanjang masa. Namun, pengumpulan, pengelolaan, dan pendayagunaan harta
wakaf produktif di tanah air masih sedikit dan ketinggalan dibanding negara lain. Begitupun
studi perwakafan di tanah air kita masih terfokus kepada segi hukum fiqih, dan belum
menyentuh manajemen perwakafan. Padahal semestinya, wakaf dapat dijadikan sebagai
sumber dana dan asset ekonomi yang senantiasa produktif dan memberi hasil kepada
masyarakat, sehingga dengan demikian harta wakaf benar-benar menjadi sumber dana dari
masyarakat untuk masyarakat dan di masa depan akan dapat memakmurkan umat.

Sejarah mencatat, jauh sebelum UU No.41 tahun 2004 tentang penggalakan wakaf di
undang-undangkan, Minat masyarakat terhadap praktik perwakafan sudah sangat tinggi. Hal
itu bisa dilihat dari data yang dimiliki oleh Departemen Agama mengenai kekayaan tanah

9
wakaf di Indonesia sebanyak 403.845 lokasi dengan luas 1.566.672.406 m2. Dari total jumlah
tanah tersebut 75% tanah diantaranya sudah bersertifikat wakaf dan 10% memiliki potensi
tinggi, dan masih banyak lagi yang belum terdata.7 Akan tetapi, aset sebanyak itu hanya
dimanfaatkan dengan sistem pendayagunaan bersifat konsumtif tradisionalis, seperti
dibangun diatasnya tempat peribadatan, masjid, mushollah, taman pendidikan, areal
pemakaman hingga yayasan panti asuhan.

Memang tidak ada yang salah dengan model pemanfaatan aset dengan cara demikian
secara kacamata syariat, hanya saja sangat disayangkan jika tanah wakaf yang begitu luas,
terlebih tanahtanah yang memiliki potensi ekonomi berlebih tidak dikelola secara produktif.
Sehingga yang seharusnya menghasilkan kemanfaatan yang berlipat kepada masyarakat pada
akhirnya hanya bisa memberi kemanfaatan praktis, belum lagi jika pemanfaatan praktis
tersebut terkadang harus membebani nâdzir perihal biaya pemeliharaan. Contohnya seperti
tanah wakaf yang dibangun masjid diatasnya. Lazimnya sebuah masjid pasti akan
membutuhkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit, semisal biaya penggunaan listrik, biaya
air PDAM, pemeliharaan fasilitas-fasilitas pendukung masjid hingga biaya (gaji) untuk
marbot. Kebanyakan, selama ini biaya-biaya tersebut diatasi dengan mengandalkan
pendapatan dari sumbangan yang didapat dari kotak infak dan uluran tangan dermawan,
sehingga jumlahnya pun tidak pasti, bahkan tak jarang jika kemudian harus membebani
finansial pribadi penanggung jawab aset wakaf (nâdzir).

Bandingkan jika tanah tersebut dikelola secara produktif. Tanah wakaf yang
diamanatkan untuk dibangun diatasnya sebuah masjid, pada akhirnya oleh nâdzir dibangun
pula semacam gedung serbaguna untuk disewakan kepada masyarakat umum. Hasilnya,
pendapatan yang diperoleh dari aktivitas sewa menyewa tersebut bisa dipergunakan untuk
memenuhi segala kebutuhan dalam pemeliharaan masjid. Dengan begitu nâdzir tidak lagi
harus terbebani dengan amanat ini, bahkan ia juga berhak mendapatkan sekian persen dari
penghasilan pengelolaan produktif itu sebagai ganti jerih payah yang dilakukannya dalam
usahanya mengoptmalisasikan pemanfaatan aset wakaf. Belum lagi jika tanah wakaf berada
di lokasi yang strategis sebagai tempat perkantoran. Bisa dibayangkan, dari dua sempel
kegiatan pendayagunaan secara produktif aset wakaf ini, kita bisa melihat betapa dahsyat
hasil yang akan diperoleh dan dirasa dari praktif wakaf ini. Walhasil, nantinya masyarakat

7
Ahmad Djunaidi (Ketua), Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta,
DPW DirJen BIMAS DEPAG RI: 2006), hlm.35.

10
bisa merasakan betapa filantropi Islam yang disyariatkan oleh Allah ini sangat membantu
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyaakat luas secara optimum.

D. Pengoptimalisasian Pemberdayaan Wakaf Produktif

Optimalisasi pemberdayaan wakaf produktif dilakukan melalui dua aspek yakni aspek
pengelolaan wakaf dan aspek penyaluran atau pemanfaatan hasil wakaf. 8 Kesemuanya akan
kita uraikan sebagai berikut:

Pertama, pada aspek pengelolaan wakaf. Pada praktik pemberdayaan wakaf


produktif, nazir wakaf dapat mengelola aset wakafnya sesuai dengan jenis harta benda wakaf
yang dimasud. Sesuai dengan jenis harta benda yang diwakafkan, inovasi model
pemberdayaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. wakaf pada benda yang tak bergerak

Yang termasuk kedalam wakaf benda tak bergerak antara lain tanah, bangunan
atau rumah. Dalam bidang pertanian atau perkebunan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan lahan mati atau tidak terurus atau lahan milik masyarakat guna
pengelolaan wakaf secara terpadu. Wakaf terpadu merupakan model pengelolaan wakaf
gabungan antara pertanian/perkebunan dan peternakan yang berjalan berbarengan baik
secara sisi produksi dan distribusi.

Hasil dari pengelolaan wakaf yang dimaksud digunakan guna membiayai


pemberdayaan masyarakat kurang mampu atau terkena bencana alam. Tidak hanya
mendapatkan keuntungan berupa materi, masyarakat yang dimaksud juga mendapatkan
kemampuan yang dimiliki sehingga mereka nantinya dapat kembali hidup dengan
sejahtera dan mandiri.

Sebagai negara agraris, konsep dari pemberdayaan model seperti ini sangat
membantu masyarakat yang kurang mampu dapat memproduksi sumber daya yang ada
secara mandiri, sehingga masyarakat yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari tanpa harus bergantung kepada bantuan-bantuan langsung lainnya. Adapun yang
menjadi harapan besarnya apabila program pengelolaan wakaf model seperti ini

8
Amarodin, Muchamat, Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Produktif Di Indonesia (Ikhtiar Strategis Dalam
Membangun Kesejahteraan Ekonomi Keumatan), Jurnal Eksyar (Jurnal Ekonomi Syariah) Vol. 06 No. 02
November 2019: 162 – 177

11
berkembang pesat di masyarakat maka dapat membantu negara dalam mengurangi produk
impor dan dapat meningkatkan ekspor.

Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan guna untuk meningkatkan adalah
dengan cara menggunakan akad muzaraah. Konsep muzaraah sendiri merupakan konsep
perjanjian antara dua belah pihak, yakni pemerintah daerah sebagai pengelola wakaf
tanah serta petani sebagai pihak yang mengelola tanah dari awal hingga masa panen
dengan ketentuan yakni bagi hasil atau pembagian sesuai dengan kesepakatan.
Pemberdayaan wakaf denga cara muzaraah seperti ini selain diberikan bantuan yang
berupa mesin atau bahkan bantuan pelatihan. Sesuai dengan kebutuhan atau sumber yang
dibutuhkan.

Pemanfaatan wakaf melalui konsep muzaraah ini akan membantu masyarakat


yang memiliki mata pencaharian utamanya bertani atau berkebun. Program
pemberdayaan model ini akan memanfaatkan potensi keunggulan sumberdaya yang ada
pada sebuah wilayah tertentu sehingga membuka peluang bagi lapangan pekerjaan baru
untuk masyarakat.

Kedua, pengelolaan aset wakaf yang berupa bangunan atau rumah susun/toko
dapat dilakukan dengan cara mendirikan lembaga-lembaga yang memiliki manfaat seperti
halnya koperasi syariah, lembaga ZISWAF, klinik, lembaga pendidikan dan lembaga lain
dapat membuka akses serta lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Selain dapat juga
mengurangu jumlah pengangguran, adanya aset wakaf dikelola untuk pendidikan atau
kesehatan dapat membantu masyarakat yang tidak mampu mengakses hal-hal tertentu.

Ketiga, memanfaatkan masjid atau suar/mushola hasil wakaf tidak hanya untuk
ibadah, akan tetapi juga juga digunakan sebagai dakwah syiar serta pendidikan Islam dan
kegiatan produktif lainnya sehingga menimbulkan dampak pada masyarakat yang tinggal
disekitar tempat ibadah yang dimaksud.

2. Pemberdayaan wakaf pada benda yang bergerak

Salah satu benda wakaf bergerak yang banyak dipraktikkan adalah wakaf tunai.
Potensi wakaf tunai yang cukup menjanjikan menjadi salah satu peluang yang besar.
Beberapa keunggulannya antara lain besaran untuk wakaf yang memiliki variasi,
sehingga memudahkan seseorang untuk melakukan wakaf jika terkendala pendapatan

12
yang terbatas, dan menjadi salah satu alternatif pembiayaan pada semua bidang bahkan
infrastruktur negara juga dapat dibiayai melalui wakaf tunai yang dimaksud. Melalui
pemberdayaan wakaf yang dimaksud, upaya distribusi kekayaan dapat berjalan dengan
lancar dan maksimal.9

Harta wakaf yang disalurkan melalui pemberdayaan harus dikelola, dijaga dan
dilakukan secara hati-hati dengan tujuan tidak merusak nilai pokok dan tujuan awal dalam
melakukan wakaf. Adapun hubungan program pemberdayaan yang akan dijalankan
terdapat dua macam sebagai bentuk ikhtiar baru dalam memberdayakan wakaf produktif
melalui wakaf perusahaan dan pemberdayaan wakaf produktif melalui kewirausahaan.

Di dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf


dijelaskan bahwa nazir wakaf terdiri dari perseorangan, organisasi atau badan hukum. Hal
tersebut sangat membuka peluang bagi para perusahaan guna turut andil dalam mengelola
wakaf. Tidak hanya itu, adanya wakaf perusahaan dapat menjadi langkah baru dalam
menghimpun serta pengelolaan wakaf benda bergerak seperti halnya wakaf tunai atau
wakaf surat berharga lainnya agar dapat dikelola secara profesional.

Selanjutnya adalah pemberdayaan wakaf produktif melalui kewirausahaan, hal ini


memilik tujuan untuk sebagai bentuk upaya pengembangan sumber daya manusia, upaya
peningkatan kualitas hidup, upaya pengembangan pendidikan serta teknologi pembaharu
dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya. Kewirausahaan adalah sebuah proses inovasi
guna mewujudkan tujuan ekonomi. Hal ini menjelaskan bahwa upaya yang berhubungan
dengan usaha atau bisnis pada kehidupan manusia.

Upaya kewirausahaan berbasis wakaf dapat dilakukan dengan memberikan akses


modal ataupun akses sumber daya pada program unit usaha kecil menengah sehingga
memungkinkan masyarakat untuk berdaya. Tidak hanya itu, mengembangkan model
wakaf perusahaan yang saat ini masih belum ada di Indonesia. Adanya ikhtiar model baru
wakaf melalui model wakaf perusahaan ini juga diharapkan akan memudahkan nazir
dalam menyalurkan peruntukan wakafnya melalui pembiayaan-pembiayaan pada proyek-
proyek tertentu dan pengelolaan wakafnya akan ditangani oleh pihak-pihak yang telah
dipastikan memiliki kridibilitas dan profesionalitas.

9
Zaidah, Y. (2012). Wakaf Tunai sebagai Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Ummat Islam di Indonesia.
ATTARADHI: Jurnal Studi Islam,3(2), 187-196.

13
Upaya guna mewujudkan wakaf kewirausahaan dalam masyarakat antara lain:
mengembangkan berbagai program pelatihan dan pembinaan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas diri dan soft skill, bantuan pemodalan, bantuan berbagai akses
seperti halnya teknologi, dan upaya kemitraan yang dapat diterapkan pada setiap
kelompok masyarakat. Adapun bagian yang terpenting didalam mengembangkan
kewirausahaan yang berbasis wakaf adalah inovasi bisnis yang digunakan serta upaya
dalam menghadapi berbagai resiko yang ada. Pada kelompok masyarakat, upaya
pemberdayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta potensi sumberdaya yang ada
pada masyarakat yang dimaksud dan mampu menarik minat mereka.

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

Manajemen wakaf berbasis pemberdayaan mendapatkan relevansinya bukan saja


dalam upaya mengatasi problem pengelolaan wakaf sebagaimana telah disinggung
sebelumnya, tetapi juga untuk menyahuti upaya semua pihak dalam menanggulangi masalah
ketertinggalan sosial-ekonomi masyarakat Islam mayoritas di negeri ini, yakni bernama
kemiskinan.

Bagaimanapun, manajamen pemberdayaan wakaf tentu berbeda dengan cara


mengelola lembaga-lembaga sosial ekonomi secara umum. Dalam kaitan itulah, perlunya
prinsip-prinsip mendasar sebagai panduan dalam penguatan peranan wakaf atau dalam
konteks ini manajemen pemberdayaan wakaf, yaitu menyangkut: acuan, pelaku, skala waktu,
kerangka, perkaedahan, peralatan, dan tujuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amarodin, Muchamat. 2019. Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Produktif Di Indonesia


(Ikhtiar Strategis Dalam Membangun Kesejahteraan Ekonomi Keumatan). Jurnal
Eksyar (Jurnal Ekonomi Syariah) Vol. 06 No. 02 November 2019: 162 – 177

Depag RI. 2005. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Djunaidi, Ahmad. 2006. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di


Indonesia. (Jakarta, DPW DirJen BIMAS DEPAG RI). hlm.35.

Gusriani, Raden Yani. 2013. Manajemen Pemberdayaan Wakaf. Alhadharah: Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol. 12 No. 24, Juli–Desember 2013, 31-44.

Kasdi, Abdurrahman. 2014. “Model Pemberdayaan Wakaf Produktif di Indonesia”. Jurnal


Zakat dan Wakaf, 1(1), 109-122.

Kasdi, Abdurrahman. 2015. Peran Wakaf Produktif Dalam Pengembangan Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam, 3(2), 433–452.

Tarmidi, Lepi T. 1998. “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF Dan. Saran.
Hlm. 1–25.

16
Wulpiah. 2019. “Paradigma Baru Pengembangan Wakaf Produktif (Kajian Empiris Badan
Wakaf Indonesia Propinsi Bangka Belitung).” Αsy Syar’iyyah ”Jurnal Ilmu Syari’ah
dan Perbankan Islam,” 8(5), 55.

Zaidah, Y. (2012). Wakaf Tunai sebagai Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Ummat Islam di
Indonesia. ATTARADHI: Jurnal Studi Islam,3(2), 187-196.

17

Anda mungkin juga menyukai