Anda di halaman 1dari 29

INVESTASI PADA PERBANKAN SYARIAH

“INOVASI BARU DALAM BERINVESTASI YANG AMAN DAN


NYAMAN BAGI UMAT MUSLIM MELALUI PERBANKAN SYARIAH”

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Manajemen Investasi

Dosen Pengampu :

Ibu Dahlia Bonang, M.Si.


198505172011012010

Disusun Oleh :

Baiq Sufia Kasih 200501087


Muhammad Anan Hidayat 200501107
Ibnu Khusayi 200501108

KELAS IV/C
PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Rasa syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
taupik hidayahnya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
Manajemen Investasi dengan insha Allah baik. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita
layangkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. serta tak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada Ibu Dahlia Bonang, M.Si selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi.
Alhamdulillah penulis besyukur sekali telah diberikan kesempatan untuk membuat makalah
yang berjudul “INVESTASI PADA PERBANKAN SYARIAH” dengan sub topik yang
mengacu pada: “Inovasi Baru dalaam Berinvestasi yang Aman dan Nyaman Bagi Umat
Muslim Melalui Perbankan Syariah”. Dimana penulis ingin memberikan penjelasan
mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, pengertian dan lain sebagainya yang
nantinya akan disampaikan dalam materi makalah kali ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
agar kedepannya dapat mewujudkan karakter generasi muda bangsa yang beriman, berilmu,
taqwa dan sukses dunia akhirat serta menjadi generasi muda yang berahlak maju dan kompeten
kedepannya aamiin...

Sekian dan terimakasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Mataram, Maret 2022

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... ..........ii

Daftar Isi.................................................................................................................... .........iii

BAB I: Pendahuluan ................................................................................................. ..........1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... ..........1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... ..........2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... ..........2

BAB II : Pembahasan ............................................................................................... ..........4

2.1 Pengertian Investasi Syariah ...................................................................... ..........4

2.2 Pengertian Bank Syariah ........................................................................... ..........5

2.3 Karakteristik Dan Fungsi Bank Syariah ..................................................... ..........8

2.4 Produk-prodok Investasi Bank Syariah ...................................................... ........14

2.5 Investasi Pada Perbankan Syariah .............................................................. ........18

2.6 Peran Perbankan Syariah sebagai Nadzir ................................................... ........20

2.7 Inovasi Baru dalam Berinvestasi yang Aman dan Nyaman

Bagi Umat Muslim Melalui Perbankan Syariah .......................................... ........23

BAB III : Penutup ..................................................................................................... ........25

3.1 Kesimpulan................................................................................................ ........25

3.2 Saran ......................................................................................................... ............

Daftar Pustaka .......................................................................................................... ........27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama rohmatan lil ‘alamin tentunya mampu memberikan sesuatu yang
terbaik bagi manusia. Islam juga sebagai cara pandang hidup (Way of life) manusia telah
mengatur semua segi kehidupan termasuk masalah ekonomi. Perekonomian masyarakat saat
ini semakin kompleks tidak sesederhana seperti zaman dahulu. Begitu banyak cara-cara
ekonomi yang mempermudah kehidupan manusia ditambah lagi dengan keberadaan alat-alat
teknologi yang menambah kecanggihan. Menabung misalnya, masyarakat bisa menabung ke
bank-bank yang ada di beberapa cabang daerah maupun bisa menggunakan alat digital. Namun
walau semua hal ini dapat mempermudah kehidupan manusia ada beberapa hal yang harus di
perhatikan agar apa yang dilakukan tidak mengandung unsur haram sehingga menyesatkan kita
kejalan kebatilan.

Kegiatan ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat sekarang ini adalah investasi.
Istilah investasi bersal dari bahasa latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut investment.1 Walau investasi dapat menguntungkan bagi investor akan tetapi
investasi yang dilakukan tidak sesuai syariat islam bisa saja menjerumus pada ribawi karena
prosesnya dan tempat berinvestasinya belum tentu dilakukan dengan wajar dan bahkan
mengandung kezholiman akibat adanya pemerasan. Hal ini biasanya terjadi pada bank
konvensional yang memberikan pelayan deposito dengan rincian bunga tertentu sehingga
nasabah yang menanamkan saham atau hartanya disana bisa mendapatkan keuntungan yang
berlimpah, sayangnya orang yang meminjam malah harus menerima konseskuensi berupa
bunga yang tinggi.

Oleh karena itu, perbankan syaraih hadir untuk memberikan solusi bagi seluruh umat
terkhususnya umat islam dalam melakukan kegiatan ekonomi termasuk investasi. Dengan
memberikan nama investasi syariah, seorang nasabah tidak akan merasa ragu dalam
berinvestasi karena prosesnya sesuai syariat islam dan hasilnya pun dapat dinamakan bagi hasil
bukan bunga karena bank syariah selalu menanam prinsip semangat gotong royong dan
membantu sesama dalam kemaslahatan. Hal ini tertuang dalam buku Dasar-dasar Keungan

1
Ibid
~1~
Islam yang dimana hakikat investasi adalah penanaman modal untuk proses produksi. Karena
Islam adalah agama yang mudah, tentunya batasan syar’i tidak menjadikan kita kesulitan dalam
mengelola finansial. Oleh karena itu upaya untuk memutar modal dalam investasi untuk
mendatangkan return merupakan aktifitas yang sangat dianjurkan, sehingga ajaran tentang
mekanisme investasi bagi hasil harus dikembangkan sehubungan dengan masalah kapital dan
keahlian. 2 Perbankan sebagai salah satu alat (Tool) untuk menjembatani lancarnya
perekonomian suatu bangsa, hampir setiap proyek tidak bisa lepas dari dunia perbankan. Bukan
hanya proyek dalam skala besar namun para pengembang bisnis skala menengah dan kecil pun
sudah tergantung kepada bank. Namun sebagai seorang muslim tentunya akan lebih
mengedepankan bank yang sejalan dengan keimanannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

a. Jelaskan pengertian dari investasi syariah?

b. Jelaskan pengertian dari bank syariah?

c. Bagaimana karakteristik dan fungsi dari bank syariah?

d. Bagaimana produk-produk investasi dari perbankan syariah?

e. Jelaskan investasi pada perbankan syariah?

f. Bagaimana peran perbankan syariah sebagai nadzir?

g. Jelaskan maksud dari inovasi baru dalam berinvestasi yang aman dan nyaman bagi

umat muslim melalui perbankan syariah?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan pengertian dari investasi syariah.

b. Untuk menjelaskan pengertian dari bank syariah.

2
Muhamad, Dasar-dasar Keuangan Islam, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), h.75.
~2~
c. Untuk mengetahui karakteristik dan fungsi dari bank syariah.

d. Untuk mengetahui produk-produk investasi dari perbankan syaraih.

e. Untuk menjelaskan investasi pada perbankan syariah.

f. Untuk mengetahui peran perbankan syariah sebagai nadzir.

g. Untuk menjelaskan maksud dari inovasi baru dalam berinvestasi yang aman dan

nyaman bagi umat muslim melalui perbankan syariah.

~3~
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Investasi Syariah

Investasi syariah merupakan suatu konsep pengelolaan uang dengan cara-cara yang
efektif dan menghasilkan profit. Namun bedanya, dalam investasi syariah, konsep-konsep yang
diterapkan dalam instrumen keuangannya berdasarkan pada syariat islam. Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) yang dinaungi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah prinsip
hukum syariah dari operasional investasi syariah di Indonesia. 3

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa Investasi syaraih adalah penanaman modal
yang dilakukan oleh seorang investor dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, namun
hal ini tetap dalam konteks syariat islam karena umat muslim juga diperbolehakn untuk
melakukan kegiatan ekonomi berupa investasi baik di perbankan syariah maupun di berbagai
perusahaan dan lembaga terkait dengan tetap melihat bagaimana kebaikan yang akan di dapat
kedepannya sehingga kehalalan terjaga.

Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta ada zakatnya,
jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu
hikmah dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya.
Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja
(Nabahan, 2000). Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-
harinya, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan mendapatkan hasil
(return). Investasi yang melanggar syariah akan mendapatkan balasan yang setimpal, begitu
pula investasi yang sesuai dengan syariah. Return investasi dalam Islam sesuai dengan
besarnya sumber daya yang dikorbankan. Hasil yang akan didapatkan manusia dari
investasinya di dunia bisa berlipat-lipat ganda (Nafik, 2009). Allah berfirman dalam QS Ali
Imran ayat 145:

Artinya;

3
Riza Dian Kurnia, “Investasi Syariah: Pengertian, Syarat, Cara & Risiko”, qoala.app,
https://www.qoala.app, 10 Mei 2021, di akses bulan Maret 2022
~4~
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala
dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu.
dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Itulah nilai yang membedakan investasi Islam dari investasi konvensional. Jadi, investasi
yang islami adalah pengorbanan sumber daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil
yang pasti, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan datang, baik
langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara
menyeluruh (kaffah).4

Jadi kesimpulannya adalah investasi itu dipernolehkan bagi seluruh umat termasuk umat
islam jika dilihat dari sumber berupa Fatwa DSN MUI maupun hukum-hukum yang berlaku,
dengan catatan bahwa tempat seorang investor berinvestasi itu harus menanamkan prinsip
keislaman agar terhindar dari kemudharatan.

2.2 Pengertian Bank Syariah

Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau
prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud mencakup dengan prinsip keadilan
dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah),
serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram, sebagaimana yang
diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia. Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah
juga memberi amanah kepada bank syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus
menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga yang
menerima dana berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). 5

Menurut UU Perbankan No.7 tahun 1998 dijelaskan yang dimaksud dengan perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

4
Syahrul Hanafi, dkk., Manajemen Investasi di Perbankan Syariah, jurnal syariah dan hukum islam, vol.
1, No. 3, November 2016, hal. 66-67.
5
Otoritas Jasa Keuangan, https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
kelembagaan.aspx, diakses bulan Maret 2022
~5~
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. (Pasal 1 ayat 1). Sedangkan yang
dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.(ayat 2).6

Jadi, perbankan syaraih merupakan suatu lembaga keuangan yang memberikan


pelayanan bagi masyarakat untuk menabung, bertransaksi, melakukan investasi tabungan
dengan tetap berlandaskan pada syariat islam yaitu Al-Quran maupun Al-Hadis sehingga
segala kegiatan dilakukan sejalan dengan perintah agama islam.

Secara eksplisit al-Qur’an tidak menyebut istilah “bank” sebagai suatu istilah lembaga
keuangan. Tetapi kalau yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur yang
memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi,
seperti struktur, manajemen, fungsi, hak, dan kewajiban, maka dengan dijelas disebutkan
dengan istilah-istilah seperti zakat, shadaqah, ghanimah (harta rampasan perang), bay’ (jual
beli), dayn (utang dagang), mal (harta), dan sebagainya. Dalam peristilahan internasional,
perbankan syariah dikenal sebagai Islamic Banking, atau juga dengan interest-free banking.
Dalam praktiknya, istilah bank syariah, bank Islam, dan bank tanpa bunga adalah sama, yaitu
lembaga keuangan yang operasional dan berbagai produknya dikembangkan berlandaskan
syariah Islam, khususnya berkaitan pelarangan praktek riba (bunga), kegiatan maysir
(spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan).7

Perbankan syariah didirikan didasarkan pada alasan filosofis maupun praktik. Alasan
filosofisnya adalah dilarangnya riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan
berdasarkan dalam surat QS .Al-Baqarah yang artinya “Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.” Dan alasan praktisnya adalah sistem perbankan berbasis bunga atau
konvensional mengandung beberapa kelamahan yaitu sebagai berikut:

a) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis. Dalam bisnis, hasil
yang diperoleh setiap perusahaan selalu tidak pasti. Peminjam sudah berkewajiban untuk
membayar tingkat bunga yang disetujui.

6
Abdur Rohman, Etika Bisnis Islam, (Madura: 2015), 144.
7
Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum, No. 14, Seri Kebanksentralan, Pusat Pendidikan dan
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakarta, Januari 2005, h. 4
~6~
b) Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan kebangkrutan. Hal ini
menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain dengan
pengangguran sebagian besar orang. Lebih dari itu, beban utang makin menyulitkan upaya
pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.

c) Komitmen bank untuk keamanan uang deposan berikut bunganya membuat bank cemas
untuk mengembalikan pokok dan bunganya. Oleh sebab itu, demi keamanan bank hanya
mau meminjamkan dana bagi bisnis yang sudah benar-benar mapan atau kepada orang
yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya.

d) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha kecil. Usaha
besar dapat mengambil risiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena mereka
mempunyai cadangan dana sebagai sandaran bila ternyata ide barunya itu tidak berhasil.
Sebaliknya, usaha kecil tidak dapat mencoba ide baru karena untuk itu mereka harus
membutukan pinjaman dana berbunga dari bank. Bila gagal, tidak ada jalan lain bagi
mereka kecuali harus membayar kembali pinjaman berikut bunganya sehingga bisa saja
mereka menjadi bangkrut.

e) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecil bila ada
jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka. Setiap rencana
bisnis yang diajukan kepada mereka selalu diukur dengan kriteria ini. Jadi, bank yang
bekerja dengan sistem ini tidak mempunyai insentif untuk membantu usaha yang berguna
bagi masyarakat dan para pekeja. Sistem ini menyebabkan misallocation sumber daya
dalam masyarakat islam.

Dari beberapa kelemahan sistem perbankan konvensional tersebut, maka perbankan


syariah diharapkan mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan produk sesuai dengan
teori perbankan syariah. Jika kebebasan ini dapat diwujudkan, secara ideal akan memberikan
manfaat yaitu :

1) Terpeliharanya aspek keadilan bagi para yang bertransaksi.

~7~

2) Lebih menguntungkan dibanding perbankan konvensional.

3) Dapat memelihara kestabilan nilai tukar mata uang karena selalu terkait dengan transaksi
riil.
4) Tranparansi menjadi sifat yang melekat (inheren).

5) Memperluas aplikasi syariah dalam kehidupan masyarakat Muslim.

2.3 Karakteristik dan Fungsi Bank Syariah

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat
dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. 8

Secara garis besar Bank Syariah memiliki karakteristik khas yang membedanya dengan
lembaga keuangan konvensional. Karakteristik bank syariah adalah:
a. Menghindari MAGHRIB.
Dalam UU No 21 tahun 2008 dijelaskan bahwa bank syariah dalam melaksanakan
kegiatannya harus menghindari MAGHRIB, yaitu Maysir, Gharar, Riba, dan Bathil.
b. Paradigma Transaksi Syariah.
Dalam KDPPLKS dijelaskan bahwa dalam melaksanakan transaksi syariah,
hendaknya mempergunakan transaksi sebagai berikut:
1) Transaksi syariah berdasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual.
2) Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, bener dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini
akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang
baik (good gavernance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

8
Otoritas Jasa Keuangan, https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
kelembagaan.aspx, diakses bulan Maret 2022
~8~
3) Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi
vertikal dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip
syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat
secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi
syariah. Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam
interaksi sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan,
sinergi dan harmonisasi.
c. Asas Transaksi Syariah.
Asas-asas transaksi syariah yang harus dipenuhi oleh bank Syariah dalam
menjalankan kegiatan usahanya adalah sebagai berikut:
1) Persaudaraan (ukhuwah)
2) Keadilan (‘adalah)
3) Kemashlahatan (mashlahah)
4) Keseimbangan (tawazun); dan
5) Universalisme (syumuliyah).
d. Karakteristik Transaksi Syariah.
Transaksi atau kegiatan usaha yang dilakukan bank syariah harus memenuhi
karakteristik syariah sebagai berikut:
1. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah
harus memnuhi karakteristik transaksi syariah sebagai berikut:
a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan perinsip saling paham dan saling ridho;
b) Perisip kebebasan bertansaksi diakui seanjang objeknya halal dan baik (thayib);
c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
d) Tidak mengandung unsur riba; khezaliman; masyir; gharar; haram;
e) Tidak menganut perinsip nilai waktu dari uang (time value is money) karena
keuntunganyang didapat dalam kegiatan usaha tekait dengan risiko yang melekat
pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan perinsip al-ghunmu bil ghurmi (no
gain without accompanying risk);

~9~
f) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehinggaa tidak
diperkenankan menggunakan dua transaksi bersama yang berkaitan (ta’alluq)
dalam satu akad;
g) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
h) Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
2. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersiifat komersial dilakukan
antara lain berupa: investasi untu mendapatkan bagihasi; jual beli barang untuk
mendapatkan laba; dan atau pembeerian laanan jasa untuk mendapat imbalan.
3. Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa; pemberian dana
pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dana penyaluran dana sosial seperti
zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah. 9
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai
produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor
keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut.
Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang
bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang
pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan
harga jangka menengah-panjang. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya
yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima
tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin signifikan. 10

Jadi, ada beberapa hal yang tercantum mengenai fungsi-fungsi perbanksan syariah selain
karakteristik diatas, diantaranya: 11

9
Gustani, Analisis Tingkat Pengungkapan Kinerja Sosial Bank Syariah Berdasarkan Islamic Social
Reporting Index (Index ISR), Jakarta: PenaPersada, 17 Februari 2013.
10
Otoritas Jasa Keuangan, https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-
kelembagaan.aspx, diakses bulan Maret 2022
~10~
11
ojk.go.id
~11~
- Bank Syariah dan UUS (Unit Usaha Syariah) wajib menjalankan fungsi menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat.

- Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

- Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).

Adapun prinsip-prinsip Dasar Perbankan Syariah Dalam operasinya, bank Syariah


mengikuti aturan-aturan dan norma-norma Islam yaitu:

a. Bebas dari bunga (riba)

Bank Syariah beroperasi tidak berdasarkan bunga, sebagaimana yang lazim


dilakukan oleh bank konvensional, karena bunga mengandung unsur riba yang jelas-jelas
dilarang dalam Al Qur’an. Bank syariah beroperasi dengan menggunakan prinsip lain
yang diperbolehkan oleh Syariah. Bagi Muslim yang tidak menghiraukan larangan ini,
Allah dan Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan perang dengan mereka (QS 2:279).

Riba berarti ‘tambahan’, yaitu pembayaran “premi” yang harus dibayarkan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman di samping pengembalian pokok, yang ditetapkan
sebelumnya atas setiap jenis pinjaman. Dalam pengertian ini riba memiliki persamaan
makna dan kepentingan dengan bunga (interest) menurut ijma’ ‘konsensus’ para fuqaha
tanpa kecuali (Chapra, 1985). Menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara bathil (Saeed, 1996). Dikatakan bathil karena pemilik
dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih dari yang dipinjam tanpa
memperhatikan apakah peminjam mendapat keuntungan atau mengalami kerugian. Riba
dilarang dalam Islam secara bertahap, sejalan dengan kesiapan masyarakat pada masa
itu, seperti juga tentang pelarangan yang lain seperti judi dan minuman keras. Tahap
pertama disebutkan bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan Allah,
sedangkan sedekah akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda (QS 30: 39). Tahap
kedua, pada awal periode Madinah, praktek riba dikutuk dengan keras (QS 4: 161),
sejalan dengan larangan pada kitabkitab terdahulu. Riba dipersamakan dengan mereka
yang mengambil kekayaan orang lain secara tidak benar, dan mengancam kedua belah
pihak dengan siksa Allah yang amat pedih. Tahap ketiga, sekitar tahun kedua atau ketiga
Hijrah, Allah menyerukan agar kaum muslimin menjauhi riba jika mereka menghendaki
kesejahteraan yang sebenarnya sesuai Islam (QS 3: 130-132). Tahap terakhir, menjelang
selesainya misi Rasulullah s.a.w., Allah mengutuk keras mereka yang mengambil riba,
menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan dan riba, dan menuntut kaum
muslimin agar menghapuskan seluruh utang piutang yang mengandung riba, menyerukan
mereka agar mengambil pokoknya saja, dan mengikhlaskan kepada peminjam yang
mengalami kesulitan. Dalam beberapa Hadits, Rasulullah s.a.w. mengutuk semua yang
terlibat dalam riba, termasuk yang mengambil, memberi, dan mencatatnya. Beliau s.a.w.
menyamakan dosa riba sama dengan dosa zina 36 kali lipat atau setara dengan orang
yang menzinahi ibunya sendiri (Chapra, 1985).

b. Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (maysir)

Istilah maysir pada awalnya dipakai untuk permainan anak panah pada jaman
sebelum Islam, ketika tujuh peserta bertaruh untuk mendapatkan hadiah yang telah
ditentukan (Al-Omar dan Abdel-Haq, 1996). Maysir secara harfiah berarti memperoleh
sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja.
Dalam Islam, maysir yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang mengandung
unsur judi, taruhan, atau permainan berrisiko. Judi dalam segala bentuknya dilarang
dalam syariat Islam secara bertahap. Tahap pertama, judi merupakan kejahatan yang
memiliki mudharat (dosa) lebih besar dari pada manfaatnya (QS 2: 219). Tahap
berikutnya, judi dan taruhan dengan segala bentuknya dilarang dan dianggap sebagai
perbuatan zalim dan sangat dibenci (QS 5: 90-91). Selain mengharamkan bentuk-bentuk
judi dan taruhan yang jelas, hukum Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis yang
mengandung unsur judi (Shiddiqi, 1985)

c. Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar)

~12~

Gharar secara harfiah berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dan sebagainya.
Dalam Islam, yang termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan
unsur ketidakjelasan, penipuan atau kejahatan. Hal itu dikutuk oleh Islam dalam Al-
Qur’an (QS 6: 152; 83: 1-5; dan 4: 29) dan Hadits. Dalam dunia bisnis, gharar artinya
menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang cukup, atau
menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti
apa akibatnya atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya,
meskipun unsur ketidakpastian, yang tidak besar, boleh saja ada kalau memang tidak bisa
ditinggalkan
Bank syariah mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan
badan sosial (maal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu
sebagai manajer investasi, investor, dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, bank
syariah melakukan penghimpunan dana dari para investor/nasabahnya dengan prinsip wadi'ah
yad dhamanah (titipan), mudharabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa). Sebagai investor, bank
syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual
beli, atau sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariah menyediakan jasa keuangan,
jasa nonkeuangan, dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan antara lain dilakukan dengan
prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah (pengalihan utang), rahn
(jaminan utang atau gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), sharf (jual beli
valuta asing), dan lain-lain. Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk wadi'ah yad amanah
(safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan dengan prinsip mudharabah muqayyadah.
Sementara itu, sebagai badan sosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana
sosial untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan sadaqah (ZIS), serta penyaluran
qardhul hasan (pinjaman kebajikan). Lebih rincinya berikut fungsi-fungsi perbankan syariah:
1) Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi
wakaf (wakif).
~13~

2.4 Produk-Produk Investasi Perbankan Syariah


Adapun produk-produk investasi perbankan syariah yang dapat dipaparkan dari sumber
maybank sebagai berikut.12

a. Deposito syariah

Deposito Syariah adalah bentuk investasi yang sesuai syariah dengan prinsip
mudharabah. Dalam pengaplikasian prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai pemilik modal dan bank sebagai pengelola. Deposito berbasis syariah
yang dikeluarkan Maybank Indonesia memiliki beberapa fitur dan keuntungan, seperti:

1) Tersedia dalam mata uang Rupiah dan USD.

2) Jaminan pembiayaan.

3) Tenor fleksibel dengan berbagai pilihan hingga 12 bulan.

4) Fasilitas perpanjangan otomatis.

5) Bagi hasil kompetitif.

6) Fasilitas pembayaran zakat dari bagi hasil yang dapat di setting secara otomatis jika
diinginkan Nasabah.

b. Reksa Dana Syariah

Reksa Dana Syariah merupakan instrumen investasi yang dikelola berdasarkan


prinsip Syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi), gharar (ketidakjelasan) dan usury
(riba), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Pengawas Syariah. Berbagai
keuntungan Reksa Dana Syariah Maybank Indonesia, diantaranya:

1) Dikelola oleh tenaga profesional.

2) Pembelian Awal Reksa Dana mulai dari Rp 100,000.

3) Transparan dan terlindungi karena diawasi oleh pemerintah Indonesia melalui

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

12
Maybank, 18 Februari 2022, Mengenal Produk Perbankan Syariah dalam Dunia Investasi,
https://www.maybank.co.id, diakses Maret 2022
~14~
4) Menurunkan risiko melalui diversifikasi.

5) Diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

c. Sukuk Negara Ritel (SR/ST) yang diterbitkan pemerintah

Sukuk merupakan Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip


syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN (efek syariah sebagai
bukti kepemilikan atas aset), baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
Beberapa hal penting yang bisa Anda pertimbangkan dari Sukuk Negara Ritel SBSN,
seperti:

1) Menjadi instrumen pembiayaan APBN.

2) Dijamin 100% oleh Negara.

3) Metode penerbitan melalui lelang, bookbuilding dan private placement.

Namun dalam beberapa sumber juga menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam produk-produk investasi pada perbankan syariah yaitu.

Penerapan prinsip syariah dalam sebuah investasi diharuskan. Hal tersebut agar setiap
prinsip serta fungsi perbankan syariah tetap terlaksana sebagai mana mestinya. Dalam
pelaksanaanya prinsip investasi perbankan syariah diterapkan pada produk pendanaan yang
berdasarkan pola bagi hasil serta pada produk pembiayaan investasi. Produk pendanaan yang
mengguanakan prinsip investasi sendiri ada 4 yakni, tabungan mudharabah, deposito/investasi
umum (tidak terikat), deposito/investasi khusus (terikat), dan sukuk al-mudharabah. Sementara
itu dalam pelaksanaan pembiayaannya diterapkan menggunakan prinsip mudharabah,
musyarakah, murabahah, istishna, ijarah, ijarah muntahiya bi tamlik.
Berikut adalah penjelasan mengenai produk pendanaan yang berdasarkan prinsip investasi
pada perbankan syariah: 13
a. Tabungan mudharabah
Tabungan dalam bank sayariah menggunakan akad wadi’ah yang hampir sama
dengan giro namun kurang leluasa seperti giro karena dapat diambil dengan cek. Dalam
wadi’ah untuk rekening tabungan, bank dapat memberikan bonus kepada nasabah dari

13
Hafied, Hamzah Dan Nasir, Muhammad. 2013. Lembaga Keuangan Syariah; Teori Dan Penelitian
Empiris. Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika.
~15~
keuntungan yang diperoleh bank karena bank lebih leluasa untuk menggunakan dana ini
untuk tujuan mendapatkan keuntungan. Konsep qardh yang merupakan pinjaman tanpa
tambahan dalam pengembaliannya, bank mendapat pinjaman tanpa bunga dari deposan.
Pihak bank dapat menggunakan dana ini untuk tujuan mencari keuntungan, dari
keuntungan tersebut pihak bank dapat memberikan bagian keuntungan kepada deposan
berupa uang atau non uang.bagi hasil inilah yang menggunakan prinsip bagi hasil
mudahrabah.
b. Deposito/investasi umum (tidak terikat)
Deposito ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dikarenakan
menggunakan akad ini maka pihak banka dapat mneggunakan dana yang disimpan oleh
nasabah tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang kemudian akan dibagi dengan
deposan tersebut. Bank syariah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya
untuk satu bulan ke atas) ke dalam rekening investasi umum (general investment account)
dengan prinsip mudharabah al-muthlaqah (URIA: Unrestricted Investment Account).
Rekening investasi seperti ini lebih bertujuan untuk mencari keuntungan dibandingkan
dengan mengamankan dananya.
c. Deposito/investasi khusus (terikat)
Apabila dalam investasi umum nasabah tidak menentukan dananya akan digunakan
untuk proyek apa, berbeda dengan depiosito khusus yang menetapkan dananya akan
digunakan pada sektor yang dikehendaki oleh deposan. Nasabah menetapkan persyaratan
tertentu yang harus dipatuhi oleh bank, misalnya dana digunakan untuk bisnis tertentu,
digunakan dengan akad-akad tertentu dan digunakan untuk nasabah tertentu. Rekening
semacam ini biasanya digunakan oleh investor besar.
d. Sukuk al-mudaharabah
Salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh nasabah untuk melakukan
transaksi investasi yakni dengan cara berinvestasi pada sukuk. Berbeda dengan surat
berharga konvensioal yang dapat beredar pada pasar kedua dengan bebas, sukuk yang
merpakan surat berharga syariah hanya dapat dipindah tangankan sebanyak tiga kali sama.
Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan alternatif sumber dana berjangka panjang
(lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan
berjangka panjang.
Berikut adalah penjelasan mengenai produk pembiayaan yang berdasarkan prinsip
investasi pada perbankan syariah:
~16~
a. Bagi hasil: mudharabah, musyarakah.
Kebutuhan investasi secara umum dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi
hasil dengan akad mudharabah atau musyarakah. Sebagai contoh, pembuatan pabrik baru,
perluasan pabrik, usaha baru, perluasan usaha, dan sebagainya. Dengan cara ini bank
syariah dan pengusaha berbagi risiko usaha yang saling menguntungkan dan adil. Agar
bank syariah dapat berperan aktif dalam kegiatan usaha dan mengurangi kemungkinan
risiko, seperti moral hazard (tanggung jawab moril), maka bank dapat memilih untuk
menggunakan akad musyarakah.
b. Jual beli: murabahah, istishna; dan
Kebutuhan investasi sebagiannya juga dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola
jual beli dengan akad murabahah. Sebagai contoh, pembelian mesin, pembelian kendaraan
untuk usaha, pembelian tempat usaha, dan sebagainya. Dengan cara ini bank syariah
mendapat keuntungan marjin jual beli dengan risiko yang minimal. Sementara itu,
pengusaha mendapatkan kebutuhan investasinya dengan perkiraan biaya yang tetap dan
mempermudah perencanaan. Kebutuhan investasi yang memerlukan waktu untuk
membangun juga dapat dipenuhi dengan akad istishna, misalnya untuk industri
berteknologi tinggi, seperti industri pesawat terbang, industri pembuatan lokomotif, dan
kapal, selain berbagai tipe mesin yang dibuat oleh perusahaan atau bengkel besar. Selain
itu, akad istishna juga dapat diaplikasikan dalam industri konstruksi, misalnya, gedung
apartemen, rumah sakit, sekolah, universitas, dan sebagainya.
c. Sewa: ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik.
Kebutuhan aset investasi yang biayanya sangat tinggi dan memerlukan waktu lama
untuk memproduksinya pada umumnya tidak dilakukan dengan cara bagi hasil atau
kepemilikan karena risikonya terlalu tinggi atau kebutuhan modalnya tidak terjangkau.
Kebutuhan investasi seperti itu dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola sewa dengan
akad ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik. Sebagai contoh, pembiayaan pesawat
terbang, kapal, dan sejenisnya. Selain itu, pembiayaan ijarah dapat juga digunakan untuk
pembiayaan peralatan industri, mesin-mesin pertanian, dan alatalat transportasi. Dengan
cara ini bank syariah dapat mengambil manfaat dengan tetap menguasai kepemilikan aset
dan pada waktu yang sama menerima pendapatan dari sewa. Penyewa juga mengambil
manfaat dari skim ini dengan terpenuhinya kebutuhannya investasi yang mendesak dan
mencapai tujuan dalam waktu yang wajar tanpa harus mengeluarkan biaya modal yang
besar.
~17~
2.5 Investasi Pada Perbankan Syariah

Instrumen investasi syariah tunduk kepada ketentuan-ketentuan syariah. Dalam upaya


pengembangan nilai aset, instrumen investasi syariah senantiasa patuh pada prinsip-prinsip
seperti berikut:14

- Tidak melibatkan unsur yang dilarang menurut ajaran Islam (Haram),Tidak melibatkan
unsur perhitungan bunga (Riba),

- Tidak melibatkan unsur bersifat judi (Maisyir),

- Tidak melibatkan unsur bersifat tidak jelas/spekulatif/penipuan (Gharah),

- Tidak melibatkan transaksi yang mengandung ketidaktahuan salah satu pihak yang
terlibat (Tadlis),

- Tidak melibatkan kegiatan peningkatan keuntungan yang didasari manipulasi jumlah


suplai untuk mendorong harga jual lebih tinggi (Ikhtikar),

- Tidak melibatkan kegiatan peningkatan keuntungan yang didasari manipulasi jumlah


permintaan untuk mendorong harga jual lebih tinggi (Najasy),

- Tidak melibatkan transaksi gratifikatif (Risywah)

- Tidak melibatkan kegiatan yang bersifat menganiaya hak orang lain (Zhulm)

- Tidak melibatkan kegiatan yang bersifat merugikan orang lain (Mudharat)

Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan investasi haruslah tetap ada jalur syriat
yang mengajarkan untuk berinvestasi yang memeberikan manfat yang lebih besar
dibandingkan dengan mudharat yang ditimbulkan. Semua transaksi yang terjadi harus atas
dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau
mendzalimi. Tanpa unsur riba, tidak bersifat spekulatif serta harus transparan. Istilah
mudharabah merupakan akad yang paling banyak digunakan oleh bank syariah dalam
melaksanakan fungsinya dalam investasi. Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis
perkongsian, dimana pihak perama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua

14
Investasi Syariah, https://www.sc.com, diakses pada bulan Maret 2022
~18~
(mudharib) bertanggungjawab atas pengelolaan usaha. 15 Dalam transaksi mudharabah harus
memenuhi rukun mudharabah meliputi, yaitu:

a. Shahibul maal (pemilik dana/nasabah).

b. Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank), amal (usaha/pekerjaan).

c. Ijab dan Qabul.

Dilihat dari kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah terbagi menjadi 2
jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Mudharabah Muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kuasa
penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun urusan dalam
proyek tersebut, dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis, perusahaan,
pelanggan. Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan syariah diaplikasikan
pada tabungan dan deposito.

2) Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana (shahibul maal)


membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti, hanya
untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja.
Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terikat dengan dana bank atau dana
rekening lainnya pada saat investasi. 16 Dalam investasi terikat pihak bank sebagai
agen saja, dan atas kegiatannya akan menerima imbalan berupa fee. Berikut adalah
pola investasi terikat yakni

a) Channelling, apabila semua risiko ditanggung oleh pemilik dana dan bank
sebagai agen tidak menanggung risiko apapunn.

b) Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung risiko dan hal ini
banyak yang menganggap bahwa investasi terikat executing ini sudah tidak
sesuai lagi dengan prinsip mudharabah, namun dalam akuntansi perbankan

15
Hamzah Hafied dan Muhammad Nasir, Lembaga Keuangan Syariah; Teori dan Penelitian Empiris,
(Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika, 2013), 66.
16
Ibid, 67
~19~
syariah diakomodir karena dalam praktiknya pola ini dijalankan oleh bank
syariah. 17

2.6 Peran Perbankan Syariah sebagai Nadzir

Secara bahasa, wakaf berasal dari kata "waqafa" yang berarti habasa. Jadi, al-waqf sama
dengan al-habs yang artinya menahan.18 Sedang menurut istilah, wakaf adalah “menahan harta
yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusakkan bendanya dan
digunakan untuk kebaikan.”19 Ada juga yang memberi pengertian bahwa wakaf adalah
menahan atau menghentikan harta yang dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan
untuk mendekatkan diri kepada Allah. 20 Meskipun Al-Qur`an tidak menyebutkan secara tegas,
akan tetapi terdapat beberapa ayat yang dapat dijadikan sandaran hukum wakaf, yaitu dalam
surat Ali Imran ayat 92 dan an-Nahl ayat 97.

Wakaf adalah ibadah maliyah ijtima'iyyah yang memiliki posisi penting, strategis, dan
menentukan dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Namun, manfaat wakaf kurang dapat
dirasakan dan didayagunakan secara optimal untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
di Indonesia. Di antara kendalanya adalah:wakaf dipahami hanya berbentuk barang yang tidak
bergerak, seperti tanah dan bangunan. Kedua, kendala utama pelaksanaan wakaf tunai,
khususnya dalam hal sosialisasi kepada masyarakat. Ini dikarenakan belum adanya undang-
undang wakaf yang spesifik sebagaimana undang-undang zakat. Ketiga, belum optimalnya
lembaga-lembaga pengelola wakaf (nadzir) dalam mengelola wakaf yang semestinya
keberadaannya menjadi faktor penentu dalam pemanfaatan harta wakaf dan digunakan dalam
bentuk produktif, misalnya upaya peningkatan kegiatan usaha kecil, dan lain sebagainya.
Kendala utamanya adalah belum adanya regulasi yang jelas di mana wakaf menjadi sumber
pendanaan yang tiada habis-habisnya bagi pengembangan ekonomi umat seperti yang telah
dikembangkan di Negara-negara besar lainnya, seperti Mesir dan Bangladesh.

Sedangkan Nazhir sendiri adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. Posisi Nazhir sebagai pihak

17
Ibid
18
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, cet ke-6, jilid 3., h. 515
19
al- Kamal bin al-Hammam, Fath al-Qadir ad-dar al-Mukhtar, Jilid 3, h. 351
20
Taqiyudin Abi Bakar, Kifayah al-Akhyar, Juz 1,Mesir: Dar al-Kitab al-Araby, tth., h. 319
~20~
yang bertugas untuk memelihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai kedudukan yang
penting dalam perwakafan. 21

Melihat potensi dana wakaf yang sangat besar, maka perlu ada profesionalisasi dalam
pengelolaannya (dalam hal ini dewan nadzir). Oleh karenanya dalam kaitan ini, keberadaan
bank-bank syariah dipandang sebagai lembaga alternatif yang cukup representatif dalam
mengelola dana amanah tersebut. Untuk lebih memahami beberapa jauh kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dimainkan perbankan syariah dalam mengelola wakaf tunai, ada
baiknya kita mengetahui ketentuan-ketentuan perbankan dalam kegiatan usaha bank yang
terkait dengan masalah wakaf, antara lain: SK Dir.BI No.32/34/KEP/DIR tanggal 19 Mei 1999,
tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah, pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Bank dapat
bertindak sebagai lembaga baitul maal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq,
shadaqah, wakaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak
dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).”

Dari ketentuan di atas, dapat dilihat bahwa secara umum bank syariah dapat mengambil
peran sebagai penerima dan penyalur dana wakaf, sedangkan peran bank syariah sebagai
pengelola dana wakaf tidak disebutkan secara eksplisit. Wewenang pengelolaan ini dipandang
penting karena berbeda dengan dana sosial lainnya, seperti zakat, infaq, dan shadaqah. Dana
wakaf tidak dibagikan langsung kepada yang berhak melainkan harus dikelola terlebih dahulu
untuk kemudian hasilnya dibagikan kepada yang berhak.

Adapun peranan perbankan syariah dalam Investasi wakaf setidaknya memiliki beberapa
keunggulan yang diharapkan dapat mengoptimalkan operasional Investasi wakaf sebagai
berikut:

a. Jaringan Kantor.

Jaringan kantor perbankan syariah relatif lebih luas dibandingkan dengan lembaga
keuangan syariah lainnya. Luas jaringan tersebut mencapai 174 kantor di hampir seluruh
wilayah Indonesia serta tingkat pertumbuhan jumlah kantor bank syariah yang mencapai
2,1% per bulan. Oleh karena itu, fenomena ini merupakan faktor penting dalam
mengoptimalkan sosialisasi penggalangan dana wakaf serta penyalurannya.

21
Hermanto, Bentuk Kerjasama Nazhir Dengan Lembaga Keuangan Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf
Tunai, Skripsi, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), 7
~21~
b. Kemampuan Sebagai Fund Manager.

Lembaga perbankan adalah lembaga pengelola dana masyarakat.


Dengansendirinya, lembaga tersebut haruslah merupakan lembaga yang memiliki
kemampuan untuk mengelola dana dan dihaharapkan dapat berperan sebagai lembaga
alternatif yang mampu mengelola dana wakaf tunai yang nantinya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik, khususnya kepada wakif.

c. Pengalaman, Jaringan Informasi dan Peta Distribusi.

Perbangkan syariah adalah lembaga perbankan yang memiliki pengalaman,


informasi, serta peta distribusi yang cukup luas sehingga pengelolaan wakaf tunai
diharapkan tidak saja akan mengoptimalkan pengelolaan dana saja, akan tetapi juga dapat
mengefektifkan penyalurannya sesuai dengan yang diinginkan.

d. Citra Positif.

Dengan adanya ketiga hal di atas, diharapkan akan menimbulkan citra positif pada
gerakan wakaf tunai itu sendiri maupun pada perbankan syariah pada khususnya.

Dalam menjalankan kewajibannya sebagai nadzir, terdapat beberapa pola dalam


pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Bank Syariah sebagai Nadzir Pertama , Penyalur dan Pengelola

Pihak bank merpakan penyalur serta pengelolanya.pihak banki akan menerima


wakaf tunai dari seorang waqif yang kemidian akan diterbitkan akta waqif tunai lengkap
dengan data pemberi waqaf. Kemudian pihak bank akan mengelola dana yang diterimnya
dengan cacatan dana tersebut haruslah dipisahkan dari dana pihak ketiga lainnya agar
lebih mudah dalam mengetahui dana pokok yang ada.

b. Bank Syariah sebagai Nazhir Penerima dan Penyalur

Waqif akan meyerahkan sejumlah uang guna melakukan waqaf, setelah itu pihak
bank syariah akan mengeluarkan surat waqaf. Kemudian dana yang telah terkumpul

~22~
akan diserahkan kepada BWI yang akan bekerjasama dengan pihak ketiga sebagai
pengelola dana serta menggandeng Lambaga Pengawas guna menjaga keamanan dana
yang diwaqafkan.

c. Bank Syariah sebagai Pengelola (Fund Manager)

Mekanismenya yakni pihak pewaqaf (wakif) akan meyerahkan dana waqafnya


kepada BWI yang kemudian akan bekerjasama dengan pihak perbankan syariah dalam
pengelolaannya.sebelum itu pihak BWI akan menerbitkan surat waqaf kepada waqif.

d. Bank Syariah sebagai Kustodi

Pihak waqif akan menyetorkan sejumlah dana kepada bank Syariah menggunakan
rekening BWI. Kemudian BWI akan menerbitkan surat waqaf yang dititipkan kepada
Bank Syariah. Pihak BWI akan juga akan bekerja sama dengan lembaga penjamin
syariah guna menjaga dana waqaf agar tidak sampai lost.

Secara internal, wakaf berdayaguna untuk mendongkrak perekonomian umat dan


meningkatkan kesejahteraan umat. Terlebih jika ada lembaga wakaf yang mengelola dana
wakaf ini secara profesional (dalam hal ini terutama perbankan syariah), maka akan menjadi
lahan baru bagi masyarakat Muslim menengah untuk beramal. Asumsi jika kondisi awal
menurunnya suku bunga dapat menaikkan investasi, dan pendapatan, dalam hal ini kita
dapatkan penggerak baru investasi sebagai solusi alternatif dalam upaya untuk menghapuskan
sistem bunga dan pemberdayaan ekonomi umat. Dengan semakin banyaknya dana investasi
wakaf yang ada, maka akan menambah potensi investasi/dibukanya lapangan kerja baru yang
akan menyerap tenaga kerja. Hingga implikasi akhirnya adalah akan menaikkan pendapatan
masyarakat, mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran yang ada, serta memperkuat
perekonomian bangsa. 22

2.7 Inovasi Baru dalam Berinvestasi yang Aman dan Nyaman Bagi Umat
Muslim Melalui Perbankan Syariah

Zaman modern saat ini segala aspek pasti memiliki unsur ekonominya sehinggamau tak
mau manusia sebagai pelau ekonomi harus menciprkan sesuatu yang dapat menguntungkannya

22
Luthfi Yansyah El Sanusy, Optimalisasi Fungsi Perbankan Syariah sebagai Nadzir Investasi Wakaf, 5
Januari 2010, https://www.kompasiana.com, diakses bulan Maret 2022
~23~
dan mudak untuk di dapat. Misalnya berinvestasi merupakan salah satu cara atau metode yang
dikatakan mudah untuk dilakukan dengan hasil tergantung perusahaan. Banyak perusahaan
maupun lembaga menawarkan dirinya kepada investor untuk menanamkan modalnya di
tempatnya, namun seorang investor pun pasti memilih tempat yang aman dan nyaman bagi
dirinya dan menghindari resiko terutams bagi masyarakat muslim di Indonesia yang masih saja
bingung dalam mengelola keuangannya dan takut menginvestasikan hartanya karena
mengandung unsur riba atau haram.

Dari permasalahan tersebut akhirnya perbankan juga mulai memikirkan agar


permasalahan tersebut dihindari dengan menciptakan investasi syariah yang aman dan nyaman
sesuai syariat islam dan menhindari kebathilan di dalamnya sehingga masyarakat tak perlu
khawatir dalam berinvestasi di perbankan.

~24~
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun beberapa penulis demi sempurnya makalah ini dan untuk penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Syahrul Hanafi, Nur Dinah Fauziah, MANAJEMEN INVESTASI DI PERBANKAN


SYARIAH, Jurnal Syariah dan Hukum Islam e-ISSN: 2503-1473, Hal. 64-72 Vol. 1, No.
3, November 2016, Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto.

Riza Dian Kurnia, Investasi Syariah: Pengertian, Syarat, Cara & Risiko, May 10, 2021,
https://www.qoala.app/id/blog/keuangan/investasi/investasi-syariah/, diakses bulan
Maret 2022.

Hafied, Hamzah Dan Nasir, Muhammad. 2013. Lembaga Keuangan Syariah; Teori Dan
Penelitian Empiris. Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika.

Hermanto. 2012. Bentuk Kerjasama Nazhir Dengan Lembaga Keuangan Syariah Dalam
Pengelolaan Wakaf Tunai. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Maybank, Mengenal-Produk-Perbankan-Syariah-dalam-Dunia-Investasi Mengenal Produk


Perbankan Syariah dalam Dunia Investasi, 18 Februari 2022,
https://www.maybank.co.id/Article/StoryForYourInspirationPersonal/2022/02/18/11/48
/Mengenal-Produk-Perbankan-Syariah-dalam-Dunia-Investasi Mengenal Produk
Perbankan Syariah dalam Dunia Investasi, diakses bulan Maret 2022.

Machmud, Amir Dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori Kebijakan Dan Studi Empiris Di
Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Industri Jasa Keuangan Syariah; Seri Litersi Keuangan
Perguruan Tinggi. Jakarta.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx,
diakses bulan Maret 2022.

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Perbankan-Syariah.aspx, bulan Maret 2022.

https://www.maybank.co.id/Article/StoryForYourInspirationPersonal/2022/02/18/11/48/Men
genal-Produk-Perbankan-Syariah-dalam-Dunia-Investasi, bulan Maret 2022.

~27~

Anda mungkin juga menyukai