Anda di halaman 1dari 21

INVESTASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Dasar Ekonomi Islam yang
diampu oleh Bapak Ah. Shibghatullah Mujaddidi. M.A

Disusun oleh :

Gada Sundawa Rahman (20383031129)

Erni Lusiana (20383032011)

Widya Yuni Wulandari (20383032045

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw. Beserta keluarganya dan para pengikutnya yang setia sampai
hari kiamat.

Alhamdulillah wa syukurillah berkat Rahmat dan Hidayah Allah SWT,


kami dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Dasar Ekonomi Islam, yang
membahas tentang investasi dalam perspektif Islam yang dalam pembahasannya
tidak luput dengan kekurangan dan kesalahan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar


Ekonomi Islam yang diampu oleh Bapak Ah. Shibghatullah Mujaddidi, M.A.
dengan harap semoga bapak dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini
penuh dengan pelajaran yang dapat kami ambil, sehingga menjadi cermin untuk
tugas berikutnya dan kami mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingannya,
semoga bapak dapat memberikan keikhlasan dalam membimbing, agar kami
mendapatkan kemanfaat ilmu yang bisa menuntun kami kejalan yang diridhoi
Allah SWT.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadikan amal baik khususnya


bagi kami dan umumnya bagi orang yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pamekasan, 16 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Investasi...............................................................................3
B. Landasan Hukum investasi....................................................................4
C. Tujuan Investasi..................................................................................10
D. Prinsip –prinsip syariah investasi........................................................11
E. Akad –akad yang terdapat dalam investasi syariah.............................13
F. Perbedaan perbedaan investasi syariah dan konvensional..................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................17
B. Saran ...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya waktu dan laju perkembangan Bank
Syariah, banyak orang yang memanfaatkan momen boomingnya Bank syariah
dengan cara yang tidak elegan, melanggar syariah dan tidak
bertanggungjawab. Bisnis didunia perbankan pun semakin berkembang ridak
hanya sebagai intermediasi saja tetapi sudah merambah dunia Investasi. Pihak
bank bisa menjadi investor, bisa pula menyediakan dana bagi masyarakat yang
butuh dana untuk di investasikan.
Investasi sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk menambah sumber
pendapatanya guna menutupi kebutuhan hidup yang sangat mendesak yang
tidak bisa tercukupi dari penghasilan sehari-hari, selain itu, ada alasan
perlunya seseorang berinvestasi antara lain untuk mendapatkan laba yang
sebesar-besarnya, jaminan masa depan, memproteksi keuntungan,
memperoleh passive income, mewujudkan keinginan untuk mencapai tujuan
akhirat. Seseorang yang akan melakukan investasi hendaklah memperhatikan
syarat-syarat yang dilarang dan yang diperbolehkan dalam berinvestasi
sehingga bermanfaat baginya untuk dunia dan akhirat, seperti yang terkandung
dalam Al-Quran, hadits, ijmak dan qiyas. Islam sangat mendorong manusia
untuk melakukan investasi, hal ini dilatarbelakangi oleh landasan ajaran
perintah untuk membayar zakat bagi orang yang memiliki aset yang tidak
produktif (idle asset), sebaliknya asetyang dikelola secara produktif tidak
dikenakan kewajiban zakat. Zakat baru akan dipungut dari hasil yang telah
diperoleh melalui investasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan Investasi?
2. Apa saja landasan hukum dalam berinvestasi?
3. Apa tujuan dari investasi?
4. Apa saja prinsip prinsip syariah dalam berinvestasi?
5. Apa saja akad akad yang terdapat dalam kegiatan investasi?
6. Apa saja perbedaan perbedaan antara investasi syariah dan konvensional?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan Investasi.
2. Untuk menjelaskan landasan hukum terkait kegiatan investasi.
3. Untuk menjelaskan apa saja tujuan dari investasi.
4. Untuk menjelaskan apa saja prinsip prinsip syariah dalam berinvestasi.
5. Untuk menjelaskan akad akad yang ada dalam kegiatan investasi.
6. Untuk menjelaskan apa saja perbedaan dalam investasi syariah dan
konvensional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi
Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik
di dunia dan diakhirat ini yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir
dan batin (falah). Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu adalah
dengan melakukan kegiatan investasi.
Investasi berasal dari bahasa Inggris investmen dari kata dasar invest
yang berarti menanam. Dalam bahasa Arab investasi disebut dengan istitsmar
yang bermakna "menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya.
Dalam Webster's New Collegiate Dictionary, kata invest didefinisikan sebagai
to make use of for future benefits or advantages and commit (money) in order
to earn a financialreturn. Kemudian kata investment diartikan sebagai the
outly of money for income or profit.1
Alexander dan Sharpe mengemukakan bahwa investasi adalah
pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di
masa datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Sementara itu Yogiyanto
mengemukakan bahwa investasi adalah penundaan konsumsi saat ini untuk
digunakan dalam produksi yang efisien selama periode tertentu. Tandelin
mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber
daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan
di masa datang.2
Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak atau barang
milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan untuk
mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada
umumnya dikuasai untuk periode yang relatif panjang (Rahmawan 2005).
definisi yang sama diungkapkan Kasmir dan Jakfar, dimana investasi dapat
diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki

1
Sakinah. Desember 2014. “Investasi Dalam Islam”. Iqtishadia. Vol. 1, No.2, hal. 250
2
Trisno wardy putra. Desember 2018. “ Investasi dalam Ekonomi Islam”. Jurnal ulumul syar’i.
Vol. 7, No. 2, hal 50.

3
jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha atau proyek yang
membutuhkan dana dengan tujuan memperoleh keuntungan (Kasmir dan
Jakfar 2015); (Arifin 2009). Investasi menurut Islam adalah penanaman dana
atau penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, baik objeknya
maupun prosesnya. Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian
investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambah barang barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa di masa depan (Maharani 2016). 3
Kegiatan investasi dapat disimpulkan sebagai kegiatan menanam modal
dengan harapan akan mendapatkan suatu keuntungan di kemudian hari.
Investasi dalam Islam memiliki konsep yang berbeda dibandingkan
Investasi dalam teori konvensional. Investasi dalam konsep Islam mencakup
segala penanaman modal yang bertujuan untuk penciptaan barang dan jasa.
Dengan demikian investasi dalam Islam sangat erat kaitannya dengan sektor
riil dan instrumen instrumen investasi dalam Islam ditransmisikan dan di
operasionalkan melalui sektor riil. Sedangkan dalam ajaran Ekonomi
konvensional, definisi investasi tercampur antara penanaman modal untuk
penciptaan/ produksi barang dan jasa dengan investasi di aset aset keuangan
yang tidak terkoneksi dengan sektor riil.4
B. Landasan Hukum Investasi
Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalam ajaran Islam
sumber daya (harta) yang ada tidak hanya disimpan tetapi harus
diproduktifkan, sehingga bias memberikan manfaat kepada umat. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. Al Hasyar [59] ayat 7 yang artinya
“supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kalian”.

3
Elif pardiansyah. 2017. “Investasi dalam perspektif ekonomi Islam: pendekatan teoritis dan
empiris”. Jurnal ekonomi Islam: ekonomica. Vol. 8, No. 2, Hal. 340
4
Ali sakti,dkk, Ekonomi moneter Islam: suatu pengantar. PT. Raja grafindo: Depok. 2020., Hal.
261.

4
Oleh sebab itu dasar pijakan dari aktivitas ekonomi termasuk investasi
adalah Al Qur’an dan Hadits. Selain itu, karena investasi merupakan bagian
dari aktivitas ekonomi (muamalah māliyah), sehingga berlaku kaidah fikih,
muamalah, yaitu “pada dasarnya semua bentuk muamalah termasuk di
dalamnya aktivitas ekonomi adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”(Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000).5

1. Investasi menurut Al Qur’an


Beberapa ayat dalam Al-Qur’anyang menjelaskan tentang
investasi diantaranya adalah:
a. Q.S. Al Baqarah [2]: 268
Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
Ayat ini menyampaikan berita betapa beruntungnya
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Orang yang
kaya secara financial (keuangan) kemudian menginfakkan
hartanya untuk pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu
melalui usaha produktif, maka sesungguhnya dia sudah
menolong ribuan, bahkan ratusan ribu orang miskin untuk
berproduktif ke arah yang lebih baik lagi (Yuliana 2010).6
b. Q.S. An-nisa [4] : 9
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”

5
Ibid.,hal. 344
6
Ibid., Hal. 344

5
Ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada manusia
untuk tidak meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah,
baik lemah moril maupun materil. Secara tersirat ayat ini
memerintahkan kepada umat untuk meningkatkat kehidupan
ekonomi melalui investasi jangka panjang. Investasi ini akan
diwariskan kepada keturunannya untuk mencukupi kehidupan
sampai ia layak berusaha sendiri/mandiri.7
c. Q.S. Yusuf [12] : 47-49
Artinya : “Yusuf berkata: supaya kalian bertanam tujuh
tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kalian
tuai hendaklah kalian biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk
kalian makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun
yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kalian simpan
untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit
gandum) yang kalian simpan. Kemudian setelah itu akan
datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan
cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.”
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia harus
mampu menyimpan sebagian hartanya untuk mengantisipasi
hal hal yang tidak dapat dikendalikan di Kemudian hari, salah
satu nya adalah dengan menginvestasikan sebagian hartanya.
d. Q.S. Al Hasyr[59] : 18
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ayat itu
mengandung anjuran moral untuk berinvestasi sebagai bekal
hidup di dunia dan di akhirat karena dalam Islam semua jenis

7
Ibid., Hal. 345

6
kegiatan kalau diniati sebagai ibadah akan bernilai akhirat juga
seperti kegiatan investasi ini.8
e. Q.S. Luqman [31]:34
Artinya : Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Dari uraian Ayat diatas, Allah secara tegas menyatakan
bahwa tiada seorangpun di dunia ini yang bisa mengetahui apa
yang akan diperbuat atau diusahakan serta peristiwa apa yang
akan terjadi besok. Karena ketidaktahuan tersebut maka
manusia diperintahkan berusaha, salah satunya dengan cara
berinvestasi.
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan
Islam tentang investasi adalah sangat penting dan perlu persiapan, hal ini
tersirat dalam Al-Qur'an surat Al-Hasyr 18 yang menyeru orang-orang
beriman agar mempersiapkan diri untuk hari esok, salah satu persiapan itu
kalau dilihat dari perspektif ekonomi adalah investasi. Makna lafadz (
‫)بعد‬berarti besok pagi, lusa (future). Investasi adalah bentuk aktifitas
ekonomi. Sebab setiap harta ada zakatnya. Jika harta didiamkan (tidak
diproduktifkan) maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya, yang
salah satu hikmah dari zakat adalah mendorong setiap muslim
menginvestasikan hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan
termakan oleh zakat kecuali keuntungannya saja.9
2. Investasi menurut Sunnah nabi Muhammad SAW
Dari catatan sejarah, semasa kecil rasulullah pernah menggembala
ternak para penduduk Mekkah. Kemudian di usia 12 tahun nabi nabi ikut
8
Ibid.,hal. 251
9
Ibid., Hal.253.

7
pamannya untuk berdagang, dan pernah juga mengelola perdagangan
milik seorang investor dengan mendapatkan upah dalam bentuk upah
berupa unta. Karir profesional nabi saw. Dimulai sejak Muhammad muda
dipercaya menerima modal dari para investor yaitu para janda kaya dan
anak-anak yatim yang tidak sanggup mengelola sendiri harta mereka.
Mereka menyambut baik seseorang untuk menjalankan bisnis dengan uang
atau modal yang mereka miliki berdasarkan kerjasama muḍarabah (bagi
hasil).
Para pemilik modal di Mekkah semakin banyak yang membuka
peluang kemitraan dengan nabi saw. Salah seorang pemilik modal tersebut
adalah Khadijah yang menawarkan kemitraan berdasarkan muḍarabah
(bagi hasil). dalam hal ini, Khadijah bertindak sebagai ṣaḥib al-māl
(pemilik modal) dan Nabi Muhammad saw. Sebagai muḍarib (pengelola).
Dengan demikian, nabi Muhammad saw. Memasuki dunia bisnis dan
perdagangan dengan cara menjalankan modal orang lain (investor), baik
dengan upah (fee based) maupun dengan sistem bagi hasil (profit sharing).
Berdasarkan paparan di atas, praktik investasi sudah ada sejak nabi
Muhammad saw., bahkan beliau secara langsung terjun dalam praktik
binis dan investasi. Beliau memberikan contoh bagaimana mengelola
investasi hingga mengasilkan keuntungan yang banyak. Hal ini tidak
terlepas dari pengalaman beliau yang lama sebagai pedagang dan
pengelola bisnis (muḍarib). Nabi saw.mempraktikkan bisnis dengansangat
profesional, tekun, ulet dan jujur serta tidak pernah ingkar janji kepada
pemilik modalnya (investor).
3. Peraturan perundang undangan
Landasan hukum investasi sebagai sumber hukumnya secara
umum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Sumber Hukum Materiil, yaitu tempat dari mana materi hukum
itu diambil dan merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum, seperti hubungan sosial, situasi ekonomi,
kondisi politik dan geografis dan sebagainya.

8
b) Sumber Hukum Formil, yaitu tempat memperoleh kekuatan
hukum yang berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan hukum formil itu berlaku, seperti undang-
undang, yurisprudensi dan sebagainya.

Selanjutnya sumber hukum formil investasi ini dibagi menjadi


2 macam, yaitu:

 Sumber hukum tertulis, yaitu tempat ditemukannya kaidah-


kaidah hukum investasi yang berasal dari sumber tertulis,
seperti peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
 Sumber hukum tidak tertulis, yaitu tempat ditemukannya
kaidah-kaidah hukum investasi yang berasal dari sumber tidak
tertulis, seperti hukum kebiasaan (hukum adat).

Beberapa sumber hukum investasi tertulis di antaranya :

 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman


modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah dengan
undang-undang Nomor 11 tahun 1970.
 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri yang diubah dan ditambah dengan
undang-undang Nomor 12 Tahun 1970.
 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang
persyaratan Pemilikan Saham dan Investor Penanaman Modal
asing.
 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang pemilikan
Saham Dalam Investor yang Didirikan Dalam rangka
Penanaman Modal Asing.
 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal yang menghapus Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. 10
C. Tujuan Investasi
10
Naili Rahmawati, manajemen investasi syariah. Sanabil, Mataram.2015. blm. 33-34

9
Investasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat baik secara individu, kelompok maupun negara diperlukan adanya
investasi.
1. Investasi untuk memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat akan barang
dan jasa.
Kelangsungan hidup manusia baik secara individu, kelompok
maupun negara membutuhkan syarat harus terpenuhi yaitu kebutuhan
minimal (fulfilling the minimum needs for the life). Untuk memenuhi
kebutuhan minimum manusia memerlukan berbagai macam barang
dan jasa, yang mana dalam pengadaannya membutuhkan tahapan serta
proses. Proses atau tahapan awal dari pengadaan barang dan jasa yang
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat dimasa mendatang,
adalah melakukan investasi dimasa sekarang. Tanpa adanya investasi
dimasa sekarang baik secara sukarela maupun terpaksa akan sulit
untuk membayangkan kebutuhan barang dan jasa untuk kelangsungan
hidup dimasa yang akan datang dapat terpenuhi.
2. Investasi untuk memenuhi keinginan (wants) masyarakat akan barang
dan Jasa.
Seiring dengan pekembangan zaman, peradaban manusia juga
akan semakin berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Dorongan daripada peningkatan kualitas hidup inilah
seperti halnya rekreasi, kemudahan dalam berbagai aktivitas yang
kemudian menghasilkan tuntutan baru selain kebutuhan minimal juga
tambahan tuntutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, yang mana
untuk memenuhinya dapat diperoleh dari kegiatan investasi.
Menurut Irham Fahmi dan Yovi LH, dalam bidang investasi kita
perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan.
c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.

10
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 11
3. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara
lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
4. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk
kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.
5. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui
pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.
6. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk
produk yang dihasilkan.
7. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang
sejenis.
8. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.12
D. Prinsip- Prinsip dalam Investasi Syariah
Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh
pelaku investasi (pihak terkait) adalah :
1. Tidak mencari rejeki pada hal haram, baik dari segi zatnya maupun
cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya dalam hal-hal yang
haram.
2. Tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida
5. Tidak ada unsur riba, maisir (perjudian/spekulasi), dan gharar
(ketidakjelasan/samar-samar).13

Sedangkan menurut Pontjowinoto (2003) dalam Huda dan Nasution


(2007), beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah sebagai berikut :

11
Amalia Nuril hidayati.2017.”Investasi: Analisis dan relevansinya dengan Ekonomi Islam”.
Jurnal ekonomi Islam . Vol. 8. No. 2.,hal.229.
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/malia/article/. 19 Mei 2021
12
Mudjiyono. Juni 2012. “investasi dalam saham dan obligasi dan meminimalisasi resiko
sekuritas pada pasar modal Indonesia”. Jurnal STIE Semarang. Vol.4. No.2. Hal.4.
https://media.neliti.com/media/publications/. 19 Mei 2021
13
Ibid., Hal 50

11
 Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan
menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang
memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.
 Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan di mana
fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya
beli suatu barang atau harta. Sedangkan manfaat atau keuntungan yang
ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli
dengan uang tersebut.
 Setiap transaksi harus transparan tidak menimbulkan kerugian atau unsur
penipuan di salah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
 Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan
risiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko.
 Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia
menanggung risiko.
 Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami yang tidak
mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta
menjaga lestarinya lingkungan hidup.14

Dari uraian tentang prinsip prinsip diatas dapat dipahami bahwa Islam
islam sangat menganjurkan investasi tapi bukan semua bidang usaha
diperbolehkan dalam berinvestasi. Aturan-aturan di atas menetapkan batasan-
batasan yang halal atau boleh dilakukan dan haram atau tidak boleh dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan manusia dari kegiatan yang
membahayakan masyarakat mengendalikan manusia dari kegiatan yang
membahayakan masyarakat.

Prinsip-prinsip di atas merupakan saripati dari sumber rujukan utama


yaitu Al-Qur’an dan Sunnah nabi Muhammad saw., yang kemudian
dielaborasi oleh para ulama agar mudah difahami dan diimplementasikan
dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Berdiri di atas asas tersebut prinsip
syariah yang diatur oleh fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) sebagai lembaga yang legal mengeluarkan fatwa terkait

14
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/

12
aktivitas ekonomi dan bisnis. Fatwa DSN-MUI mengatur berbagai macam
transaksi ekonomi, keuangan dan bisnis termasuk di dalamnya kegiatan
investasi agar sesuai dengan koridor syariah.15

E. Akad dalam Investasi


Akad dalam fikih klasik didefinisikan sebagai pertalian antara ijab dan
qabul yang dibenarkan oleh syariat dan memiliki konsekuensi hukum terhadap
objeknya (al-Zuhaily 1085). Sedangkan definisi akad dalam tulisan ini adalah
perjanjian atau kontrak tertulis antara para pihak yang memuat hak dan
kewajiban masing-masing pihak yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Terdapat banyak pilihan dan skema akad yang menunjang kegiatan
ekonomi, bisnis dan investasi baik di sektor riil maupun sektor non-riil,
perusahaan privat maupun publik, dan perusahaan swasta maupun perusahaan
milik pemerintah, di antaranya adalah:
1. Akad mushārakah atau shirkah (perkongsian), yaitu perjanjian (akad)
kerjasama antara dua pihak atau lebih (syarīk) dengan cara
menyertakan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk aset
lainnya untuk melakukan suatu usaha (Mas’adi 2002).
2. Muḍārabah/qirāḍ, yaitu perjanjian (akad) kerjasama antara pihak
pemilik modal (ṣāḥib al-māl) dan pihak pengelola usaha (muḍārib)
dengan cara pemilik modal (ṣāḥib al-māl) menyerahkan modal dan
pengelola usaha (muḍārib) mengelola modal tersebut dalam suatu
usaha (Suhendi 2010).
3. Ijārah (sewa/jasa), yaitu perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa
atau pemberi jasa (mu’jir) dan pihak penyewa atau pengguna
jasa(musta’jir) untuk memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu
objek ijarah, yang dapat berupa manfaat barang dan/atau jasa dalam
waktu tertentu, dengan pembayaran sewa dan/atau upah (ujrah) tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan objek Ijarah itu sendiri.
4. Kafālah adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin
(kafīl/guarantor) dan pihak yang dijamin (makfūl ‘anhu/aṣīl/orang

15
Ibid., Hal 351

13
yang berutang) untuk menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak lain (makfūl lahu/orang yang berpiutang).
5. Wakālah adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa
(muwakkil) dan pihak penerima kuasa (wakīl) dengan cara pihak
pemberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak penerima
kuasa (wakīl) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.

Tentunya, akad dalam dunia investasi tidak terbatas pada akad


yang dipaparkan di atas, namun masih banyak lagi akad yang dapat
diimplementasikan pada sektor bisnis dan investasi ini. Terlebih saaat
ini,perkembangan zaman sudah begitu cepat khususnya dalam sektor
investasi. Munculnya produk-produk baru di dunia bisnis mendorong para
pemangku kepentingan untuk berinovasi dan menkreasi desain akad-akad
syariah agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi zaman. Akad tunggal
seperti yang dipaparkan di atas dirasa tidak mampu lagi menjawab
permasalahan dunia bisnis, keuangan dan investasi. Karena itu,
dilakukanlah pengembangan dengan mengkombinasikan beberapa akad.
Inilah yang kemudian dinamakan multi akad atau hybrid contract(al-uqūd
al-murakkabah).

Beberapa akad jenis ini diakomodir dan mendapat legitimasi


hukum fatwa DSN MUI, seperti akad mushārakah mutanāqisah (MMQ),
akad ijārah muntahiya bi al-tamlīk (IMBT), ijārah mauṣūfah fī al-dhimmah
(IMFZ), akad wakālah bi al-ujrah, murābaḥah wa al-wakālah, akad kafālah
bi al-ujrah, ḥawālah wa al-wakālah, muḍarabah mushtarakah dan masih
banyak lagi akad-akad syariah lainnya. Multi akad dikembangkan dan
diakui di berbagai negara yang menerapkan sistem keuangan Islam. Hal
inilah yangmembedakan bisnis Islam dengan model keuangan lainnya,
dimana inovasi dan kreasi produk sangat diapresiasi. Pada akhirnya
perkembangan produk bisnis menjadi banyak, menyerap banyak tenaga
kerja, menciptakan banyak lapangan usaha, dan memberikan kemaslahatan
bagi perekonomian nasional dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip
syariah dalam transaksi, bisnis,dan investasi.16
16
Ibid., Hal 353-355

14
F. Perbedaan Investasi Syariah dan Konvensional
Perbedaan Investasi syariah dan konvensional antara lain dapat ditinjau
dari beberapa aspek , yaitu :
1. Tujuan
Dalam investasi syariah bukan hanya memikirkan return yang
akan diperoleh namun juga bertanggung jawab secara sosial. Berbeda
dengan investasi konvensional yang hanya mencari keuntungan
setinggi-tingginya.
2. Pengelolaan
Dalam investasi syariah masih perlu dilakukan screening yang
sesuai dengan syariat Islam. Produk investasi syariah juga harus
terdaftar dalam efek syariah/ DES. Selain itu, reksa dana syariah tidak
akan berinvestasi dengan perusahaan yang melarang prinsip syariah,
sehingga keuntungan yang didapatkan pasti halal. Berbeda dengan
investasi konvensional yang tidak memperhatikan prinsip syariah dan
tanpa proses screening. Dalam investasi konvensional juga tidak
terlalu memilih perusahaan yang akan melakukan bisnis investasi.
3. Return/hasil investasi
Dalam investasi syariah masih akan dilakukan pemilahan
perusahaan, apakah penghasilan bisnis tersebut Halal atau haram. Jika
perusahaan tersebut belum pasti halal atau haramnya maka akan
dibersihkan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menyisihkan
sebagian investasi dan keuntungan halal untuk disumbangkan sebagai
amal. Proses ini biasanya disebut dengan cleansing. Sedangkan dalam
investasi konvensional tidak perlu dilakukan cleansing. Yang
terpenting perusahaan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan Investasi
yang dibuat oleh otoritas jasa keuangan.
4. Pengawasan
Dalam melakukan bisnis investasi Syariah, perusahaan akan
diawasi oleh dewan pengawas Syariah. DPS bertugas dan bertanggung
jawab untuk mengawasi dan memastikan bahwa perusahaan tersebut
melakukan pengelolaan sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan

15
investasi konvensional diawasi oleh otoritas jasa keuangan yang akan
disesuaikan dengan mekanisme pasar dan faktor lain sesuai kondisi
perekonomian.
5. Akad
Akad Syariah bisa berupa akad kerjasama, sewa menyewa, atau
bagi hasil. Investasi Syariah akan tetap berjalan selama sesuai dengan
prinsip syariah. Tidak seperti investasi konvensional yang tidak
mengenal akad. Investasi ini akan melakukan kerjasama tanpa perlu
memperhatikan halal atau haram.
6. Transaksi
Perbedaan lainnya dari kedua investasi ini adalah cara
membagi keuntungan. Pada redoks sana konvensional pembagian
keuntungan antara manajer investasi dan investor dilakukan dengan
melihat perkembangan tingkat suku bunga. Sedangkan dalam
redaksiana syariah pembagian keuntungan dihitung berdasarkan syariat
Islam dan kesepakatan bersama. Dan yang jelas tidak boleh
mengandung unsur gharar seperti riba, najsy, ikhtikar,dan maysir.17

17
https://zirka.id/blog/perbedaan-investasi-syariah/

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Investasi Merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya


lainnya yang Dilakukan dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dan
kemaslahatan di masa yang akan datang. Investasi merupakan kegiatan yang
Sangat dianjurkan dalam Islam bahkan benih dasarnya sudah ada di dalam
AlQur’an (QS. Al-Baqarah [2]: 261; QS. Al-Nisa [4]: 9; QS. Yusuf [12]: 46-49;
QS.Luqman [31]: 34 dan QS. Al-Hasyr [59]: 18) dan diperkuat oleh sunnah nabi
Muhammad saw. Yang pernah menjadi mitra investor sekaligus pelaku bisnis.

B. Saran

Demikian Makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua

17
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Nuril Hidayati. 2017. Investasi: Analisis Dan Relevansinya Dengan
3konomi Islam.Malia: Jurnal ekonomi islam. Vol.8. No.2
Elif Pardiansyah.2017. Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam : Pendekatan
Teoritis dan Empiris. Economica: Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 8. No.2
https://abdulhalimblog.wordpress.com/
http://lib.ui.ac.id/file
https://zirka.id/blog/perbedaan-investasi -syariah/
Mardhiyah Hayati.2016. Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Ekonomika. Vol.1. No.1
Mudjiyono. 2012.Investasi Dalam Saham Dan Obligasi Dan Meminimalisasi
Resiko Sekuritas Pada Pasar Modal Indonesia. Jurnal STIE Semarang. Vol.4.
No.2
Rahmawati, naili. 2015. Manajemen investasi syariah. Mataram :CV. Sanabil.
Sakinah. 2014. Investasi dalam islam.iqtishadia. Vol. 1. No.2
Syarifuddin ,ferry, dkk.2020. Ekonomi Moneter Islam :suatu pengantar. Depok
raja wali press.
Trisno Wardy putra. 2018. Investasi dalam ekonomi islam. Jurnal Ulumul Syar
i.vol 7. No. 2

18

Anda mungkin juga menyukai