Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS RISIKO INVESTASI di PASAR MODAL SYARIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Nur Dinah Fauziah, M.E.

Disusun Oleh : Siti Mujayanah (2017002290029)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM

2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Karena atas rahmat, dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Manajemen Risiko Keuangan
Syariah .

Kami mohon maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang kami perbuat baik sengaja
maupun tidak sengaja dan kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah
kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini tidak
mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari teman-teman sekalian

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan berharap makalah ini bisa bermanfaat
bagi semua yang membacanya. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk serta rahmat-Nya
kepada kita semua.

Mojokerto, 23 Agustus 2019

Penulis

2
Daftar Isi

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

1. Pengertian Investasi ................................................................................................ 5


2. Jenis-jenis Investasi ................................................................................................ 6
3. Dasar Hukum Investasi ........................................................................................... 8
4. Pasar Modal Syariah ............................................................................................... 12
5. Produk Pasar Modal Syariah ................................................................................... 13
6. Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal yang Efisien ............................................... 16
7. Konsep Pasar Modal ............................................................................................... 17
8. Resiko Investasi di Pasar Modal Syariah ................................................................ 18

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 24

A. Kesimpulan .................................................................................................... 24
B. Saran .................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk
membiayai kegiatan usahanya. Selain itu pasar modal juga merupakan suatu usaha
penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan menanamkan dana kedalam
perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah
sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu
perusahaan emiten. Hadirnya lembaga pasar modal syariah di indonesia menambah
deretan alternatif bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat
untuk melakukan berinvestasi untuk menanamkan dananya Tulisan ini berusaha
memaparkan bagaimana perkembangan investasi di pasar modal syariah, disamping itu
tulisan ini mencoba menguraikan beberapa resiko, jenis-jenis dan pengertian investasi
dan pasar modal.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Investasi?
2. Sebut dan jelaskan Jenis-jenis Investasi?
3. Apa Dasar Hukum Investasi ?
4. Jelaskan yang dimaksud Pasar Modal Syariah?
5. Apa saja Produk Pasar Modal syariah?
6. Bagaimana Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien?
7. Bagaimana Konsep Pasar Modal?
8. Apa saja Resiko Investasi di Pasar Modal ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Investasi
2. Mengetahui Jenis-jenis Investasi
3. Mengetahui Dasar Hukum Investasi
4. Mengetahui Pasar Modal Syariah
5. Memahami Produk Pasar Modal syariah
6. Mengetahui Bagaimana Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien
7. Mengetahui Bagaimana Konsep Pasar Modal
8. Mengetahui Resiko Investasi di Pasar Modal
4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.
Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan dana
pada sektor rill (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun asset finansial (deposito,
saham atau obligasi), merupakan aktifitas yang umum di lakukan.
Menurur Jogiyanto, investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efesien selam periode waktu tertentu.
Sedangkan menurut Menurut Sukirno kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat
secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni
(1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga
kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta
kesempatan kerja;
(2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas
produksi;

(3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. 1

Kegiatan investasi sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki manfaat dan dampak yang
luas bagi perekonomian suatu negara. Namun demikian, secara prinsip, Islam memberikan
panduan dan batasan yang jelas mengenai sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh dimasuki
investasi. Tidak semua investasi yang diakui hukum positif, diakui pula oleh syariat Islam. Oleh
sebab itu, agar investasi tersebut tidak bertentangan, maka harus memperhatikan dan
memperhitungkan berbagai aspek, sehingga hasil yang didapat sesuai dengan prinsip syariah.

1
SS Pangestu. 2017. Landasan Teori di http://repository.radenintan.ac.id/1128/3/BAB_II.pdf (di akses tanggal 23
Agustus 2019)

5
Berikut ini adalah beberapa aspek yang harus dimiliki dalam berinvestasi menurut perspektif
Islam (Chair 2015):

1. Aspek material atau finansial. Artinya suatu bentuk investasi hendaknya menghasilkan
manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.
2. Aspek kehalalan. Artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang maupun
prosedur yang subhat atau haram. Suatu bentuk investasi yang tidak halal hanya akan
membawa pelakunya kepada kesesatan serta sikap dan perilaku destruktif (ḍarūrah)
secara individu maupun sosial.
3. Aspek sosial dan lingkungan. Artinya suatu bentuk investasi hendaknya memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat banyak dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi
saat ini maupun yang akan datang.
4. Aspek pengharapan kepada rida Allah. Artinya suatu bentuk investasi tertentu dipilih
adalah dalam rangka mencapai rida Allah.

2. Jenis-jenis Investasi
Pada dasarnya investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi pada asset
finansial dan investasi pada asset rill. Investasi pada asset finansial dapat dibagi menjadi
dua, yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.
a. Investasi langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
yang dapat diperjual belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan. Investasi
langsung juga dapat dilakukak dengan membeli aktiva yang tidak diperjual belikan,
biasanya diperoleh dari bank komersial. Aktiva ini dapat berupa tabungan dan sertifikat
deposito.
b. Investasi tidak langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli surat berharga
dari perusahaan investasi, seperti reksadana.2
Untuk investasi jenis pertama diperlukan langkah yang cermat penuh perhitungan,
keberanian mengambil risiko (risk taker), kehati-hatian dan sikap profesionalisme dalam
mengelola suatu kegiatan usaha. Sedangkan investasi jenis kedua (sektor non-riil)

2
Ibid, hal. 17

6
risikonya tidak sebesar sektor rill, walau demikian tetap memerlukan perhitungan dan
strategi yang matang agar terhindar dari kerugian yang besar. Berikut adalah gambaran
keuntungan dan kemungkinan rugi investasi pada sektor rill dan non-riil.

Gambar 1. di atas sebagai gambaran perbandingan tingkat keuntungan (return)


dan risiko (risk) dalam berinvestasi. Hal ini menunjukan, semakin tinggi keuntungan
(return) dari investasi yang didapat maka akan berbanding lurus dengan risiko kerugian
investasi. Begitupun sebaliknya, semakin rendah risiko ditanggung akan berbanding lurus
dengan keuntungan didapat. Sektor rill bisa dikatakan sebagai lahan memperoleh
keuntungan tinggi namun demikian risiko ruginya pun tinggi, sehingga tidak semua orang
mampu bertahan dan mau terjun kepada jenis investasi sektor ini. 3

Menurut Sadono (2004:108), jenis-jenis investasi terbagi atas dua yaitu :

1. Investasi yang terdorong yaitu investasi yang tidak diadakan akibat penambahan
permintaan, pertambahan permintaan yang diakibatkan pertambahan pendaptan.

3
E Pardiansyah. 2017. Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam di
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/download/1920/1573 (di akses tanggal 23 Agustus 2019)

7
2. Investasi otonomi yaitu investasi yang dilaksanakan atau diadakan secara bebas,
artinya investasi yang diadakan bukan karena pertambahan permintaan efektif. Jenis-jenis
investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam “Standar Akuntansi Keuangan”
(2009:13.02) yaitu :
1. Investasi Lancar
Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan untuk dimiliki
selama setahun atau kurang.
2. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar.
3. Mempertahankan Investasi Properti
Properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan oleh
perusahaan yang berinvestasi.
4. Investasi Dagang
Investasi dagang adalah investasi yang ditunjuk untuk mempermudah atau
mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan.

3. Dasar Hukum Investasi

Dalam Islam Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalam ajaran Islam
sumber daya (harta) yang ada tidak hanya disimpan tetapi harus diproduktifkan, sehingga
bisa memberikan manfaat kepada umat (Hidayat 2011). Hal ini berdasarkan firman Allah
swt.:

“supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kalian”. (QS. al-Hasyr [59]: 7)

Oleh sebab itu dasar pijakan dari aktivitas ekonomi termasuk investasi adalah Al-
Qur’an dan hadis Nabi saw. Selain itu, karena investasi merupakan bagian dari aktivitas
ekonomi (muamalah māliyah), sehingga berlaku kaidah fikih, muamalah, yaitu “pada
dasarnya semua bentuk muamalah termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi adalah boleh

8
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”(Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000).

a) Investasi Menurut Al-Qur’an

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Ayat ini secara implisit memberikan informasi akan pentingnya berinvestasi,


dimana ayat itu menyampaikan betapa beruntungnya orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah. Orang yang kaya secara financial (keuangan) kemudian menginfakkan
hartanya untuk pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu melalui usaha produktif,
maka sesungguhnya dia sudah menolong ribuan, bahkan ratusan ribu orang miskin untuk
berproduktif ke arah yang lebih baik lagi (Yuliana 2010).

b. QS. al-Hasyr [59]: 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.”

Ayat ini secara ekplisit memerintahkan manusia untuk selalu berinvestasi baik
dalam bentuk ibadah maupun kegiatan muamalah māliyah untuk bekalnya di akhirat
nanti. Investasi adalah bagian dari muamalah māliyah, sehingga kegiatannya
mengandung pahala dan bernilai ibadah bila diniatkan dan dilaksanakan sesuai dengan
prinsip syariah.

9
Berdasarkan uraian ayat-ayat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Islam
memandang investasi sebagai hal yang sangat penting sebagai langkah atisipatif terhadap
kejadian di masa depan. Seruan bagi orang-orang yang beriman untuk mempersiapkan
diri (antisipasi) di hari esok mengindikasikan bahwa segala sesuatunya harus disiapkan
dengan penuh perhitungan dan kecermatan. Dalam perspektif ekonomi, hari esok dalam
ayat-ayat di atas bisa dimaknai sebagai masa depan (future). 4

b) Investasi Menurut As-sunnah

Menurut catatan sejarah, saat masih kecil nabi Muhammad saw. pernah
mengembala ternak penduduk Mekkah. Nabi saw. pernah berkata kepada para sahabatnya
“semua nabi pernah menggembala”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana denganmu,
wahai Rasulallah?” Beliau menjawab, “Allah swt.tidak mengutus seorang nabi melainkan
dia pernah menggembala ternak”. Para sahabat kemudian bertanya lagi, “Engkau sendiri
bagaimana wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku dulu menggembala kambing
penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirāṭ” (Antonio 2007).

Profesi berdagang nabi saw. dimulai sejak beliau berusia 12 tahun, ketika ikut
magang (internship) kepada pamannya untuk berdagang ke Syiria (Antonio 2007). Ketika
muda, nabi saw. pernah juga mengelola perdagangan milik seseorang (investor) dengan
mendapatkan upah dalam bentuk unta (Afzalurrahman 2000). Karir profesional nabi saw.
dimulai sejak Muhammad muda dipercaya menerima modal dari para investor yaitu para
janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup mengelola sendiri harta mereka.
Mereka menyambut baik seseorang untuk menjalankan bisnis dengan uang atau modal
yang mereka miliki berdasarkan kerjasama muḍarabah (bagi hasil) (Antonio 2007). Nabi
Muhammad saw. dalam menjalankan bisnisnya senantiasa memperkaya dirinya dengan
kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifatsifat mulia lainnya, sampai dijuluki
sebagai orang yang terpercaya (al-amīn).

Para pemilik modal di Mekkah semakin banyak yang membuka peluang


kemitraan dengan nabi saw. salah seorang pemilik modal tersebut adalah Khadijah yang

4
Ibid, hal. 344.

10
menawarkan kemitraan berdasarkan muḍarabah (bagi hasil). Dalam hal ini, Khadijah
bertindak sebagai ṣaḥib al-māl (pemilik modal) dan nabi Muhammad saw. sebagai
muḍarib (pengelola) (Antonio 2007). Bahkan sebelum menikah, beliau diangkat menjadi
manajer perdagangan Khadijah ke pusat perdagangan Habashah di Yaman dan 4 kali
memimpin ekspedisi perdagangan ke Syria dan Jorash di Yordania (Afzalurrahman 2000).
Dengan demikian, nabi Muhammad saw. memasuki dunia bisnis dan perdagangan
dengan cara menjalankan modal orang lain (investor), baik dengan upah (fee based)
maupun dengan sistem bagi hasil (profit sharing) (Antonio 2007). Profesi ini kurang lebih
bertahan selama 25 tahun, angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan Muhammad
saw. yang berlangsung selama kurang lebih 23 tahun (Antonio 2007). Salah satu hadis
beliau yang masyhur mengenai investasi dan perserikatan adalah:

“Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman: Aku
menjadi orang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari mereka
tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari
(persekutuan) mereka (HR. Abu Dawud dan dinilai shahih oleh al-Hakim).

Berdasarkan paparan di atas, praktik investasi sudah ada sejak nabi Muhammad
saw., bahkan beliau secara langsung terjun dalam praktik binis dan investasi. Beliau
memberikan contoh bagaimana mengelola investasi hingga mengasilkan keuntungan
yang banyak. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman beliau yang lama sebagai pedagang
dan pengelola bisnis (muḍarib). Nabi saw.mempraktikkan bisnis dengansangat
profesional, tekun, ulet dan jujur serta tidak pernah ingkar janji kepada pemilik modalnya
(investor). Kegiatan investasi juga dipraktikkan di jaman amirul mukminin, Umar bin
Khattab dimana ia pernah berkata, “Siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia
menginvestasikannya dan siapa yang memiliki tanah hendaklah ia menanaminya
(mengelolanya)” (Hidayat 2011). Oleh sebab itu, investasi dalam ajaran Islam tidak
dilarang, bahkan dianjurkan supaya memberikan dampak dan manfaat yang luas dengan
terciptanya lapangan pekerjaan dan lapangan usaha baru.

11
4. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsi-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti : riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar modal
syariah secara prinsip berbeda dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instriumen
syraiah sudah digulirkan di pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan
obligasi dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah.

Pertumbuhan pesat perbankan syariah dan asuransi syariah mendorong kebutuhan


pasar akan perlunya produk yang mampu mengatasi masalah likuiditas lembaga
keuangan syariah. Potensi pasar modal syariah yang besar dilihat dari jumlah industri dan
investor potensial di Indoensia, serta daya tarrik sendiri bagi pengembangan produk
syariah di pasar modal. Selain itu, kemerosotan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional
pascakrisis global 1998 juga berimbas ke sektor pasar modal selaku subsistem dari
perekonomian nasional Indonesia. Situasi ini mendorong regulator mulai
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip syariah pada produk pasar modal sebagai
alternatif instrumen dalam kegiatan pasar modal di Indonesia. Dasar pemikiran
mengembangkan wacana investasi syariah keuangan melalui pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah berawal dari besarnya peningkatan akumulasi kapital
di kalangan umat Islam, baik dalam maupun luar negeri. Adapun negara yang pertama
kali memperkenalkan penerapan prinsip syariah dibidang pasar modal adalah Jordan dan
Pakistan. Karena pemerintah Pakistan pada tahun 1980 telah menerbitkan The Madarabas
Company dan Madarabas Ordinance. Sedangkan pada tahun 1978, pemerintah Jordan
melalui Law No. 13 Tahun 1978, telah mengizinkan Jordan Islamic Bank untuk
menerbitkan Muqaradah Bond. Izin penerbitan Muqarabah Bond Act pada tahun 1981.15
Investasi syarih d sektor keuangan telah tumbuh secara signifikan lewat pengembangan
inovasi produk yang tidak terbatas pada produk konvensional seperti instrumen
berpendapat tetap, derivatif, dan struktur reksadana yang memenuhi kriteria syariah
(sharing compliant). Produk yang memenuhi kriteria syariah terbukti telah menarik
investor nonMuslim dan menawarkan banyak kesempatan bahkan bagi lembaga
keuangan nonIslam di berbagai belahan dunia

12
Realitas ada yang tidak sesuai dengan ajaran syariah di pasar modal, mendorong
adanya kebutuhan untuk mengevaluasi praktik pasar modal konvensional untuk
mengidentifikasi praktik mana yang perlu direformasi dari sudut pandang Islam dan
praktik mana yang dapat diterima. Selain itu, pengembangan instrumen keuangan yang
ketentuan persyaratannya tidak bertentangan dengan syariah Islam merupakan
persyaratan pertama dan paling utama dalam evolusi pasar modal syariah.

5. Produk Pasar Modal syariah


A. Saham Syariah

Merupakan efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
di Pasar Modal. Definisi saham dalam konteks saham syariah merujuk kepada definisi
saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan OJK lainnya.
Ada dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Pertama, saham yang
dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK Nomor
35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua adalah
saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik syariah
berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.

Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang
tercatat di BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang
diterbitkan oleh OJK secara berkala, setiap bulan Mei dan November. Saat ini, kriteria
seleksi saham syariah oleh OJK adalah sebagai berikut;

1. Emiten tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:


a. perjudian dan permainan yang tergolong judi;

b. perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:


- perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
- perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
c. jasa keuangan ribawi, antara lain:
- bank berbasis bunga;
- perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
d. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara

13
lain asuransi konvensional;
e. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan antara lain:
- barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
- barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN
MUI;
- barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat;
f. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah); dan

2. Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut


a. total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45% (empat
puluh lima per seratus); atau
b. total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total
pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus);
B. SUKUK

Sukuk adalah efek berbentuk sekuritisasi aset yang memenuhi prinsip-prinsip syariah
di pasar modal. Berdasarkan penerbitnya, sukuk terdiri dari dua jenis:

1. sukuk negara adalah sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia


berdasarkan Undang-undang No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN), dan
2. sukuk korporasi adalah sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan, baik perusahaan
swasta maupun Badan Umum Milik Negara (BUMN), berdasarkan peraturan OJK
No. 18/POJK.04/2005 tentang penerbitan dan persyaratan sukuk.

Dalam hal sukuk diterbitkan oleh pihak korporasi, maka aset yang menjadi dasar
penerbitan sukuk tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di Pasar Modal yang
terdiri atas:

1. Aset berwujud tertentu (a’yan maujudat);


2. Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul a’yan) tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada;
3. Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada;
4. Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ mu’ayyan); dan/atau
5. Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah).

14
C. REKSA DANA SYARIAH

Reksa dana syariah menurut POJK. No 19/POJK.04/2015 adalah Reksa dana


sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar
Modal. Berdasarkan definisi tersebut, maka setiap jenis reksa dana dapat diterbitkan
sebagai reksa dana syariah sepanjang memenui prinsip-prinsip syariah, termasuk aset
yang mendasari penerbitannya.

Reksa dana syariah dianggap memenuhi prinsip syariah di pasar modal


apabila akad, cara pengelolaan, dan portofolionya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah di pasar modal sebagaimana diatur dalam peraturan OJK tentang Penerapan
Prinsip Syariah di Pasar Modal.

D. EXCHANGE TRADED FUND (ETF) SYARIAH

ETF syariah atau Exchange Traded Fund syariah adalah salah satu bentuk dari
reksa dana yang memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal dimana unit
penyertaannya dicatatkan dan ditransaksikan seperti saham syariah di Bursa Efek. Karena
berbentuk reksa dana maka penerbitannya harus memenuhi peraturan OJK No.
19/POJK.14/2015 tentang penerbitan dan persyaratan reksa dana syariah. Agar pada saat
transaksi memenuhi prinsip-prinsip syariah maka investor yang akan melakukan jual beli
ETF syariah harus melalui anggota bursa yang memiliki Syariah Online Trading
System (SOTS).

E. EFEK BERAGUN ASET (EBA) SYARIAH

Berdasarkan peraturan OJK No. 20/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan


Persyaratan Efek Beragun Aset Syariah, Efek beragun aset syariah (EBA syariah) yang
diterbitkan di pasar modal Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. EBA syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif antara manajer investasi dan bank
kustodian (KIK-EBAS) adalah efek beragun aset yang portofolio (terdiri dari aset
keuangan berupa piutang, pembiayaan atau aset keuangan lainnya), akad dan cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
2. EBA syariah berbentuk surat partisipasi (EBAS-SP) adalah Efek Beragun Aset
Syariah yang diterbitkan oleh penerbit yang akad dan portofolionya (berupa kumpulan
piutang atau pembiayaan pemilikan rumah) tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah

15
di Pasar Modal serta merupakan bukti kepemilikan secara proporsional yang dimiliki
bersama oleh sekumpulan pemegang EBAS-SP.

F. DANA INVESTASI REAL ESTAT (DIRE) SYARIAH

Berdasarkan peraturan OJK No. 30/POJK.04/2016 tentang Dana Investasi Real


Estat Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif, yang di maksud dengan Dana
Investasi Real Estat Syariah (DIRE Syariah) adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset
real estat, aset yang berkaitan dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal.

DIRE Syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dikatakan memenuhi prinsip


syariah di pasar modal jika akad, cara pengelolaan dan aset real estat, aset yang berkaitan
dengan real estat, dan/atau kas dan setara kas, tidak bertentangan dengan prinsip syariah
di pasar modal sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK tentang Penerapan Prinsip
Syariah di Pasar Modal.

6. Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien


Pasar modal yang efisien merupakan suatu bentuk pasar yang terdiri dari banyak
penjual dan pembeli yang saling berinteraksi di dalamnya dan memiliki karakter yang
bersifat bebas (free market), di mana cukup mudah bagi para investor baru untuk masuk
dan mengadakan transaksi dan sebaliknya, juga cukup mudah bagi lainnya untuk
meninggalkan pasar setiap saat. Beberapa aspek tambahan lainnya yang merupakan
syarat utama terbentuknya suatu pasar modal yang efisien adalah aspek-aspek : a.
Ketersediaan dan penyebaran informasi Informasi tersedia bagi masyarakat secara bebas
dan relatif tanpa biaya. Pentingnya ketersediaan dan penyebaran informasi ini disebabkan
oleh investor membutuhkan informasi terkait secara cepat dan terus menerus untuk
melakukan penilaian harga saham, sehingga informasi tersebut dapat dengan segera
tercermin pada harga saham. b. Harga saham berfluktuasi bebas Harga saham tidak dapat
dikendalikan oleh penjual dan pembeli di pasar modal. Investor individu tidak cukup kuat
untuk mempengaruhi pergerakan harga saham. Ada beberapa investor institusi yang
cukup kuat mempengaruhi harga. Investor ini dikendalikan melalui peraturan pasar
modal sehingga tidak dapat melakukan manipulasi harga c. Terdapat analis investasi
dalam jumlah besar di pasar modal Dikenal adanya dua tipe analis investasi yang

16
membantu terjadinya perubahan harga saham secara acak di pasar modal Pertama, para
analis fundamental berusaha mempelajari kondisi perekonomian secara umum. Kedua,
para analis teknikal yang berusaha mempelajari pergerakan harga saham di masa lalu dan
mencari suatu pola-pola tertentu dari perubahan harga di masa lalu tersebut. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa semakin banyak analisis investasi dan maraknya
persaingan antar mereka akan membuat pasar modal setiap saat menunjukkan harga
saham yang mencerminkan semua informasi yang relevan.
7. Konsep Pasar Modal

Setiap perusahaan membutuhkan pasar keuangan atau financial market untuk


mendukung sumber dananya. Pasar keuangan terdiri dari pasar uang (money market) dan
pasar modal (capital market). Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar di mana-
mana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka
panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga.
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1548/KMK/1990 tentang Peraturan, pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalam adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik
yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.
Pengertian bursa efek atau stoc exchange adalah suatu sistim terorganisir yang
mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung
maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas
pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan
penawaran. Konsep pasar modal yang efisien (efficient capital markets) merupakan tema
yang dominan di kalangan akademisi sejak tahun 1960an. Menurut Blake (1990: 243)
istilah pasar modal yang efisien memiliki beberapa konsep yang berbeda yaitu

:(1) Efisiensi secara alokasi (allocatively efficient);

(2) Efisiensi secara operasional (operationally efficient) dan

17
(3) Efisiensi secara informasi (informationally efficient) yaitu suatu pasar
dikatakan efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan sepenuhnya
merefleksikan semua informasi yang tersedia. Walaupun terdapat beberapa konsep pasar
efisien, istilah pasar efisien pada umumnya hanya dikaitkan dengan salah satu dari tiga
konsep tersebut, yaitu efisiensi secara informasi (informationally efficient). Adapun
tujuan pasar modal di Indonesia yaitu:

a. Mempercepat tujuan perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam kepemilikan


saham perusahaan,

b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan pemilikan saham,

c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan


dana untuk digunakan secara produktif.

8. Resiko Investasi di Pasar Modal Syariah

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan jajaran Bursa Efek Indonesia Kantor
Perwakilan Sumatera Utara. Memperoleh hasil pembahasan yakni : Pada masa sekarang
ini pasar modal syariah telah menjadi salah satu sarana investasi yang banyak dilirik
masyarakat muslim sebagai salah satu sarana investasi yang dikira layak dan aman
memberikan keyakinan pada masyarakat Muslim untuk menginvestasikan harta yang
dimiliki. Karena pada kenyataannya sendiri tidak hanya Nasabah Muslim yang tertarik
dengan pasar modal syariah nasabah non-muslim kemudian ikut melirik dan masuk
dalam pasar modal berbasis syariah ini. Tidak hanya itu, investor asing yang
menanamkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia juga ikut melirik pasar modal syariah.
Karena Bursa Efek Indonedia juga melakukan audiensi dan sosialisasi terkait pasar modal
syariah yang tidak kalah besarnya dengan pasar modal konvensional. Hal ini dapat dilihat
dari bertambahnya rekening syariah setiap tahunnya dan peningkatan reutrn saham
syariah yang semakin baik tiap tahunnya

Pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana


Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada tahun 1997. Selanjutnya, BEI
berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta

18
Islamic Index (JII) pada tahun 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para
pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai
dengan prinsip syariah. Agar saham-saham yang masuk ke dalam JII tersebut merupakan
saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah, maka diperlukan suatu institusi dan
peraturan yang jelas untuk menjamin bahwa saham tersebut telah sesuai dengan prinsip
syariah. Oleh karena itu, pada tahun 2003 dilakukanlah penandatanganan MOU antara
Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) sebagai
institusi yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah untuk mengembangkan
pasar modal berbasis syariah di Indonesia (Adrian Sutedi, 2011: 4). Jika dilihat
perkembangan pasar modal sampai tahun 2013 jumlah emiten yang listing di BEI
sebanyak 480 perusahaan dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp.4.512.714 triliun.
Sementara berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) terdapat 309 saham yang sesuai
dengan prinsip syariah (www.idx.co.id). Banyaknya jumlah saham yang masuk dalam
DES menjadikan pilihan bagi investor untuk memilih lebih banyak saham-saham syariah
dalam menanamkan modalnya. Meskipun pertumbuhan pasar modal syariah cukup
menggembirakan, namun ekspos pasar modal syariah masih minim. Kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai pasar modal syariah menjadi keraguan bagi investor
untuk menanamkan modalnya pada pasar modal. Hal ini dikarenakan adanya praktik
kegiatan di pasar modal yang mengandung unsur spekulasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan mengenai pasar modal syariah, baik dari konsep dan prinsip, serta
mekanisme perdagangannya.

Untuk melakukan pengawasan atas hal-hal yang dilarang pasa pasar modal
syariah, Bursa Efek Indonesia yang bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional
berusaha untuk menciptakan tenaga kerja yang kiranya mampu untuk menjadi pengawas
serta pedagang yang tanggap tentang saham syariah. Untuk itu, Bursa Efek Indonesia
juga menganggap penting adanya lisesnsi khusus yang dikeluarkan untuk setiap Anggota
Bursa, baik Broker dan maupun Analis agar lebih memahami pasar modal syariah dan
diharapkan dapat memberikan kenyakinan dan pelayanan tentang saham syariah yang
lebih mendalam pada nasabah yang memilih berinvestasi di saham syariah

19
Untuk mengawasi emiten dan efek syariah dalam pasar modal syariah, maka
Mejelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) yang mempunyai tugas dan wewenang mengeluarkan fatwa atas
jenis-jenis kegiatan keuangan, produk, dan jasa keuangan. Dalam rangka pengembangan
pasar modal berbasis syariah di Indonesia, sampai saat ini DSN-MUI telah menerbitkan
fatwa-fatwa terkait pasar modal berbasis syariah, yaitu:

a. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


5/DSNMUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


7/DSNMUI/IV/2000 tentang pembiayaan Mudharabah (Qiradh);

c. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


8/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah;

d. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


9/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah;

e. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


10/DSNMUI/IV/2000 tentang Wakalah;

f. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


11/DSNMUI/IV/2000 tentang Kafalah;

g. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


20/DSNMUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah;

h. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


32/DSNMUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;

i. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


33/DSNMUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah;

20
j. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
40/DSNMUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal;

k. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


41/DSNMUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah;

l. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.


50/DSNMUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Mustarakah;

Emiten atau perusahaan publik yang memenuhi prinsip syariah harus menyatakan
dalam kegiatan usahanya bahwa tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Sementara,
emiten dan perusahaan publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, namun memenuhi kriteria produk syariah, maka
termasuk juga ke dalam golongan saham syariah. Adapun kriteria bagi emiten dan
perusahaan publik tersebut adalah tidak melakukan kegiatan usaha seperti perjudian dan
permainan yang tergolong judi, perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa, perdagangan dengan penawaran/ permintaan palsu, bank berbasis bunga,
perusahaan pembiayaan berbasis bunga, jual beli risiko yang mengandung unsur
ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir) seperti asuransi konvensional. Emiten dan
perusahaan publik yang kegiatan usahanya memproduksi, mendistribusikan,
memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau jasa yang haram zatnya (haram li-
dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan
oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat, dan
melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah). Selain itu, emiten atau
perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah wajib menandatangani dan
memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas Efek Syariah yang
dikeluarkan, serta wajib menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsipprinsip
Syariah dan memiliki Shariah Compliance Officer. Shariah Compliance Officer (SCO)
adalah pihak atau pejabat dari suatu perusahaan atau lembaga yang telah mendapat

21
sertifikasi dari DSN-MUI dalam pemahaman mengenai prinsipprinsip Syariah di pasar
modal.5

Memprediksi risiko dalam investasi merupakan hal yang cukup kompleks. Resiko
investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Menurut Hartono dan Harjito (2002) bahwa
resiko-resiko yang mungkin dihadapi investor tersebut antara lain:

1. Risiko daya beli (purchasing power risk) Risiko ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil

2. Risiko bisnis (business risk) Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya
kemampuan perusahaan memperoleh laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula
kemampuan perusahaan membayar bunga dan deviden.

3. Risiko tingkat bunga Naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga
surat-surat berharga, sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.

4. Risiko pasar (market risk) Apabila pasar bergairah (bulish) pada umumnya
harga saham akan mengalami kenaikan, tetapi bila pasar lesu (bearish) maka harga
cenderung turun. 5. Risiko likuiditas (liquidity risk) Risiko ini berkaitan dengan
kemampuan suatu surat berharga untuk segera diperjualbelikan tanpa mengalami
kerugian yang berarti. Risiko tidak bisa dihindari, dan pada umumnya risiko muncul dari
tiga kemungkinan, (Brigham dan Houston, 2004):

a. Besarnya investasi Suatu investasi yang besar lebih baik dibanding investasi
kecil, terutama dari unsur kegagalannya. Apabila proyek dengan investasi besar gagal,
maka kegagalannya bisa mengakibatkan perusahaan menjadi bangkrut, sedang investasi
kecil mempunyai risiko yang kecil, artinya tidak terlalu banyak menggangu opersional
perusahaan secara keseluruhan.

5
A Nurlita. 2015.INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAHDALAM KAJIAN ISLAM di http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/download/806/766. (di akses tanggal 23 Agustus 2019)

22
b. Penanaman kembali dari Cashflow Apakah perusahaan akan menerima proyek
investasi dengan 24% selama 2 tahun atau yang mendatangkan keuntungan 20% selama 4
tahun?. Jawabannya adalah seberapa besar kemungkinan hasil dari penanaman kembali
investasi dengan hasil 24%. Apabila risiko dari penanaman kembali proyek pertama
tersebut besar, maka proyek dengan hasil 20% lebih diutamakan.

c. Penyimpangan dari cashflow Seperti diuraikan di atas bahwa cashflow


perusahaan didapat dari penerimaan keuntungan di masa yang akan datang. Cashflow
tersebut untuk masing-masing proyek investasi tidak sama, ada yang variasinya besar dan
ada yang variasinya kecil. Bila variasi penerimaan besar maka resikonya juga besar,
demikian sebaiknya bila variasinya kecil, risiko yang di hadapi juga kecil.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.
2. jenis-jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.

a. Investasi langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat
diperjual belikan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan. Investasi langsung juga
dapat dilakukak dengan membeli aktiva yang tidak diperjual belikan, biasanya diperoleh
dari bank komersial. Aktiva ini dapat berupa tabungan dan sertifikat deposito.

b. Investasi tidak langsung, yaitu dapat dilakukan dengan membeli surat berharga dari
perusahaan investasi, seperti reksadana.

3. Dalam Islam Islam adalah agama yang pro-investasi, karena di dalam ajaran Islam
sumber daya (harta) yang ada tidak hanya disimpan tetapi harus diproduktifkan, sehingga
bisa memberikan manfaat kepada umat (Hidayat 2011). Hal ini berdasarkan firman Allah
swt.:

“supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kalian”. (QS. al-Hasyr [59]: 7)
4. Pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsi-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti : riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
5. Produk Pasar Modal syariah : Saham Syariah, sukuk, reksa dana syariah, EFEK
BERAGUN ASET (EBA) SYARIAH, dll
6. Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien, Pasar modal yang efisien merupakan
suatu bentuk pasar yang terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang saling berinteraksi

24
di dalamnya dan memiliki karakter yang bersifat bebas (free market), di mana cukup
mudah bagi para investor baru untuk masuk dan mengadakan transaksi dan sebaliknya,
juga cukup mudah bagi lainnya untuk meninggalkan pasar setiap saat.

B. SARAN

Saya sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran dan kritikan
bagi para pembaca yang saya hormati guna untuk membangun pada masa yang akan datang
untuk menjadi yang lebih baik dalam membenarkan alur-alur yang semestinya kurang
memuaskan bagi tugas yang saya laksanakan

25
DAFTAR PUSTAKA

SS Pangestu. 2017. Landasan Teori di http://repository.radenintan.ac.id/1128/3/BAB_II.pdf (di


akses tanggal 23 Agustus 2019)

E Pardiansyah. 2017. Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam di


http://journal.walisongo.ac.id/index.php/economica/article/download/1920/1573 (di akses
tanggal 23 Agustus 2019)

A Puji Lestari. 2014. Tinjauan Pustaka di http://eprints.polsri.ac.id/491/3/BAB%20II.pdf (di


akses tanggal 23 Agustus 2019)

A Handayani. 2018. PASAR MODAL SYARIAH SEBAGAI SARANA INVESTASI SYARIAH di


http://repository.uinsu.ac.id/4026/1/skripsi%20untuk%20burning.pdf (di akses tanggal 23
Agustus 2019)

SI Pakaya.Resiko Investasi di pasar Modal di


http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/357/Resiko-Investasi-DI-Pasar-Modal-Suatu-
Pengantar.pdf. (di akses tanggal 23 Agustus 2019)

A Nurlita. 2015.INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAHDALAM KAJIAN ISLAM di http://ejournal.uin-


suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/download/806/766. (di akses tanggal 23 Agustus 2019)

26
27

Anda mungkin juga menyukai