Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MUSTAHIK MELALUI

INSTRUMEN ZAKAT

Siti Mujayanah

Prodi Ekonomi Syariah, Institut K.H. Abdul Chalim

Mojokerto

yanayusuf335@gmail.com

Pendahuluan

Zakat merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang sangat penting di zaman
Nabi. Zakat sangat berpotensi menghilangkan konsentrasi kekayaan di kalangan elit ekonomi
tertentu. Tidak hanya itu, zakat juga berpotensi meningkatkan produktivitas masyarakat dan
konsumsi total. Jika dikelola secara profesional, apalagi jika ada dukungan politik yang kuat
dari pemerintah, instrumen ekonomi ini juga dipercaya mampu mengurangi tingkat
pengangguran dan kemandirian ekonomi. 1

Zaman modern banyak menimbulkan ketimpangan-ketimpangan dan ketidak


merataan, terutama dalam masalah sosial ekonomi. Banyak orang kaya yang semakin kaya,
sementara orang miskin tetap dalam kemiskinannya. Kondisi ini dikritik oleh Alquran sejak
zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam. Alquran mengutuk orang-orang yang
menumpuk harta sebagaimana tertera dalam surah al-Takâtsur ayat 1, yang artinya,
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu”. Dalam rangka menekankan rasa solidaritas
dan juga menekan ketamakan orang-orang kaya, Islam sebagai agama samawi menaruh
perhatian penuh terhadap nasib orang-orang miskin. Tidak sekadar berupa imbauan kepada
para umatnya untuk memperhatikan orangorang miskin, akan tetapi mewajibkan zakat
menjadi rukun Islam sesudah sahadat dan salat. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga harus
dilaksanakan oleh umat Islam sebagaimana kewajiban salat, dengan penuh kesadaran tinggi
serta penuh tanggungjawab. Demikian zakat ini akan menjadi sumber dana yang potensial

1
Lifi Putri Auliyana . Strategi Pemberdayaan Zakat Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Mustahik. Dalam
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1522/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pustaka.pdf (diakses
tanggal 26 Maret 2020)
dalam menunjang pembangunan nasional terutama di bidang agama dan ekonomi. Hal ini
tentunya akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan umat.2

Dalam konteks syariah tidak baik jika kita menikamti kekayaan yang semestinya kita
bagi kepada mustahik, namun kenyataannya kita nikmati sendiri tanpa memperdulikan orang
lain yang jauh lebih membutuhkan disbanding kita yang serba cukup maka dari itu konsep
muamalah itu penting dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi orang
yang tidak kufur nikmat, zakat merupakan instrume yang bisa kita pakai untuk menjauhkan
kita dari kufur nikmat karena dalam zakat kita akan berbagi harta milik kita untuk orang lain
karena harta kita yang sudah mencapai nisab untuk membayar zakat. Ataupun zakat fitrah
yang memang kewajiban setiap umat muslim untuk membayanya. Baik itu zakat fitrah
maupun zakat mal, sangat berguna untuk perkembangan ekonomi mustahik meskipun
terkadang pengelolaannya kurang efektif dan efisien. Tapi setidaknya kita ikut berpartisipasi
untuk menyejahterakan perekonomian umat.

Landasan Teori

Definisi Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang
mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang
mempunyai arti pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti
keberesan. Menurut Didin Hafidhudin, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula

Strategi Pemberdayaan Ekonomi

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari


kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Menurut Samuel Paul mpemberdayaan
ekonomi masyarakat membutuhkan partisipasi aktif dan kreatif. Menurutnya partisipasi aktif
dan kreatif dinyatakan sebagai partisipasi yang mengacu pada sebuah proses aktif yang
dengannya kelompok sasaran bisa mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek
pembangunan ketimbang hanya semata-mata menerima pembagian proyek keuntungan.
Menurut Ken Blancard Pemberdayaan merupakan potensi untuk membuka jalan menuju

2
Siti Zumrotun. Peluang, Tantangan, Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. dalam
https://media.neliti.com/media/publications/12487-ID-peluang-tantangan-dan-stategi-zakat-dalam-
pemberdayaan-ekonomi-umat.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)
sumber mata air, yaitu kemampuan manusia yang harus dimanfaatkan, agar organisasi dapat
bertahan dan maju dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis ini.

Mustahik

Mustahik adalah penerima zakat atau orang-orang yang berhak menerima zakat

sesuai ashnaf.2 Ada delapan ashnaf yang diungkapkan dalam Al-Qur’an surat At-

Taubah ayat 60 yang artinya yaitu:

“Sesungguhnya zakat-zakat ini, hanyalah untuk orang- orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk orang-orang yang
berhutang, untuk di jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At- Taubah:60).

Berdasarkan terjemah ayat tersebut maka mustahik adalah fakir, miskin, Amil zakat,
muallaf, budak, orang yang dililit hutang, Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil.

Dengan demikian pemberdayaan mustahik adalah pembinaan atau pemberdayaan yang


dikembangkan untuk merubah dan sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup
mustahik, jadi manusia adalah sarana dan tujuan dalam pemberdayaan (Abdul, 2006 : 138).
Zakat merupakan peranan penting dalam masalah ini bagaimana dengan zakat
masyarakat dapat mampu hidup dengan sejahtera baik dari sisi dunia dan agama.
Pemberdayaan mustahik merupakan proses pembinaan yang dilakukan oleh Baitul maal
kepada delapan asnaf yang sudah disebutkan dalam Qur’an.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis analisis deskriptif dengan metode


kualitatif. Peneliti mencari dan mengumpulkan informasi yang berasal dari sumber data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari, jurnal, artikel, skrips, dan internet.

Pembahasan

A. Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang
mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-namaa yang
mempunyai arti pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu yang memiliki arti
keberesan. Sedangkan zakat ditinjau dari segi istilah terdapat banyak ulama’ yang
mengemukakan dengan redaksi yang berbeda-beda , akan tetapi pada dasarnya mempunyai
maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada
seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula 3

Di Indonesia kita punya lembaga namanya BAZNAZ yang biasa menaungi


pembayaran zakat sehingga apabila seseorang tersebut mau membayar zakat bisa langsung
ke BAZNAZ yang ada didaerah masing-masing. Adanya BAZNAZ di Indonesia menunjukan
bahwa pemerintah percaya bahwa perekonomian bisa maju dengan adanya lembaga tersebut.

Sejak diberlakukannya UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang


kemudian diganti oleh UU No 23 Tahun 2011, maka perkembangan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) semakin baik di setiap daerah di
Indonesia. Salah satu BAZNAS yang memiliki perkembangan sangat baik adalah BAZNAS
Kota Bogor. Sejak awal berdiri hingga sekarang, BAZNAS Kota Bogor, yang dahulunya
bernama BAZDA Kota Bogor, telah memiliki banyak prestasi. Sebagai contoh, menjadi BAZ
Kota/Kabupaten terbaik tingkat nasional tahun 2009 untuk kategori Kreativitas Program
Pendayagunaan versi BAZNAS, dan pada tahun 2009 mendapat peringkat dua sebagai BAZ
Kota/Kabupaten terbaik versi Islamic Social Responsibility. Hal ini karena kemampuan
BAZNAS Kota Bogor dalam membuat inovasi program-program pendayagunaan dana zakat.
Program-program tersebut meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
kemanusiaan. Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, angka penerimaan ZIS
(zakat, infak dan sedekah) di BAZNAS Kota Bogor menunjukkan peningkatan. Tahun 2009,
pertumbuhan ZIS meningkat dalam kisaran 100 persen dibanding tahun 2008. Begitu juga
penerimaan ZIS tahun 2010 dan tahun 2011. Sampai akhir tahun 2011, jumlah dana ZIS yang
dihimpun BAZNAS Kota Bogor bersama mitra BAZ

pengumpul zakat (UPZ) Masjid, UPZ Sekolah, UPZ Dinas, dan BAZ Kecamatan, telah
mencapai Rp 10,38 milyar. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan

3
Ah Ahkom. Tinjauan Umum Tentang Zakat. Dalam http://eprints.walisongo.ac.id/6810/3/BAB%20II.pdf.
(diakses tanggal 26 Maret 2020)
dari sisi penyaluran, pada kurun waktu 2009-2011 program-program pendayagunaan
BAZNAS Kota Bogor telah terorganisir berdasarkan asnaf, dengan proporsi penyaluran
terbesar padaasnaf sabilillah sebesar Rp 696,7 juta. Dana tersebut disalurkan pada program
pendidikan, syiar, dan kesehatan. Proporsi terbesar kedua adalah asnaf miskin dengan angka
Rp 499,56 juta yang tersalur pada program kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi. Kemudian, proporsi anggaranterbesar berikutnya adalah asnaf fakir dengan angka
Rp 369,28 juta yang tersalur pada program kemanusiaan. Secara lengkap adalah sebagaimana
yang ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2 Distribusi Penyaluran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011


Jika ditinjau secara umum, kota Bogor merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk
yang sangat besar. Sensus penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk kota Bogor
mencapai angka949 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 2.39 persen.
Diperkirakan pada tahun 2013penduduk kota Bogor mencapai angka satu juta penduduk.
Namun, jumlah penduduk yang besar tersebut belum diimbangi dengan tingkat kesejahteraan
yang merata. Pada tahun 2012, angka penduduk miskin mencapai 8.6 persen dari total jumlah
penduduk dan angka pengangguran terbuka mencapai 10.2 persen.

Berdasarkan Tabel 4, nilai indeks headcount ratio sebelum distribusi zakat adalah sebesar
0.85 yang artinya dari seluruh rumah tangga terdapat 85 persen keluarga yang dikategorikan
miskin berdasarkan garis kemiskinan keluarga. Kehadiran program pendayagunaan zakat
menyebabkan nilai headcount ratio mengalami penurunan dari 0.85 menjadi 0.77. Ini
menunjukkan bahwa pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu
mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan
sebesar 9.8 persen. 4

Dari semua data tersebut menunjukkan bahwa zakat sangat berpengaruh untuk
meningkatkan perekonomian mustahik sehingga kemiskinan juga bisa berkurang dengan
adanya zakat. Seperti pada masa Khulafaur Rasyidin sebagai berikut :

a. Masa Abu Bakar Ash-Shidiq Setelah Rasullah SAW wafat, banyak kabilah-kabilah yang
menolak untuk membayar zakat dengan alasan merupakan perjanjian antara mereka dan Nabi
SAW, sehingga setelah beliau wafat maka kewajiban terebut menjadi gugur. Pemahaman
yang salah inihanya terbatas dikalangan suku-suku Arab Baduwi. Suku-suku Arab Baduwi
ini menganggap bahwa pembayaran zakat sebagai hukuman atau beban yang merugikan.Abu
Bakar yang menjadi khalifah pertama penerus Nabi SAW memutuskan untuk memerangi
mereka yang menolak membayar zakat dan menganggap mereka sebagai murtad. Perang ini
tercatat sebagai perang pertama di dunia yang dilakukan sebuah negara demi membela hak
kaum miskin atas orang kaya dan perang ini dinamakan Harbu Riddah.

b. Masa Umar ibn Khatab Ia menetapakan suatu hukum berdasarkan realita sosial. diantara
ketetapan Umar RA adalah mengahapus zakat bagi golongan mu’allaf , enggan memungut
sebagian ‘usyr (zakat tanaman) karena merupakan ibadah pasti, mewajibkan kharaj (sewa
tanah), dan menentapkan zakat kuda yang pada zaman Nabi tak pernah terjadi. Tindakan
Umar RA menghapus kewajiban kepada mu’allaf bukan berarti mengubah hukum agama dsn
mengenyampingkan ayat-ayat Al-Qur’an, Ia hanya mengubah fatwa sesuai dengan
perubahan zaman yang jelas berbeda dari zaman Rasulullah SAW Setelah wafanya Abu
Bakar dan dengan perluasan wilayah Negara Islam yang mencakup dua kerajaan Romawi
(Syria, Palestina, dan Mesir) dan seluruh kerajaan Persia termasuk Irak, ditambah dengan
melimpahnya kekayaan Negara pada masa khilafah, telah memicu adanya perubahan sistem
pengelolaan zakat. Kedua faktor tersebut mengharuskan adanya intitusionalisasi yang lebih
tinggi dari pengelolaan zakat. Perubahan ini tercermin secara jelas pada masa khalifah Umar
bin Khattab, Umar mencontoh sistem administrasi yang diterapakan di Persia, dimana sistem
administrasi pemerintahan dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu Mekkah, Madinah, Syria,
Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Umar kemudian mendirikan apa yang disebut
Al-Dawawin yang sama fungsinya dengan baitul maal pada zaman Nabi Muhammmad SAW
dimana ia merupakan sebuah badan audit Negara yang bertanggung jawab atas pembukuan
pemasukan dan pengeluaran Negara. Al-Dawawin juga diperkirakan mencatat zakat yang

4
Rina Murniati. Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat Kemiskinan Mustahik :
Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS Kota Bogor. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/261326-
pengaruh-zakat-terhadap-indeks-pembangun-452306bd.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)
didistribusikan kepada para mustahiq sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pengembangan yang dilakukan Umar terhadap baitul maal merupakan kontribusi Umar
kepada dunia Islam. Pada masa Umar pula sistem pemungutan zakat secara langsung oleh
negara, yang dimulai dengan pemerintahan Abdullah bin Mas’ud di Kuffah dimana porsi
zakat dipotong dari pembayaran Negara. Meskipun hal ini pernah diterapkan Khalifah Abu
Bakar, namun pada masa Umar proses pengurangan tersebut menjadi lebih tersistematis.

c. Pada masa Utsman ibn Affan Meskipun kekayaan Negara Islam mulai melimpah dan
umlah zakat juga lebih dari mencukupi kebutuhan para mustahiq, namun administrasi zakat
justru mengalami kemunduran. Hal ini justru dikarenakan kelimpahan tersebut, dimana
Utsman memberi kebebasan kepada ‘amil dan Individu untuk mendistribusikan zakat kepada
siapun yang mereka nilai layak menerimanya. Zakat tersebut adalah yang tidak kentara
seperti zakat perdagangan, zakat emas, zakat perak, dan perhiasan lainya. Keputusan Utsman
ini juga dilatar belakangi oleh keinginan meminimalkan biaya pengelolaan zakat dimana
beliau menilai bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dana zakat tersebut akan
tinggi dikarenakan sifatnya yang tidak mudah diketahui oleh aparat Negara.

d. Pada Masa Ali ibn Abi Thalib Situasi politik pada masa kepimimpinan Khalifah Ali ibn
Abi Thalib berjalan tidak stabil, penuh peperangan dan pertumpahan darah. Akan tetapi Ali
ibn Abi Thalib tetap mencurahkan perhatianya yang sangat serius dalam mengelola zakat. Ia
melihat bahwa zakat adalah urat nadi kehidupan bagi pemerintahan dan agama. Ketika Ali
ibn Abi Thalib bertemu dengan orang-orang fakir miskin dan para pengemis buta yang
beragama non muslim (Nasrani), ia menyatakan biaya hidup mereka harus ditanggung oleh
baitul maal khalifah Ali ibn Abi Thalib juga ikut terjun dalam mendistribusikan zakat kepada
para mustahiq (delapan golongan yang berhak menerima zakat). Harta kekayaan yang wajib
zakat pada waktu itu berupa dirham, dinar, emas dan jenis kekayaan apapun tetap dikenai
kewajiban zakat. Oleh karena itu mekanisme yang diterapkan oleh khalifah Utsman ibn
Affan tadi ternyata memicu beberapa permasalahan mengenai transparansi distribusi zakat,
dimana para ‘amil justru membagikan zakat tersebut kepada keluarga dan orang-orang
terdekat mereka. Seiring dengan penurunan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan
berbagai konflik politik lainya yang memecahkan kesatuan Negara Islam dengan wafatnya
utsman dan naiknya Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya, maka semakin marak pula
praktek pengelolaan zakat secara individual. Hal ini ditandai dengan fatwa Sa’id bin Jubair
dimana pada saat beliau berceramah di masjid ada yang bertanya pada beliau, apakah
pebanyaran zakat sebaiknya diberikan kepada pemerintah ? Sai’id bin Jubair mengiyakan
pertanyaan tersebut. Namun pada saat pertanyaan tersebut ditanyakan secara personal kepada
beliau, ia justru menganjurkan penanya untuk membayar zakat secara langsung kepada
ashnafnya. Jawaban yang bertentangan ini mnenunjukan bahwa kondisi pemerintah pada sat
itu tidak stabil atau tidak dapat dipercaya, sehingga kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah pun mulai menurun.34 Ringkas pembahasan sistem zakat yang diterapkan dari
masa ke masa mengalami sebuah perbedaan yang mana perubhan tersebut untuk menghadapi
zaman yang semakin maju, hal ini menunjukan bahwa pintu ijtihad terbuka lebar, dan ijtihad
seperti yang dicontohkan oleh para sahabat semata-mata hanya untuk kemashlahatan
ummatnya. 5

B. Strategi Pemberdayaan
pemberdayaan mustahik adalah pembinaan atau pemberdayaan yang dikembangkan
untuk merubah dan sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup mustahik,
jadi manusia adalah sarana dan tujuan dalam pemberdayaan (Abdul, 2006 : 138).
Zakat merupakan peranan penting dalam masalah ini bagaimana dengan zakat
masyarakat dapat mampu hidup dengan sejahtera baik dari sisi dunia dan agama.
Pemberdayaan mustahik merupakan proses pembinaan yang dilakukan oleh Baitumaal
kepada delapan asnaf yang sudah disebutkan dalam Qur’an Surat at-Taubah ayat 60 dan
pemberdayaan pada kaitannya dengan penyampaina kepemilikan harta zakat kepada
mereka yang berhak terbagi ke empat bagian, yaitu:
a. Pemberdayaan sebagian dari kelompok yang berhak akan harta zakat, misalnya
fakir miskin, yaitu dengan memberikan harta zakat kepada mereka sehingga dapat
memenuhi kebutuhan mereka. Selain itu juga dengan memberikan modal kepada mereka
yang mempunyai keahlian dalam sesuatu, sehingga dapat meneruskan kegiatan profesi,
karena mereka tidak mempunyai modal tersebut.
b. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak atas harta zakat, adalah para
fakir. Dengan memberikan sejumlah harta untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
dan memberdayakan mereka yang memang tidak memiliki keahlian apa pun, baik
kerajinan maupun perdagangan.
c. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat, yang memiliki
penghasilan baru dengan ketidak mampuan mereka. Mereka adalah pegawai zakat
(amil) dan para muallaf.
d. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat untuk
mewujudkan arti dan maksud sebenarnya dari zakat selain mereka yang disebutkan di
atas. Di antaranya adalah hamba sahaya. Ibn sabil, dan orang yang mempunyai banyak
utang (Abdul, 2006 : 84).
Dalam pemberdayaan mustahik pemberdayaan mempunyai arti yaitu
memandirikan mitra, sehingga mitra dalam hal ini adalah mustahik tidak selamanya

5
Zena Hidayat.Pengelolaan Zakat Di Masa Nabi, Sahabat, Dan Tabi’in. Dalam http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/11669/5/BAB%20II.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)
tergantung kepada amil. Pemberdayaan merupakan penyaluran zakat yang disertai target
besar yang tidak dapat dengan mudah atau dalam waktu yang singkat dapat terealisasi.
Karena itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap
permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan,
harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat
demi tercapainya target yang telah direncanakan. (Hasan Muhammad, 2011: 72).
Pemberdayaan terhadap mustahik hendaknya dilakukan dengan syarat-syarat dan
prosedur yang jelas. Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan mengajukan syarat-syarat
pemberdayaan zakat sebagai berikut:
1. Usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
2. Mendapatkan persetujuan tertulis dari dewan pertimbangan.
3. Usaha mustahik di wilayahnya masing-masing. (M. Hasan, 2011 : 88)
Dalam mendayagunakan dana zakatnya, Rumah Zakat memiliki strategi-strategi
khusus agar dana yang tersalurkan bukan hanya sekedar membantu para mustahik tapi
juga dapat memberdayakan masyarakat. Strategi-strategi tersebut antara lain :
1. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam dunia
usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk mendapatkan dukungan keuangan, baik
perbankan manapun dana bantuan yang disalurkan melalui kemitraan usaha lainnya.
Penambahan modal dari lembaga keuangan, sebaiknya diberikan, bukan untuk modal
awal, tetapi untuk modal pengembangan, setelah usaha itu dirintis dan menunjukkan
prospeknya yang cukup baik, karena jika usaha itu belum menunjukkan perkembangan
profit yang baik, sering kali bank tidak akan memberikan pinjaman.
2. Memberikan bantuan motivasi moril

Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusidiwajibkan beriman, beribadah,
bekerja dan berikhtiar dengan sekuat tenaga sedangkan hasil akhir dikembalikan kepada
dzat yang Maha Pencipta. Bentuk-bentuk motifasi moril ini dilakukan melalui pengajian
umum/bulanan, diskusi keagamaan dan lain-lain.
3. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap konsep-konsep
kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk permasalahan yang ada didalamnya.
Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan
aktual sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap masyarakat disamping
diharapkan memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.
Pelatihan sebaiknya diberikan lebih aktual, dengan mengujikan pengelolaan praktek
hidup berwirausaha, baik oleh mereka yang memang bergelut di dunia usaha, atau
contoh-contoh konkrit yang terjadi dalam praktek usaha. Melalui pelatihan semacam ini
diharapkan dapat mencermati adanya kiat-kiat tertentu yang harus ia jalankan, sehingga
dapat dihindari sekecil mungkin adanya kegagalan dalam pengembangan kegiatan
wirausahanya.
4. Pemberdayaan

Seiring dengan perjalanannya, dalam penyaluran dana zakat Rumah Zakat sangat
konsisten untuk tidak hanya sekedar memberikan bantuan atau menyediakan berbagai
fasilitas untuk masyarakat tetapi juga memikirkan bagaimana memberdayakan mereka
agar menjadi masyarakat yang mandiri. Langkah-langkah yang ditempuh Rumah Zakat
antara lain yaitu :
a. Pelatihan Kewirausahaan untuk kalangan pemuda digulirkan program
pelatihan berbagai skill produktif, berdasarkan potensi lokal individu dan
lingkungan di wilayahnya. Pelatihan ini berorientasi wirausaha 10 peserta
dalam 1 kelas pelatihan. Kontribusi mereka diharapkan mampu memperkuat
energi sebuah keluarga guna kemandirian.
b. Super Qurban dan Siaga Gizi Nusantara. Bencana datang tanpa diduga,
saatnya kita punya cadangan makanan siap saji dalam kemasan kaleng untuk
didistribusikan di daerah bencana. Secara regular, program ini juga bisa
digulirkan untuk kawasan minus atau rawan pangan. Kepedulian anda akan
meringankan duka mereka. 6
Penutup

A. Kesimpulan
1. Sejak diberlakukannya UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang
kemudian diganti oleh UU No 23 Tahun 2011, maka perkembangan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) semakin baik di setiap
daerah di Indonesia.
2. kemampuan BAZNAS Kota Bogor dalam membuat inovasi program-program
pendayagunaan dana zakat. Program-program tersebut meliputi bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan kemanusiaan. Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun
2011, angka penerimaan ZIS (zakat, infak dan sedekah) di BAZNAS Kota Bogor
menunjukkan peningkatan. Tahun 2009, pertumbuhan ZIS meningkat dalam kisaran
100 persen dibanding tahun 2008.

6
Anisa Hartiwi. Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Dalamhttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1221/1/ANNISA%20HARTIWI%20
WULANDARI-FSH.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)
3. Kehadiran program pendayagunaan zakat menyebabkan nilai headcount ratio
mengalami penurunan dari 0.85 menjadi 0.77. Ini menunjukkan bahwa
pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi
jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar
9.8 persen
4. Rumah Zakat memiliki strategi-strategi khusus agar dana yang tersalurkan bukan
hanya sekedar membantu para mustahik tapi juga dapat memberdayakan
masyarakat. Strategi-strategi tersebut antara lain :
a. Permodalan
b. Memberikan bantuan motivasi moril
c. Pelatihan Usaha
d. Pemberdayaan
Daftar Pustaka
Lifi Putri Auliyana . “Strategi Pemberdayaan Zakat Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Mustahik”.Dalamhttp://repository.iainpurwokerto.ac.id/1522/1/Cover_Bab%20I_Bab%2
0V_Daftar%20Pustaka.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)

Zumrotun, siti. “Peluang, Tantangan, Dan Strategi Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat”. dalam https://media.neliti.com/media/publications/12487-ID-peluang-tantangan-
dan-stategi-zakat-dalam-pemberdayaan-ekonomi-umat.pdf (diakses tanggal 26 Maret
2020)

Ahkom,Ah.“Tinjauan Umum Tentang Zakat”. Dalam


http://eprints.walisongo.ac.id/6810/3/BAB%20II.pdf. (diakses tanggal 26 Maret 2020)

Murniati, rina. “Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat
Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS Kota Bogor”. Dalam
https://media.neliti.com/media/publications/261326-pengaruh-zakat-terhadap-indeks
pembangun-452306bd.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)
Hidayat, Zena.”Pengelolaan Zakat Di Masa Nabi, Sahabat, Dan Tabi’in”. Dalam
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/11669/5/BAB%20II.pdf (diakses tanggal 26 Maret
2020)
Hartiwi, Anisa. “Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat”.Dalamhttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1221/1/A
NNISA%20HARTIWI%20WULANDARI-FSH.pdf (diakses tanggal 26 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai