Disusun oleh :
Kelompok V
Ayu Tresna (200110008)
Deden Nailul Jinan (200110009)
2. Perumusan masalah
1. Apa sejarah lembaga baitul maal hidaytullah ?
2. Bagaimana visi dan misi lembagabaitul maal hidaytullah ?
3. Bagaimana program-program di lembaga baitul maal hidayatullah ?
4. Bagaimana produk-produk di lembaga baitul maal hidaytullah ?
5. Bagainama laporan keuangan lembaga baitul maal hidayatullah ?
6. Bagaimana dengan analisis SWOT dari lembaga baitul maal hidayatullah ?
3. Tujuan
1. Mengidentifikasi sejarah lembaga baitul maal hidaytullah
2. Menganalisis visi dan misi lembaga maal hidaytuallah
3. Mengidentifikasi program-program di lembaga maal hidaytullah
4. Menganalisis produk-produk di lembaga baitul maal hidaytullah
5. Mengidentifikasi laporan keungan lembaga baitul maal hidayatullah
6. menganalisis dengan metode SWOT dari lembaga baitul maal hidayatullah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan latarbelakang berdirinya
Zakat merupakan potensi umat islam yang gemilang dalam upaya penetasan
kemiskinan,pemberdayaan umat islam.sehingga perlu adanya pengelolaan dana zakat
itu sendiri secara profesional,amanah,tanggung jawab dan tranfaran yang dilaukakn
oleh masyarakat,lembaga bersama pemerintah.
Ternayata negeri yang dibangun dengan strategi pembangunan fisik,tetapi berorientasi
pada perumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik,tetapi mengabaikan swadaya dan
kemandirian masyarakat,serta mengabaikan pengembangan manusia ( human
develomment) itu akhirnya ambruk. Bukan hanya suber daya alam terkuras habis di
eksploritasi atau kualitas sumberdaya manusia yang malah terpuruk menjadi termasuk
terendah di dunia tapi juga tumpukan utang yang tidak terkira akibat strategi
pembangunan yang lebih banyak yang lebih banyak ditopang pinjaman luar negeri
dan manajemen pembangunan yang buruk Paradigma tricle-down effect ini ternyata
dalam realitasnya bukan hasil pembangunan atau kemakmuran yang menetes, tetapi
utang menjadi beban lagi seluruh masyarakat dan yang paling merasakan beban
tersebut adalah masyarakat bawah.
Lalu ketika pondasi yang rapuh itu ambruk, kemiskinanpun menjadi cermin dari
wajah bangsa ini dan berlangsung hingga saat ini.maka aka siapapun dapat menuai
malapetaka dari kepongahan dari ketamakan yang selalu dipertontonkan selama ini.
Pengangguran, bencana kelaparan, busung lapar, mal nutrisi, anak yang putus
sekolah, anak jalanan, the lost generation, poorest of the porr (anak termiskin dari
yang miskin), pelayanan kesehatan yang buruk dan banyak lagi persoalan yang melilit
bangsa ini yang tidak hanya membuat malu sebagai sebuah bangsa sekaligus sebagai
Negara yang perpenduduk muslim terbesar dan bahkan kadang bertanya-tanya,
mampukah kita
keluar dari masalah multidimensi ini?.
Pada zaman keemasan Islam, zakat telah terbukti berperan sangat besar dalam
meningkatkan kesejahteraan umat. Zakat tidak sekedar sebuah kewajiban, tetapi lebih
daripada itu, zakat dikelola dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga
ketangan yang berhak menerimanya.
Demikian pula sifat keamanahan yang sangat menonjol dari petugas zakat di zaman
Rasulullah SAW. Dan dalam sebuah riwayat kholifah ar-rasyidin, menyebabakan
baitul-maal tempat menampung zakat selalu penuh terisi dengan harta zakat,
kemudian segera disalurkan kepada yang berhak menerimanya. Dalam periode
Daulah Bani Umayyah yang berlangsung selama hamper sembilan puluh tahun (41-
127 H), tampil salah seorang khalifah nya yang sangat terkenal,yaitu Umar bin Abdul
Aziz(99-101 H). Dia terkenal karena kebijakan dan keadilan serta keberhasilannya
dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat, termasuk keberhasilannya dalam
penanganan zakat yang ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan, sehingga para
petugas zakat mengalami kesulitan dalam mencari golongan fakir miskin yang
membutuhknan harta zakat tersebut. Memang sifat amanah dan jujur ini akan menarik
rizki dan kemudahan,
ebaliknya sifat khianat dan tidak dapat dipercaya, akan menyebabkan kefakiran
dan kesulitan.
KH nasirul haq,ma
Dr abdul mannan,
MM
Riza permadi
KH hamim
TOHARI,MSI
penasehat
H. Hasan ibrahim
Drs sihansyah
riyadi,MM
buchori al-wahid
c) Layanan Umat
- Baca Al-qur’an
- Tahsin
- Tarjamah & Tafsir Al-qur’an
2. Kajian Islam
3. Ruqiyah Syari’iyah
E. LAPORAN KEUANGAN
F. Analisis SWOT
Analisis ini diupayakan mencakup data-data faktual yang terjadi disebuah lembaga
hal ini di maksudkan agar strategi yang diambil memiliki dasar yang dapat di
pertanggungjawabkan. Hasil analisa swot dapat menumbuhkan kualitas dan kuantitas
posisi lembaga dengan kemampuan yang dimilikinya. Analisa swot Lembaga Baitul
Maal Hidayatullah diantaranya meliputi :
a. Kekuatan (Strenght)
Adanya dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar yang memiliki apresiasi
tinggi bukan hanya dalam bentuk dukungan moril tapi juga materil.
b. Kelemahan (Weakness)
Berdasarkan evaluasi yang di lakukan terhadap kegiatan Kuliah Da’i Mandiri ada
beberapa kelemahan dalam menjalankan operasionalnya:
1. Lembaga Baitul Maal Hadayatullah bermasalah dengan jumlah anggaran (financial)
yang terbatas sehingga mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang sedang
dilakukan. Karena sekolah tersebut gratis dan banyak masyarakat yang belum sadar
akan pentingnya zakat.
c. Peluang (Opportunities)
Peluang/kesempatan dalam strategi pendayagunaan yang dimiliki oleh Lembaga
Baitul Maal Hidayatullah dalam menciptakan/membentuk kader Da’i yang memiliki
kemandirian dan berguna bagi Bangsa dan Negara peluang diantaranya :
Lembaga Baitul Maal Hidayatullah memberikan peluang bagi kader-kader
Da’i untuk menegakkan syari’at karena sosok Da’i adalah sebuah
keniscayaan. Sosok yang memberikan pencerahan tempat bertanya umat
dan sebagai agen dalam tauladan masyarakat.
2. Sebagai media untuk menciptakan kesadaran kepada para dermawan agar
menyisihkan hartanya untuk mereka yang berhak menerima dana zakat (8 Asnaf) dan
memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
d. Ancaman ( Threat)
Ada beberapa ancaman/hambatan dari luar yang dapat mengurangi strategi
pendayagunaan pada Lembaga Baitul Maal Hidayatullah,diantaranya :
1. Da’i yang telah dikirim ke daerah memiliki ancaman tersendiri yaitu
dalam menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk setempat. Karena kehadiran
Da’i harus bisa menentukan perkara ikthilaf (perbedaan) yang mereka hadapi.
2. Anggaran yang minim untuk Da’i, Karena Da’i disupport penuh baik
materi dan fisik selama 6 bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil penelitian
terhadap Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal melalui Program
Kuliah Da’i Mandiri sebagai berikut :
1. Dengan implementasi strategi yang tepat tentu saja dana zakat yang ada
dapat didayagunakan dengan lebih optimal dan dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat. Dalam konteks ini yaitu orang-orang yang
berhak menerima dana zakat. Dalam hal ini juga BMH menerapkan
startegi dengan melalui tiga program salah satu programnya adalah Kuliah
Da’I Mandiri dan dibantu dengan enam operator di bidangnya masing-
masing.
2. Agar dana zakat dapat lebih berkembang lagi dan tidak hanya diberikan
kepada 8 asnaf saja, berangkat dari pemikiran iti Baitul Maal Hidayatullah
mendayagunakan dana zakat melalui programnya yaitu Kuliah Da’i
Mandiri. Yang diharapkan da’i-da’i tersebut menjadi sosok yang mampu
memberikan solusi dan pencerahan bagi masyarakat. Dana zakat yang
masuk kedalam BMH pusat sebanyak 75% dan 25% dialokasikan untuk
Kuliah Da’I Mandiri.
Daftar pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199.
.M Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Pronhallindo, t.t.), h. 58.
Fuad Amsari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan,
1990), h.
George Stainer dan John Minner, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, t.t), h.
20,.
Company Profile Baitul Maal Hidayatuh
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002), Cet ke-1, h. 128.
Company Profile Baitul Mall Hidayatullah.