Anda di halaman 1dari 17

IKONOMIKA

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (Journal of Economics and Business Economics Islam)
Volume 1, Nomor 1, Mei 2016
ISSN: 2527-3434 (PRINT) - ISSN: 2527-5143 (ONLINE)
Page: 27-39

PERAN INSTRUMEN DISTRIBUSI EKONOMI ISLAM


DALAM MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN DI
MASYARAKAT
Ruslan Abdul Ghofur
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Raden Intan Lampung
rghofur@yahoo.com

Abstract- Human abstraction as the representative of God on earth that has been
assigned to manage and improve the quality of life of all its inhabitants, has a
great responsibility in achieving the task. But the reality, the awareness for
running the obligation of zakat and create prosperity on earth only in some
people.This research uses descriptive method kualitatif.Penelitian it aims to find out
how much economic instruments such as the Islamic waqf, zakat donation as
one of the tools mrnciptakan economic well-being of the community fair. The
results of this study found that, synergies instruments such distribution zakat alms
donation can be able to create a comprehensive social security for every all levels of
society. In addition to the creation of prosperity will ease the burden of the
government in addressing the problem of poverty and pengagangguran which has
been the economic development of Indonesia homework.

Keywords : Instrument Distribution, Islamic Economics and Welfare

Abstrak- Manusia sebagai wakil Allah di muka bumi yang telah ditugaskan untuk
mengelola dan meningkatkan kualitas kehidupan bagi seluruh penghuninya,
memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan tugas tersebut. Namun realitas
yang ada, kesadaran untuk menjalankan kewajiban zakat dan menciptakan
kesejahteraan di muka bumi hanya terdapat dalam sebagian orang. Penelituan
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Penelitian ini betujuan untuk
mengetahui seberapa besar instrumen ekonomi islam seperti wakaf, zakat infak
sebagai salah satu alat mrnciptakan kesejaheraan masyrakat yang berkeadilan
ekonomi. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa, sinergi instrumen distribusi
seperti zakat infak sedekah dapat mampu menciptakan jaminan sosial yang
menyeluruh bagi setiap segenap lapisan masyarakat. Selain itu dengan
terciptanya kesejahteraan akan meringankan beban pemerintah dalam mengatasi
permasalahan kemiskinan dan pengagangguran yang selama ini menjadi pekerjaan
rumah pembangunan ekonomi Indonesia.

Kata kunci : Instrumen Distribusi, Ekonomi Islam dan Kesejahteraan

Received :01 Februari 2016; Revised : 10 Maret 2016; Accepted :16 April 2016
Faculty of Economics and Business Islam IAIN Raden Intan Lampung
Jalan Letkol Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung 35131
E-mail: rghofur@yahoo.com 27
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat

A. PENDAHULUAN negara-negara maju yang selalu merujuk


Krisis moneter yang d1irasakan pada bekerjanya mekanisme pasar.
bangsa ini pada tahun 1997, sebenarnya Oleh karena itu, perlu untuk
telah lama diperkirakan. Ketika nilai menawarkan konsep yang berasal
tukar jatuh, maka elit ekonomi di dari luar sistem yang selama ini
Indonesia langsung terpukul oleh digunakan, serta mampu secara riil
dua hal yang sangat „mematikan‟ diaplikasikan di masyarakat agar apa
yakni: membengkaknya nilai hutang yang diharapkan tidak sekedar
dolar dalam rupiah dan mahalnya menjadi wacana. Kiranya instrumen
biaya produksi yang selama ini berbasis distribusi dalam ekonomi Islam dapat
input impor. ditawarkan bagi terciptanya
Perusahaan-perusahaan elit tidak kesejahteraan di masyarakat
dapat lagi menunjukkan kinerja sebagaimana yang akan dibahas
keuangan yang sehat, tidak dapat dalam tulisan ini.
mengembalikan hutang dan
pada gilirannya B. HASIL DAN PEMBAHASAN
menghancurkan sistem 1. Zakat Sebagai Instrumen Distribusi
perbankan(Frans Magnis-Suseno,1999). Wajib Individu
Hal ini terjadi karena kebijakan Kesadaran untuk menunaikan
pembangunan ekonomi Indonesia kewajiban zakat bagi setiap muslim
realitasnya lebih menguntungkan merupakan kata kunci bagi
kelompok elit ekonomi terciptanya umat yang sejahtera. Ini
tanpa mementingkan karena kewajiban membayar zakat
keterlibatan rakyat merupakan poros utama dalam
banyak. sistem keuangan Islam (fiskal), dan
Serangkayan kebijakan yang diambil sejalan dengan prinsip distribusi dalam
pemerintah dalam mengentaskan Islam agar harta tersebar pada seluruh
kemiskinan semisal program IDT, rakyat. Zakat pula memiliki dimensi
KUT, JPS, Raskin, dan BLT yang sosial, moral dan ekonomi, serta
marak dilakukan, dengan harapan merupakan jaminan sosial pertama
mampu mengangkat ekonomi rakyat dari semua peradaban yang ada.
dan membantu rakyat miskin Kewajiban membayar zakat secara
sehingga lebih sejahtera. Pada tegas telah termaktub dalam al-
kenyataannya tidak dapat berjalan Qur'an surat At-Taubah: 103 yang
dengan baik karena adanya artinya sebagai berikut:
penyimpangan atau "Ambillah zakat dari sebagian harta
ketidakmatangan dalam tataran mereka, dengan zakat kamu
aplikasinya yang memperkuat membersihkan dan mensucikan mereka.
asumsi tidak terciptanya keadilan Sesungguhnya doa kamu menjadi
distribusi secara utuh. Pemerintah ketenteraman jiwa mereka. Dan
sendiri terkesan tidak serius pada Allah mendengar lagi maha
agenda ekonomi kerakyatan mungkin mengetahui."
karena pengalaman keberhasilan Dari ayat di atas, makna bersih dan
pembangunan ekonomi suci dalam menunaikan zakat, memiliki

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
2 ikonomika
IKONOMIK
A

makna pensucian bagi hati dan jiwa ekonomi di


pada kecenderungan egoisme dan
kecintaan terhadap harta duniawi,
disamping pensucian terhadap harta
benda itu sendiri. Sedangkan kata
"ambillah" merupakan kata perintah
untuk mengambil zakat yang dilakukan
pemerintah. Ini diperkuat oleh sabda
Serta hadis dari Ibnu Umar r.a:
Serahkanlah sedekah kamu sekalian
pada orang yang dijadikan Allah sebagai
penguasa urusan kamu sekalian (HR
Baihaqi). Hadis tersebut diperkuat
dengan fakta sejarah bahwa
pengambilan zakat dilakukan
pemerintah, yang dapat dilihat
ketika kepemimpinan dipegang oleh
para khalifah dengan selalu
mengutus petugas untuk mengambil
zakat.
Zakat memiliki banyak makna
dan dimensi, dalam dimensi sosial,
zakat merupakan kewajiban sosial
yang bersifat ibadah, dikenakan
terhadap harta individu yang
ditunaikan kepada masyarakat agar
terpenuhi kebutuhan dan
menghilangkan kemiskinan. Pada
dimensi moral, zakat mengikis
ketamakan dan keserakahan si kaya,
sedangkan dalam dimensi ekonomi,
zakat mencegah penumpukan harta
kekayaan pada segelintir orang
tertentu yang pada akhirnya akan
berdampak pada ekonomi secara
keseluruhan.
Ini sejalan dengan perinsip
utama tentang distribusi dalam
ajaran Islam yakni "agar harta tidak
hanya beredar dikalangan orang-
orang kaya diantara kamu". Prinsip
tersebut, menjadi aturan main yang
harus dijalankan karena jika
diabaikan, akan menimbulkan
jurang yang dalam antara si miskin dan
si kaya, serta tidak tercipta keadilan
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 2
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat
masyarakat. Walaupun
sesungguhnya tanpa disadari,
diantara kedua kelompok tersebut
memiliki hubungan saling
membutuhkan.
Manusia sebagai wakil Allah di
muka bumi yang telah ditugaskan untuk
mengelola dan meningkatkan
kualitas kehidupan bagi seluruh
penghuninya, memiliki tanggung
jawab besar dalam mewujudkan
tugas tersebut. Namun realitas yang
ada, kesadaran untuk menjalankan
kewajiban zakat dan menciptakan
kesejahteraan di muka bumi hanya
terdapat dalam sebagian orang.
Mekanisme yang selama ini
difahami umat ialah kewajiban
zakat sebagai suatu rutinitas ibadah
biasa yang hampir-hampir
menghilangkan makna zakat itu
sendiri serta tanpa memahami manfaat
sosial, moral dan ekonomi yang
tercipta secara luas bagi umat
Islam. Sehingga banyak kepentingan
individu, kelompok atau golongan
yang lebih diunggulkan dari
kepentingan masyarakat secara
menyeluruh.
2. Pengertian Serta Macam-Macam
Harta Yang Wajib Di Zakat
Zakat berasal dari bahasa Arab
dari akar kata zaka, yang secara
etimologi berarti, berkah, bersih,
berkembang dan baik. Dinamakan
zakat karena, dapat mengembangkan
dan menjauhkan harta yang telah
diambil zakatnya dari bahaya.
Menciptakan pertumbuhan bagi
orang- orang miskin (Mustahik) dan
mengembangkan jiwa dan
kekayaan orang-orang kaya
(Muzaki). Menurut Ibnu Taimiyah,
hati dan harta orang yang membayar
zakat akan menjadi suci dan bersih
serta berkembang secara maknawi.
Makna zakat secara

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
3 ikonomika
IKONOMIK
A

terminologi berarti, sejumlah harta Bagi orang yang enggan membayar


tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt, zakat secara tegas diambil tindakan
untuk diberikan kepada para untuk diperangi, karena zakat adalah
mustahik yang disebutkan dalam al- perintah yang wajib dilaksanakan
Quran. Atau bisa juga berarti sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar
sejumlah tertentu dari harta tertentu Siddiq ketika ia diangkat menjadi
yang diberikan untuk orang tertentu. Khalifah pertama.
Kata Zakat dalam al Quran dan Zakat diwajibkan atas setiap
hadis kadang-kadang disebut orang Islam yang merdeka, dewasa,
dengan sedekah, seperti firman Allah berakal dan memiliki harta satu
swt. Q.S. At Taubah, 103. nisab penuh. Sedangkan harta yang
Legitimasinya diperoleh lewat wajib dikeluarkan zakatnya ialah harta
beberapa ayat dalam al Quran, antara yang dapat dikembangkan dan
lain firman Allah swt. yang berarti, bukan harta yang digunakan untuk
"Dirikanlah salat, bayarlah zakat dan mencukupi kebutuhan, meskipun harta
rukuklah bersama orang yang rukuk." tersebut saat ini belum
(Q.S. Al-Baqarah, 43) Juga dalam dikembangkan. Begitu pula dengan
firman Allah swt. yang berarti, "dan harta yang digunakan untuk
orang-orang yang dalam hartanya memenuhi kebutuhan rumah tangga
tersedia hak tertentu buat orang maka tidak diwajibkan atasnya zakat.
yang meminta-minta dan orang Harta yang dizakati harus
yang tidak bernasib baik." (Q.S. Al memenuhi beberapa syarat yakni: 1.
Ma'arij, 24- 25). Dalam hal ini, Harta tersebut merupakan miliknya
Mawardi berargumen bahwa sedakah penuh dan telah sampai pada batas
itu adalah zakat dan zakat itu adalah minimal (nisab), minimal untuk
sedekah: berbeda nama namun barang komoditas diperkirakan
memiliki arti yang sama. seharga 20 dinar emas atau berkisar
Zakat sendiri diwajibkan pada 96 gram emas.
tahun kedua hijrah di Madinah, 2. harta mencapai nisab dalam satu
namun pembahasan zakat telah tahun setelah digunakan untuk
termaktub dalam ayat-ayat makiyah. memenuhi kebutuhan pokok seperti
Perbedaan yang nampak dari ayat- tempat tinggal, makan dan pakaian
ayat makiyah dan madaniyah (Ahmad Muhammad al Assal: 1999).
terletak pada besar dan nisab zakat Untuk harta yang telah
yang telah ditetapkan di Madinah. mencapai nisab dan haul, namun
Zakat saat di Makkah tidak sedang tidak berada ditangan atau
ditentukan batas dan besarnya, dihutangkan, maka zakat tetap wajib
tetapi diserahkan kepada rasa iman, dikeluarkan meskipun terdapat
kemurahan hati, dan rasa tanggung perbedaan diantara ulama.
jawab seseorang atas orang-orang Pada masa Rasul, harta yang
beriman. Ini berbeda dengan di dapat dikembangkan serta wajib
Madinah yang tegas memerintahkan dizakati meliputi:
kewajiban zakat serta telah 1. Binatang ternak, apabila
ditetapkan besar dan nisabnya secara dipelihara untuk perkembang
jelas. biakkan dan bukan untuk

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 3
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat
dipekerjakan.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
3 ikonomika
IKONOMIK
A

2. Emas dan perak, dahulu dijadikan diperoleh dari ladang. Madu dari
mata uang. Untuk emas dan perak pengunungan dikenakan zakat sebesar
sebesar 2,5% dari nisabnya (96 gram seperduapuluh atau 5% sedangkan
emas dan 672 gram perak). Sebagian madu dari ladang sebesar sepersepuluh
besar ulama berpendapat bahwa uang atau 10%.
kerta yang saat ini digunakan sebagai Pada Muktamar kedua para
pengganti emas dan perak juga wajib ulama yang membahas masalah
dizakati meskipun hanya sebagai keislaman di tahun 1965 M membuat
simpanan. keputusan bahwa harta yang tumbuh
3. Barang dagangan (perniagaan), dan berkembang, yang belum ada
nisabnya 20 dinar dan zakatnya nash atau dalilnya atau belum ada
2,5% apabila terpenuhi selama ketentuan fiqh yang mewajibkannya,
setahun. maka hukumnya wajib dizakati,
4. Hasil bercocok tanam dan buah- bukan dari jenis bendanya, akan
buahan, jumhur ulama tetapi dari keuntungan bersih yang
berpendapat bahwa untuk apa yng didapatkannya.
dihasilkan oleh bumi dan apa yang Harta kekayaan berupa
dibuahkan oleh pepohonan tidak bangunan, pabrik, kapal, pesawat dan
memiliki nisab tertentu, dan tidak sebagainya tidak wajib dikeluarkan
disyaratkan melewati setahun tetapi zakatnya yang diambil dari benda
diwajibkan tersebut, namun keuntungan
5. zakat ketika panen, 10% untuk bersihnya jika telah mencapai nisab
lahan yang tanpa irigasi (tadah hujan) wajib dikeluarkan zakat. Begitu juga
dan 5% untuk yang menggunakan dengan zakat profesi baik
alat (irigasi). (Muhammad Daud Ali: wiraswasta maupun pegawai negeri
1988) wajib mengeluarkan zakat dari
Dapat dilihat bahwa kewajiban penghasilannya begitu diterima,
zakat pada hasil bercocok tanam meskipun belum mencapai satu
(hasil bumi) memiliki tingkat tahun. Ini sesuai dengan pendapat
peresentasi yang berbeda-beda, sebagian sahabat (Ibn Abbas, Ibn
terbesar yakni 10% untuk lahan Mas'ud, dan Mu'awiyah), sebagaian
tadah hujan dan 5% untuk lahan tabiin (al Zuhri, Hasan Basri), serta
irigasi. Sedangkan tiga jenis harta pendapat Umar bin Abdul Aziz,
lainnya rata-rata yang wajib dikeluarkan sehingga akan tercipta kesamaan
zakatnya sebesar 2,5%. Besaran antara zakat para professional dan
persentasi yang berbeda dapat dipahami petani yang dikeluarkan ketika
dengan melihat ketersediaan faktor- panen. Pembagian harta yang wajib
faktor produksi; tanah, modal, dizakati di atas, menjadi bahan rujukan
manajemen, pekerja dan teknologi, yang bagi pengembangan zakat
saat itu ketersediaannya terbatas dan dikemudian hari.
membutuhkan biaya. Begitu juga
dengan kebijakan Umar, dalam
membedakan besarnya zakat madu 3. Distribusi Zakat Dalam Islam
yang diperoleh dari pegunungan Disamping kewajiban untuk
dengan madu yang mengambil zakat yang telah ditetapkan,

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 3
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat

pendistribusian dana zakat pun untuk para fakir dan miskin. Tetapi
dalam Islam tercantum dengan jelas. setelah semua fakir dan miskin
Sebagaimana yang tertuang dalam Q.S menerima bagian, ternyata harta
at-Taubah : 60, yang artinya sebagai zakat masih banyak dan petugas itu
berikut : pun lalu berkirim surat kepada Umar
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, untuk meminta petunjuk bagaimana
hanyalah untuk orang-orang fakir, membagikan zakat yang masih ada.
orang-orang miskin, amil, para Kemudian Umar memberi petunjuk agar
muallaf yang dibujuk hatinya, untuk harta zakat yang tersisa itu diberikan
(memerdekakan) budak, orang-orang kepada kaum al-garimin. Apabila
yang berutang untuk jalan Allah dan sisanya masih ada, supaya diberikan
orang-orang yang sedang dalam kepada hamba sahaya yang ingin
perjalanan sebagai suatu ketetapan yang memerdekakan dirinya. Urutan yang
diwajibkan Allah dan Allah Maha dahulu menutupi urutan yang datang
Mengetahui lagi Maha Bijaksana". kemudian, baik menutupi secara
Terdapat perbedaan pendapat penuh maupun hanya sebagian, seperti
dikalangan ulama akan pendisribusian sistem hijab (penghalang) yang
zakat, apakah harus dibagikan berlaku dalam hal waris.
kepada delapan golongan tersebut Di masa Umar Bin Abdul Aziz,
atau pada salah satu golongan saja. jumlah pembayar zakat terus meningkat,
Namun lebih jauh, Ibn Taimiyah sementara jumlah penerima zakat terus
berpendapat bahwa alokasi dana zakat berkurang bahkan habis atau benar-
tidak harus dibagikan pada delapan benar habis secara absolut. Sehingga
golongan mustahik secara menyeluruh negara mengalami surplus. Ketika
tetapi pendistribusiannya diutamakan ini terjadi, maka redistribusi
pada golongan yang sangat kekayaan negara selanjutnya
membutuhkan, sebagaimana urutan diarahkan kepada subsidi
dalam Al-Qur'an telah menunjukkan pembayaran utang-utang pribadi, dan
urutan prioritas. subsidi sosial dalam bentuk
Dari penjelasan ayat di atas, pembiayaan kebutuhan dasar yang
dapat difahami bahwa dari delapan sebenarnya tidak menjadi
golongan mustahik zakat yang tanggungan negara, seperti biaya
disebutkan, urutan yang disebutkan perkawinan.
lebih dulu merupakan golongan yang Pendistribusian zakat kepada
sangat membutuhkan bantuan zakat para mustahik dapat dalam bentuk
dibandingkan dengan golongan konsumtif atau produktif. Zakat
yang disebut kemudian. secara konsumtif sesuai apabila
Memprioritaskan fakir dan miskin sasaran pendayagunaan adalah fakir
juga pernah dilakukan oleh Khalifah dan miskin yang memerlukan
Umar bin Abdul Aziz, ketika makanan dengan segera. Apa bila
mengangkat seorang amil zakat fakir miskin tersebut diberikan zakat
yang kemudian ditempatkan di produktif maka harta zakat itu akan
Afrika. Umar memerintahkan amil cepat habis.
zakat itu agar memprioritaskan Untuk itu, memanfaatkan serta
pembagian zakat mendayagunakan zakat memerlukan

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
3 ikonomika
IKONOMIK
A

kebijaksanaan dan visi kesulitan ekonomi karena


kemaslahatan dari pemerintah selaku berpindah agama.
amil zakat atau lembaga amil zakat b. Menyediakan sarana dan dana
yang tumbuh di masyarakat untuk membantu orang-orang yang
sebagaimana yang ada di Indonesia. terjebak pada tindakan kejahatan,
Pendistribusian zakat saat ini dapat asusila dan obat-obatan terlarang.
diberikan pada beberapa golongan, c. Membantu terciptanya sarana
sebagai berikut; rehabilitasi kemanusian lainnya.
1. Bagi fakir dan miskin, jika memiliki 3. Dana zakat bagi golongan Riqab
potensi usaha maka dana zakat (budak) saat ini dapatdialokasikan
untuk:
dapat diberikan untuk: a. Membebaskan masyarakat
a. Pinjaman modal usaha agar usaha muslim yang tertindas sehingga
yang ada dapat berkembang. sulit untuk mengembangkan diri
b. Membangun sarana pertanian dan terutama di daerah-daerah minoritas
perindustrian untuk mereka yang dan konflik.
tidak mendapatkan pekerjaan. b. Membantu membebaskan buruh-
c. Membangun sarana-sarana buruh dari majikan yang dzolim,
pendidikan dan pelatihan untuk dalam hal ini membantu dalam biaya
mendidik mereka agar terampil maupun mendirikan lembaga
dan terentas dari advokasi para TKW/TKI yang
kemiskinan.Dalam golongan fakir menjadi korban kekerasan.
miskin ini ialah anak yatim yang c. Membantu membebaskan mereka
tidak memiliki harta waris yang yang menjadi korban trafiking
cukup, para lanjut usia yang tidak sehingga menjadi PSK, dan
mampu lagi berusaha, mereka pekerja dibahwa umur yang
yang terkena musibah kehilangan terikat kontrak dengan majikan.
harta bendanya, baik karena bencana 4. Dana Zakat untuk golongan
alam atau kecelakaan lainnya, Gharimin (orang yang berhutang)
para gelandangan, anak-anak dapat dialokasikan untuk:
terlantar dan banyak lagi lainnya a. Membebaskan hutang orang yang
yang saat ini merupakan akibat terlilit hutang oleh renternir.
dari kesenjangan b. Membebaskan para pedagang
sosial/kemiskinan yang sering dari hutang modal pada bank titil
tercipta oleh sistem. di pasar-pasar tradisional yang
bunganya mencekiki.
d. Zakat bagi Amil dialokasikan untuk: c. Pada golongan Fi sabilillah, dana
e. Menutupi biaya administrasi dan zakat dapt dialokasikan untuk:
memberikan gaji bagi amil yang telah d. Membantu pembiayaan dalam
mendarmakan hidupnya untuk meningkatkan kualitas
kepentingan umat. sumberdaya manusia.
f. Mengembangkan lembaga-lembaga e. Membantu para guru
zakat dan melatih amil agar lebih agama/umum yang ada didaerah-
professional. daerah terpencil dengan
2. Untuk golongan Muallaf, zakat penghasilan yang minus.
dapat diberikan pada beberapa kriteria : f. Membantu pembiayaan pemerintah
a. Membantu kehidupan muallaf karena dalam mempertahankan
kemungkinan mereka mengalami kedaulatan negara dari gangguaan
asing.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 3
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat

5. Zakat untuk golongan Ibn Sabil 4. Wakaf Sebagai Model Redistribusi


dapat dialokasikan untuk: Kekayaan Indvidu Untuk
a. Membantu para Masyarakat
pelajar/mahasiswa yang tidak Dari segi istilah wakaf diartikan
mampu untuk membiayai sebagai suatu jenis pemberian yang
pendidikannya terutama pada kondisi dilakukan dengan cara menahan
dewasa ini, dimana pendidikan (kepemilikan) untuk dimanfaatkan guna
menjadi mahal dan cenderung kearah kepentingan umum.
komersial. Ajaran wakaf bersumber pada
b. Menyediakan bantuan pagi pemahaman akan teks al Qur‟an dan
korban bencana alam dan bencana Hadis. Secara khusus tidak
lainnya. ditemukan dalam al Qur‟an ayat
c. Menyediakan dana bagi musafir yang yang tegas menjelaskan tentang
kehabisan bekal, ini sering terjadi ajaran wakaf, namun yang ada ialah
ketika mereka terkena musibah pemahaman kontekstual dari ayat
diperjalanan seperti kehlilangan yang menganjurkan untuk
bekal, penipuan, perampokan dan melakukan amal kebajikan agar
lain sebagainya. mendapatkan kemenangan dan
Negara-negara Islam memperoleh kebajikan. Begitu pula yang terdapat
kemerdekaan seperti Banglades, dalam Hadis yang menganjurkan
Pakistan, Saudi Arabia, Sudan, Iran, secara langsung maupun tidak
Libya, UAE, Kuwait dan banyak langsung untuk mewakafkan
lagi lainnya. Ini dikarenakan sebagaian harta yang dimiliki.
kemerdekaan telah mendukung Selain dasar dari al-Quran dan Hadis
institusi zakat menjadi institusi legal, di atas, para ulama sepakat (ijma‟)
baik dibawah pemerintah maupun menerima wakaf sebagai satu amal
lembaga independent (masyarakat) jariah yang disyariatkan dalam Islam.
sehingga optimisme untuk Dari pengertian serta
mewujudkan zakat sebagai salah landasan hukum wakaf
satu instrumen dalam menciptakan tersebut di atas, dapat difahamai
keadilan distribusi dapat terwujud bahwa harta wakaf
secara maksimal.Sesungguhnya sepenuhnya digunakan untuk
kesadaran umat Islam akan kewajiban kemaslahatan masyarakat dan
zakat yang memiliki banyak dimensi tidak diperkenankan
diantaranya sosial, moral dan untuk melakukan sesuatu
ekonomi, akan berimbas pada tindakan pada harta
meningkatnya zakat yang dikeluarkan wakaf kecuali untuk
dan menciptakan kesejahteraan di kemaslahatan. Pemahaman
masyarakat. Namun ini akan sulit atas perintah untuk
tercapai jika pemahaman melaksanakan wakaf secara kontekstual
masyarakat tidak dirubah dengan yang terdapat dalam al Qur‟an dan
pahaman yang lebih baik, Hadis di atas, dapat pula dipahami
pemerintah tidak memberikan bahwa substansi ajaran wakaf terletak
fasilitas dan kebijaksanaan tegas pada nilai kemanfaatan yang diperoleh
untuk mengambil zakat. Serta dari harta wakaf untuk kepentingan
meminimalkan kepentingan individu umat. Pemeliharaan harta wakaf dan
dan kelompok yang sering mekanisme pemberdayaan wakaf,
menghambat optimalisasi zakat, merupakan suatu hal yang mesti
sehingga berakibat pada timbulnya dipikirkan dengan sebaik-baiknya agar
ketidakpercayaan masyarakat terhadap substansi ajaran wakaf dapat terrealisasi.
Institusi pengelola zakat. Wakaf pada dasarnya
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
3 ikonomika
IKONOMIK
A
sejalan dengan tujuan
ekonomi modern;

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 3
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat

menjadi cara yang lebih baik untuk “Allah mensyariatkan bagimu


mendistribusikan pendapatan di tentang pembagian pusaka untuk
masyarakat dengan memberikan solusi anak- anakmu, yaitu bahagian
terhadap pemenuhan kebutuhan publik seorang anak laki-laki sama dengan
(under-supply publics good). Ini dapat bahagian dua orang anak
dilakukan dengan memanfaatkan wakaf perempuan. Dan apabila anak
bagi kepentingan masyarakat luas, tersebut semuanya perempuan (lebih
seperti halnya penggunaan dana dari dua orang), maka berilah
wakaf untuk menyediaan air bersih, mereka dua pertiga dari harta yang
mendukung terciptanya institusi ditinggalkan. Jika anak perempuan
riset dan perpustakaan yang akan tersebut seorang saja, maka ia
membantu perkembangan kualitas memperoleh separo harta.
sumber daya manusia.
Disamping pemanfaatan Dan untuk dua orang Ibu Bapa,
tersebut, secara ekonomi bagai mereka masing-masing seperenam
pemberdayaan harta wakaf juga dari harta yang ditinggalkan, apabila
dapat dilakukan untuk meningkatkan yang meninggakan itu mempunyai anak.
keterampilan masyarakat miskin Apabila yang meninggal tersebut
dengan mendirikan lembaga- tidak mempunyai anak, sedangkan ahli
lembaga pendidikan dan pelatihan, waris hanya ibu dan bapak, maka
rumah sakit, lembaga keuangan mikro, bagian ibu adalah sepertiga.
bank wakaf dan lain sebagianya, Apabila pewaris meninggalkan
yang sepenuhnya bertujuan untuk saudara, maka bagian ibu adalah
meningkatkan kemampuan seperenam. (Pembagian pembagian
masyarakat agar dapat bersaing pada tersebut) dilakukan setelah pelaksanaan
lapangan kerja dan terentas dari wasiat yang dibuat pewaris serta setelah
kemiskinan. dibayarkan utangnya. Tentang orang
Kesadaran untuk memahami dan tuamu dan anak-anakmu, tidak akan
mewakafkan sebagian harta baik secara kamu ketahui siapa diantara mereka
tunai maupun tidak, memberikan yang lebih dekat (banyak)
kontribusi yang cukup besar dalam mendatangkan manfaat kepadamu.
terciptanya keadilan distribusi di (Ketentuan) ini adalah ketetapan
tengah-tengah masyarakat. Karena dari Allah. Sesungguhnya Allah
eksistensi wakaf berkaitan dengan Maha Mengetahui lagi Maha
kemanfaatan harta wakaf bagi Bijaksana. Dan bagimu (suami-suami)
kepentingan umat yang tanpa adalah seperdua dari harta-harta yang
disadari, telah menciptakan jaminan ditinggalkan isteri isterimu, apabila
agar kesejahteraan dapat terwujud mereka tidak mempunyai anak.
dilingkungan sosial (jaminan sosial). Apabila mereka mempunyai anak,
maka bagianmu (suami) adalah
5. Waris Sebagai Model Redistribusi seperempat dari harta- harta yang
Dalam Keluarga ditinggalkan isteri-isterimu, setelah
Lahirnya konsep waris dilaksanakan wasiat dan dibayarkan
dipresentasikan oleh teks al-Qur‟an yang utangnya.
rinci, dan sistematis yang
menempati posisi fundamental dalam Para isteri memperoleh
ajaran Islam. Ini dapat dibuktikan seperempat bagian dari harta yang
dengan penjelasan dasar-dasar sistem ditinggalkan apabila kamu tidak
kewarisan Islam pada ayat-ayat dalam mempunyai anak. Jika kamu
al-Qur‟an sebagaimana yang terdapat meninggalkan anak maka isteri-
pada surat an-Nisa 11-12 dan 176 isterimu memperoleh seperdelapan
yang artinya sebagai berikut: bagian, setelah dilaksanakan wasiat dan
dibayarkan utang-utangmu. Jika
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
3 ikonomika
IKONOMIK
A

seseorang mati, baik laki-laki Islam bisa saja ditafsirkan dan


maupun perempuan, namun tidak direkonstruksi sesuai
meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi
meninggalkan seorang saudara laki-
laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja),
maka maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam
harta.
Tetapi apabila saudara seibu
tersebut lebih dari seorang, maka
mereka bersekutu dalam sepertiga
tersebut, sesudah dilaksanakan wasiat
yang dibuat dan dibayarkan utang
yang dibuat, dengan tidak
memberikan mudharat (bagi ahli
waris). Allah menetapkan yang
demikian tersebut sebagai syarai 'at
yang benar-benar dari Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun”.
Serta ayat 176 yangartinya:
“Mereka meminta fatwa kepadamu
tentang kalalah (tidak
meninggalkan ayah dan anak), maka
katakanlah: Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah, yaitu: Jika
seorang meninggal dunia dan tidak
mempunyai anak (tetapi)
mempunyai (seorang saudara
perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan tersebut seperdua dari
harta yang ditinggalkan, dan saudaranya
yang laki-laki mempusakai (seluruh
harta saudara perempuan). Jika ia
tidak mempunyai anak, tetapi
mempunyai dua orang saudara
perempuan, maka bagi mereka dua
pertiga dan harta yang
ditinggalkannya. Dan Jika ahli warisnya
terdiri dari seorang saudara laki-laki dan
saudara perempuan, maka bahagian
seorang saudara laki-laki adalah dua
bahagian dari saudara perempuan. Alah
menerangkan hukum ini kepadamu
supaya kamu tidak sesat. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Meskipun ayat tersebut secara
umum menjelaskan tentang
kewarisan Islam, namun pada
kalangan tertentu hukum kewarisa
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 3
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat
dengan kondisi yang
memungkinkan untuk
dipertimbangkan.
Terkecuali masa berlakunya
hukum waris yang disebabkan oleh
kematian seseorang, jika ia
meninggalkan sejumlah harta dan
memiliki ahli waris tanpa adanya
penujukan sebelumnya ketika ia
hidup, dan tanpa adanya transaksi
amal tertentu kepada orang lain.
Ketentuan tersebut membedakan
waris dengan hukum wakaf dan
hibah yang dilakukan disaat
seseorang hidup meski bertujuan
untuk amal kebajikan. Juga berbeda
dengan wasiat walau pun masa
berlakunya terjadi setelah kematian
seseorang, meskipun wasiat sebagai
transaksi amal kebajikan yang
peristiwa terjadinya ketika hidup
seseorang dan manfaatnya setelah
kematiannya.
Besaran jumlah harta waris
yang dibagikan secara berbeda-beda
dalam satu keluarga dapat
dimengerti dengan melihat besarnya
tanggung jawab yang diemban setiap
individu dalam keluarga. Meskipun
dalam hal ini terdapat perbedaan
dikalangan ahli hukum. Anak laki-
laki mendapatkan bagian yang
diterima anak perempuan, seperti
pendapat Munawir Sadjzali (1988)
yang menawarkan jumlah yang
seimbang untuk anak laki-laki dan
perempuan 1:1.Untuk itu yang
perlu dijadikan dasar dalam
memahami ialah besarnya tanggung
jawab yang diemban bagi setiap ahli
waris.
Distribusi kekayaan secara adil
berdasarkan konsep waris dalam
keluarga, dapat memotivasi pewaris
untuk semasa hidupnya mencari
rizki sebesar-besarnya agar tidak
meningalkan keturunan yang miskin.
Dengan harta waris, ahli waris dapat
menggunakanya untuk kepentingan
sosio-ekonominya disaat pewaris
telah meninggal dunia, seperti harta
waris digunakan untuk biaya
pendidikan, hidup, usaha dan
menanggung keluarga. Secara
langsung

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
4 ikonomika
IKONOMIK
A

pewaris tidak meninggalkan anak-


anak (yatim piatu) yang miskin dan al-Mann (mengungkit-ungkit), al-
terbelakang karena pewaris tidak Aza (menyakiti) melakukan sedekah
meningalkan harta waris yang namun dengan sedekah ia menyakiti
cukup untuk kehidupan mereka. orang yang menerimanya, dan
Begitu pula bagi ahli waris untuk Ria(memperlihatkan) memamerkan
menjaga dirinya agar tidak melakukan kepada orang lain bahwa ia
hal-hal yang dapat menyebabkan bersedekah.
terputusnya hak waris yang dimiliki. Penekanan terhadap sikap berinfak
6. Konstruksi Sedekah Dan Infak dan bersedekah merupakan sarana yang
Sebagai Model Redistribusi tepat untuk membantu
Sedekah merupakan pemberian dari mencipatakan masyarakat yang
seorang muslim secara sukarela perduli akan kondisi sosial, karena
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah pada dasarnya setiap manusia harus
tertentu, atau suatu pemberian yang menyadari bahwa setiap individu
dilakukan oleh seseorang sebagai tidak dapat hidup sendiri, dan
kebajikan yang mengharap ridha sebaliknya membutuhkan orang
Allah SWT dan pahala semata. lain. Jika kesadaran ini terus dibangun,
Berdasarkan pengertian tersebut, infak tidak diragukan akan memunculkan
termasuk dalam kategori sedekah. dermawan-dermawan baru yang mampu
Islam menuntun umatnya untuk berbagi bukan hanya dengan harta,
menjadi jiwa yang bersih, pemurah namun juga dengan perbuatan (keahlian
dan penyantun, dengan mengajarkan dan kemampuan) yang mampu
kerelaan untuk memberikan bantuan dilakukan.
tanpa diminta, berinfak dan Infak dan sedekah non matriil
bersedekah dalam keadaan lapang (keahlian), kiranya sangat sesuai dengan
maupun sempit, yang merupakan kondisi masyarakat dan
cerminan dari rasa cinta terhadap perkembangan zaman saat ini,
orang lain sepertia mencintai diri dimana persaingan dalam sega
sendiri. Memberikan kabar gembira aspek kehidupan membutuhkan
pada mereka yang mau berderma dan keahlian dan keterampilan. Untuk
berinfak, serta sebaliknya mengecam itu, rekonstruksi terhadap pemahaman
sikap kikir terhadap harta, sehingga infak dan sadakah harus dimulai,
mampu membuka hati yang keras dengan menyadarkan pada
dan menggerakkan tangan yang masyarakat bahwa infak dan
terbelengguh kekikiran menjadi sedekah bukan hanya bersifat
mau memberikan pertolongaan. Ini material/tunai, namun infak dan
dapat tercipta karena Islam sedekah dapat diberikan dengan
mengajarkan bahwa harta berbagai keahlian dan keterampilan.
merupakan amanah yang digunakan Rekonstruksi perlu dilakukan karena
sebagai sarana untuk beribadah dan selama ini model infak dan sedekah
bukan sebagai tujuan. yang difahami oleh masyarakat luas
Sedekah dalam konsepsi Islam ialah model infak dan sedekah yang
mempunyai arti luas dan tidak terbatas pada harta kekayaan (material),
hanya terbatas pada pemberian meskipun itu dapat dilakukan.
sesuatu yang bersifaat matriil, namun Infak dan sedekah keahlian
lebih dari itu, sedekah mencakup dapat dilakukan dengan melihat profesi
semua perbuatan kebaikan, baik setiap individu dan menyumbangkan
secara fisik maupun non fisik. keahliannya dalam satu wadah/lembaga
Disamping itu, ada beberapa hal yang yang dikelola secara bersama-sama dan
dapat membatalkan sedekah yaitu, didirikan dari harta wakaf. Seperti
halnya lembaga pendidikan SD/MI,
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 4
Peran Instrumen Distribusi Ekonomi Islam Dalam Menciptakan Kesejahteraan Di
Masyarakat

SMP/MTS, SMA/MA bahkan tinggi, lembaga keterampilan dan


Perguruan Tinggi (PT) bagi mereka pelatihan, lembaga advokasi, rumah
yang berprofesi sebagai guru dan dosen, sakit, bank, koperasi syariah dan
dengan meluangkan sedikit waktu untuk lain sebagainya yang dapat memberi
mengajar. Bidang kesehatan bagi mereka kemanfaatan sebesar-besarnya
yang berprofesi sebagai dokter dan untuk kepetingan masyarakat. Dari
tenaga medis, dengan memberikan instrumen infak dan sedekah sebagai
layanan kesehatan pada klinik- amal kebajikan individu terhadap
klinik, dan rumah sakit. Serta masyarakat, akan mendukung
memberikan bantuan hukum pada tercipata para profesional yang
masyarakat, melalui lembaga dengan ikhlas mau berderma baik
bantuan hukum bagi mereka yang harta maupun keahliannya untuk
berprofesi sebagai advokat dan lain mengisi tenaga profesional pada
sebaginya. lembaga-lembaga yang telah terbentuk
Rekonstruksi infak dan sedekah dari harat wakaf di atas.
profesi secara langsung dapat
meningkatkan kemanfaatan lebih C. SIMPULAN
besar dari sekedar infak dan sedekah
yang biasa dilakukan, serta Dari pembahasan di atas, dapat
mewujudkan jaminan akan diambil simpulan bahwa sinergi
terciptanya masyarakat yang lebih instrumen distribusi seperti zakat,
baik, serta terselenggaranya wakaf, waris, infak dan sedekah
pendidikan, kesehatan, hukum dan dalam ekonomi Islam, akan mampu
lain sebagainya secara gratis dan menciptakan jaminan sosial yang
berkesinambungan. menyeluruh bagi segenap lapisan
Instrumen waris yang masyarakat. Bila jaminan sosial
merupakan instrumen wajib individu Islam dapat diterapkan secara utuh
atas keluarga, akan membentuk akan tercipta umat yang berkualitas,
jaminan sosial dari individu untuk dihasilkan dari lembaga pendidikan,
keluarga, sehingga setiap individu akan pelatihan, rumah sakit dan lainnya, yang
termotivasi untuk bekerja keras agar merupakan hasil dari pemberdayaan
nantinya tidak meninggalkan anak- instrumen distribusi dalam ekonomi
anak yatim yang miskin dan Islam.
berkesusahan. Lebih dari itu, jika seluruh
Begitu pula dengan instrumen instrumen tersebut dapat berjalan
wakaf yang merupakan instrumen dan dikembangkan, akan
amal kebajikan individu untuk menciptakan kesejahtera di
masyarakat, apa bila dikelola masyarakat. Selain itu, dengan
dengan baik akan menjadi jaminan terciptanya kesejahteraan akan
sosial bagi seluruh masyarakat yang meringangankan beban pemerintah
tidak hanya terbatas bagi golongan dalam mengatasi permaslahan
tertentu seperti halnya zakat. kemiskinan dan pengguruan yang
Melalui wakaf akan berdiri selama ini menjadi pekerjaan rumah
lembaga-lembaga sosial-ekonomi pembangunan ekonomi Indonesia.
masyarakat seperti; madrasah, perguruan

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
4 ikonomika
IKONOMIK
A

DAFTAR PUSTAKA
A.Sukris Sarmadi, Transedensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif,
Jakarta: Raja Grafindo persada, 1997
Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998
Ahmad Muhammad Al Assal, Sistem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam,
Bandung: Pustaka Setia, 1999
Amir Syarifudin, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003
Bayu Krisnamurthi, Krisis Moneter Indonesia Dan Ekonomi Rakyat, disampaikan
dalam seminar pendalaman Ekonomi Rakyat, Jakarta, 9 April 2002
BAZNAS, Masalah Dalam Zakat (Artikel; Baznas)
Didin Hafiduddin, Zakat Investasi Properti, (Artikel), 2 Desember 2007. www.
Republika.com
Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 2001
Fedrik Benu, Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Suatu
Kajian
Konseptual, didownload dari www. ekonomirakyat. org/edisi 5/artikel 5.
Habib Ahmed, Role of Zakat and awqaf in Property Alleviation, Jedah: IRTI IDB,
2004
Ibnu Rusy, Bidayatul Mujtahid, Dar Fikr; ttp, tt, juz I
Imam Muslim, al-Jami al-Shahih al-Muslim, Mesir: Mustafa al Halabi wa al
Awladuh, J. III, 1348 H
M Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press
2000
M. A Mannan, Teori dan Peraktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bakti
Wakaf, 1997
Muhammad Akram Khan, Ajaran Nabi Muhammad Tentang Ekonomi, (Jakarta:
BMI, 1997
Muhammad Akram Khan, An Intriduction To Islamic Economics, Pakistan:IIIT,
1994
Munawir Sjadzali, Reaktualisasi Ajaran Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988
Murat Cizakca, “Awqaf in History and its implications for modern Islamic
economics”,
Jurnal, Islamic Economic Studies, Vol. 6, No.1 November 1998
Rafiq Yunus Masri, An Nama' Fi Zakat al Mal, Damaskus: Dar al Maktab, 2006
Said Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1985/1405 H
Sayid Imam Mumahammad Ibn Ismail al-Kahlani, Subulu al-Salam (Jus III),
Bandung: Maktabah al-Dahlan, tt.
Taufik Muhammad, Mengupas sejarah reformasi ekonomi Umar bin Abdul Aziz,
dan mengapa kita gagal?, diakses pada
Wahbah Al Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung: Rosda Karya, 1995
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Fiqh Zakah), Bogor: Litera Antar Nusa 1987
Yusuf Qardhawi, Muskilah al Fakr wakaifa Aalajaha al Islam, Alih bahasa: Syafril
Halim, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/
ikonomika E-mail:ikonomikafebi@gmail.com 4

Anda mungkin juga menyukai