Anda di halaman 1dari 20

Al-Amwal, Volume 8, No.

2 Tahun 2016

KEBIJAKAN DISTRIBUSI DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI ISLAM

Naerul Edwin Kiky Aprianto


Program Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Purwokerto
Email: naerul_edwin@yahoo.com

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari keadilan distribusi bagi setiap individu.
Namun pada realitanya, nampak terjadi ketidakadilan dan ketimpangan dalam
pendistribusian pendapatan dan kekayaan, sehingga berdampak pada
peningkatan jumlah kemiskinan. Kebijakan distribusi dalam Islam menjunjung
tinggi nilai-nilai keadilan yang didasarkan pada al-Qur’an, yakni agar kekayaan
tidak beredar hanya pada satu kelompok saja. Untuk itu, tulisan ini
menyimpulkan bahwa kebijakan distribusi dalam pembangunan ekonomi Islam
menekankan pada penghapusan sistem bunga (ribawi) yang hanya
menguntungkan pihak yang bermodal dan berakibat pada penumpukan harta
pada golongan tertentu. Selain itu, masyarakat dituntut untuk menyadari akan
peran pentingnya menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit
kesenjangan ekonomi dengan menunaikan zakat, infak, sedekah, wakaf dan waris,
sehingga dapat dioptimalkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan
ekonomi. Kemudian, yang tidak kalah penting dalam kebijakan distribusi adalah
dengan mengoptimalkan sukuk sebagai sumber pembiayaan pembangunan
negara dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kata Kunci: Kebijakan Distribusi, Pembangunan Ekonomi Islam.

ABSTRACT
Economic growth can not be separated from justice of distribution for each
individual. But in reality, it seems an injustice and inequality in the distribution of
income and wealth, so the impact on the increase of poverty. Distribution policy
in economic development Islam upholds the values of justice based on the Qur'an,
that is wealth does not circulate only one group alone. This paper concludes that
the distribution policy in economic development Islam emphasizes the elimination
rate system that benefits those who have capital and resulted in accumulation of
wealth in certain groups. In addition, people are required to realize the
importance of creating the role of distributive justice and narrow the economic
gap with the practice regular charity, infaq, sadaqah, awqaf, inheritance and
others, so that it can be optimized as a source of financing economic development.
Then, the no less important in the distribution policy is to optimize the sukuk to
finance the country's development in order to improve public services, so that the
results can be felt by the whole society.
Keywords: Distribution Policy, Islamic Economic Development.

437
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

A. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi pada


Pengalaman pembangunan hakikatnya merupakan suatu proses
ekonomi Indonesia yang dijalankan untuk mengubah suatu keadaan
berdasarkan mekanisme pasar yang menjadi lebih baik dari sebelumnya
tidak berjalan dengan adil sering atau meningkatkan kualitas suatu
menimbulkan permasalahan- keadaan menjadi kualitas yang lebih
permasalahan sosial di masyarakat, di baik, sehingga kesejahteraan dan
antaranya kesenjangan antara orang kemakmuran semakin tinggi.3 Dalam
kaya yang semakin kaya dan orang perspektif Islam, pembangunan
miskin yang semakin miskin. ekonomi bukan hanya bertujuan pada
Kesenjangan tersebut merupakan pembangunan material saja, tetapi juga
akibat dari tidak terciptanya distribusi meliputi segi spiritual dan moral. Oleh
yang adil di masyarakat.1 Sebagai sebab itu, pembangunan moral dan
contoh, dalam pembangunan ekonomi spiritual harus terintegrasi dengan
pada masa Orde Baru, banyak pembangunan ekonomi.4
menimbulkan ketidakadilan dalam Untuk mencapai kesejahteraan di
ekonomi. Sementara itu, kebijakan masyarakat, maka diperlukan kebijakan
pemerintah juga cenderung berpihak distribusi secara adil dan merata.
kepada elit ekonomi, sehingga pada Pemerintah sebagai pemegang amanah
akhirnya menjadikan alokasi distribusi Allah memiliki tugas untuk dapat
ekonomi banyak terserap kepada mencukupi kebutuhan masyarakatnya,
kelompok tertentu. Meskipun pada baik dasar/primer (ḍarūri), sekunder
awalnya diharapkan dapat menetes (haĵi), maupun tersier (taḥsῐnῐ).
pada ekonomi rakyat miskin, Sebagaimana Ruslan Abdul Ghofur
sebagaimana yang diperkirakan oleh Noor dalam tulisannya, mengemukakan
konsep trickle down effect2, namun bahwa kebijakan distribusi dalam
pada kenyataannya kebijakan tersebut menciptakan keadilan ekonomi akan
belum mampu mengangkat sulit terwujud jika tidak melibatkan
kemampuan ekonomi rakyat miskin, peran institusi yang ada seperti halnya
sehingga ketimpangan ekonomi pemerintah dan masyarakat. Oleh
semakin tajam dan mengakibatkan karena itu, peran pemerintah dan
semakin tingginya tingkat kemiskinan masyarakat sangat dibutuhkan, karena
yang sampai saat ini masih dirasakan. kebijakan distribusi akan teraplikasikan
dengan baik ketika kedua institusi yang
ada bekerja. Ketika institusi tersebut
1 bekerja, keadilan akan tercipta dan
Ruslan Abdul Ghofur Noor, “Kebijakan
Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun
Keadilan Ekonomi Indonesia”, Islamica, Vol.
6, No. 2, 2012, hlm. 316.
2
Teori trickle down effect mengemukakan
3
bahwa jika terjadi konsentrasi modal pada Michael P. Todaro & Stephen C. Smith,
kelas atas dan menengah, maka kekayaan ini Economic Development, 11th Edition (United
akan menetes ke bawah, sehingga memberikan Kingdom: Pearson Education, Inc., 2012), hlm.
keuntungan bagi masyarakat miskin yang ada 16.
4
di sekitarnya. Lihat Arif Budiman, Teori Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan
Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta: Islam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015),
Gramedia, 2000), hlm. 67. hlm. 21.

438
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

memberi dampak pada tersebarnya Paradigma pembangunan


harta secara adil di masyarakat.5 ekonomi selama ini banyak
Berdasarkan uraian di atas, ketergantungan dengan pertumbuhan
tulisan ini bermaksud untuk ekonomi (growth). Pertumbuhan
menegaskan kembali pentingnya ekonomi merupakan proses kenaikan
kebijakan distribusi dalam produksi suatu perekonomian yang
pembangunan ekonomi Islam. Upaya diwujudkan dalam bentuk kenaikan
ini dilakukan sebagai upaya untuk pendapatan nasional. Suatu negara
mendapatkan cara yang terbaik dalam dikatakan mengalami pertumbuhan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat ekonomi yang baik apabila produk
secara adil dan merata, sehingga domestik bruto (GDP) riil negara
kebijakan tersebut dapat mengurangi tersebut meningkat, dan kemudian hal
tingkat kemiskinan yang selama ini ini dijadikan sebagai salah satu
menjadi beban negara. indikator untuk mengukur
7
perkembangan ekonomi. Namun
B. PARADIGMA demikian, pertumbuhan ekonomi yang
PEMBANGUNAN EKONOMI tinggi tanpa diimbangi dengan
DALAM ISLAM distribusi yang adil dan merata akan
Pembangunan ekonomi menyebabkan kesenjangan ekonomi.
merupakan objek utama dari kajian Sebagaimana Abul Hasan
ilmu ekonomi pembangunan, yaitu Muhammad Sadeq mengemukakan
cabang ilmu ekonomi yang bahwa pertumbuhan dan keadilan
menganalisis masalah-masalah yang distribusi merupakan suatu hal yang
dihadapi oleh negara-negara sedang tidak dapat dipisahkan dalam
berkembang dan berupaya untuk pembangunan ekonomi Islam.8 Oleh
mengatasi masalah-masalah tersebut karena itu, jika terjadi kesenjangan
supaya negara-negara berkembang ekonomi, maka akan menimbulkan
dapat membangun ekonominya dengan masalah-masalah lain, seperti
lebih cepat.6 Istilah pembangunan penduduk miskin bertambah,
ekonomi digunakan secara bergantian pengangguran meningkat, tingkat
dengan pertumbuhan ekonomi dan kejahatan meningkat, kualitas
perkembangan ekonomi. Perbedaan pendidikan menurun, dan kemampuan
yang mendasar antara pertumbuhan daya beli masyarakat menurun. Untuk
ekonomi dengan perkembangan itu, kesenjangan ekonomi merupakan
ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi salah satu persoalan dalam
mengacu kepada negara-negara maju, pembangunan ekonomi.
sedangkan perkembangan ekonomi Pembangunan ekonomi diartikan
mengacu pada negara-negara sebagai proses yang menyebabkan
berkembang. pendapatan per kapita penduduk dapat
meningkat. Sementara itu,
pembangunan ekonomi dalam Islam
5
Ruslan Abdul Ghofur Noor, “Kebijakan
7
Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan
Keadilan Ekonomi Indonesia”, hlm. 326. Islam, hlm. 8.
6 8
M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic
dan Perencanaan (Jakarta: RajaGrafindo Development in Islam (Malaysia: International
Persada, 1993), hlm. 3. Islamic University Press, 1990), hlm. 9.

439
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

mempunyai muara yang lebih jauh pembangunan ekonomi tidak hanya


berupa peningkatan kesejahteraan terletak pada pembangunan material
dunia dan akhirat.9 Artinya, semata, tetapi juga menempatkan
pembangunan ekonomi tidak hanya manusia sebagai pelaku dan objek
berkaitan dengan kemaslahatan utama dari pembangunan itu sendiri
duniawi, tetapi juga menyangkut seiring fungsinya sebagai khalîfah di
hubungan dengan kemaslahatan muka bumi.
akhirat. Dalam hal ini, terjadi adanya Islam sebagai agama pengatur
keseimbangan antara aspek materiil kehidupan berperan dalam
dengan moral yang dapat membimbing dan mengarahkan
menghantarkan manusia menuju manusia dalam mengelola sumber daya
kebahagiaan yang hakiki. Oleh karena ekonomi untuk mencapai kemaslahatan
itu, tujuan pembangunan ekonomi di dunia dan akhirat. Menurut Khurshid
Islam adalah membangun Ahmad, ada empat dasar filosofi
kesejahteraan manusia baik di dunia pembangunan dalam Islam, antara lain:
maupun di akhirat. 1. Tauhîd, yang memegang peranan
Secara umum tujuan penting karena esensi dari segala
pembangunan ekonomi dalam Islam sesuatu termasuk aktivitas
adalah terpenuhinya dan terpeliharanya pembangunan ekonomi adalah
maqâshid syarῐah (agama, jiwa, akal, didasarkan ketundukan pada aturan
keturunan, dan harta), sehingga Allah, baik yang menyangkut
tercapai falâh atau kesejahteraan dunia hubungan antara Allah dengan
dan akhirat. Sebagaimana Muhammad manusia, serta manusia dengan
Akram Khan menjelaskan bahwa falâh sesamanya;
meliputi kelangsungan hidup, 2. Rubûbiyyah, yang menyatakan
kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dasar-dasar hukum Allah untuk
dan harga diri dengan beberapa aspek selanjutnya mengatur model
yang dipenuhi baik secara mikro pembangunan yang bernafaskan
maupun makro.10 Selanjutnya, fokus Islam. Konsep ini merupakan
pedoman tentang model yang suci
9
bagi pembangunan sumber daya
Hasan Aedy, Teori dan Aplikasi Ekonomi supaya berguna dan saling tolong-
Pembangunan Perspektif Islam (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), hlm. 13. menolong dalam berbuat kebaikan;
10
Untuk dapat melangsungkan kehidupan, 3. Khalîfah, yang menjelaskan status
maka secara mikro manusia membutuhkan dan peran manusia sebagai wakil
pemenuhan kebutuhan biologis seperti Allah di muka bumi. Konsep ini
kesehatan fisik atau bebas dari penyakit, dalam menempatkan manusia selaku
tataran ekonomi memerlukan kepemilikan
faktor produksi, secara sosial memerlukan
persaudaraan dan hubungan antarpersonal yang generasi yang akan datang. Adapun untuk bisa
harmonis, dan dalam tataran politik memiliki memiliki kekuatan dan harga diri, secara mikro
kebebasan untuk berpartisipasi. Secara makro setiap orang harus memiliki kemerdekaan,
kelangsungan hidup menuntut adanya perlindungan terhadap hidup, dan secara makro
keseimbangan ekologi, pengelolaan SDA, dan harus memiliki kekuatan ekonomi, terbebas
kebersamaan sosial. Untuk dapat bebas dari hutang, dan bahkan memiliki kekuatan
berkeinginan, manusia harus bebas dari militer yang tangguh. Lihat Muhammad Akram
kemiskinan dan memiliki kemandirian hidup, Khan, Economic Message of The Qur’an
sementara pada lingkup makro harus tersedia (Kuwait: Islamic Book Publisher, 1996), hlm.
sumber daya bagi penduduk masa sekarang dan 10-11.

440
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

khalîfah di muka bumi ini yang ditentukan oleh kualitas sumber daya
bertanggung jawab sebagai manusia yang dimiliki oleh suatu
pemegang amanah Allah dalam bangsa tersebut.
bidang akhlak, ekonomi, politik, Dengan demikian, penekanan
sosial, dan juga prinsip organisasi utama dalam pembangunan menurut
sosial bagi manusia; dan Islam terletak pada pemanfaatan
4. Tazkiyyah, misi utama utusan sumber daya yang telah diberikan
Allah adalah menyucikan manusia Allah kepada umat manusia dan
dalam hubungannya dengan Allah, lingkungannya semaksimal mungkin.
sesamanya, alam lingkungannya, Selain itu, pemanfaatan sumber daya
masyarakat, dan negara.11 Oleh tersebut melalui pembagian,
karena itu, fokus utama peningkatannya secara merata
pembangunan tidak hanya berdasarkan prinsip keadilan dan
diarahkan pada hal-hal yang kebenaran. Oleh karena itu, hasil dari
bersifat fisik material semata, pembangunan tersebut adalah
melainkan juga dikaitkan dengan tercapainya falâh, yaitu kesejahteraan
moral spiritual. Jalan tazkiyyah kehidupan di dunia dan di akhirat.
dalam pembangunan ekonomi juga
mensyaratkan adanya C. KEADILAN DISTRIBUSI
keseimbangan peran antara negara DALAM EKONOMI ISLAM
dengan masyarakat. Sebagai agama yang membawa
Berdasarkan pandangan Islam rahmat bagi alam semesta, Islam telah
yang komprehensif terhadap segala mengatur seluruh aspek kehidupan
segi kehidupan, maka konsep Islam manusia, termasuk di dalamnya bidang
dalam pembangunan mencakup sisi ekonomi. Salah satu tujuannya adalah
jasmani dan rohani. Islam mengajarkan untuk mewujudkan keadilan dalam
manusia untuk membangunkan dirinya pendistribusian harta, baik dalam
yang pada akhirnya dapat kehidupan bermasyarakat maupun
membangunkan semua dimensi individu. Pembahasan mengenai
kehidupannya termasuk dimensi konsep distribusi dalam ekonomi Islam
ekonomi. Pendekatan konsep ekonomi tidak telepas dari pembahasan tentang
pembangunan Islam ini juga sangat konsep moral ekonomi yang dianut dan
bergantung pada kualitas sumber daya juga model instrumen yang diterapkan
manusia yang dimiliki oleh suatu individu maupun negara dalam
bangsa. Manusia adalah subjek dan menentukan sumber-sumber ekonomi
objek pembangunan. Kualitas sumber ataupun cara-cara pendistribusiannya.12
daya manusia sangat menentukan Muhammad Syarif Chaudhry
tingkat keberhasilan pembangunan mengemukakan bahwa distribusi
ekonomi suatu negara. Karena itu, ekonomi penting dilakukan untuk
pembangunan sumber daya manusia ini menciptakan kesejahteraan di
perlu mendapat perhatian, apalagi masyarakat sebagai bagian dari
esensi kemajuan suatu bangsa sangat komitmen persaudaraan dan umat.
Untuk menciptakan distribusi yang adil
11
Khurshid Ahmad, “Economic
12
Development in an Islamic Framework”, dalam Mustafa Edwin Nasution, dkk.,
Studies Islamic Economics (Jeddah: King Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta:
Abdul Aziz University, 1976), hlm. 178. Kencana, 2006), hlm. 119.

441
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

dapat dilakukan dengan merealisasikan Secara teori konvensional,


hal-hal yang telah ditetapkan dalam distribusi dimaknai sebagai total
Islam seperti zakat, wakaf, waris dan pendapatan (income) yang
lain sebagainya.13 didistribusikan pada setiap individu
Secara bahasa, distribusi atau pada seluruh faktor produksi.
14
(dulah) berarti perpindahan sesuatu Dalam pengertian tersebut, distribusi
dari satu tempat ke tempat lain atau terfokus pada upaya agar berbagai
sebutan untuk benda yang diputar oleh faktor produksi (tanah, buruh, dan
suatu kaum. Kata tersebut juga berarti modal) mendapatkan balasan atau
harta yang terus diputar harga yang sesuai.17 Lebih jauh,
(didistribusikan).15 Adapun menurut distribusi dalam teori ekonomi
istilah, distribusi mengandung arti konvensional beranggapan bahwa pada
pembagian atau penyaluran sesuatu dasarnya masalah distribusi tidak
kepada orang atau pihak lain.16 terlepas dari alokasi sumber daya serta
distribusi pendapatan bagi seluruh
13
faktor produksi secara umum yang
Zakat sebagai bentuk kewajiban bagi ditentukan oleh seberapa besar
orang kaya untuk mengeluarkan sebagian
hartanya bagi orang miskin, hukum wakaf (law partisipasi mereka dalam produksi,
of awqaf) mengajarkan pemberian harta untuk seperti halnya upah bagi tenaga
kepentingan umat, hukum waris (law of kerja/buruh, bunga bagi pemilik modal,
inheritance) sebagai bentuk distribusi kekayaan dan sewa bagi tuan tanah yang dapat
dalam keluarga, amal dan sedekah (charty and memecahkan masalah ketimpangan
alms), melarang penimbunan harta (hoarding
of wealth forbidden) sebagai penghalang distribusi pendapatan yang terjadi di
terciptanya distribusi di masyarakat, dan antara kelas sosial di masyarakat.
tindakan yang menjadi penghalang proses Dalam perspektif Islam, konsep
distribusi (prohibitive measures) seperti riba, distribusi memiliki maksud yang lebih
korupsi, perjudian, minum-minuman keras, dan luas, yaitu peningkatan dan pembagian
lain sebagainya. Lihat Muhammad Syarif
Chaudhry, “Fundamentals of Islamic hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan
Economics System”, dalam dapat ditingkatkan sehingga kekayaan
www.muslimtenant.com, diakses pada 6 Juni yang ada dapat melimpah dengan
2016, pukul 19.25 WIB. merata dan tidak hanya beredar di
14
Kata dulah dalam al-Qur’an diulang antara golongan tertentu saja.18 Adapun
sebanyak dua kali, yaitu QS. Al-Hasyr [59]: 7
dan QS. Ali Imran [3]: 3. Pada QS. Al-Hasyr tujuan dari distribusi adalah suatu
[59]: 7, kata dulah digunakan dalam konteks kewajiban manusia atau pemerintah
pembagian fa’i agar tidak terkonsentrasi pada sebagai pemimpin dalam
kelompok tertentu. Adapun pada QS. Ali Imran memberdayakan sumber daya yang ada
[3]: 3, kata ini digunakan untuk sehingga tercipta kemakmuran,19
menggambarkan kehidupan manusia,
peradaban, dan jatuh bangunnya suatu bangsa.
Lihat juga Isnaini Harahap, dkk., Hadis-Hadis
17
Ekonomi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Nordhaus Samuelson, Economics (New
hlm. 125. York: Mac Graw Hill, 2005), hlm. 231-239.
15 18
Taqiyuddin an-Nabhani, Membangun Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi
Sistem Ekonomi Altenatif, terj. Moh. Maghfur Islam: Sejarah, Teori, dan Konsep (Jakarta:
Wachid (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm. Sinar Grafika, 2013), hlm. 186.
19
274. Merujuk pada firman Allah dalam QS.
16
Departemen Pendidikan dan Hud [11] ayat 61:“... Dia telah menciptakan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 71. pemakmurnya ...”.

442
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

dengan niat mencari keridhaan Allah Keadilan dalam distribusi


dan saving di hari akhirat kelak.20 merupakan suatu kondisi yang tidak
Muhammad Anas Zarqa memihak kepada salah satu pihak atau
mengemukakan bahwa distribusi golongan tertentu dalam ekonomi,
adalah suatu transfer pendapatan sehingga menciptakan keadilan
kekayaan antara individu dengan cara merupakan kewajiban yang tidak bisa
pertukaran (melalui pasar) atau dengan dihindari dalam ekonomi Islam.22 Islam
cara lain, seperti warisan, sedekah, telah memiliki dasar hukum yang kuat
wakaf, dan zakat. Menurutnya, ada dalam pengaturan keadilan dan
beberapa faktor yang menjadi dasar keseimbangan antara hak dan
distribusi, yaitu tukar-menukar kewajiban, antara individu dan
(exchange), kebutuhan (need), masyarakat, antara jasmani dan rohani,
kekuasaan (power), sistem sosial dan maupun antara dunia dan akhirat.
nilai etika (social system and ethical Keadilan dalam distribusi
values). Dalam hal ini, sejalan dengan diartikan sebagai suatu distribusi
prinsip pertukaran (exchange), antara pendapatan dan kekayaan secara adil
lain seseorang memperoleh pendapatan sesuai dengan norma-norma fairness
yang wajar dan adil sesuai dengan yang diterima secara universal.
kinerja dan kontribusi yang diberikan. Keadaan sosial yang baik ialah keadaan
Distribusi yang didasarkan atas yang memprioritaskan kesejajaran yang
kebutuhan (need), seseorang ditandai dengan tingkat kesejahteraan
memperoleh upah karena pekerjaannya pendapatan (kekayaan) yang tinggi
dibutuhkan oleh pihak lain. Satu pihak dalam sistem sosial, memberikan
membutuhkan materi untuk dapat kesempatan yang sama dalam
memenuhi kebutuhan keluarga dan berusaha, dan mewujudkan aturan yang
pihak lain membutuhkan tenaga kerja menjamin setiap orang untuk
sebagai faktor produksi. Kekuasaan mendapatkan haknya berdasarkan
(power) juga berperan penting di mana usaha-usaha produktifnya. Di samping
seseorang yang memiliki kekuasaan itu, yang tak kalah pentingnya ialah
atau otoritas cenderung mendapatkan memastikan bahwa struktur produksi
lebih banyak karena ada kemudahan harus menjamin terciptanya hasil-hasil
akses.21 Dengan demikian, pemerataan yang adil.23
distribusi merupakan salah satu sarana Afzalur Rahman menjelaskan
untuk mewujudkan keadilan, di mana bahwa pemahaman distribusi secara
Islam menghendaki kesamaan pada adil dalam konteks syariah bukanlah
manusia dalam memperoleh peluang distribusi yang ditawarkan sosialis
untuk mendapatkan harta kekayaan dengan sama ratanya dan kapitalisme
tanpa memandang status sosial. dengan sistem pajak progresifnya.
Namun, keadilan distribusi yang
20
Ahmad Dahlan, Keuangan Publik Islam:
22
Teori dan Praktik (Yogyakarta: Grafindo Litera Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep
Media, 2008), hlm. 56. Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format
21
Muhammad Anas Zarqa, “Islamic Keadilan Ekonomi di Indonesia (Yogyakarta:
Distributive Scheme” dalam Munawar Iqbal, Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 83.
23
Distributive Justice and Need Fulfilment in an Syed Nawab Haidar Naqvi, Islam,
Islamic Economics (Islamabad: International Economics and Society (UK: Kegan Paul
Institute of Islamic Thought, 1986), hlm. 166. International, 1994), hlm. 89.

443
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

dimaksud ialah keadilan distribusi yang Prinsip keadilan yang harus


dituntun oleh nilai syariah.24 Tidak bisa diperankan oleh negara terhadap
dihindari bahwa keadilan dalam masyarakat meliputi seluruh sektor
distribusi membutuhkan satu kondisi kehidupan, mulai dari agama,
yang dapat menjamin terciptanya pendidikan, kesehatan, hukum, politik,
kesempatan yang sama pada setiap hingga ekonomi. Secara tegas Allah
orang untuk berusaha mencapai apa telah memerintahkan untuk berlaku adil
yang diinginkan dengan kemampuan, dan dampaknya jika keadilan tidak
namun tidak menuntut kesamaan hasil ditegakkan, yakni perbuatan keji dan
dari proses tersebut. Tidak permusuhan akan terjadi di antara
membenarkan perbedaan kekayaan masyarakat. Dalam persoalan ekonomi,
yang melampaui batas kewajaran serta negara harus menjamin dan
mempertahankannya dalam batasan- memastikan bahwa setiap warga negara
batasan yang wajar. Oleh sebab itu, memiliki kesempatan yang sama untuk
distribusi merupakan alat untuk mengakses dan memanfaatkan sumber
menjamin adanya keseimbangan daya ekonomi. Dampaknya, setiap
penguasaan aset dan kekayaan agar orang akan dapat hidup dengan standar
kesenjangan yang muncul akibat kebutuhan minimum, seperti makanan,
perbedaan kemampuan antar manusia tempat tinggal, kesehatan, pakaian,
dapat diminimalisir. ibadah, dan pendidikan. Untuk itu,
Dalam prinsipnya, keadilan negara selayaknya mengatur
distribusi dalam ekonomi Islam pemanfaatan sumber daya ekonomi
mengandung beberapa maksud. tersebut agar dapat terdistribusi secara
Pertama, kekayaan tidak boleh adil dan merata, sehingga tidak ada
dipusatkan kepada sekelompok orang satu pun bagian dari anggota
saja, tetapi harus menyebar kepada masyarakat yang terzalimi haknya baik
seluruh masyarakat. Islam oleh negara maupun sesama anggota
menghendaki persamaan kesempatan masyarakat untuk memperoleh hak
dalam meraih harta kekayaan, terlepas akses terhadap sumber daya ekonomi
dari tingkatan sosial, kepercayaan, dan tersebut. Oleh karena itu, keadilan
warna kulit. Kedua, hasil-hasil distribusi dalam ekonomi Islam
produksi yang bersumber dari bertujuan agar kekayaan tidak
kekayaan nasional harus dibagi secara menumpuk pada sebagian kecil
adil. Ketiga, Islam tidak mengizinkan masyarakat, tetapi selalu beredar dalam
tumbuhnya harta kekayaan yang masyarakat. Keadilan distribusi juga
melampaui batas-batas yang wajar menjamin terciptanya pembagian yang
apalagi jika diperoleh dengan cara yang adil dalam kemakmuran, sehingga
tidak benar. Oleh karena itu, setiap memberikan kontribusi pada kualitas
warga negara memiliki hak dan hidup yang lebih baik.
kesempatan yang sama untuk D. INSTRUMEN DANA
diperlakukan secara adil baik oleh PEMBANGUNAN ISLAM
negara maupun oleh sesama Pembangunan merupakan upaya
masyarakat. untuk mentransformasi kehidupan ke
arah yang lebih baik dan lebih berkah.
24
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Menurut K.A Ishaq dalam Beik,
Jilid 2 (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), menyatakan bahwa di antara penyebab
hlm. 82.

444
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

kegagalan pembangunan ekonomi di pengentasan kemiskinan, dan jejaring


negara-negara berkembang adalah pengaman sosial.26
karena diabaikannya instrumen Zakat merupakan sumber dana
pembangunan yang sesuai dengan potensial yang dimanfaatkan untuk
agama dan budaya lokal.25 Oleh sebab memajukan kesejahteraan umum bagi
itu, instrumen dana pembangunan seluruh masyarakat. Zakat sangat erat
merupakan salah satu objek penting kaitannya dengan dimensi sosial,
dalam sistem ekonomi Islam. Ada moral, maupun ekonomi. Dalam
beberapa instrumen dana pembangunan dimensi sosial, zakat merupakan
Islam, antara lain: kewajiban sosial yang bersifat ibadah,
1. Zakat karena zakat yang dikenakan terhadap
Zakat merupakan pilar agama harta individu ditujukan kepada
Islam ketiga setelah shalat. Jika shalat masyarakat agar terpenuhi kebutuhan
dipahami sebagai ibadah badaniyah, dan mengentaskan kemiskinan. Pada
maka zakat dipahami sebagai ibadah dimensi moral, zakat mengikis
maliyah dan bahkan dikatakan sebagai ketamakan dan keserakahan orang
ibadah maliyah al-ijtima’iyyah, yaitu kaya. Sedangkan dalam dimensi
ibadah di bidang harta yang memiliki ekonomi, zakat mencegah penumpukan
fungsi strategis dan menentukan dalam harta kekayaan pada segelintir orang
membangun kesejahteraan masyarakat. tertentu.27 Oleh karena itu, zakat
Untuk itu, karena zakat adalah ibadah sebagai instrumen keuangan dalam
maliyah, maka zakat dalam Islam dapat rangka pemerataan pendapatan dan
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek pengentasan kemiskinan yang
agama dan ekonomi. bertujuan untuk menciptakan
Dari aspek agama, zakat adalah pembangunan ekonomi yang lebih
ibadah yang diperintahkan oleh Allah berkeadilan.
dan sebagai bukti ketaatan seseorang Peran zakat dalam mengentaskan
kepada perintah Allah. Dari aspek kemiskinan adalah peran yang tidak
ekonomi, zakat memiliki dampak bisa dipungkiri keberadaannya. Sebagai
positif, baik pada tingkat ekonomi contoh pada masa khalifah Umar bin
mikro ataupun ekonomi makro. Pada Abdul Aziz, zakat menjadi keuangan
tingkat ekonomi mikro, zakat memiliki Islam yang sangat handal. Pada saat itu
implikasi ekonomi terhadap perilaku sangat sulit sekali mencari mustahik
konsumsi dan tabungan individu serta (penerima zakat), karena pada masa
perilaku produksi dan investasi tersebut dilakukan pemberdayaan zakat
perusahaan tanpa berpengaruh negatif secara adil dan merata, sehingga
pada insentif bekerja. Pada tingkat mereka yang berstatus mustahik
ekonomi makro, zakat memiliki (penerima zakat) berubah menjadi
implikasi ekonomi terhadap efisiensi
26
alokatif, penciptaan lapangan kerja, Aden Rosadi & Mohamad Anton
pertumbuhan ekonomi, stabilitas makro Athoillah, “Distribusi Zakat di Indonesia:
ekonomi, distribusi pendapatan, Antara Sentralisasi dan Desentralisasi”, Ijtihad,
Jurnal Wacana Hukum Islam dan
Kemanusiaan, Vol. 15, No. 2, 2015, hlm. 239-
240.
25 27
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Muhammad Abdul Mannan, Ekonomi
Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah Islam: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Dana
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 12. Bhakti Wakaf, 1993), hlm. 256.

445
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

muzakki (pembayar zakat). Lebih dari berpenghasilan tinggi atau rendah.


itu, zakat memiliki beberapa implikasi Selain tidak ada ketentuan nishab
dan andil dalam perekonomian. dalam infak, ketentuan tentang delapan
Pertama, zakat dapat memenuhi golongan (tsamaniyah athnâf) yang
kebutuhan masyarakat yang menerima zakat juga tidak berlaku di
kekurangan. Kedua, zakat memperkecil dalam infak. Jadi, infak boleh diberikan
jurang kesenjangan ekonomi. Ketiga, kepada siapa pun.29
zakat dapat menekan jumlah Sedekah dalam konsep Islam
permasalahan sosial, kriminalitas, mempunyai arti yang lebih luas dan
gelandangan, pengemis, dan lain-lain. tidak hanya terbatas pada pemberian
Keempat, zakat dapat menjaga sesuatu yang bersifat material. Namun
kemampuan beli masyarakat atau dapat lebih dari itu, sedekah mencakup
menjaga konsumsi masyarakat pada semua perbuatan kebaikan, baik secara
tingkat kebutuhan minimal sehingga fisik maupun non-fisik.30 Penekanan
perekonomian dapat terus berjalan. terhadap sikap berinfak dan bersedekah
Oleh sebab itu, kesadaran untuk merupakan sarana yang tepat untuk
menunaikan zakat bagi setiap muslim membantu menciptakan masyarakat
adalah kunci bagi terciptanya umat yang peduli akan kondisi sosial, karena
yang sejahtera. pada dasarnya setiap manusia harus
2. Infak dan Sedekah menyadari bahwa setiap individu tidak
Sedekah merupakan pemberian dapat hidup sendiri dan selalu
dari seorang muslim secara sukarela membutuhkan orang lain. Jika
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah kesadaran ini terus dibangun, maka
tertentu, atau suatu pemberian yang akan memunculkan dermawan-
dilakukan oleh seseorang sebagai dermawan baru yang mampu berbagi
kebajikan yang mengharap ridha Allah bukan hanya dengan harta, namun juga
dan pahala semata. Berdasarkan melalui perbuatan.
pengertian tersebut, infak termasuk Apabila dicermati lebih jauh,
dalam kategori sedekah.28 Islam keberadaan instrumen infak dan
menuntun umatnya untuk menjadi jiwa sedekah akan membentuk satu
yang bersih, pemurah dan penyantun mekanisme jaminan sosial yang
dengan mengajarkan kerelaan untuk menyeluruh. Bukan hanya untuk
memberikan bantuan, berinfak dan kebutuhan pokok masyarakat, namun
bersedekah yang merupakan cerminan lebih mampu menciptakan masyarakat
dari rasa cinta terhadap orang lain. yang sejahtera. Pada kondisi keimanan
Infak diartikan mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan 29
Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi,
untuk suatu kepentingan yang Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
diperintahkan Islam. Jika zakat ada Maqâshid Syarῐah (Jakarta: Prenadamedia
nishab-nya, maka infak tidak memiliki Group, 2015), hlm. 151-152.
30
nishab. Dalam QS. Ali Imran [3]: 134, Macam-macam sedekah antara lain
disebutkan bahwa infak dikeluarkan bersedekah dengan harta, menolong orang,
melakukan kebaikan, mendamaikan antara dua
setiap orang yang beriman, baik yang orang yang bermusuhan, menyingkirkan
rintangan dari jalan, menunjukan sesuatu bagi
orang yang tidak mengerti, dan lain-lainnya.
28
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Lihat Said Sabiq, Fiqh as-Sunnah (Beirut: Dār
Distribusi dalam Ekonomi Islam, hlm. 120. al-Kitab al-Arābi, 1985), hlm. 422.

446
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

masyarakat yang begitu baik, maka negara-negara muslim seperti Mesir,


besar kemungkinannya infak dan Arab Saudi, Malaysia, dan lainnya.
sedekah menjadi sumber penerimaan Contoh riil pemanfaatan harta
keuangan negara dalam membiayai wakaf terlihat pada sekitar Masjid
pembangunan negara. Nabawi dan Masjidil Haram yang
3. Wakaf merupakan tanah wakaf untuk
Wakaf diartikan sebagai suatu mendirikan beberapa tempat usaha
jenis pemberian yang dilakukan dengan seperti hotel, restoran, rumah sakit,
cara menahan (kepemilikan) untuk pusat perkantoran, maupun perniagaan.
dimanfaatkan guna kepentingan Di Indonesia, pemanfaatan harta wakaf
umum.31 Menurut Undang-Undang dapat dilihat pada Pondok Pesantren
Nomor 41 tahun 2004, wakaf Darussalam Gontor Ponorogo,
didefinisikan sebagai perbuatan hukum Universitas Islam Indonesia, serta
wakif untuk memisahkan sebagian lembaga pendidikan lainnya. Dalam
benda miliknya untuk dimanfaatkan bentuk tempat ibadah yang letaknya
selamanya atau dalam jangka waktu strategis, pengembangan wakaf
tertentu sesuai kepentingannya guna dilakukan dengan menambahkan
keperluan ibadah dan/atau bangunan gedung untuk pertemuan,
kesejahteraan umum menurut syariah. pernikahan, seminar dan acara lainnya
Wakaf terbagi menjadi dua, yaitu yang merupakan kegiatan masyarakat
wakaf aset/barang dan wakaf uang. seperti yang terdapat pada Masjid
Wakaf pada dasarnya sejalan Sunda Kelapa, Masjid Pondok Indah,
dengan tujuan ekonomi modern, yakni dan lain sebagainya.33
menjadi cara yang lebih baik untuk Di samping beberapa contoh di
mendistribusikan pendapatan di atas, secara ekonomi pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan solusi harta wakaf juga dapat dilakukan untuk
terhadap pemenuhan kebutuhan meningkatkan keterampilan masyarakat
32
publik. Potensi harta wakaf miskin. Hal ini dapat dilakukan dengan
seharusnya mampu menjadi sumber mendirikan lembaga-lembaga
dan pembangunan. Jika dikelola pendidikan dan pelatihan, lembaga
dengan baik, maka wakaf dapat keuangan mikro, dan lain sebagainya
diandalkan untuk pembangunan di yang bertujuan untuk meningkatkan
sektor pertanian (lahan pertanian dan kemampuan masyarakat agar dapat
perkebunan), pendidikan (bangunan berdaya saing dan dapat
dan keperluan pendidikan), kesehatan menanggulangi masalah kemiskinan.
(rumah sakit dan keperluan lainnya), Kesadaran untuk memahami dan
serta perdagangan (pengelolaan lahan mewakafkan sebagian harta baik secara
wakaf menjadi pusat perdagangan), tunai maupun tidak, memberikan
sebagaimana yang dilakukan oleh kontribusi yang cukup besar dalam
terciptanya keadilan distribusi di
tengah-tengah masyarakat. Pada
31 dasarnya, eksistensi harta wakaf
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep
Distribusi dalam Ekonomi Islam, hlm. 112. berkaitan dengan kemanfaatan harta
32
Murat Cizakca, “Awqaf in History and its
33
Implications for Modern Islamic Economics”, Tim Dirjen Bimas Islam, Strategi
Jurnal Islamic Economic Studies, Vol. 6, No. Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia
1, 1998, hlm. 45. (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2004), hlm. 4-6.

447
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

bagi kepentingan umat. Apabila Dalam proses distribusi kekayaan


eksistensi tersebut terealisir dengan melalui warisan, ada ketentuan bahwa
baik, maka secara langsung dapat warisan tersebut harus diserahkan
meningkatkan kesejahteraan sosial di kepada ahli warisnya dengan ketentuan
masyarakat. bagian laki-laki lebih banyak
4. Waris dibandingkan anak perempuan (2:1).
Waris diartikan sebagai Hal ini mengingat laki-laki memiliki
perpindahan hak kepemilikan dari tanggung jawab yang lebih besar untuk
orang yang telah meninggal dunia menafkahi keluarganya, sedangkan
kepada ahli waris.34 Untuk itu, waris anak perempuan menjadi tanggung
merupakan salah satu sarana jawab saudaranya yang laki-laki atau
memperoleh kepemilikan. Lahirnya suaminya.
konsep waris sebagaimana yang telah Pembagian harta waris dalam
diterangkan dalam al-Qur’an keluarga secara ekonomi dapat
menempati posisi fundamental dalam membantu dalam menciptakan
ajaran Islam. Hal ini dapat dibuktikan distribusi kekayaan secara adil dan
dengan penjelasan dasar-dasar sistem membantu mengurangi kesenjangan
kewarisan Islam pada ayat-ayat al- dalam distribusi kekayaan.36
Qur’an sebagaimana dalam QS. an- Membagikan harta waris kepada ahli
Nisa [4]: 11-12 dan 176. Islam telah waris yang berhak, baik disebabkan
mengajarkan adanya warisan tanpa oleh hubungan perkawinan,
diskriminasi antara laki-laki dan kekerabatan maupun perwalian, secara
perempuan sehingga penyebaran harta langsung telah menciptakan jaminan
menjadi sangat luas.35 Jika dicermati sosial dalam keluarga agar di antara
lebih jauh, mekanisme waris sangat anggota keluarga tidak terjadi
erat dengan keinginan Islam dalam ketimpangan dalam memperoleh
mewujudkan keluarga yang sejahtera kekayaan.
jauh dari kemiskinan. Distribusi kekayaan dalam
Sejarah membuktikan bahwa keluarga secara adil berdasarkan
ajaran waris Islam secara kronologis konsep waris, dapat memotivasi
tidak terlepas dari timbulnya pewaris untuk semasa hidupnya
permasalahan dalam distribusi mencari rezeki sebanyak-banyaknya
kekayaan dalam keluarga, terutama agar kemudian tidak meninggalkan
keinginan agar tercipta keadilan dalam keturunan yang miskin. Oleh karena
pembagian harta waris. Sebagaimana itu, ahli waris dengan harta waris dapat
Islam mengajarkan bahwa harta harus mencukupi kebutuhan sosio-
tersebar di masyarakat dan bukan ekonominya di saat pewaris telah
terkumpul pada satu golongan saja. meninggal dunia, seperti harta waris
Konsep waris merupakan mekanisme digunakan untuk biaya pendidikan,
distribusi kekayaan dan jaminan sosial hidup, usaha, maupun menanggung
riil dalam keluarga. keluarga.
5. Sukuk
34
Isnaini Harahap, dkk., Hadis-Hadis
36
Ekonomi, hlm. 129. M. Umer Chapra, Islam dan
35
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Pembangunan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin
Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. Basri (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm.
86. 109.

448
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

Sukuk merupakan istilah baru tertentu sesuai akad yang digunakan


yang dikenalkan sebagai pengganti dari dalam penerbitan sukuk.
istilah obligasi syariah (Islamic Bonds). Secara global, sukuk telah
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab mengalami perkembangan pesat meski
dan merupakan bentuk jamak dari kata di tahun 2008 sempat mengalami
sakk yang berarti dokumen atau penurunan akibat krisis keuangan
sertifikat.37 Sukuk adalah surat global yang dipicu oleh subprime crisis
berharga jangka panjang berdasarkan di Amerika Serikat. Kondisi ini dapat
prinsip syariah yang dikeluarkan diperbaiki hingga ke tingkat yang lebih
emiten kepada pemegang obligasi tinggi di tahun 2010. Dalam hal ini,
syariah, yang mewajibkan emiten Asia menjadi kawasan yang paling
untuk membayar pendapatan kepada banyak menerbitkan sukuk (77%),
pemegang obligasi syariah berupa bagi diikuti oleh Timur Tengah (17%),
hasil, margin, fee, serta membayar Cayman Island (5%), dan Afrika (1%).
kembali dana obligasi pada saat jatuh Pasar Asia sampai sekarang masih
tempo.38 didominasi oleh Malaysia.
Merujuk pada The Accounting Untuk pasar nasional,
and Auditing Organisation for Islamic pertumbuhan sukuk negara jauh
Financial Institutions (AAOIFI), melebihi pertumbuhan sukuk korporasi.
menyatakan bahwa sukuk adalah Hal ini terutama pasca disahkannya
sertifikat bernilai sama yang Undang-Undang Nomor 19 Tahun
merupakan bukti kepemilikan yang 2008 tentang Surat Berharga Syariah
tidak terbagi atas suatu aset, hak Negara (SBSN). Pangsa pasar sukuk
manfaat, dan jasa-jasa atau atas korporasi per Mei 2014 mencapai
kepemilikan suatu proyek atau kegiatan angka 3,17% dari keseluruhan pasar
investasi tertentu. Sedangkan menurut obligasi nasional, sedangkan pangsa
Peraturan Badan Pengawas Pasar pasar sukuk negara telah mencapai
Modal (yang sekarang telah menjadi angka 9,8%. Data menunjukkan bahwa
Otoritas Jasa Keuangan) Nomor total penerbitan sukuk negara mencapai
IX.A.13 tentang Penerbitan Efek angka Rp 386,83 triliun hingga akhir
Syariah, sukuk didefinisikan sebagai 2015 yang terdiri atas Surat Berharga
efek syariah berupa sertifikat atau bukti Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp
kepemilikan yang bernilai sama dan 296,03 triliun dan sukuk negara retail
mewakili bagian yang tidak tertentu sebesar Rp 90,8 triliun.39
(tidak terpisahkan atau tidak terbagi) Berdasarkan data tersebut, sukuk
atas aset berwujud, nilai manfaat, jasa, mempunyai peranan penting dalam
aset proyek tertentu, dan kegiatan instrumen pembangunan ekonomi.
investasi yang telah ditentukan. Sukuk dapat dijadikan sebagai sumber
Keuntungan dari sukuk dapat berupa pembiayaan proyek, sehingga akan
bagi hasil, margin, uang sewa atau fee mempercepat akselerasi pembangunan
suatu negara. Selain itu,
diluncurkannya sukuk dapat
37
Nurul Huda, dkk., Ekonomi meningkatkan pelayanan publik
Pembangunan Islam, hlm. 150. khususnya dalam menyediakan sumber
38
Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi
Arsyianti, Ekonomi Pembangunan, hlm. 207-
39
208. Ibid., hlm. 209-210.

449
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

pembiayaan pembangunan proporsional dengan pertambahan


infrastruktur, memberdayakan industri produksi barang-barang; (3)
lokal, dan meningkatkan investasi Ketidakmerataan pembangunan
pemerintah. Oleh karena itu, tujuan antardaerah; (4) Investasi yang sangat
penerbitan sukuk adalah dalam rangka banyak dalam proyek yang padat
memenuhi kebutuhan pembiayaan modal, di mana persentase pendapatan
maupun untuk pembangunan suatu modal dari tambahan harta lebih besar
proyek tertentu. dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja
E. KEBIJAKAN DISTRIBUSI sehingga pengangguran bertambah; (5)
DALAM PEMBANGUNAN Rendahnya mobilitas sosial; (6)
EKONOMI ISLAM Pelaksanaan kebijakan impor yang
Sistem ekonomi Islam mengakibatkan kenaikan harga-harga
merupakan sistem ekonomi yang barang hasil industri untuk melindungi
terlahir dari sistem sosial islami yang usaha-usaha golongan kapitalis; (7)
dapat memberikan solusi terhadap Memburuknya nilai tukar bagi negara-
berbagai permasalahan yang ada negara berkembang dalam perdagangan
dengan kebijakan-kebijakan yang dengan negara-negara maju; dan (8)
berpihak kepada kemaslahatan dan Hancurnya industri-industri kerajinan
menciptakan keadilan dalam ekonomi rakyat seperti industri rumah tangga.
umat. Begitu pula kebijakan distribusi Untuk mengatasi hal tersebut,
dalam sistem ekonomi Islam kebijakan distribusi dapat ditempuh
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, dengan berbagai cara. Pertama,
sehingga pada konsep distribusi meneliti apakah mekanisme ekonomi
landasan penting yang dijadikan sudah berjalan secara normal. Apabila
pegangan yakni agar kekayaan tidak terdapat penyimpangan, misalnya
terkumpul hanya pada satu kelompok adanya monopoli, hambatan masuk
tertentu saja.40 (barrier to entry) baik administratif
Secara umum Islam mengarahkan maupun non-administratif, atau
mekanisme berbasis moral spiritual kejahatan dalam mekanisme ekonomi
dalam pemeliharaan keadilan sosial (penimbunan), harus segara
pada setiap aktivitas ekonomi. Latar dihilangkan. Kedua, apabila semua
belakangnya karena adanya mekanisme ekonomi berjalan
ketidakseimbangan distribusi sempurna, tetapi kesenjangan ekonomi
pendapatan dan kekayaan. Dalam hal tetap saja terjadi, maka dapat melalui
ini, terdapat delapan faktor yang mekanisme non-ekonomi. Cara kedua
menyebabkan ketidakmerataan ini bertujuan untuk menciptakan
distribusi, antara lain: (1) Pertambahan keseimbangan ekonomi di masyarakat.
penduduk yang tinggi sehingga Adapun cara yang dapat ditempuh
menurunkan pendapatan per kapita; (2) dalam pendistribusian harta dengan
Inflasi di mana pendapatan uang mekanisme non-ekonomi, antara lain:
bertambah, tetapi tidak diikuti secara 1) Pemberian harta zakat yang
dibayarkan oleh muzakki kepada para
mustahik; 2) Pemberian infak, sedekah,
40
Merujuk pada QS. al-Hasyr [59] ayat 7: dan wakaf dari orang yang mampu
“... Supaya harta itu jangan beredar di antara kepada yang memerlukan; dan 3)
orang-orang kaya saja di antara kamu ...”.

450
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

Pembagian harta waris kepada ahli peruntukannya tidak ditetapkan oleh


waris, dan lain-lain. Kemudian, yang syariat. Lebih dari itu, pemerintah juga
tidak kalah penting adalah dengan dapat mendistribusikan sumber daya
mengoptimalkan instrumen sukuk yang tersebut dengan cara yang lain,
dapat dijadikan sebagai sumber misalnya melalui instrumen sukuk yang
pembiayaan pembangunan negara dapat digunakan untuk membiayai
dalam rangka meningkatkan pelayanan pembangunan infrastruktur, sehingga
publik. seluruh wilayah dapat menikmatinya
Untuk mendistribusikan sumber secara adil. Dengan dibangunnya
daya dan kekayaan, negara dapat infrastruktur tersebut, maka pemerintah
melakukannya dengan intervensi berupaya menjalankan kebijakan untuk
langsung atau dengan melalui regulasi. menstimulasi pasar agar dapat
Bentuk intervensi langsung tersebut mengoptimalkan output-nya. Jika pasar
antara lain dengan menggunakan mampu mengoptimalkan output-nya
anggaran pendapatan dan belanja secara berkelanjutan, maka pasar akan
negara. Dari sisi anggaran pendapatan, membutuhkan lebih banyak tenaga
pemerintah dapat memasang target kerja. Semakin banyak tenaga kerja
penerimaan zakat, infak, sedekah, yang diserap oleh pasar, secara tidak
wakaf, dan instrumen lainnya sesuai langsung pemerintah telah mendorong
dengan syariat Islam. Semakin besar terjadinya distribusi pendapatan di
target penerimaan yang dicapai, maka kalangan masyarakat.
semakin besar sumber daya yang dapat Selain dengan langkah intervensi
didistribusikan oleh negara kepada langsung, negara dapat menjalankan
orang-orang yang membutuhkan. peran distribusi melalui regulasi.
Dari sisi belanja negara, Regulasi ini dijalankan dengan tujuan
pemerintah harus mengalokasikan agar tercipta redistribusi pendapatan di
anggaran belanja sesuai dengan kalangan masyarakat secara sistematis.
ketentuan syariat. Jika dana yang Sebelum dijalankan, regulasi tersebut
diterima dari sumber-sumber yang harus disepakati terlebih dahulu oleh
telah diatur oleh syariat seperti zakat, dewan syura atau dewan perwakilan
maka pemerintah harus rakyat suatu negara, sehingga ketika
mengalokasikannya sesuai dengan regulasi tersebut dijalankan tidak
perintah syariat, yaitu untuk delapan menciptakan kezaliman baru terhadap
golongan yang berhak sesuai yang anggota masyarakat. Syariat Islam
telah ditentukan di dalam al-Qur’an.41 tidak menghendaki negara menegakkan
Adapun untuk sumber yang keadilan dengan melanggar keadilan itu
sendiri. Jika regulasi tersebut hanya
41
Merujuk pada firman Allah dalam QS. diputuskan oleh pemerintah secara
At-Taubah [9] ayat 60: “Sesungguhnya zakat- sepihak tanpa persetujuan dari dewan
zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, perwakilan rakyat terlebih dahulu,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, tidak menutup kemungkinan terjadi
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk penyimpangan di dalam peraturan
(memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk tersebut sehingga akan tercipta
mereka yuang sedang dalam perjalanan, kezaliman-kezaliman baru pada saat
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan pelaksanaannya.
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.

451
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

Dengan regulasi tersebut, Apabila uang yang mengalir


pemerintah dapat memaksa mendorong mengikuti prinsip capital concept
masyarakat secara suka rela agar sebagaimana konsep konvensional,
mendistribusikan kekayaannya kepada maka uang dapat ditimbun sesuka hati
orang lain yang membutuhkan. Jika oleh pemegangnya sehingga peredaran
kemudian hari ketimpangan yang tinggi uang tersebut menjadi tercerabut.
masih terjadi di masyarakat, maka Ketika uang tercerabut dari peredaran,
pemerintah memiliki hak paksa maka perekonomian akan mengalami
sehingga orang-orang yang tidak kekurangan likuiditas sehingga
menaati peraturan negara dapat mengganggu kegiatan investasi secara
dikenakan sanksi atau dipaksa agar makro. Perekonomian akan melambat
mau mendistribusikan sebagian dan mengalami penurunan
kekayaannya. produktivitas akibat menurunnya
Bentuk distribusi sumber daya, investasi. Jika perekonomian
pada hakikatnya bukan hanya dalam melambat, maka dampaknya adalah
bentuk transfer harta atau kekayaan terjadinya kekurangan jumlah produksi
dari orang kaya kepada orang miskin. barang dan jasa. Apabila barang dan
Namun, persoalan distribusi juga jasa menurun drastis, maka dampak
menyangkut pemanfaatan barang selanjutnya adalah terjadinya kenaikan
publik yang hanya dikuasai oleh harga atau inflasi. Ketika terjadi inflasi,
segolongan orang saja. Salah satu maka hal ini akan mengakibatkan
contoh barang publik yang seharusnya tergerusnya pendapatan riil masyarakat
terus berputar dan dimanfaatkan oleh sehingga daya beli menjadi menurun.
semua orang di dalam kegiatan Ketika daya beli masyarakat menurun,
ekonomi adalah uang. hal ini akan mengganggu proses
Dalam konsep Islam, uang transfer sumber daya di tengah-tengah
merupakan barang publik, sehingga masyarakat.
siapa pun tidak berhak menahan Dalam kaitannya dengan uang
lembaran atau kepingan uang dari beredar, negara harus memerangi
peredaran dalam jumlah yang terlalu penggunaan suku bunga dan lebih
banyak. Uang harus terus mengalir mengutamakan sektor riil. Jika suku
dengan mengikuti prinsip flow bunga masih diterapkan di dalam
42
concept. Artinya, uang harus terus perekonomian, maka akan
berputar dari satu orang ke orang mengakibatkan munculnya kerusakan
lainnya sebagai media transaksi, ekonomi yang terjadi secara sistematis.
sehingga negara tidak harus mencetak Perekonomian akan diwarnai dengan
uang untuk memenuhi kebutuhan tindakan yang spekulatif dan dampak
likuiditas perekonomian dalam jangka buruk dari penggunaan suku bunga
pendek. Laju inflasi dapat ditahan jika adalah tidak stabilnya nilai mata uang
negara hanya melakukan pencetakan karena tergerus inflasi.
uang setelah melihat adanya kebutuhan Terjadinya inflasi salah satunya
tambahan likuiditas dalam jangka disebabkan oleh faktor penciptaan uang
panjang. yang dilaksanakan otoritas moneter
secara terus-menerus. Hal ini
dikarenakan otoritas moneter harus
42
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro membayar bunga atas instrumen
Islami (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 88.

452
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

moneter yang mereka gunakan. lain-lain untuk kepentingan masyarakat


Instrumen itu sendiri tidak di-backup luas.
oleh aset riil atau tidak bersentuhan Ketika kebijakan dalam
langsung dengan sektor riil, tetapi menciptakan keadilan distribusi dapat
hanya berkutat di pasar financial saja. terwujud, maka akan terciptanya
Oleh karena itu, untuk membayar kondisi sosial yang adil di masyarakat.
bunga instrumen tersebut, otoritas Kondisi sosial yang memprioritaskan
moneter melakukan pencetakan uang kesejajaran di tengah-tengah
baru. Sebagaimana pendapat yang masyarakat yang ditandai dengan
dikemukakan oleh Shaikh bahwa tingkat kesejajaran pendapatan
terdapat empat faktor utama penyebab (kekayaan) dan kesejahteraan yang
inflasi, yaitu suku bunga, depresiasi dapat dilihat dari menurunnya tingkat
nilai mata uang, pajak tidak langsung, kemiskinan secara absolut, adanya
dan distorsi harga.43 Oleh sebab itu, kesempatan yang sama pada setiap
cukup beralasan jika banyak ahli yang orang dalam berusaha, dan
berpendapat bahwa bunga merupakan terwujudnya aturan yang menjamin
biang keladi terjadinya inflasi. setiap orang mendapatkan haknya
Kebijakan distribusi yang berdasarkan usaha-usaha produktifnya.
diajarkan Islam sangat berkaitan Untuk itu, diperlukan peran institusi
dengan harta agar tidak menumpuk seperti halnya pemerintah dan
pada golongan tertentu di masyarakat masyarakat.
serta mendorong terciptanya keadilan Peran kedua institusi tersebut
distribusi. Dalam konteks ini, (pemerintah dan masyarakat) sangat
pemerintah dituntut untuk tidak dibutuhkan, karena kebijakan distribusi
berpihak pada satu kelompok atau akan teraplikasikan dengan baik ketika
golongan tertentu agar proses distribusi kedua institusi yang ada bekerja.
dapat berjalan dengan adil. Upaya yang Langkah awal yang dapat dilakukan
harus dilakukan pemerintah sebagai adalah dengan memberikan
pemangku kebijakan distribusi ialah pemahaman yang sejelas-jelasnya
menghapus sistem bunga (ribawi) yang kepada pemerintah dan masyarakat
hanya menguntungkan pihak yang selaku institusi ekonomi bahwa
bermodal yang berakibat pada terciptanya keadilan ekonomi
penumpukan harta pada golongan merupakan tanggung jawab bersama,
tertentu. Selain itu, sistem bunga bukan tanggung jawab salah satu
(ribawi) menyebabkan upaya dalam institusi. Ketika institusi tersebut
mengentaskan kemiskinan berjalan bekerja, maka keadilan distribusi dapat
lambat. Di sisi lain, pemerintah juga terwujud di tengah-tengah masyarakat
harus menjamin terciptanya keadilan sehingga akan berdampak pada
dalam distribusi melalui instrumen meningkatnya pembangunan ekonomi
zakat, infak, sedekah, wakaf, waris, dan suatu negara.

43
Salman Shaikh, “Monetary Policy and
Monetary Regime in an Interest Free Economy:
An Alternate Approach in Monetary
Economics Amids Great Recession”, dalam
http;//mpra.ub.uni-muenchen.de/20029, diakses
pada 5 Juni 2016, pukul 21.05 WIB.

453
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

F. KESIMPULAN secara ekonomi, pengangguran akan


Kebijakan yang berpijak pada meningkat karena investasi di sektor
pertumbuhan ekonomi merupakan riil yang menyusut, sehingga lapangan
kebijakan yang membatasi peredaran kerja otomatis juga akan menurun. Jika
harta di kalangan orang-orang kaya kondisi tersebut terjadi, maka sistem
saja. Untuk itulah kebijakan distribusi ekonomi telah menyimpang dari salah
yang ditawarkan ekonomi Islam sangat satu tujuan penting Islam di dalam
bertolak belakang dengan kebijakan ekonomi, yaitu keadilan sosial-
ekonomi kapitalis yang berpijak pada ekonomi dalam hal distribusi harta dan
metode pertumbuhan ekonomi. Prinsip kekayaan di seluruh lapisan
utama konsep distribusi dalam masyarakat. Oleh karenanya,
pandangan Islam adalah peningkatan penggunaan sistem bunga (ribawi)
dan pembagian bagi hasil kekayaan yang hanya menguntungkan pihak yang
agar sirkulasi kekayaan dapat bermodal dan berakibat pada
ditingkatkan sehingga kekayaan yang penumpukan harta pada golongan
ada dapat melimpah dengan merata dan tertentu. Untuk itu, sistem bunga
tidak hanya beredar di antara golongan (ribawi) harus dihapuskan dari sistem
tertentu saja. perekonomian.
Tulisan ini sangat Masyarakat juga dituntut untuk
merekomendasikan supaya sistem menyadari akan peran pentingnya
bunga dihapuskan dari sistem menciptakan keadilan distribusi dan
perekonomian. Hal ini dikarenakan mempersempit kesenjangan ekonomi
apabila menggunakan sistem bunga dengan menunaikan zakat, infak,
(ribawi), maka uang hanya akan sedekah, wakaf, dan waris, sehingga
berkutat di pasar financial saja dan dapat dioptimalkan sebagai sumber
akan diwarnai dengan tindakan pembiayaan pembangunan ekonomi.
spekulatif. Selanjutnya, penggunaan Kemudian, yang tidak kalah penting
suku bunga akan berdampak buruk dalam kebijakan distribusi adalah
pada tidak stabilnya nilai mata uang. dengan mengoptimalkan instrumen
Oleh karena itu, dengan adanya sukuk sebagai sumber pembiayaan
penghapusan sistem bunga, maka pembangunan suatu negara dalam
setiap instrumen baik fiskal maupun rangka meningkatkan pelayanan publik
moneter mau tidak mau harus dan pembangunan infrastruktur. Oleh
bersentuhan secara langsung dengan sebab itu, kebijakan distribusi dalam
sektor riil. Jika tidak, para pemegang pembangunan ekonomi akan
likuiditas akan cenderung lebih suka teraplikasikan dengan baik ketika
untuk menginvestasikan uangnya di pemerintah dan masyarakat saling
pasar financial dibanding bersentuhan bersinergi dalam menciptakan kondisi
langsung dengan sektor riil. masyarakat adil dan makmur.
Apabila kondisi tersebut terjadi,
maka investasi di sektor riil akan
menyusut. Jika investasi di sektor riil
berkurang, berarti telah terjadi
perlambatan di sektor riil sehingga
kuantitas supply barang dan jasa di
pasar akan menyusut pula. Dampaknya

454
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan. 1989. Kamus Besar
Aedy, Hasan. 2011. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Ekonomi Pembangunan Pustaka.
Perspektif Islam. Yogyakarta:
Graha Ilmu. Djamil, Fathurrahman. 2013. Hukum
Ekonomi Islam: Sejarah, Teori,
Ahmad, Khurshid. 1976. “Economic dan Konsep. Jakarta: Sinar
Development in an Islamic Grafika.
Framework”, dalam Studies
Islamic Economics. Jeddah: King Fauzia, Ika Yunia & Riyadi, Abdul
Abdul Aziz University. Kadir. 2015. Prinsip Dasar
Ekonomi Islam Perspektif
Beik, Irfan Syauqi dan Arsyianti, Laily Maqâshid Syarῐah. Jakarta:
Dwi. 2016. Ekonomi Prenadamedia Group.
Pembangunan Syariah. Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Harahap, Isnaini dkk. 2015. Hadis-
Hadis Ekonomi. Jakarta:
Budiman, Arif. 2000. Teori Prenadamedia Group.
Pembangunan Dunia Ketiga.
Jakarta: Gramedia. Huda, Nurul dkk.. 2015. Ekonomi
Pembangunan Islam. Jakarta:
Chapra, M. Umer. 2000. Islam dan Prenadamedia Group.
Pembangunan Ekonomi, terj.
Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Jhingan, M.L. 1993. Ekonomi
Gema Insani Press. Pembangunan dan Perencanaan.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Chaudhry, Muhammad Syarif. 2012.
Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Karim, Adiwarman. 2014. Ekonomi
Kencana. Makro Islami. Jakarta: Rajawali
Press.
________________________.
“Fundamentals of Islamic Khan, Muhammad Akram. 1996.
Economics System”, dalam Economic Message of The
www.muslimtenant.com, diakses Qur’an. Kuwait: Islamic Book
pada 6 Juni 2016, pukul 19.25 Publisher.
WIB. Mannan, Muhammad Abdul. 1993.
Cizakca, Murat. 1998. “Awqaf in Ekonomi Islam: Teori dan
History and its Implications for Praktik. Yogyakarta: Dana
Modern Islamic Economics”, Bhakti Wakaf.
Jurnal Islamic Economic Studies,
Nabhani, Taqiyuddin. 1996.
Vol. 6, No. 1.
Membangun Sistem Ekonomi
Dahlan, Ahmad. 2008. Keuangan Altenatif, terj. Moh. Maghfur
Publik Islam: Teori dan Praktik. Wachid. Surabaya: Risalah Gusti.
Yogyakarta: Grafindo Litera
Media.

455
Al-Amwal, Volume 8, No. 2 Tahun 2016

Naqvi, Syed Nawab Haidar. 1994. http;//mpra.ub.uni-


Islam, Economics and Society. muenchen.de/20029, diakses
UK: Kegan Paul International. pada 5 Juni 2016, pukul 21.05
WIB.
Nasution, Mustafa Edwin dkk. 2006.
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Tim Dirjen Bimas Islam. 2004. Strategi
Islam. Jakarta: Kencana. Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia. Jakarta: Dirjen Bimas
Noor, Ruslan Abdul Ghofur. 2012. Islam.
“Kebijakan Distribusi Ekonomi
Islam dalam Membangun Todaro, Michael P. & Smith, Stephen
Keadilan Ekonomi Indonesia”, C. 2012. Economic Development,
Islamica, Vol. 6, No. 2. 11th Edition. United Kingdom:
Pearson Education, Inc.
______________________. 2013.
Konsep Distribusi dalam Zarqa, Muhammad Anas. 1986.
Ekonomi Islam dan Format “Islamic Distributive Scheme”
Keadilan Ekonomi di Indonesia. dalam Munawar Iqbal,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Distributive Justice and Need
Fulfilment in an Islamic
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Economics. Islamabad:
Ekonomi Islam, Jilid 2. International Institute of Islamic
Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf. Thought.
Rosadi, Aden & Athoillah, Mohamad
Anton. 2015. “Distribusi Zakat di
Indonesia: Antara Sentralisasi
dan Desentralisasi”, Ijtihad,
Jurnal Wacana Hukum Islam dan
Kemanusiaan, Vol. 15, No. 2.
Sabiq, Said. 1985. Fiqh as-Sunnah.
Beirut: Dār al-Kitab al-Arābi.
Sadeq, Abul Hasan Muhammad. 1990.
Economic Development in Islam.
Malaysia: International Islamic
University Press.
Samuelson, Nordhaus. 2005.
Economics. New York: Mac
Graw Hill.
Shaikh, Salman. “Monetary Policy and
Monetary Regime in an Interest
Free Economy: An Alternate
Approach in Monetary
Economics Amids Great
Recession”, dalam

456

Anda mungkin juga menyukai