Anda di halaman 1dari 13

PARADIGMA EKONOMI PEMBANGUNAN DAN

KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan
Dosen Pengampu : Aryanti Muhtar Kusuma, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 1 – ES5EA2
1. Muhammad Baqiyatus Salafis Soleh (1820210167)
2. Titian Virgi Arsy (1820210168)
3. Zahrotun Ni’mah (1820210172)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan telah menjadi obsesi banyak negara, namun dalam
faktanya tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
disebabkan banyaknya persoalan yang terjadi selama proses pembangunan
yang tidak terselesaikan secara sempurna, seperti masalah pengangguran,
kemiskinan, urbanisasi yang tinggi sehingga menciptakan masyarakat
miskin di kota dan kesenjangan ekonomi. Berdasarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat itulah, negara – negara di dunia sekarang
biasanya dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu negara maju dan
negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan aspek pembangunan ekonomi?
2. Bagaimana paradigma pembangunan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana pembangunan ekonomi dalam perspektif islam ?
4. Apa pengertian dari negara berkembang?
5. Bagaimana indikator penggolongan negara berkembang?
6. Bagaimana ciri – ciri serta karakteristik negara berkembang?
7. Bagaimana dampak terhadap perekonomian di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Aspek Ekonomi Pembangunan
Pembangunan ekonomi (economic development) dan ekonomi
pembangunan (development econmics) sering kali dipakai saling
bergantian dengan pengertian yang sama, padahal dua islitah ini memiliki
arti dan orientasi yang berbeda. Pembangunan eknomi adalah
kemakmuran ekonomi negara atau daerah guna kesejahteraan
penduduknya. Studi tentang pembangunan ekonomi dikenal sebagai
ekonomi pembangunan.1
Sebelum dekade 1960-an, pembangunan ekonomi didefinisikan
sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula
– mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk
menaikkan dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya hingga
mencapai angka 5 sampai 7 persen atau lebih per tahun. Namun demikian,
pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan bahwa
pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan GNP saja tidak
akana mampu memecahkan permasalahan – permasalahan pembangunan
secara mendasar di negara sedang berkembang. Hal ini tampak pada taraf
dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat NSB yang tidak mengalami
perbaikaan meskipun target pertumbuhan GNP per tahun telah tercapai.
Dengan kata lain, ada tanda – tanda kesalahan besar dalam mengartikan
istilah pembangunan ekonomi secara sempit.
Oleh karena itu, Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga
nilai pokok yaitu:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya (sustenance)
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)

1
Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm 1

2
3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih
(freedom)
Akhirnya disadari bahwa definisi pembangunan itu sangat luas
bukan hanya sekedar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja.
Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai
aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya dalam aspek ekonomi
saja. Pembangunan ekonomi dapat di definisikan sebagai setiap kegiatan
yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan
ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut,
maka pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai perbaikan
sistem kelembagaan.2
Setidaknya, ada empat aspek yang semestinya bisa diukur dalam
menghitung pendapatan nasional berdasarkan ekonmi islam, sehingga
tingkat kesejahteraaan bisa dilihat secara jelas dan riil. Empat hal tersebut
meliputi:
1. Pendapatan nasional harus dapat megukur penyebaran
pendapatan individu rumah tangga.
2. Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor
pedesaan.
3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan
ekonomi islam
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari
kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan
antar saudara dan sedekah.3
B. Paradigma Pembangunan Ekonomi Indonesia
1. Paradigma Pembangunan dan Kemiskinan

2
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi, Modul Ekonomi
Pembangunan Lanjutan, hlm 1.5
3
Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm 6-7

3
Paradigma pembangunan ekonomi selama ini banyak
ketergantungan dengan pertumbuhan ekonomi (growth). Pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaaikan pendapatan nasional. Suatu
negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik apabila
GDP riil negara tersebut meningkat, dan kemudian hal ini dijadikan
sebagai salah satu indikator untuk mengukur perkembangan ekonomi.
Tingkat kemiskinan di Indonesia menunjukkan tren penurunan
setiap tahun meski penurunannnya semakin lambat, tingkat kemiskinan
nasional dalam periode 2011 hingga 2013 membaik dari 12,36% pada
september 2011 menjadi 11,37% daari total populasi Indonesia maret
2013. Namun dalam waktu yang sama kesenjangan penduduk miskin
dengan penduduk kaya tidak berubah, kesenjangan masih sama dari
2011 hingga 2013 yakni dari 0,41 masih sekitar 0,4. Memperbaiki
rasio ini lebih sulit daripada mengurangi tingkat kemiskinan. Hal ini
dapat menjadi sebuah keprihatinan kita bersama dan bisa menjadi
gambaran kecil bahwa pertumbuhan eknomi Indonesiaa belum bisa
terintegrasi secara baik antara sektr moneter dan sektor riil sehingga
menimbulkan kesenjangan yang tinggi karena disebabkan distribusi
yang juga tidak merata.
Kesenjangan merupakan salah satu persoalan dalam paradigma
pembangunan ekonomi di berbagai negara khususnya Indonesia
sebagai negara berkembang. Munculnya kesenjangan ekonomi akan
menimbulkan banyak masalah lain yang bermunculan, seperti
penduduk miskin bertambah, pengangguran meningkat, tngkat
kejahatan meningkat, kualitas pendidikan menurun, kemampuan daya
beli masyarakat menurun.
Krisis keuangan global saat ini masih menjadi salah satu bukti
kegagalan paradigma pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,
paradigma pembangunan ekonomi menjadi penting untuk
diprioritaskan agar dapat diperbarui. Bagaimana mengurangi

4
ketimpangan dan kesenjangan tidak hanya antara kaya dan miskin,
melainkan juga kesenjangan antar daerah dalam kesediaan
infrastruktur yang memadai dan antarsektor produksi dan seterusnya.
Hal ini diharapkan paradigma pembangunan ekonomi tidak hanya
mengejar pertumbuhan, melainkan juga melihat ukuran pemerataan
dalam distribusi.4
2. Paradigma Ketimpangan Pembangunan
Ketidaksetaraan global mencerminkan ketidaksetaraan di seluruh
negara, terutama disebabkan oleh perbedaan dalam kinerja ekonomi
suatu negara dari waktu ke waktu dan ketimpangan nasional yang
bergantung pada harga – harga faktor, pola kepemilikan sumber daya,
dan faktor lainnya.
Ketimpangan antar daerah disebabkan oleh mobilisasi sumber daya
yang dimiliki oleh suatu daerah. Sumber daya ini antara lain akumulasi
modal,, tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki. Adanya
heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan
kecenderungan terjadinya ketimpangan antar daerah dan antar sektor
eknomi suatu daerah. Melihat fakta ini dapat dikatakan bahwa
disparitas regional merupakan konsekuensi dari pembangunan itu
sendiri.
Adelman dan Morris (1973) mengemukakan delapan faktor yang
menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara
sedang berkembang yaitu:
a. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan
menurunnya pendapatan per kapita.
b. Inflasi di mana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti
secara proporsional dengan pertambahan produksi barang.
c. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah.
d. Investasi yang sangat banyak dalam proyyek – proyek yang
padat modal.

4
Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm 8

5
e. Rendahnya mobilitas sosial.
f. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor.
g. Memburuknya nilai tukar bagi negara sedang berkembang
dalam perdagangan dengan negara maju.
h. Hancurnya industri – industri kerajinan rakyat.5
C. Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Islam
Dalam istilah arab modern, pembangunan berasal dari kata
Tanmiyah yang artinya pertumbuhan dan juga Taqaddum yang berarti
maju ke depan atau kemajuan.6 Tetapi dalam kamus al-Fareed in Finance
& Economic pembangunan atau Development membawa arti kepada
Tatwir yaitu pertumbuhan atau Ibtikar yang berarti inovasi.
Sedangkan secara epistimologi, pembangunan dalam perspektif
Islam yaitu peningkatan kesadaran insan atas tanggungjawabnya terhadap
berbagai hakikat dan masalah mengikut urutan keutamaan yang sah, dan
amal perbuatan yang ikhlas, berhikmah berani, sederhana, dan adil.
Pembangunan ini dapat diukur dengan empat hal utama yaitu kebebasan,
keadilan, akhlak dan moral, kebahagiaan.
Dalam konsep keadilan, islam melihat keadilan apabila manusia
dapat mempertahankan rahmat kepada seluruh alam tanpa durhakan
kepada Allah SWT. Maka dari itu, pembangunan material tidak akan
mencapai keadilan tanpa mendapat dukungan akhlak dan moral. Hal itu
karena pembangunan yang adil memerlukan penggunaan semua sumber
dengan cara yang efektif dan efisien. Selain itu aktivitas manusia tidak
hanya ditujukan sebagai pemuasan fisik saja, akan tetapi manusia juga
mempunyai tanggungjawab kepada sang pencipta.
Sehingga pembangunan ekonomi harus dapat menciptakan
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat,
kebaikan yang seimbang dan kekal. Kebaikan yang selaras dengan kaidah

5
Nurul Huda, dkk., Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm 10-13
6
M.Umer Chapra, Islam And Economic Development, (Pakista, Islamabad: International Institute
of Islamic Thought, 1981) hlm 7

6
– kaidah agama islam sehingga kekayaan tidak berhenti pada satu individu
atau satu komunitas saja.
D. Pengertian Negara Berkembang
Penggolongan negara disini terbagi menjadi dua yaitu negara maju
dan negara berkembang. Negara maju adalah sebutan untuk negara yang
menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi dan
ekonomi yang merata. Negara yang digolongkan sebagai negara maju
terdapat di Benua Eropa terutama kawasan Eropa Barat serta Amerika
(utara). Di kawasan Asia terdapat beberapa negara maju seperti Jepang,
Australia. Korea Selatan dan Selandia Baru.
Sedangkan untuk negara berkembang adalah negara yang
rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup taraf sedang atau
dalam perkembangan. Negara yang digolongkan sebagai negara
berkembang ini terdapat di Benua Asia, Afrika, dan Amerika Serikat
(Latin)7
E. Indikator Penggolongan dalam Negara Maju dan Berkembang
1. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan indikator terpenting dalam
mengukur tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara. Sebuah negara
dikatakan makmur apabila rakyatnya memiliki pendapatan perkapita
yang tinggi. Namun demikian, tingginya pendapatan perkapita bukan
penentu kemakmuran suatu negara. Meskipun negara itu pendapatan
perkapitanya tinggi, namun jika terjadi perang saudara di dalam negara
tersebut, maka tidak dapat disebut sebagai negara makmur.
2. Jumlah penduduk miskin
Tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara dapat dilihat dari angka
kemiskinan. Suatu negara dikatakan makmur apabila rakyatnya yang
hidup miskin berjumlah sedikit.
3. Tingkat pengangguran

7
Abd. Rachim, Ekonomi Pembangunan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2015) hlm 56

7
Salah satu ciri yang membedakan antara negara maju dan
berkembang adalah tingkat pengangguran. Di negaraa maju umumnya
tingkat penganggurannya rendah. Sebaliknya di negara berkembang
biasanya tingkat penganggurannya tinggi.
4. Angka kematian bayi dan ibu melahirkan
Salah satu ciri yang membedakan antara negara maju dan
berkembang adalah angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Di
negara maju umumnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan
rendah. Hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi di negara maju
lebih terjamin dan lebih mengutamakan gizi, selain itu di negara maju
mampu membeli pelayanan kesehatan dan obat – obatan yang
memadai. Sebaliknya di negara berkembang angka kematian bayi dan
ibu melahirkan relatif tinggi. Hal ini disebabkan banyak penduduk
yang tidak mampu membeli makanan bergizi, tidak mampu membeli
pelayanan kesehatan dan obat – obatan yang memadaai karena faktor
pendapatannya yang rendah.
5. Angka melek huruf
Angka melek huruf menunjukkan jumlah penduduk yang dapat
membaca dan menulis. Suatu negara dikatakan maju apabiola angka
melek hurufnya tinggi atau angka buta hurufnya rendah. Sedangkan di
negara berkembang kita ketahui sendiri jika pendidikan yang masih
kurang memadai serta banyak dalam masyarakat tidak dapat mengikuti
pendidikan pada umumnya karena faktor pendapatan yang berakibat
dalam negara berkembang ini cukup banyak angka buta hurufnya.
F. Ciri – Ciri dan Karakteristik Negara Berkembang
1. Tingkat Pertumbuhaan Penduduk Tinggi
Tingkat pertumbuhan penduduk di Negara Berkembang umumnya
lebih tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara maju. Hal ini
disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya di negara berkembang
yang berbeda dengan di negara maju. Hal tersebut dapat

8
mengakibatkan banyak masalah di masa depan yang berkaitan dengan
makanan, rumah, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
2. Pendapatan per kapita rendah yaitu dibawah US$ 10.000.
3. Pendidikan formal dan non formal kurang memadai.
4. Kualitas SDM rendah, sehingga penguasaan ilmu dan teknologi
terhambat.
5. Tingkat Pengangguran Tinggi
Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi. Jumlah
tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan lapangan kerja yang
tersedia dan tingkat pertumbuhan keduanya yang tidak seimbang dari
waktu ke waktu.
6. Tingkat Produktivitas Rendah
Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi dengan
jumlah angkatan kerja mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga
sektor usaha mengalami kesulitan untuk meningkatkan produksinya.
7. Kualitas Hidup Rendah
Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan,
dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak bisa baca tulis, rentan terkena
penyakit, dan lain sebagainya.
8. Ketergantungan pada Sektor Pertanian
Umumnya masyarakat negara berkembang adalah bermata
pencaharian sebagai petani dengan ketergantungan yang tinggi akan
hasil sektor pertanian.
9. Pasar dan Informasi Tidak Sempurna
Kondisi perekonomian negara berkembang kurang berkompetisi
sehingga masih dikuasai oleh usaha monopoli, oligopoli, monopsoni,
dan oligopsoni. Informasi di pasar hanya dikuasai oleh sekelompok
orang saja.
10. Tingkat Ketergantungan pada Angkatan Kerja Tinggi

9
Perbandingan jumlah penduduk yang msuk dalam kategori
angkatan kerja dengan pendudukan nn angkatan kerja di negara sedang
berkembang nilainya berbeda dengan di negara maju. Dengan
demikian di negara maju penduduk yang berada dalam usia
nonproduktif lebih banyak bergantung pada yang masuk angkatan
kerja.
11. Ketergantungan Tinggi pada Perekonomian Eksternaal yang Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada
pereknmian luar negeri yang bersifat rentan akibat hanya
mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu.
G. Dampak Adanya Negara Maju dn Berkembang terhadap
Perekonomian Indonesia
1. Dampak Positif :
a. Mendorong pertumbuhan ekonomi negara, pemerataan
pendaapatan masyarakat, dan stabilitas ekonmi nasional.
b. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
negeri, terutama dalam bidang sektor industri dengan munculnya
teknlogi baru dapat membantu dalam memproduksi barang lebih
banyak dengan waktu yang singkat.
c. Mempercepat pertumbuhan ekonomi.
2. Dampak Negatif :
a. Munculnya ketergantungan dengan negara maju.
b. Terjadinya persaingan yang tidak sehat, karena pengaruh
perdagangan bebas.
c. Bila tidak mampu bersaing maka pertumbuhan perekonomian
negara akan semakin rendah dan bertambahnya pengangguran
dalam negeri.
d. Mendorong masyarakat hidup komsumtif.
e. Pasar dalam negeri dikuasai produk asing.8

8
Abd. Rachim, Ekonomi Pembangunan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2015) hlm 58-64

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pembangunan ekonomi dapat di definisikan sebagai setiap kegiatan yang
dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan
taraf hidup masyarakatnya.
2. Pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk
suatu negara dalam jangka panjang yang disertai perbaikan sistem
kelembagaan.
3. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaaikan pendapatan nasional. Suatu negara
dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik apabila GDP riil
negara tersebut meningkat, dan kemudian hal ini dijadikan sebagai salah satu
indikator untuk mengukur perkembangan ekonomi.
4. Negara berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan
atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi,
Modul Ekonomi Pembangunan Lanjutan
Huda, Nuru,l dkk., 2017, Ekonomi Pembangunan Islam, Jakarta: Kencana
M.Umer Chapra, 1981, Islam And Economic Development, Pakista,
Islamabad: International Institute of Islamic Thought
Rachim, Abd., 2015, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: CV. Andi
Offset

12

Anda mungkin juga menyukai