Anda di halaman 1dari 31

TUGAS RESUME BUKU MATA KULIAH

EKONOMI PEMBANGUNAN
“Pengantar Ekonomi Pembangunan”

Disusun oleh :

Nama :
1. Destania Natalia Ginting (180503222)
2. Windi Claudia (180503236)
3. Sarah Yosephine Sinaga (180503237)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S-1 AKUNTANSI
2020
Judul : Pengantar Ekonomi Pembangunan

Penulis : Santi R. Siahaan, Elvis F. Purba, dan Ridhon MB Simangunsong

Tahun Terbit : 2001

Penerbit : Universitas HKBP Nommensen - Medan

Halaman : 219 halaman

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Buku ini terbit dengan tebal buku 219 halaman dan terdiri dari 11 bab yang masing-masing
bab saling terkait sehingga menjadikan buku ini mudah dimengerti. Bab-bab yang terdapat
dalam buku “Pengantar Ekonomi Pembangunan” ini yaitu :

BAB I : BERKENALAN DENGAN EKONOMI PEMBANGUNAN

1. Pengertian
2. Latar Belakang Historis
3. Ruang Lingkup
4. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
5. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita
BAB II : STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK UMUM NEGARA SEDANG

BERKEMBANG

1. Penggolongan Berbagai Negara


2. Struktur Perekonomian Dunia Ketiga
3. Karakteristik Umum Negara Sedang Berkembang
BAB III : INDIKATOR DAN UKURAN PEMBANGUNAN

1. Pendapatan per Kapita


2. Pemerataan Pendapatan
3. Kualitas Kehidupan
4. Indeks Pembangunan Sosial
5. Indikator Lain
BAB IV : TEORI-TEORI ALTERNATIF DAN ARTI PEMBANGUNAN

1. Model Tahapan Pertumbuhan Linier


2. Model Perubahan Struktur
3. Revolusi Ketergantungan Internasional
4. Kontraevolusi Neoklasik
5. Tata Nilai dan Sasaran Pembangunan
BAB V : MASALAH POKOK PEMBANGUNAN

1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern
3. Distribusi Pendapatan
4. Kemiskinan
BAB VI : MAKALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1. Pertumbuhan Penduduk
2. Teori Perangkap Populasi Malthus
3. Teori Transisi Demografi
4. Migrasi dan Pembangunan
5. Pengangguran dan Pembangunan
BAB VII : PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG

1. Pembangunan Seimbang
2. Kritik terhadap Pembangunan Seimbang
3. Pembangunan Tidak Seimbang
BAB VIII : TRANSFORMASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN DESA

1. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan


2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
3. Tahapan Pembangunan Pertanian
4. Strategi Modernisasi Pertanian
BAB IX : PEMBANGUNAN INDUSTRI

1. Peranan Industri dalam Pembangunan


2. Strategi Industrialisasi
3. Industrialisasi di Indonesia
BAB X : PENGHAMBAT PEMBANGUNAN

1. Dualisme
2. Lingkaran Kemiskinan
BAB XI : PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

1. Profil Pendidikan di Negara Sedang Berkembang


2. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
3. Pendidikan dan Ketenagakerjaan
4. Pendidikan, Ketidakmerataan, dan Kemiskinan
5. Pendidikan, Migrasi, dan Tingkat Kesuburan
6. Pendidikan dan Pembangunan Desa
BAB I

BERKENALAN DENGAN EKONOMI PEMBANGUNAN

1. PENGERTIAN
Pembangunan mula-mula dipakai dalam arti pertumbuhan ekonomi serta proses
kenaikan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita. Dewasa ini istilah
pembangunan semakin berkembang dan mengandung banyak makna, bukan hanya
menyangkut pertumbuhan tetapi juga perubahan sosial. Menurut Todaro (1997), ilmu
ekonomi pembangunan berkaitan dengan keseluruhan proses politik dan ekonomi
yang diperlukan untuk mempengaruhi transformasi struktural dan kelembagaan dari
seluruh masyarakat demi menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi yang benar-benar
bermanfaat dan melalui proses yang efisien bagi sebagian besar penduduk.
Sehubungan dengan itu ilmu ekonomi pembangunan harus bersifat eklektis, yakni
mengkombinasikan berbagai konsep dan teori dari analisis ekonomi tradisional
dengan model-model baru dan pendekatan yang lebih multidisipliner dan tajam dari
kajian-kajian sejarah dan pengalaman pembangunan kontemporer.
2. LATAR BELAKANG HISTORIS
Perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi ini dimulai sejak berakhirnya
Perang Dunia Kedua, hal ini disebabkan karena berkembangnya cita-cita negara-
negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang
ekonomi dari negara-negara maju, dan alasan lainnya yaitu berkembangnya perhatian
negara-negara maju terhadap usaha pembangunan di negara-negara sedang
berkembang.
Adapun kurangnya perhatian pembangunan ekonomi pada saat itu disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, masa sebelum Perang Dunia Kedua sebagian besar negara-
negara yang sedang berkembang masih merupakan daerah jajahan. Kedua, kurangnya
usaha para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas masalah-masalah
pembangunan ekonomi. Ketiga, di lingkungan para ahli ekonomi, penelitian dan
analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas.
3. RUANG LINGKUP
Ilmu ekonomi pembangunan berurusan dengan mekanisme ekonomi, sosial, dan
institusional, baik di sekitar pemerintahan maupun swasta, untuk menciptakan
perbaikan-perbaikan yang luas dan cepat dalam taraf kehidupan masyarakat miskin
yang kekurangan makanan dan buta huruf di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Selain
bagaimana mengefisienkan dan mengembangkan sumber-sumber produktif yang
langka demi rakyat banyak, ekonomi pembangunan menekankan peran pemerintah
dalam membuat perencanaan ekonomi yang terkoordinir, yang didasarkan pada
dukungan luas baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
4. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi ialah peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yaitu
tingkat pertambahan GDP atau GNP pada suatu tahun tertentu melebihi tingkat
pertambahan penduduk. Atau perkembangan GDP atau GNP yang terjadi dalam suatu
negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya. Jadi
pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas dan mencakup perubahan
pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Sementara pertumbuhan
ekonomi mengandung arti yang lebih sempit yaitu kenaikan GDP atau GNP tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi sudah terjadi atau tidak.
5. PENDAPATAN NASIONAL DAN PENDAPATAN PER KAPITA
Pendapatan nasional adalah nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan suatu perekonomian (negara) dalam waktu satu tahun. Ada tiga metode
perhitungannya yaitu metode produksi (metode nilai tambah), metode pengeluaran,
dan metode pendapatan. Pengertian pendapatan nasional dapat dibedakan pula
menjadi dua yaitu pendapatan nasional menurut harga yang berlaku (nominal) pada
tahun yang bersangkutan dan pendapatan nasional harga konstan (riil).
Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk yang diperoleh dengan
cara membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk pada
tahun yang sama.

BAB II

STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK UMUM NEGARA SEDANG BERKEMBANG

1. PENGGOLONGAN BERBAGAI NEGARA


Ditinjau dari perubahan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, negara-negara yang ada
di dunia dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu negara-negara maju (Dunia
Pertama) dan negara-negara yang belum maju (Dunia Ketiga).
PBB membagi semua negara berkembang menjadi tiga golongan, yaitu (1) 44 negara
paling miskin disebut negara-negara terbelakang (Least Developed), (2) 88 negara
yang sedang berkembang (Developing Nations) bukan pengekspor minyak, dan (3) 13
negara kaya yang merupakan pengekspor minyak anggota OPEC. Pembagian lain
dibuat oleh Bank Dunia menjadi empat kategori berdasarkan tingkat pendapatan per
kapitanya yakni negara-negara berpendapatan rendah (low income), berpendapatan
menengah (middle income), berpendapatan menengah tinggi (upper-middle income),
dan berpendapatan tinggi (high income). Selanjutnya ada UNDP yang menyusun
suatu indek yaitu Indeks Pembangunan Manusia, yang mempertimbangkan variabel
pokok ekonomi dan nonekonomi, yang masing-masing diberi skor lalu diperingkat,
yang terdiri dari peringkat tinggi (53 negara termasuk beberapa negara berkembang),
menengah/ sedang (65 negara), dan rendah (55 negara).
2. STRUKTUR PEREKONOMIAN DUNIA KETIGA
Ada delapan komponen dalam struktur perekonomian negara-negara Dunia Ketiga,
yaitu:
 Ukuran dan tingkat pendapatan per kapitanya relatif rendah dibandingkan
jumlah penduduknya
 Latar belakang historis (hampir semua negara di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin adalah bekas negara jajahan)
 Karunia sumber daya fisik dan manusia masih belum maksimal dilaksanakan
 Komposisi etnik dan agama yang beragam membuat timbulnya gejolak
internal dan ketidakstabilan politik.
 Arti penting relatif sektor pemerintah dan swasta
 Struktur industri
 Ketergantungan eksternal: ekonomi, politik, dan kultural
 Struktur politik, kekuasaan, dan kelompok kepentingan (hampir semua negara
berkembang secara langsung atau tidak langsung senantiasa diperintah oleh
sekelompok kecil kaum elit)
3. KARAKTERISTIK UMUM NEGARA SEDANG BERKEMBANG
Menurut Baldwin dan Meier (1957) mengemukakan ada enam sifat ekonomis negara-
negara yang belum maju, yaitu: (1) penghasil barang-barang primer, (2) menghadapi
masalah tekanan penduduk, (3) sumber-sumber alam belum banyak diolah, (4)
penduduknya masih terbelakang dari segi ekonomi, (5) kekurangan modal, dan (6)
orientasi perdagangan luar negeri. Serta menurut Todaro (1997), ada 7 karakteristik
umum NSB, yaitu: (1) standar hidup yang relatif rendah, (2) tingkat produktivitas
yang rendah, (3) tingkat pertumbuhan dan beban ketergantungan tinggi, (4) angka
pengangguran yang terus bertambah tinggi, (5) ketergantungan pendapatan yang
sangat besar terhadap produksi sektor pertanian serta ekspor produk primer, (6) pasar
yang tidak sempurna dengan informasi yang sangat terbatas, dan (7) dominasi
ketergantungan dan kerapuhan yang parah pada hampir semua aspek hubungan
internasional.

BAB III

INDIKATOR DAN UKURAN PEMBANGUNAN

1. PENDAPATAN PER KAPITA


Salah satu ukuran yang sering digunakan sebagai indikator pembangunan adalah
pendapatan per kapita. Suatu negara dianggap berhasil melaksanakan pembangunan
bila pertumbuhan ekonomi masyarakatnya cukup tinggi, yakni dilihat dari
produktivitas negara tersebut setiap tahunnya, dengan menggunakan ukuran
GDP/GNP per kapita. Tapi hal ini memiliki kelemahan, yaitu apakah semua
penduduknya memiliki GDP/GNP secara merata atau tidak.
2. PEMERATAAN PENDAPATAN
Selain pendapatan per kapita, distribusi pendapatan merupakan faktor penting lainnya
yang menentukan kesejahteraan masyarakat. Bangsa atau negara yang berhasil
melakukan pembangunan adalah mereka yang disamping tinggi pertumbuhannya
(produktivitasnya), pendapatannya juga terdistribusi relatif merata dari waktu ke
waktu sebelumnya.
3. KUALITAS KEHIDUPAN
Salah satu cara lainnya untuk mengukur kesejahteraan penduduk suatu negara adalah
dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality Life Index). Indikator ini
dikemukakan oleh Morris D yang mengukur tiga indikator, yaitu: (1) tingkat harapan
hidup sesudah usia satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) rata-rata persentase
buta dan melek huruf.
4. INDEKS PEMBANGUNAN SOSIAL
Usaha lainnya untuk merumuskan dan membandingkan tingkat kesejahteraan
antarnegara adalah Indeks Pembangunan Sosial, yang memiliki 16 indikator utama
yaitu, 9 indikator sosial dan 7 indikator ekonomi. Adapun indikator tersebut, antara
lain: (1) tingkat harapan hidup, (2) persentase penduduk yang hidup di pusat-pusat
pemukiman yang dihuni oleh 20.000 jiwa atau lebih, (3) konsumsi protein hewani per
kapita per hari, (4) tingkat capaian pendidikan dasar dan lanjutan, (5) rasio pendidikan
keterampilan/vokasional, (6) jumlah rata-rata penghuni per kamar, (7) sirkulasi surat
kabar per seribu penduduk, (8) persentase penduduk yang secara ekonomis aktif atau
punya akses terhadap aneka fasilitas sosial dasar seperti ketersediaan listrik, gas, air
bersih, dsb, (9) produksi pertanian per tenaga kerja pria dewasa, (10) persentase
pekerja pria dewasa yang berada di sektor pertanian, (11) konsumsi listrik (kWh) per
kapita, (12) konsumsi baja (kg) per kapita, (13) konsumsi energi setaraan per
kilogram batu bara per kilogram, (14) persentase sumbangan sektor manufaktur
terhadap GDP, (15) perdagangan luar negeri per kapita, dan (16) persentase penerima
gaji dan upah terhadap jumlah penduduk yang aktif secara ekonomis.
Jika indeks ini digunakan sebagai perbandingan antara negara maju dengan negara
sedang berkembang tidaklah terlampau jauh perbedaannya.
5. INDIKATOR LAIN
 Net Economic Welfare (NEW)
William Nordhaus dan James Tobin memperkenalkan indikator ini dengan
cara menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk memperoleh suatu indikator
ekonomi yang lebih baik, yaitu dengan dua cara, koreksi yang bersifat positif
dan koreksi yang bersifat negatif.
 Human Development Index (HDI)
Ada tiga kriteria atau hasil akhir pembangunan yang dinilai yaitu, ketahanan
hidup, pengetahuan, dan kualitas standar hidup. Berdasarkan ketiga kriteria ini
dengan suatu rumusan perhitungan yang kompleks, suatu negara dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu tingkat pembangunan manusianya
rendah, sedang, atau tinggi.

BAB IV

TEORI-TEORI ALTERNATIF DAN ARTI PEMBANGUNAN

1. MODEL TAHAPAN PERTUMBUHAN LINIER


Pemikiran model ini berkembang pada dasawarsa 1950an dan 1960an yang
memusatkan perhatiannya pada konsep tahapan pertumbuhan ekonomi yang
memandang proses pembangunan sebagai suatu seri urutan tahap-tahap yang pasti
dilalui oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan.
 Tahap pertumbuhan Rostow
Bagi Rostow pembangunan merupakan suatu proses yang bergerak dalam
sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang menuju
masyarakat yang maju. Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat
dibedakan dalam 5 tahap yaitu, masyarakat tradisional (the traditional society),
prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the
take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi
tinggi (the age of high mass-consumotion).
 Model petumbuhan Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan oleh Evsey Domar dan R.F. Harrod, yang mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan
investasi. Jika ingin mencapai pertumbuhan yang pesat maka setiap
perekonomian harus menabung dan menginvestasikannya sebanyak mungkin
dari GNPnya.
2. MODEL PERUBAHAN STRUKTUR
Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang sekiranya
akan memungkinkan negara-negara yang belum maju untuk mentransformasikan
struktur perekonomiannya dari pola perekonomian pertanian subsisten ke
perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi pada kehidupan perkotaan serta
memiliki sektor industri pengolahan (manufaktur) dan sektor jasa-jasa yang tangguh.
 Teori pembangunan dua sektor Lewis
Teori Lewis ini membahas proses pembangunan di negara-negara Dunia
Ketiga yang mengalami surplus tenaga kerja selama akhir dasawarsa 1960an
dan 1970an. Dalam model pembangunan Lewis, perekonomian dibedakan atas
dua sektor yaitu, sektor tradisional dan sektor modern.
 Perubahan struktural dan pola-pola pembangunan
Model ini diperkenalkan oleh H.B Chenery, yang mengidentifikasi faktor-
faktor keberhasilan proses pembangunan yaitu, kelancaran peralihan dari pola
perekonomian agraris ke perekonomian industri, kesinambungan akumulasi
modal fisik dan manusiawi, perubahan jenis permintaan konsumen dari produk
kebutuhan pokok ke berbagai macam barang dan jasa, perkembangan daerah
perkotaan terutama pusat-pusat industri berkat imigrasi para pencari kerja dari
daerah pertanian di pedesaan dan kota-kota kecil serta pengurangan jumlah
anggota dalam setiap keluarga. Dalam model ini para orang tua tidak lagi
memandang anak sebagai salah satu faktor penunjang ekonomi, melainkan
lebih mementingkan kualitas daripada kuantitasnya.
3. REVOLUSI KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL
Model-model ketergantungan internasional memandang negara-negara Dunia Ketiga
sebagai korban kekakuan aneka faktor kelembagaan, politik dan ekonomi, baik
domestik dan internasional. Model-model ketergantungan internasional dapat
digolongkan ke dalam tiga aliran pemikiran besar sebagai berikut:
 Model ketergantungan Neokolonial
Model ini pada dasarnya adalah suatu pengembangan pemikiran kaum Marxis,
yang menghubungkan keberadaan dan kelanggenan Dunia Ketiga kepada
evolusi sejarah hubungan internasional yang sama sekali tidak seimbang
dalam suatu sistem kapitalis internasional. Hubungan kekuasaan sangat tidak
berimbang antara pusat (negara-negara maju) dengan pinggiran (negara-
negara belum maju).
 Model paradigma palsu
Aliran ini mencoba menghubungkan keterbelakangan Dunia Ketiga dengan
kesalahan dan ketidaktepatan saran dari para pengamat atau pakar
internasional yang bernaung di bawah lembaga-lembaga bantuan negara maju
dan organisasi-organisasi donor internasional.
 Tesis pembangunan dualistik
Tesis pembangunan dualistik melihat dunia terbagi atas dua kelompok, yaitu
negara-negara kaya dan negara-negara miskin. Konsep dualisme menunjukkan
adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara kaya dan
miskin, serta di antara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di
setiap negara.
4. KONTRAEVOLUSI NEOKLASIK
Aliran ini muncul pada dasawarsa 1980an, yang dimana para revisionis neoklasik
melihat bahwa kondisi keterbelakangan Dunia Ketiga adalah suatu yang lebih
diakibatkan oleh faktor-faktor internal, antara lain terlalu besarnya campur tangan
pemerintah, kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepat dan diterapkannya
kebijakan-kebijakan ekonomi yang kurang tepat. Selain itu muncul varians baru dari
kontraevolusi neoklasik yang dikembangkan oleh para ahli ekonomi Bank Dunia yang
disebut pendekatan “ramah terhadap pasar”, yang mengakui adanya berbagai
kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar, baik itu pasar produk maupun pasar faktor
produksi, di Dunia Ketiga.
5. TATA NILAI DAN SASARAN PEMBANGUNAN
Menurut Profesor Goulet ada tiga komponen dasar yang menjadi basis konseptual dan
pedoman praktis untuk memahami pembangunan secara hakiki, yaitu kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar, jati diri, dan kebebasan sikap
menghamba.
 Kecukupan (Sustenance)
Kecukupan dalam hal ini berkaitan dengan semua hal kebutuhan dasar
manusia secara fisik seperti, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
keamanan, karena apabila salah satu saja tidak terpenuhi maka muncullah
kondisi “keterbelakangan absolut”.
 Jati diri
Istilah jati diri dapat disamakan dengan kepribadian, sosok, identitas, dan
istilah lainnya. Seseorang ingin menunjukkan jati dirinya berarti dalam diri
orang tersebut ada dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai
diri sendiri, merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu,
begitupun dengan jati diri suatu negara. Profesor Denis Goulet mengatakan
bahwa seandainya jati diri negara-negara Dunia Ketiga tidak hanya dinilai
pada prestasi-prestasi material, maka mereka pasti tidak merasa miskin atau
sengsara, terlepas dari seperti apa kondisi ekonomi mereka.
 Kebebasan dari sikap menghamba
Artinya adalah kemerdekaan atau kebebasan dalam arti luas, tidak diperbudak
oleh pengajaran aspek-aspek material dalam kehidupan ini.

Sejalan dengan uraian di atas terdapat tiga tujuan inti dari pembangunan, antara lain :

a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang dan kehidupan


dasar lainnya yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu dan masyarakat
secara keseluruhan.
BAB V

MASALAH POKOK PEMBAHASAN

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Para ahli ekonomi dari politisi dari semua negara sangat mendambakan dan
menomorsatukan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah di negara mana pun dapat segara
jatuh atau bangun berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang
dicapainya. Berhasil-tidaknya program-program pembangunan di Dunia Ketiga sering
dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan keluaran dan pendapatan
nasional. Malah baik-buruknya kebijakan pemerintah dan tinggi rendahnya mutu
aparatnya di bidang ekonomi secara keseluruhan biasanya diukur berdasarkan kecepatan
pertumbuhan keluaran nasional yang dihasilkan.

Sejalan dengan itu akan dibahas tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan ekonomi,
yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk, dan kemajuan teknologi.

 Akumulasi Modal
o Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan di kemudian hari.

 Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja


o Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja ( yang terjadi
beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan pendududuk ) secara
tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang
lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.

 Kemajuan teknologi
Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena
ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lamadalam menangani
pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat
pakaian, atau membangun rumah.

Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi:

 Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress),


 Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress),
 Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress).

2. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN

Prof. Simon Kuznet (1871) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai


kenaikan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang
terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan
teknologi, institusional dan idiologis yang diperlukannya. Definisi tersebut
mempunyai 3 (tiga) komponen penting: Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, teknologi
maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan
oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat dan baik (Suryana, 2000). 6
ciri teori pertumbuhan ekonomi modern menurut kuznets.

1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi

2. Tingkat kenaikan produktivitas total yang tinggi

3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi

4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi

5. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau sudah maju


perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai
daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru

6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar


sepertiga bagian penduduk dunia.

3. DISTRIBUSI PENDAPATAN
Distribusi pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau timpangnnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Distribusi
pendapatan merupakan kriteria yang mengindikasikan mengenai penyebaran atau
pembagian pendapatan atau kekayaan antar penduduk satu dengan penduduk lainya
dalam wilayah tertentu. (Dumairy 2004).

Distribusi Pendapatan merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk melihat berapa
pembagian dari pendapatan nasional yang diterima masyarakat. Dari perhitungan ini
akan dapat dilihat porsi pendapatan nasional yang dikuasai oleh berapa persen dari
penduduk. Gunanya untuk melihat seberapa besar penguasaan pendapatan nasional
tersebut sehingga dapat diketahui apakah ada pendapatan nasional oleh segelintir
orang atau terjadi pemerataan diantara penduduk di negara tersebut. Distribusi
pendapatan menunjukan seberapa merata jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu
kelompok masyarakat dapat terdistribusi. Salah satu penyakit ekonomi adalah adanya
ketidakmerataan distribusi pendapatan. Jika distribusi pendapatan menunjukan
ketidak merataan maka berarti ada kesenjangan/ketimbangan kemampuan ekonomi
pada masyarakat yang bersangkutan

 Ukuran Distribusi (Size Distribution)


o Bagian pendapatan perkapita atau ukuran pendapatan merupakan indikator
yang paling sering digunakan oleh para ahli ekonomi. Ukuran ini secara
langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu
atau rumah tangga tanpa mempersoalkan darimana sumbernya.
 Kurva Lorenz
o Metode lainnya yang lazim dipakai untuk menganalisis statistik
pendapatan perorangan adalah dengan kurva lorenz (diambil dari nama ahli
statistik conrad Lorenz memperkenalkan kurva tersebut). Jumlah penerima
pendapatan dinyatakan pada sumbu horizontal (dalam persentase
kumulatif) dan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan
yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah (kelompok)
penduduk tersebut.
o Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara
persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total
penduduk persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari
total pendapatan yang mereka terima
o Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal yang merupakan garis
pemerataan sempurna itu, maka semakin timpang (tidak merata distribusi
pendapatannya). Kasus ekstrem dari ketidakmerataan yang sempurna
misalnya apabila seluruh pendapatan hanya diterima oleh satu orang
sementara orang-orang lainnya sama sekali tidak menerima  pendapatan.
 Koefisien Gini
o Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara
nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
Koefisien Gini dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang
terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh
bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
o Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin
merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu
distribusipendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien
Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel berikut:
 Distribusi fungsional
o Distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan per faktor
produksi. Berbeda dengan distribusi ukuran yang membahas dalam lingkup
individual, distribusi fungsional mempersoalkan persentase penghasilan
keseluruhan dari tenaga kerja, dan membandingkannya dengan persentase
total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing
merupakan perolehan dari tanah, modal uang, dan modal fisik). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran distribusi pendapatan ini berfokus
pada bagian dari pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing
faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
4. KEMISKINAN
Banyak penulis mendefenisikan kemiskinan sebagai keadaan dimana seorang atau
suatu keluarga tidak mempunyai barang-barang dan jasa-jasa yang cukup untuk
mencapai atau mempertahankan suatu tingkat hidup tertentu.
 Aspek Dan Karakteristik Kemiskinan

Menurut Andre Bayo Ala (1981) ada beberapa aspek kemiskinan :

a. Kemiskinan itu multidimensional, yang berarti memiliki banyak aspek karena


kebutuhan manusi itu bermacam-macam.
b. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Hal ini berarti nahwa kemajuan atau kemunduran padasalah satu aspek
dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
c. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baiksecara individual maupun kolektif.

Emil Salim (1984) mengekemukan 5 Karakteristik kemiskinan yaitu:

a. Pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup,
modal, kdan keterampilan.
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperroleh aset produksidengan kekuatan
sendiri.
c. Mempunyai tingkat pendidikan yang umumnya rendah.
d. Kebanyakan tinggal di pedasaan dan mereka tidak mempunyai tanah, kalapun ada
relatif sempit.
e. Banyaknya mereka yang hidup di perkotaan masih berusia muda dan tidak
mempunyai keterampilan dan pendidikan.
 Kemiskinan Absolut Dan Relatif
Kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan absolut
dari satu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sepertisandang,
pangan, pemukiman, kesehatan, dan pendidikan. Besarnya atau dimensi masalah
kemiskinan absoluttercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatannya berada
dibawah garis kemiskinan atau tingkat hidup minimum yang biasanya telah ditentukan.

Kemiskinan relatif dinyatakn dengan berapa persen dari pendapatan nasional yang
diterima oleh sekelompok penduduk dengan kelas pendapatantertentu dibandingkan
dengan kelas pendapatan lainnya.Pada umumnya ukuran yang dipakai adalah
membandingkan 40 persen penduduk dengan pendapatan rendah, 40 persen penduduk
pendapatan menengah, dan 20 persen penduduk pendapatan yang tinggi.
BAB VI
MASALAH KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1. PERTUMBUHAN PENDUDUK
Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di negara-negara bekembang menimbulkan
berbagai masalah bagi upaya – upaya pembangunan yang dilakukan karena pertambahn
penduduk tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja.Tingkat pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat di negara sedang berkembang menyebabkan proporsi
penduduk belum dewasa menjadi bertambah tinggi dan jumlah anggota keluarga
bertambah besar.Ternyata negara-negara yang mampu melaksanakan pembangnan
merupakan negara yang sudah maju dalam kehidupan ekonomi.

2. TEORI “PERANGKAP POULASI” MALTHUS

Perangkap populasi Malthus adalah tingkat ambang batas populasi yang diantisipasi oleh
Thomas Malthus (1766 – 1834) di mana pertambahan penduduk akan berhenti dengan
sendirinya ketika sumberdaya penopang hidup (yang mengikat menurut deret hitung)
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia yang jumlahnya meningkat
menurut deret ukur. Malthus menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan
pola hidup yang serba pas-pasan (subsistem). Model dasar yang merangkum gagasan
Malthus dapat diperoleh dengan membandingkan bentuk dan posisi kurva yang masing-
masing mewakili laju pertambahan penduduk dan tingkat pertumbuhan pendapatan
agregat dan kedua kurva ini dihubungkan dengan tingkat pendapatan perkapita.
Menurut pendukung aliran pemikiran neo Malthus ,bangsa-bangsa yang miskin tidak
akan pernah berhasil mencapai tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi dari
tingkat subsistem kecuali apabila mereka menyatakan pemeriksaan preventif
( pengendalian kelahiran) untuk menurunkan tingkat pertumbuhan
pendudukmereka.apabila hal tersebut tidak dilaksanakan secepatnya maka model
pengimbangan positif ala Malthus yakni musibah kelaparan,wabah
penyakit,perang,bencana alam yang akan tampil sebagai faktor utama penghambat
pertumbuhan penduduk.
Negara atau wilayah yang berasa dalam perangkap populasi sebenarnya bisa juga keluar
melalui upaya mencapai kemajuan teknologi yang mampu meningkatkan pendapatan
perkapita. Selain itu Negara atau wilayah tersebut juga bisa melakukan perubahan
lembaga ekonomi dan budaya (“kemajuan social”) yang dapat menurunkan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Kritik terhadap model teori Malthus
1. Model dari teori Malthus tidak memperhitungkan peranan dan dampak-dampak
penting dari kemajuan teknologi.
2. Teori tersebut didasarkan pada suatu hipotesis mengenai hubungan-hubungan makro
(berskala besar) antara tingkat pertumbuhan penduduk dengan tingkat pendapatan
perkapita yang ternyata tidak dapat di buktikan secara empiris.
3. Teori tersebut terlalu bertumpu pada variabel ekonomi yang ternyata keliru, yaitu
tingkat pendapatan perkapita , sebagai determinan utama pertumbuhan penduduk .
pendekatan yang jauh lebih valid dalam rangka menjawab pertanyaan tentang
kependudukan dan usaha- usaha pembangunan mengutamakan aspek- aspek makro
ekonomi

3. TEORI TRANSISI DEMOGRAFI

Teori transisi demografi berusaha menjelaskan mengapa semua negara-negara maju


sekarang ini kurang lebih melalui 3 tahap yang sama dalam sejarah kependudukan
modern. Sebelum adanyamodrenisasi perekonomian mereka, negar-negaratersebut
selama berabad-abad mengalami pertumbuhan penduduk yanglambat sebagi akibat
kombinasi dari tingginya tingkatkelahiran yanghampir sama dengan tingkat kematian. Ini
merupakan tahapan pertama dalam teori transisi semografi mereka.

Tahap II mulai terjadi setelah adanya modrenisasi yang kemudian menghasilkan berbagai
metode pelayanan kesehatan masyarakat, pendapatan yanglebih tinggi, dan kulaitas
makanan yang lbih baik menyebabkan penurunan tingkat kematian dan secaraperlahan
memingkatkan tingkat harapan hidup.Oleh karenaitu tahap II ini menandai dimulainya
peralihan pendususk (demographic transition) yaituperalihan dari pertumbuhan penduduk
yang stabil dan lambatkepada pertumbuhan yang cepat. Padawakti itu terjadi apa
yangdinamakan peladakan bayi (baby boom). Akhirnya, tahap III terjadipadasaaat
kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh modrenisasi dan pembangunan menyebabkan
tingkat kelahiran menurun seimbang sengat tingkat kematian.Akibatnya pertambahan
penduduk padathap ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahap kedua.

4. MIGRASI DAN PEMBANGUNAN

Arus perpindahan tenaga kerja dari daerahpedesaan kekota-kota telah jauhmelampaui


tingkat penciptaan atau penambahan lapangan pekerjaan.Dengankatalain migrasi desa-
kotaharus dilihat sebagisuatu faktor negatif yang menyebabkan surplus tenaga kerja
perkotaan secaraberlebihan serta sebagai suatukekuatan yang secara teru-menerus
memperburukmasalah pengangguran diberbagi daerah perkotaan.

1. Proses Migrasi

Migrasi dapat diartikan sebagi perpindahan penduduk dari suatu daerah tertentu ke
daerah lainnya dalam batas waktu tertentu.Tidaksedikit penelitian awal migrasi
cenderung memfokuskan perhatiannya terhadap faktor-faktor sosial, budaya, dan
psikologissaja, tanpa memperhatikan arti penting dari variabel-variabel ekonomi.Ada
kesepakatan antara paraahli ekonomi dan ilmu sosial lainnya bahwa migrasi dari desa ke
kota terutam sekali disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi.

2. Karakteristik-Karakteristik Migran
a. Karakteristik Demografis
Para migran di perkotaan negara-negara berkembang pada umumnya berusia antara
15 sampai 24 tahun. Proporsi wanita yangmelakukan migrasi tampaknya cenderung
meningkat karena semakin membaiknya tingkat pendidikan mereka.
b. Karakteristik Pendidikan
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tampaknya ada hubungan
yangjelasantaratingkat pendidkan yang dicapai dengan keinginan untuk
bermigrasi.Orangyang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih bnayak melakukan
migrasi daripadayang pendidikannya rendah.
c. Karekteristik Ekonomi
Selamabeberapa tahun terakhirini migran yang terbanyak adalah kaum miskin,tidak
memiliki tanah, dan tidak mempunyai keterampilan. Para migran ini datang dari
semua tingkat sosio-ekonmis yang sebagian besar adalah sangat miskin. Mereka
ingin melepaskan diri daribelenggu kemiskinan di daerah-daerah pedesaan.

3. Model Migrasi Todaro


Model Todaro merumuskan bahwa migrasi berlangsung karena adanya perbedaan
antarakota dan desa.Anggapan yang mendasar dalam model iniadalah bahwa para
migran tersebut memperhatikan berbagaikesempatan-kesempatan kerja yangtersedian
bagi mereka dan memilihalahsatu yang bisa memaksimumkan manfaat yang mereka
harapkan dari bermigrasi tersebut.
Secara singkat model migrasi Todaro memiliki 4pemikiran dasar,yaitu:
a. Migrasi desa-kota dirangsang pertimbangan ekonomis
b. Keputasan migrasi terhantung upah riil yang diharapkan
c. Kemungkinan memperoleh pekerjaan berhubungan terbalik dengan
pengangguran diperkotaan
d. Migrasi desa-kota melebihi tingkat pertumbuhan kesempatan kerja di perkotaan
sangatmungkin terjadi

5. PENGANGGURAN DAN PEMBANGUNAN


Tingkatpetumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan pekerjaan
yang relatif lambatmenyebabkan masalah pengangguran di negara-negara
berkembang menjadisemakin serius.
1. Jenis – jenis Pengangguran
Untuk membedakan jenis-jenis pengangguran, menurut Profesor Edgar
O.Edwards perlu diperhatikan tiga dimensi, yaitu : (1) dimensi waktu (2)
intensitas pekerjaan (3) produktivitas.
Selanjutnya Edwards membedakan 5 jenis pengangguran yaitu :
1. Pengangguran terbuka : baik sukarela ( merekayangtidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan yanglebih baik)maupun secaraterpaksa ( mereka
mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan )
2. Setengah menganggur yaiti pekerja yang jumlah jam kejanya lebih sedikit
dari yang seharusnya.
3. Tampaknyabekerja tetapi tidak bekerja secarapenuh, yaitu merek
yangdigolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur.
2. Hubungan Antara Pengangguran, Kemiskinan, Dan Distribusi Pendapatan
Bagi sebagian besarmereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atauhanya
bekerja secara musiman selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat
miskin. Sedangkan yangbekerja dengan bayaran tetap di sektorpemerintahdan
swasta biasanya termasuk di antar kelompok masyarakat berpendapatan
menengah dan tinggi.

BAB VII

PEMBANGUNAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG

1. PEMBANGUNAN SEIMBANG
Pembangunan seimbang biasanya dilaksanakan dengan maksud untuk
menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi kendala dalam hal (1)
memperoleh bahan baku,tenaga ahli, sumber daya,dan fasilitas untuk
mengankut hasil-hasil produksike pasar, (2) memperoleh pasar untuk barang-
barang yang telah dan yang akan diproduksi.
Berdasarkan hal tersebut,pembangunan seimbang dapat juga diartikan sebagai
usaha pembangunan yang berupaya untuk mengatur perogram
investasisedemikian rupa sehinggasepanjangg proses pembangunan tidak
akan timbul kendala-kendala yang bersumber dari penawaran maupun
permintaan.

 Pandangan Rosenstein-Rodan dan Nurkse


Menurut pendapatmereka, melakukan industrialisasi di daerah yang kurang
berkembang merupakan cara yang tepat untuk menciptakan distribusi pendapatan
yang lebih merata dan juga meningkatkan pendapatan daerah yang bersangkutan
lebih cepat dibandingkan didaerah yang lebih kaya.
Tujuan utama dari strategi pembangunan seimbang adalah untuk menciptakan
berbgai jenis industri yang berkaitan erat satu sma lain sehingga setiap industri akan
memperoleh ekstrenalitas ekonomi, yakni berupa jasa-jasa yang diperoleh dengan
cuma-cuma oleh suatu industri dari satu atau beberapaindustri lainnya.Dengan
singkat, adanya eksternalitas ekonomi memungkinkan tercapainya efisiensi dalam
produksi.

 Pandangan Scitovsky dan Lewis


Scitovsky dan Lewis menekankan perlunya keseimbangan dari segi penawaran.
Scitovsky mengungkapkan dua konsep eksternalitas ekonomi dan manfaat yang
diperoleh suatu industri dari adanya dua macam eksternalitas ekonomi yang ada
dalam perekonomian tersebut. Pertama, sebagai perbaikan efesiensi yang terjadi
pada suatu industri sebagai akibat dari perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu
industri sebagai akibat dari perbaikan teknologi padaindustri lain, yang disebut
ekternalitas ekonomi teknologis (techonological external economies). Kedua,
hubungan saling ketergantunganantara berbagai industri dapat juga menciptakan
ekternalitas ekonomi keuangan (pecuniary external economies),yaitu kenaikan
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perusahaan lain
yang berkaitan erat dengannya.Dengan kata lain, keuntungan yang diperoleh suatu
perusahaan dipengaruhi juga oleh penggunaan faktor-faktor produksidan tingkat
produkdi perusahaan lain yang erat kaitannya dengan perusahaan yang akan
mendapat keuntungan tadi.
Pendapat Lewis lain lagi. Beliau menganalisis pembangunan seimbang dengan
pokok perhatin pada keuntungan yang mungkin diperoleh dari adanya saling
ketergantungan yang efisien antarberbagai sektor, yaitu antara sektor pertanian dan
sektor industri serta antara sktor dalam negeroi dan luar negeri. Menurut Lewis,
akan timbul banyak masalah bila usaha pembangunan hanya dipusatkan pada satu
sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan
menimbulkan ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatanekonomi
yang pada akhirnya akan menghambay pembangunan.

2. KRITIK TERHADAP PEMBANGUNAN SEIMBANG


Banyak kritik yang dilontarkan terhadap teori pembangunan seimbang,
antaralain dikemukan oleh hirschman, streeten,singer, dan fleming. Hirschman
merupakan pengkritik yang paling “baik”, karena selain menunjukkan
kelamahan-kelemahan teori pembangunan seimbang juga mengemukakan teori
pembangunan tak seimbang.
Hans Singer mengkritik pandangan yang menekankan tentang perlunya
menciptakan pembangun serentak padaberbagi industri (Rosenstein-Rodan dan
Nurske). Pandangan tersebut, menurutlewis, melupakan sektor pertanian.
Sebagai akibatnya, sektor pertanian akan menghadapi kesukaran untuk
memenuhi pertambahan permintaan bahan pangan dan bahan baku pertanian
yangakan digunakan sektor industri. Oleh karena itu, menurut Singet,teori
pembangunan seimbang harus diperluas sehingga meliputipula usaha
pembangunan besar-besaran di sektor pertanian akan dapat memenuhi kenaikan
permintaan sektor industri.
Kritik utama Singer terhadap teori pembangunan seimbang adalah mengenai
corak program pembangunan yang harus dilaksanakan di berbagai industri dan
sektor. Menurut beliau, hal tersebut sangat sulitdilakukan oleh negara-negara
berkembang yang biasanya mempunyai sumber daya terbatas. Menurut singer,
pentingnya perluasan pasar dan hubungan erat antara berbagai industri dianggap
sebagai sumbangan penting dari teori ini bagi pemikiran pembangunan.
Sementara itu pendapaat Hirschman pada hakekatnya sama dengan Singer,
yakni sama sama meragukan kemampuan negara sedang berkembang untuk
melakukan pembangunan seimbang.Menurut Hirschman,teori pembangunan
seimbang melupakan kenyataan historis yang menunjukkan bahwa secara
perlahan (gradual) kegiatan industri modern telah mulai berkembangpadamasa
lalu, dan telah sanggup menggantikan beberapa industri rumah tangga
maupunmenghasilkan barang-barang yang .mulanya impor.

3. PEMBANGUNAN TAK SEIMBANG


Teori pembangunan tak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan
Streeten. Menurut mereka, pembangunan yanglebih cocok untuk mempercepat
proses pembangunan di negara-negara berkembang ialah pembangunan tidak
seimbang. Hirschman mengemukakan pola pembangunan tak seimbang ini
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
(1) Secara historis pembangunan ekonomi coraknya tidak seimbang
(2) Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang
tersedia
(3) Pembangunan tak seimbang akan menimbulkan gangguan (bottlenecks)
atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan yang akan menjadi
penddorong bagi pembangunan selanjutnya.

Dengan demikian pembangunan tak seimbang akan mempercepat


pembangunan ekonomi pada masa akan datang.

 Pembangunan Antara Sektor Prasarana dan Sektor Produktif


Persoalan pokok yang dianalisisi Hirschman dalam teori pembangunan tak
seimbang adalah bagaimana caranya untuk menentukan proyek yang harus
didahulukan pembangunannya, dimana proyek-proyek tersebut memerlukan
modal dan sumber daya lainnya melebihi modal dan sumber daya yang tersedia
sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Dengan kata lain, pembangunan tidak seimbang yang dikemukakan hirschman
bertujuan untuk menentukan jenis proyek-proyek yang harus dibangun dahulu
untuk menjamin tercapainya pembangunan yang maksimal di waktu yang akan
datang.

 Pembangunan Tak Seimbang Dalam Sektor Produktif


Dalam sektor produktif akan tercipta mekanisme pendorong pembangunan
(inducement mechanism) sebagi akibat dari adanya hubungan antara
berbagaiindustri tersebut dibedakan menjadi 2 jenis yaitu pengaruh keterkaitan
ke belakang (backward linkage effects) dan pengaruh keterkaitan ke depan
(forward linkage effects). Pengaruh keterkaitan ke belakang maksudnya dalah
tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhhadap
perkembangan industri-industri yang menyediakan masukan (bahan baku) bagi
industri tersebut. Sedangkan pengaruh kaitan ke depan adalah tingkat rangsangan
yang diciptakan oleh pembangunan suatu industri terhadap pekembangan
industri-industri yangmenggunakan produk industri yang pertama sebagai
masukan (bahan baku).
Untuk menentukan apakah suatu industri merupakan “satelit” atau “non-satelit”
dari suatu jenis industri utama, maka perlu dilihat seberapa besar keeratan
ketekaitan suatu industri dengan industri lainnya. Suatu industri dapat
digolongkan sebagai industri satelit apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.lokasinya berdekatan dengan industri induk (utama)
b. industri-industri tersebut menggunakan masukan utananya berasal dari
produk industri induk
c. besarnya industri tersebut tidak melebihi industri induk

BAB VIII

TRANSOFORMASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN

1. PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN


Semakin disadari, jika suatu negara menghendaki pembangunan yang lancar dan
berkenisambungan, maka ahrus dimulai dari daerah pedesaan pada umumnya dan
sektor pertanian pada khususnya. Suatu strategi pembangunan ekonomi yang
dilandaskan pada priritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan
tiga unsur pelengkap dasar, yaitu:
 Percepatan pertumbuhan keluaran (output) melalui penyesuaiaan teknologi,
kelembagaan dan insentif harga yang khusus yang dirancang untuk meningkatkan
produktivitas para petani kecil.
 Peningkatan permintaaan domestik terhadap hasil pertanian yang didasarkan pada
strategi pembangunan perkotaan yang berorientasi pada pembinaan
ketenagakerjaan
 Diversifikasi kegiatan pembanguna pedesaan padat karya non pertanian yang
secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh
masyarakat pertanian.

Peranan sektor pertanian bagi pertumbuhan antara lain :

1. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam menyediakan masukan


(input) yaitu tenaga kerja bagi sektor industri dan sektor modern lainnya.
2. Sektor pertanian merupakan sumber modal yang utama bagi pertumbuhan
ekonomi modren.
3. Sektor pertanian dapat menambah cadangan devisa
4. Penduduk yang berada di sektor pertanian pedesaan di negara-negara sedang
berkembang menjadi pasar yang penting bagi hasil sektor modern.
 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
Sebenarnya, untuk pembangunan pertanian diperlukan berbagai syarat. A.T
Mosher (1965) mengelompokkan syarat-syarat pembangunan pertanian atas dua
bagian besar, yaitu yang tergolong sebagai syarat-syarat mutlak dan yang
tergolong sebagai syarat-syarat pelancar.
1. Syarat-syarat Mutlak

Unsusr yangtergolong sebagai syarat mutlak adalah elemen yang harus ada agar
pembangunan pertanian dapat mencapai sasarannya..

2. Syarat-syarat Pelancar
Syarat tersebut adalah berupa syarat cukup yang memungkinan pembangunan
pertanian dapat berhasil.

2. TAHAPAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


Dibedakana tiga tahappokok dalam evolusi produksi pertanian. Tahap pertama
adalah usaha tani berskala kecil subsistem dengantingkat produktivitas yang
rendah.tahap yangkedua adalah apa yangdisebut sebagaipola pertanian campuran
atau telah terdiversifikasi. Dan tahap ketiga adalah usaha pertanian modern.
3. STRATEGI MODERNISASI PERTANIAN
1. Perubahan teknologi dan inovasi
Ada2 sumber pokok inovasi teknologi yang berpotensi untuk meningkatkan
hasil pertanian.pertama adalah mekanisme pertanian dan pengenalan mesin-
mesin produksi. Kedua melalui inovasi biologis (seperti bibit unggul) dan
produk-produk kimia (sepertipupuk, pestisida, dan insektisida).

2. Kebijakan harga dan kelembagaan


Menyesuaikan struktur kelembagaan dan pasar perkreditan, dan memberikan
rangsangan atauinsentif ekonomi kepada para petani kecil dan menengah
dengan menerapkan kebijakan harga sesuai kondisi pasar internal.

BAB IX
PEMBANGUNAN INDUSTRI

Proses industrialisasi dan pembangunan industry ini sebenarnya merupakan satu jalur
kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju
maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industry merupakan
suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat.
Industri mempunyai 2 arti :
1. Industri adalah himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, misalnya industry kosmetika
artinya himpunan perusahaan-perusahaan kosmetika.
2. Industri adalah suatu sector ekonomi yang produktif mengolah bahan mentah menjadi
barang jadi.

1. PERANAN INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN


Peranan industri adalah sebagai “leading sector” (sektor pemimpin). Dikatakan
sebagai leading sector karena dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lain, misalnya sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.
Dengan penjelasan diatas dapat kita lihat peranan industry dalam pembangunan, antara lain :
a. Produktivitas yang lebih besar dalam industry merupakan kunci untuk meningkatkkan
pendapatan per kapita (teori lewis)
b. Industri pengolahan (manufacturing) memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi
industri substitusi impor yang efisien dan meningkatkan ekspor
c. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan peralatan pertanian
d. Industri merupakan sektor pemimpin karena industri tersebut akan dapat merangsang dan
mendorong timbulnya industry di sektor-sektor lain.

Ada 4 argumentasi atau basis teori yang melandasi kebijaksanaan industrialisasi :


a. Argumentasi keunggulan komperatif
Kelebihan teori ini adalah dalam hal efesiensi alokasi sumber daya. Dengan
mengutamakan pengembangan industri-industri yang secara komperatif unggul, sumber
daya ekonomi akan teralokasi ke penggunaan-penggunaan yang paling menguntungkan.
Kelemahannya ada kemungkinan produk-produk yang dihasilkan kurang dinikmati
konsumen sehingga meskipun efisien diproduksi, sulit dipisahkan.
b. Argumentasi keterkaitan industri
Kelebihannya : teori ini sangat peduli akan perkembangan industri-industri lain, baik
keterkaitan kedepan atau keterkaitan kebelakang. Sector industry bisa berperan sebagai
monitor yang menggerakkan sector lain. Kelemahannya : kurang menghiraukan
perkembangan efisiensi
c. Argumentasi penciptaan lapangan kerja
Kelebihannya : argumentasi ini sangat cocok dengan Negara-negara yang sedang
berkembang yang memiliki penduduk yang besar. Kelemahannya : industry yang
dikembangkan berdasarkan argument ini mungkin industri-industri yang tidak memiliki
kontak luas dengan sektor-sektor lain, sehingga tidak dapat berperan sebagai sektor
pemimpin.
d. Argumentasi loncatan teknologi
Kelebihannya : argumentasi ini memiliki kekuatan pada optimisme teknologinya, bahwa
pengembangan industri berteknologi tinggi akan dengan sendirinya memacu kemajuan
teknologi disektor lain. Kelemahannya : bersifat tidak peduli biaya.

2. STRATEGI INDUSTRIALISASI
Jika dalam implementasinya terdapat empat argumentasi diatas, maka dalam hal
strategi industrialisasi dikenal 2 pola yaitu :
a. Pola industri substitusi impor
yaitu strategi yang mengutamakan jenis-jenis industry untuk menggantikan kebutuhan
impor. Pada awalnya mengembangkan industry-industri ringan, yang menghasilkan
barang-barang konsumsi. Untuk memungkinkan industry ini bisa menjadi besar, maka
industry ini (disebut infant industry) sangat dilindungi pemerintah. Akibatnya industry ini
bisa manja sehingga tidak berkembang.
b. Pola strategi promosi ekspor
pola strategi promosi ekspor berkaitan dengan orientasi keluar (outward looking
strategy), yakni mengutamakan industri-industri yang menghasilkan produk-produk untuk
diekspor. Strategi ini bisa menjadi lanjutan bagi substitusi impor, tetapi boleh juga tidak,
tergantung kepada besarnya pasar dalam megeri.
Macam-macam industri
Pengelompokan industri di Indonesia dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pertama,
dilakukan oleh Departemen Perindustrian, yang membedakan atas tiga kelompok.
a. Industri Dasar
Meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan Industri Kimia Dasar
(IKD). Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Dapat mendorong
terciptanya lapangan kerja baru oleh karena tumbuhnya industry hilir dan kegiatan
ekonomi lainnya.
b. Industri Kecil
Meliputi industry pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan,
industri kerajinan umum dan industri logam. Industri kecil ini mempunyai misi
melaksanakan pemerataan teknologi yang digunakan adalah menengah atau sederhana dan
padat karya. Industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan
meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan pasar luar negeri.
c. Industri Hilir
Meliputi Aneka Industri (AI) yang meliputi industry yang mengolah sumber daya hutan,
mengolah hasil pertambangan, industry yang mengolah sumber daya pertanian dan lain-
lain. Industri aneka ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi menengan dan maju.

3. INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Sejarah sektor industri di Indonesia dapat diringkaskan sebagai berikut :
a. Pada zaman kolonial, industri dikuasai oleh orang asing. Pada masa itu terdapat beberapa
industry modern, tetapi kebanyakan industri-industri kecil. Setelah depresi 1929/1930,
industri beralih ke perkebunan.
b. Pada masa Perang Dunia II, industri baik namun setelah Jepang memerintah Indonesia ada
larangan impor bahan mentah. Barang-barang capital diangkut ke Jepang.
c. Pada tahun 1951, Pemerintah meluncurkan kebijakan RUP (Rencana Urgensi
Perekonomian). Undang-Undang ini mendorong industri kecil dan pribumi dan membatasi
industry-industri besar/modern yang dimiliki Eropa dan Cina.
d. Pada tahun 1957 industri mengalami stagnasi dan perekonomian mengalami masa tidur.
Pada tahun 1960 industri tidak berkembang, akibat situasi politik dan kelangkaan modal,
tenaga ahli, dan tenaga terampil.
e. Pada tahun 1967 dibentuk udang-undang baru dalam bidang penanaman modal, yakni
undang-undang untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan undang-undang untuk
Penanam Modal Dalam Negeri (PMDM). Lahirnya kedua undang-udang tersebut mampu
menggerakkan industry. Pada tahun 1978, misalnya, sumbangan sektor industri terhadap
GNP adalah 10%. Sejak itu pamor sektor industri terus meningkat pada PJP I.

BAB X
PENGHAMBAT PEMBANGUNAN

1. MASALAH DUALISME
Dualisme merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam ekonomi
pembangunan. Ia menunjukkan perbedaan yang terus meningkat antara bangsa-bangsa kaya
dan miskin, atau antara berbagai golongan masyarakat dalam satu negara. Dualisme
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a) Dualisme Sosial
Boeke menyatakan bahwa pemikiran ekonomi barat tidak bisa diterapkan pada
keadaan ekonomi di negara-negara jajahan (tropis) tanpa membutuhkan suatu pemilahan teori
untuk mendekati permasalahan dalam perekonomian seperti itu. Jika ada pembagian yang
tajam, dalam dan lebar yang memisahkan masyarakat menjadi dua kelompok, maka banyak
persoalan sosial dan ekonomi yang mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari teori
ekonomi barat kehilangan hubungannya dengan realitas dan bahkan kehilangan nilainya.
Oleh karena itu Boeke menganggap bahwa prakondisi dari dualismenya adalah hidup
berdampingannya dua sistem sosial yang berinteraksi hanya secara marginal melalui
hubungan yang sangat terbatas antara pasar produk dan pasar tenaga kerja.
b) Dualisme Teknologi
Menurut Higgins (1956), sektor modern terpusat pada produksi komoditi primer
dalam pertambangan dan perkebungan dan mengimpor teknologinya dari luar negeri.
Perkembangan sektor modern terutama sekali merupakan respons terhadap pasar luar negeri
dan pertumbuhannya hanya mempunyai dampak yang sangat kecil terhadap perekonomian
local. Dengan kata lain, dualism teknologi adalah suatu keadaan dimana di dalam suatu
kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan organisasi produksi modern yang
sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan
perbedaan tingkat produktivitas yang sangat besar.
c) Dualisme Keuangan
Myint (1967) membuat analisi mengenai pasar uang yang terdapat di negara-negara
berkembang dan menunjukkan adanya dualism finansial. Pengertian dualism keuangan ini
menunjukkan bahwa pasar uang di negara-negara berkembang dapat dipisahkan ke dalam 2
kelompok yaitu pasar uang yang memiliki organisasi yang sempurna (organized money
market) dan pasar uang yang tidak teroganisir sama sekali (unorganized money market).
d) Dualisme Regional
Dualism regional ini banyak dibicarakan para ahli sejak tahun 1960an. Pengertian
dualisme regional ini adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan di antara berbagai
daerah dalam suatu negara. Dualisme regional dapat mengakibatkan bertambah lebarnya
jurang pemisah (kesenjangan) tingkat kesejahteraan antara berbagai daerah. Selain itu,
dualisme regional yang semakin buruk juga dapat menghambat usaha untuk mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang.

2. LINGKARAN PERANGKAP KEMISKINAN


Lingkaran perangkap kemiskinan, atau dengan singkat lingkaran kemiskinan adalah
suatu rangkaian kekuatan-kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain secara
demikian rupa sehingga menimbulkan keadaan dimana sesuatu negara akan tetap miskin dan
akan mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkatan pembangunan yang lebih
tinggi. Menurut Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan
pembangunan pada masa lalu tetapi juga menimbulkan hambatan kepada pembangunan di
masa yang akan dating.
Dari segi penawaran modal, lingkaran kemiskinan digambarkan sebagai berikut :
tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas
yang rendah, menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Tabungan
yang rendah akan menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah. Selanjutnya
pembentukan modal yang rendah akan dapat menyebabkan suatu negara menghadapi
kekurangan barang modal dan dengan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah.
Selanjutnya dari segi permintaan modal, lingkaran kemiskinan mempunyai bentuk yang agak
berbeda. Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah
kerena luas pasar untuk berbai jenis barang terbatas. Keterbatasan pasar ini disebabkan oleh
pendapatan masyarakat yang rendah. Sedangan pendapatan yang rendah disebabkan oleh
produktivitas yang rendah yang diwujudkan oeleh pembentukan modal yang terbatas pada
masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang
untuk menanam modal.

BAB XI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

1. PROFIL PENDIDIKAN DI NEGARA SEDANG BERKEMBANG


Di beberapa negara berkembang, pendidikan formal adalah “industri” dan konsumen
terbesar dari anggaran pemerintah. Negara-negara miskin telah minginvestasikan sejumlah
uang yang sangat besar untuk bidang pendidikan. Tentu ada sejumlah alasan yang
melatarbelakanginya, seperti :
a. Petani-petani yang melek huruf akan lebih tanggap akan teknologi baru daripada petani
yang buta huruf.
b. Tenaga ahli yang terlatih secara khusus dan dapat membaca serta menulis lebih mudah
menyesuaikan diri dengan produk-produk dan material-material yang selalu berubah-
ubah.
c. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin cepat memperoleh suatu pekerjaan.
Sebagai akibatnya, semakin besar permintaan untuk pendidikan maka semakin banyak pula
investasi pemerintah maupun swasta untuk bidang pendidikan.

2. PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Data statistik dan berbagai studi kwaliatif mengenai pertumbuhan ekonomi di negara-
negara Barat memperlihatkan bahwa untuk memacu pertumbuhan ekonomi bukan hanya
pembangunan pisik tetapi juga pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu negara-
negara berkembang di benua Afrika, Asia dan Amerika Latin sangat bersemangat untuk
mencetak dan membangun modal manusiawi, karena hal itu dianggap sebagai motor
penggerak kemajuan ekonomi.
Perluasan kesempatan untuk mengecap pendidikan dalam segala tingkat pendidikan
telah mendorong mendorong pertumbuhan ekonomi secara agresif melalui :
a. Terciptanya angkatan kerja yang lebih produktif karena keterampilan mereka semakin
bertambah baik
b. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas (berarti kesempatan untuk memperoleh
pendapatan) bagi guru, buruh bangunan, percetakan buku, pabrik tekstik dan sebagainya.
c. Terciptanya kelompok pimpinan yang terdidik untuk mngisi lowongan jabatan di berbagai
unit usaha, lembaga, organisasi milik pemerintah dan swasta.

3. PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN


Ada empat variabel yang mempengaruhi permintaan akan pendidikan :
a. Perbedaan penghasilan upah. Semakin besar perbedaan upah antara sektor modern dan
tradisional, semakin besar pula permintaan untuk pendidikan
b. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern.
c. Biaya-biaya individual yang bersifat langsung. Semakin tinggi biaya uang sekolah dan
kebutuhan lain untuk sekolah semakin rendah pula permintaan individual untuk
pendidikan dengan anggapan hal-hal lain tetap (ceteris paribus).
d. Biaya pendidikan langsung atau biaya kesempatan (opportunities cost).

4. PENDIDIKAN, KETIDAKMERATAAN DAN KEMISKINAN


Sasaran utama dari pembangunan pada tahun 1950-an adalah untuk memaksimumkan
tingkat pertumbuhan total. Disadari bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antar
pendidikan, produktivitas tenaga kerja dan pertumbuhan. Akan tetapi hasil penelitian
belakangan ini menunjukkan bahwa dampak dari sistem pendidikan di negara berkembang
justru lebih memperburuk ketimpangan distribusi pendapatan.
Salah satu alasan dari efek buruk pendidikan formal atas distribusi pendapatan adalah
sebagai berikut : adanya korelasi yang positif antara tingkat pendidikan seseorang dengan
tingkat pendapatan. Dalam kenyataannya yang mampu mencapai sekolah yang tinggi adalah
anak orang-orang kaya sedangkan anak orang-orang miskin tidak sanggup karena biaya
pendidikan dirasakan sangat tinggi. Oleh karena itu orang-orang kaya saja yang dapat
menaikkan pendapatannya.

5. PENDIDIKAN, MIGRASI DAN TINGKAT KESUBURAN


Migrasi di berbagai negara baik antar desa ke kota atau antar negara miskin ke negara
maju pada umumnya dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki seseorang. Pada umumnya,
orang-orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memperoleh penghasilan yang
lebih tinggi akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi di kota dibandingkan di desa.
Disamping itu mereka mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk memperolah
pekerjaan di sektor modern jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai pendidikan
yang lebih rendah.
Selanjutnya mengenai hubungan antara pendidikan dengan tingkat kesuburan masih
kurang jelas. Namun demikian, menurut beberapa studi menunjukkan adanya hubungan yang
negative antara pendidikan bagi kaum wanita dengan jumlah anggota keluarga. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seorang wanita maka akan memperlambat usia perkawinan,
sehingga dapat menyebabkan semakin rendahnya pertumbuhan penduduk.

6. PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN DESA


Pembangunan pedesaan harus ditinjau dalam konteks transformasi ekonomi serta
struktur sosial, kelembagaan, hubungan-hubungan serta cara-cara kerja di daerah pedesaan
pada masa-masa yang akan datang. Sasaran pembangunan pedesaan hendaknya tidak dibatasi
pada pertumbuhan sektor pertanian dan kemjuan ekonomi semata, melainkan juga
menyangkut hal-hal atau bidang-bidang yang lain, ahar dapat tercipta suatu pembangunan
sosial atau bidang-bidang yang lain, agar dapat tercipta suatu pembangunan sosial atau
ekonomi untuk mencapai standard hidup yang lebih tinggi.
Philip H. Coombs dan Mauzoor Ahmed mencoba memberikan tipologi pendidikan
untuk menopang kehidupan pedesaan antara lain :
a. Pendidikan umum atau dasar untuk meningkatkan kemampuan baca tulis, menghitung dan
pemahaman atas ilmu-ilmu pengetahuan dasar
b. Pendidikan kesejahteraan keluarga yang khusus dirancang untuk memberikan pengetahuan
keahlian dan sikap yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan keluarga. Mata
pelajarannya adalah mengenai kesehatan, teknologi sederhana, serta pengetahuan tentang
keluarga berencana
c. Pendidikan kesejahteraan umum untuk memperkuat lembaga-lembaga dan proses kerja
local serta nasional yang merupakan saluran penyampaian instruksi dan informasi
mengenai berbagai hal yang erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan proyek
pembangunan dari pemerintah pusat atau daerah
d. Pendidikan ketenagakerjaan guna membantu para siswa mengembangkan pengetahuan
dan aneka ketrampilan yang dipergunakan untuk memasuki lapangan kerja atau merinci
usaha-usaha ekonomis.

KESIMPULAN :
Buku merupakan salah satu media cetak yang fungsinya sebagai media pembelajaran
dan informasi yang lebih jelas siapa target  konsumennya. Buku  mempunyai kelengkapan
bagian bagian sendiri yang membedakan dengan media lain yang harus  disusun dengan
sistematis. Dalam perancangan buku  Pengantar Ekonomi Pembangunan ini, target 
audience adalah pelajar sehingga lebih tersegmen. Buku Pengantar Ekonomi
Pembangunan karangan Santi R. Siahana, Elvis F. Purba dan Ridhon Simangunsong ini
disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga pembaca dengan
mudah memahami bab demi bab serta mampu belajar mandiri di rumah dengan mudah.

SARAN :
Buku  Pengantar Ekonomi Pembangunan ini adalah salah satu media yang dibuat
untuk mengedukasi/menginformasikan seputar perekonomian dan pembangunan ekonomi
dalam negara maju dan berkembang dengan harapan pembaca dapat memahami tujuan
dari pembelajaran ekonomi pembangunan yaitu untuk menciptakan upaya perbaikan taraf
kehidupan yang lebih luas serta lebih cepat bagi kelompok yang terus tercekam
kemiskinan, kelaparan, serta buta huruf. Sedangkan didalam perkuliahan bertujuan untuk
membantu para mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai sejumlah
pertanyaan kritis yang berkenaan dengan perekonomian dinegara-negara.
Untuk para pelajar teruslah berjuang dan berkompetisi meraih prestasi baik di dalam
maupun di luar sekolah. Terus  berkompetisi dengan sportif dan tetap  menjaga
kekompakan. Banyak membaca agar menambah pengetahuan untuk maju. 
 

Anda mungkin juga menyukai