Anda di halaman 1dari 6

PAPER ESSAY

GENDER DAN PEMBANGUNAN: PROSPEK DAN TANTANGAN

Nama: Zazka Biade

NPM: D1F019046

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam kehidupan di dunia perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan yang
sama. Sehingga perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan, akses serta peluang
yang sama sebagai sumber daya dalam pembangunan. Gender dan pembangunan
memiliki dua pengertian yang berbeda, dimana pembangunan pada masa revolusi
industri keempat menuju pada ekonomi digital dan teknologi yang memiliki prospek
menjanjikan. Secara tidak langsung system digital telah merubah pekerjaan manusia
menjadi lebih cepat dan efesien.kkSehinggajjdengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut akan membawa dampak pada peran perempuan
yang semakin kompleks untuk dapat eikut serta membangun prospek dan tantangan
dalam pembangunan.
erempuan sebagai partner dalam pembangunan dewasa ini harus meningkatkan
kemampuannya disegala aspek termasuk dalam penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi. Pentingnya akses dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
bagi perempuan karena perempuan memiliki peran yang sangat strategis, sebagai ibu
rumah tangga dan sekaligus juga memiliki peran dalam masyarakat. Menyadari hal
tersebut dalam meningkatkan kemampuan peran perempuan dalam pembangunan
pemerintah telah melaksanakan melalui pemberdayaan perempuan. Pengakuan
terhadap kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sudah menjadi issu global, namun
kesenjangan akses dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi antara
perempuan dan laki-laki masih cukup besar. Hal ini berdampak pada tingkat
partisipasi perempuan dalam pembangunan sangat kurang.1
Pandangan masyarakat yang masih memandang ranah kaum perempuan ada
dalam keluarga, menjebak perempuan untuk tidak mengambil bagian pada pekerjaan
di luar rumah. Tiap individu secara hakiki memiliki kemerdekaan dan kebebasan dan
setara, mereka tidak boleh dibatasi oleh kondisi kelahiran (biologis) dan memiliki
potensi yang tidak terbatas untuk berkembang. Kesetaraan gender menjadi sorotan
dalam rangka memajukan peran perempuan dalam pembangunan. Dilihat dari sudut
pandang kemampuan secara intlektual laki-laki dan perempuan dalam kapasitas dan

1
Ratih Probosiwi. “Perempuan Dan Perannya Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Women
And Its Role On Social Welfare Development)”. Volume 3 Nomor 1 Tahun 2015. Halaman 41-56
2
potensinya sama.2 Sehingga laki-laki dan perempuan dapat dipandang setara,
sedangkan kalau dicermati kemampuan spesifik adalah kemampuan yang berbeda
karena feminimnya sehingga kesetaraan itu menjadi tidak tepat, dalam hal ini
kesetaraan itu kalau dipandang harus sama antara perempuan dan laki-laki.
2. Tujuan
Paper essay ini bertujuan untuk membuktikan bahwa adanya pengaruh gender
dalam prospek dan tantangan pada Pembangunan dan membuat perempuan mampu
berpartisipasi secara setara dengan laki-laki dalam menentukan masa depan bersama.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup nya diperuntukkan kepada segala bentuk social media dan
masyarakat ataupun pelajar atau mahasiswa.

BAB II

2
Cagatay, Nilufer – Erturk, Korkuk. 2014 “Gender and Globalization: A Macroeconomic Perspective”.
Working Paper No. 19, International Labour Organization, Geneva.
3
LANDASAN TEORI

Gender adalah variabel kompleks yang merupakan bagian dari konteks sosial, budaya,
ekonomi dan politik. Gender juga relevan bagi kerja gerakan masyarakat sipil. Gender adalah
perbedaan yang dikonstruksi secara sosial antara laki-laki dan perempuan, sedangkan jenis
kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Karena
terkonstruksi secara sosial, perbedaan gender tergantung pada usia, status perkawinan, agama,
etnik, budaya, ras, kelas atau kasta dan seterusnya. Perbedaan jenis kelamin tidak banyak
tergantung pada variabel-variabel tersebut. Sejak beberapa dekade belakangan ini kalangan
analis pembangunan telah mengakui adanya kebutuhan untuk memastikan perihal gender
dianalisis dan diintegrasikan ke dalam proyek-proyek pembangunan. Dalam mengintegrasikan
gender pada pembangunan para praktisi pembangunan merespon kebutuhan prioritas
perempuan dan laki-laki sambil memperhatikan efek-efek dari dampak yang bisa
menguntungkan atau merugikan.3

Praktisi pembangunan dan aktivis gerakan sosial memperhatikan kesenjangan yang


ada di antara laki-laki dan perempuan dalam hal hak-hak, tanggung jawab, akses dan
penguasaan terhadap sumber daya alam serta pengambilan keputusan dalam keluarga, di
komunitas dan di tingkat nasional. Untuk meningkatkan efektivitas, pertimbangan-
pertimbangan tersebut perlu disikapi dalam semua perencanaan dan penanganan program dan
kampanye. Jika pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak disikapi secara serius dan
memadai, tindakan-tindakan tersebut tidak saja hanya akan menghasilkan inefisiensi serta
tidak berkelanjutan, tetapi juga dapat memperburuk kondisi ketidaksetaraan yang ada.
Memahami isu gender dapat memungkinkan proyek untuk memperhatikan persoalan gender
dan membangun kapasitas untuk menghadapi dampak-dampak ketidaksetaraan dan untuk
memastikan adanya keberlanjutan.  Ketika kita berbicara mengenai Kesetaraan Gender, kita
berbicara tentang kesamaan di muka hukum serta kesetaraan peluang, termasuk peluang untuk
mengemukakan pendapat. Hal ini biasa disebut sebagai Perempuan dalam Pembangunan.
Kritik terhadap pendekatan ini menuding bahwa pendekatan ini tidak mengurus soal laki-laki,
yang lalu mendorong munculnya model yang disebut dengan gender dan Pembangunan (GdP)
yang lebih berkonsentrasi pada perencanaan dan intervensi proyek yang berfokus pada proses

3
Baharuddin Ilyas, 2004, “Pengaruh Tingkat Kesetaraan Gender dalam Keluarga Terhadap Fertilitas Rumah
tangga di Makassar”. Warta Demografi, Tahun ke-34 Nomor 4, 2004, Lembaga Demografi, Universitas
Indonesia, Jakarta
4
pembangunan yang mentransformasikan relasi gender.4 Maka dari itu pendekatan Kesetaraan
Gender adalah mengenai laki-laki dan perempuan dan merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif untuk menganalisis dan merencanakan intervensi pembangunan karena
mempertimbangkan situasi dan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender
bertujuan melibatkan laki-laki dan perempuan dalam menyikapi permasalahan mereka terkait
pembangunan, mereformasi lembaga-lembaga untuk membangun hak-hak dan peluang yang
setara, serta mendorong perkembangan ekonomi yang menguatkan kesetaraan partisipasi.
Pendekatan semacam itu bertujuan untuk memperbaiki kesenjangan yang terus ada terkait
akses terhadap sumber daya alam dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat.

BAB III
4
lihat situs Bridge Gender and Social movements dan makalah ini untuk mendapatkan gambaran
lengkap: http://eldis.org/vfile/upload/4/document/1304/Accountable%20grant%20GBV%20literature%20review
%20final%20draft.pdf
5
PEMBAHASAN

Meskipun kemajuan teknologi memaksakan manusia untuk tidak gaptek dalam


menggunakan teknologi serta memahami teknologi, justru teknologi juga memiliki dampak
yang sangat besar pada kemajuan dan penyimpanan perilaku manusia. Inilah yang menjadi
masalah besar dalam kehidupan didunia, dimana banyak sekali penyimpangan perilaku antara
perempuan dan laki-laki sehingga masih banyak tantangan yang dihadapi pemerintah dalam
upaya pemberdayaan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender di Indonesia saat ini. Hal
yang paling mendasar adalah bagaimana mengubah sikap permisif masyarakat dan praktek
budaya yang membatasi kemajuan perempuan. Pendidikan salah satu cara untuk memperkecil
kesenjangan anatara kaum perempuan dan laki-laki, melalui pendidikan perempuan akan
mampu berkiprah didunia yang lebih luas untuk menunjukan potensi yang ada dalam dirinya.

Pemerintah telah melaksanakan program kesetaraan gender yang mengintegrasikan


gender dalam arus pembangunan menempatkan perempuan sebagai subyek pembangunan.
Tantangan yang dihadapi kaum perempuan dalam mengoptimalkan perannya dalam
pembanguanan bagaimana mengubah sikap permisif masyarakat dan praktek budaya yang
membatasi kemajuan perempuan. Disisi lain perempuan dituntut memiliki wawasan yang
luas, cerdas dan melek akan teknologi. Jika ada anggapan bahwa yang memiliki sifat keras,
kuat, gagah, berani dan lebih cocok bekerja di luar rumah adalah seorang laki-laki, sedangkan
sifat lemah, lembut, keibuan dan lebih cocok bekerja di dalam rumah (memasak, mengurus
anak dan membersihkan rumah) adalah perempuan, maka itulah yang dimaksud dengan
gender bukannya kodrat, karena dibentuk oleh manusia. Namun hal inilah yang masih salah
diartikan oleh sekelompok orang, baik mengenai arti istilah maupun memaknainya dalam
praktek kehidupan. Gender dapat diubah dan ditukar karena merupakan bentukan manusia
yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan waktu. Selain itu, harus perlu dibedakan
dengan konsep seks atau jenis kelamin, dimana seks atau jenis kelamin merupakan
”penyifatan” atau pembagian dua jenis kelamin manusia, yang ditentukan secara biologis,
bersifat permanen, dan dibawa sejak lahir sebagai ciptaan tuhan. Perempun sangat minim
mengakses pendidikan tinggi, kesempatan kerja dan kesempatan memperoleh posisi/jabatan
yang strategis dalam bidang sosial dan politik, meski kaum perempuan memiliki kemampuan
akan hal itu.5

5
Zaitunah Subhan, 2004. “Kesetaraan dan Keadilan Gender”. http://www.menegpp.go.id/
6

Anda mungkin juga menyukai