Anda di halaman 1dari 12

PAPER

MATA KULIAH GENDER DAN PEMBANGUNAN

“PEREMPUAN dan POLITIK dalam PERSPEKTIF KESETARAAN GENDER “

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Dina Ruslanjari

Disusun oleh :

Puja Triandini 17/420214/PMU/09425

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

PEREMPUAN dan POLITIK dalam PERSPEKTIF KESETARAAN GENDER

A. Latar Belakang
Mengukur hasil pembangunan, di samping melihat secara fisik dengan
kemajuan ekonomi dan teknologi, tidak kalah pentingnya dengan bagaimana melihat
tingkat kemajuan melaui kualitas pembangunan itu sendiri. Salah satunya dengan
akses masyarakat dalam semua bidang, termasuk pada bidang Politik. Perempuan
dalam berbagai bidang, termasuk dalam kehidupan politik masih mengalami berbagai
masalah, mulai dari akses sampai pada tingkat partisipasi dalam politik yang salah
satunya terlihat di parlemen. Secara nasional saja fluktuasi jumlah perempuan di DPR
terjadi, secara prosentase pemilu 1999 jumlah perempuan baru 9%, meningkat
11,09% pada 2004, meningkat kembali di pemilu 2009 menjadi 17,86%, akan tetapi
hasil pemilu 2014 terjadi penurunan menjadi 17,32 %.
Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh
bagi laki-laki maupun perempuan, atas dasar prinsip persamaan derajat, dalam semua
wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
keputusan. Platform Aksi Beijing dan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasiterhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women atau CEDAW) merekomendasikan agar semua
pemerintah di dunia agar memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat
sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan appointif
(berdasarkanpenunjukan/pengangkatan) maupun elektif (berdasarkan hasil pemilihan)
pada tingkat pemerintahan lokal dan nasional.
Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan,
dan semua sector pembangunan di seluruh negeri. Ini adalah fakta yang tidak dapat
dipungkiri, meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender
dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau
wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara berkembang dimana perempuan telah
menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan
gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan
partisipasi politik dan pengambilan keputusan terjadi di mana-mana. Perempuan baru
pada tataran sebagai objek pembangunan belum menyasar sebagai pelaku
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

pembangunan. Salah satu faktor yang menyebabkan lingkaran ketidakadilan gender


ini berada pada tataran kebijakan yang masih bias gender.
Beberapa waktu terakhir, isu kesetaraan gender telah menjadi hal menonjol
dalam platform pembangunan, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di dunia
internasional. Kitatentu memahami bahwa selama ini perempuan secara sosial
terpinggirkan. Budaya partriarkis yang tidak ramah pada perempuan. Ada konstruksi
sosial budaya yang menempatkanperempuan seolah-olah hanya boleh mengurus soal-
soal domestik saja. Tak ada hak untuk merambah area public yang lain. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa keyakinan itu masih tertanamkuat. Persoalan perwakilan
perempuan menjadi penting manakala kita sadar bahwa dalam kehidupan sehari-hari
kita melihat perempuan tidak secara proporsional terlibat dalam kehidupan di ranah
publik. Hal ini sangat menyedihkan apabila dilihat dari komposisi penduduk antara
laki-laki dan perempuan yang hampir berimbang. Sebagai bentuk representasi
perempuan di legislatif masih sangat minim, yang masih menjadi pemikiran kita
bersama.
Secara sosiokultural, perempuan di Indonesia berada dalam posisi
ketimpangan yang menyebabkan setidaknya apa yang digambarkan Ritzer
(2012:498), pertama laki laki perempuan tidak hanya berbeda namun juga timpang di
tengah – tengah masyarakat. Secara spesifik perempuan memiliki keterbatasan atau
sedikit mendapatkan sumberdaya materi, status social dan peluang bagi aktualisasi
diri dibanding laki – laki. Perbedaan ini berada dalam ruang atau faktor kelas, ras,
pekerjaan, etnisitas, agama, pendidikan , nasionalitas atau titik temu antara berbagai
factor tersebut. Kedua Ketimpangan yang bersumber dari pengorganisasian
masyarakat. Bukan dari perbedaan biologis atau kepribadian yang membedakan laki –
laki dan perempuan. Ketiga secara situasional perempuan kurang berdaya dalam
aktualisasi diri terkait kebutuhan yang dimiliki bersama laki laki. Serta keempat
belum terciptanya situasi yang egaliter yang menjadikan perempuan dapat
mengembangkan diri setara dengan laki – laki.
Keterbatasan perempuan dalam aspek aksesibilitas pendidikan, sumber daya,
informasi ternyata telah menjadikan perempuan dalam kurun waktu yang lama telah
tertinggal dalam bidang politik, meskipun secara kuantitas dapat dihitung jumlah
perempuan dari tahun ke tahun meningkat akan tetapi kiprah di dunia politik sangat
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

rendah. Perempuan hanya terlihat sebagai obyek atau bahkan floating mass saja.Pada
prakteknya perempuan menjadi sangat sedikit partisipasinya dalam kehidupan publik
terlebih dalam urusan politik. Aktifitas ini dapat dilihat secara kuantitatif pada
keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan politik dalam area partai
parlemen atau pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam dunia politik, perempuan masih memiliki
kesempatan yang minim dibanding laki-laki, padahal pertumbuhan jumlah perempuan
dan laki-laki hampir sama. Sehingga rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana representasi perempuan dalam politik saat ini?
2. Apa saja tantangan yang dihadapi perempuan ke depan dalam ranah politik?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan representasi perempuan dalam politik saat ini
2. Menjelaskan tantangan yang dihadapi perempuan ke depan dalam ranah politik

D. Tinjauan Pustaka
4.1 Konsep Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan
perbedaan perempuan dan laki - laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan
dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil.
Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali mencampur adukan
ciri - ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati (gender).
Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali
tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia
perempuan dan laki - laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis
dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan
konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki
- laki dalam masyarakatnya. Secara umum adanya gender telah melahirkan
perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara
pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan - akan hal itu merupakan sesuatu
yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang
dimiliki oleh perempuan dan laki – laki.
Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan
tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan
(konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar
manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari satu
tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak
bersifat kodrati, dapat berubahdan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke
manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.
Gender adalah perbedaan antara laki - laki dan perempuan dalam peran,
fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial,
budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut
waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh
tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat
berubah menurut waktu serta kondisi setempat.
Dengan demikian gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan
jenis kelamin manusia laki - laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat
reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi
reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkandan
menyusui; laki – lakimembuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah
merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat
dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman.Namun demikian, kebudayaan yang
dimotori oleh budaya patriarki menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi
indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan
hak, akses, partisipasi, kontrol dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan
informasi. Akhirnya tuntutan peran, tugas, kedudukandan kewajiban yang pantas
dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-
laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya.
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

4.2 Kesetaraan Gender


Kesetaraan gender adalah suatu keadaan setara dimana antara pria dan wanita
dalam hak ( hukum ) dan kondisi ( kualitas hidup ) adalah sama. Gender adalah
pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran
reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Dari arti diatas sudah terlihat jelas
perbedaan keduanya, namun seringkali orang-orang mengartikannya sama.
Kesetaraan gender sering dikaitkan dengan hak asasi manusia, batasan hak
asasi manusia sendiri ada dua, yaitu yang dianggap sebagai hak asasi dan
resiprositas (hak asasi miliknya tidak menganggu hak asasi orang lain). Cakupan
dari hak asasi secara universal berkaitan dengan manusia, cakupan secara relatif dari
hak asasi tersebut yaitu norma sosial dan ideologi. Setara tak mesti sama, kesetaraan
adalah klaim etis yang berusaha mengatakan bahwa semua manusia berkedudukan
setara. Kesetaraan itu lebih kepada praktek penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan.
Isu kesetaraan gender telah menyita perhatian banyak kalangan masyarakat,
di atas tadi telah dijelaskan tentang pengertian kesetaraan dan keadilan gender.
Realitas yang berkembang di masyarakat baik itu laki-laki maupun perempuan itu
sendiri belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang
peran, fungsi dan tanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Hal itulah
yang mengakibatkan kesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi
diskriminasi, terhadap laki-laki dan perempuan.
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda
Gumelar, kesetaraan gender bisa diartikan sebagai kesamaan dalam memperoleh
akses. Mengacu pada undang-undang dasar yang berlaku, pria dan wanita memang
tidak boleh dibedakan untuk mendapatkan hak tersebut.
“Kesetaraan gender yang dimaksud adalah bagaimana perempuan dan laki-
laki mendapatkan akses yang sama. Karena sesuai undang undang dasar, kita tidak
ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki namun dalam kenyataannya ada,”. Di
Indonesia sendiri wacana tentang RUU keadilan dan kesetaraan gender telah
menjadi perbincangan hangat bagi sebagian orang. Hal tersebut bagi sebagian
kalangan masyarakat dipandang sebagai racun atau virus yang disebarkan oleh
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

kalangan liberalis karena hal tersebut akan bermuara kepada kebebasan individu,
yang mana hal tersebut merujuk kepada kebebasan individu kaum perempuan.
Namun, sebagian kalangan lain yaitu kaum feminisme sangat mendukung dan
menuntut akan adanya hal ini.
Begitu banyak ketidakadilan gender yang masih kental sekali dirasakan jika
kita meninjau dari sisi wanita kita melihat dari contoh yang masih sederhana saja
seperti mengapa seorang wanita harus menjalani tes keperawanan saat ingin
mengikuti ujian masuk angkatan kepolisian sedangkan laki-laki tidak ada yang
namanya tes keperjakaan , ini sudah pasti membedakan manusia dari segi gender .
kalau di dalam berorganisasi jarang sekali kita temukan wanita yang menjadi
seorang pemimpin organisasi paling kuat hanya sebagai bendehara atau sekretaris ,
jika membidangi bidang-bidang di organisasi itu juga sebagian besar hanya sebagai
anggota bukan sebagai CEO nya .

4.3 Pendidikan Politik


Representasi perempuan dalam bidang politik boleh dikatakan masih jauh
dari apa yang kita harapkan. Pendidikan politik merupakan salah satu aktivitas yang
bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada
setiap individu maupun kelompok. Proses pendidikan politik dilakukan agar
masyarakat luas dapat menjadi warga negara yang sadar dan menjunjung tinggi
akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan
bernegara, serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
Hal ini ditekankan karena pada realitasnya, masih dirasakan adanya
kesenjangan antara peranan yang dilakukan oleh kaum pria dan perempuan pada
berbagai peran, utamanya pada peran-peran publik. Oleh karena itu, peningkatan
peran perempuan dalam pembangunan yang berwawasan gender sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional, mempunyai arti yang penting dalam upaya
untuk mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan perempuan agar
dapat terwujud kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai kegiatan khususnya
bidang politik.
Perempuan mempunyai makna yang sangat penting untuk memberikan
pemahaman dan menyatukan persepsi tentang pentingnya pembangunan demokrasi
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

yang sehat, adil dan realistis. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan politik
perempuan, perlu ditingkatkan baik dari segi organisasional maupun pemantapan
pilar-pilar demokrasi melalui lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif yang
aspiratif dan pro terhadap kepentingan perempuan. Kondisi semacam ini perlu
mendapat perhatian khusus, untuk itulah salah satu hal yang perlu ditangani adalah
masalah pendidikan politik bagi kaum perempuan, sehingga dengan tumbuh
berkembangnya kesadaran politik dikalangan perempuan, mereka diharapkan
mampu memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada sesuai potensi yang
dimiliki dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan khusus afirmasi (Affirmative Action) harus segera diubah dengan srategi
Pengurus Utamaan Gender (PUG) di semua bidang kehidupan, khususnya di semua
lini dan strata untuk mempercepat persamaan akses, partisipasi, kontrol, serta
manfaat yang sama antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan Inpres Nomor 9
tahun 2000, eksekutif hanya mengikat untuk melaksanakan PUG. Oleh karena itu,
perlu ditingkatkan jumlah kebijakan pelaksanaan PUG yang akan mengikat seluruh
pemangku kepentingan, baik pemerintah, penyelenggara pemilu, dan partai politik
sebagai pilar demokrasi untuk mendorong pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM)
perempuan di bidang politik melalui peningkatan keterwakilan perempuan dalam
pengambil kebijakan. Gerakan perempuan dan pemerhati masalah perempuan,
melakukan upaya yang sangat keras memperjuangkan masuknya kuota sebesar 30%
keterwakilan perempuan sebagai jumlah minimal dalam paket UU politik dari hulu
ke hilir.

E. Metode Penelitian

5.1 Metode Dasar


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berakar pada latar ilmiah sebagai
keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteks yang akan diteliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang
diteliti. Metode kualitatif dengan desain deskriptif merupakan penelitian yang
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang
keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993). Penelitian deskriptif
menurut Azwar (2010) menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

5.2 Metode Pengambilan Sampel


5.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kota Padang, Sumatera Barat. Pemilihan
lokasi dilakukan dengan sengaja karena Sumatera Barat dikenal dengan sistem
matrilineal (keturunan menurut garis ibu) sehingga peneliti ingin melihat apakah
sistem tersebut membuka kesempatan kepada perempuan untuk aktualisasi diri di
dunia politik di Sumatera Barat.

5.2.2 Informan Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pengumpulan data adalah pemiliha informan. Penentuan informan
dilakukan secara purposive yaitu pemilihan sengaja dilakukan oleh peneliti
berdasarkan kriteria yang ditetapkan (Singarimbun dan Effendi, 2011). Informan
utama dalam penelitian ini adalah beberapa politisi perempuan di kota Padang.

5.3 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi
dan gabungan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Wawancara mendalam, dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang
sudah disiapkan dalam bentuk kuisioner kepada responden secara langsung guna
memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.
2. Pencatatan, dilakukan dengan cara mencatat data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian dan berkaitan dengan masalah penelitian pada instansi atau lembaga
terkait.
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan foto atau video untuk
mendapatkan keterangan visual mengenai objek penelitian. Dokumen yang
digunakan peneliti di sini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai objek
penelitian.
4. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder
yang berkaitan dengan tujuan penelitian, antara lain literatur, jurnal, artikel dan
buku referensi yang berkaitan dengan penelitian.

5.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden secara langsung atau
data yang dihimpun dari hasil pengamatan langsung dan wawancara terhadap
objek yang diamati.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen intansi
terkait penelitian dan dari studi pustaka yang berguna untuk melengkapi dan
menunjang data primer.

5.5 Metode Analisis Data


5.5.1 Validitas Data
Data penelitian yang valid dapat diuji menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah ide dalam melihat suatu hal dari beberapa sudut pandang agar
dapat meningkatkan keakuratan data (Neuman, 2013). Pada penelitian ini,
pendekatan triangulasi yang akan penulis gunakan adalah:
1. Triangulasi Sumber
Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan melakukan klarifikasi data yang
diperoleh melalui beberapa sumber sebagai informan. Data yang telah
dideskripsikan dan dikategorisasikan antara pendapat yang sama dan berbeda
kemudian disusun menjadi suatu kesimpulan yang disepakati dengan informan
kunci. Informan kunci di sini adalah: Walikota Padang, Dinas Pertanian kota
Padang, Badan Ketahanan Pangan kota Padang serta Penyuluh Pertanian.
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan upaya klarifikasi data pada informan kunci
dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini, teknik pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam, pencatatan, studi pustaka dan
dokumentasi.

5.5.2 Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan dan diuji keabsahannya kemudian dianalisis.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tahapan
sebagai berikut:
1. Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari pola.
2. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan data yang telah direduksi sesuai
masalah penelitian sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penyajian data. Penulis dapat menarik
kesimpulan untuk mengetahui fakta empiris yang ada sehingga tujuan
penelitian dapat terjawab.
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana

Daftar Pustaka

DZ, Faiz. Peran Perempuan dalam Politik.

Ihromi, T.O. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Marzuki. Kajian Awal Tentang Teori-Teori Gender. Yogyakarta: PKn dan Hukum FISE
UNY

Singarimbun, M dan Effendi, S., 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet

Zulmelia. Analisis Ketimpangan Gender dalam Proses Pembangunan.

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/8277

Anda mungkin juga menyukai