Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Mengukur hasil pembangunan, di samping melihat secara fisik dengan
kemajuan ekonomi dan teknologi, tidak kalah pentingnya dengan bagaimana melihat
tingkat kemajuan melaui kualitas pembangunan itu sendiri. Salah satunya dengan
akses masyarakat dalam semua bidang, termasuk pada bidang Politik. Perempuan
dalam berbagai bidang, termasuk dalam kehidupan politik masih mengalami berbagai
masalah, mulai dari akses sampai pada tingkat partisipasi dalam politik yang salah
satunya terlihat di parlemen. Secara nasional saja fluktuasi jumlah perempuan di DPR
terjadi, secara prosentase pemilu 1999 jumlah perempuan baru 9%, meningkat
11,09% pada 2004, meningkat kembali di pemilu 2009 menjadi 17,86%, akan tetapi
hasil pemilu 2014 terjadi penurunan menjadi 17,32 %.
Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh
bagi laki-laki maupun perempuan, atas dasar prinsip persamaan derajat, dalam semua
wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
keputusan. Platform Aksi Beijing dan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasiterhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women atau CEDAW) merekomendasikan agar semua
pemerintah di dunia agar memberlakukan kuota sebagai langkah khusus yang bersifat
sementara untuk meningkatkan jumlah perempuan di dalam jabatan-jabatan appointif
(berdasarkanpenunjukan/pengangkatan) maupun elektif (berdasarkan hasil pemilihan)
pada tingkat pemerintahan lokal dan nasional.
Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan,
dan semua sector pembangunan di seluruh negeri. Ini adalah fakta yang tidak dapat
dipungkiri, meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender
dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau
wilayah. Tidak ada satu wilayah pun di negara berkembang dimana perempuan telah
menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan
gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan
partisipasi politik dan pengambilan keputusan terjadi di mana-mana. Perempuan baru
pada tataran sebagai objek pembangunan belum menyasar sebagai pelaku
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana
rendah. Perempuan hanya terlihat sebagai obyek atau bahkan floating mass saja.Pada
prakteknya perempuan menjadi sangat sedikit partisipasinya dalam kehidupan publik
terlebih dalam urusan politik. Aktifitas ini dapat dilihat secara kuantitatif pada
keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan politik dalam area partai
parlemen atau pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam dunia politik, perempuan masih memiliki
kesempatan yang minim dibanding laki-laki, padahal pertumbuhan jumlah perempuan
dan laki-laki hampir sama. Sehingga rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana representasi perempuan dalam politik saat ini?
2. Apa saja tantangan yang dihadapi perempuan ke depan dalam ranah politik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan representasi perempuan dalam politik saat ini
2. Menjelaskan tantangan yang dihadapi perempuan ke depan dalam ranah politik
D. Tinjauan Pustaka
4.1 Konsep Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan
perbedaan perempuan dan laki - laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan
dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak kecil.
Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali mencampur adukan
ciri - ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati (gender).
Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan kembali
tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia
perempuan dan laki - laki untuk membangun gambaran relasi gender yang dinamis
dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan
konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki
- laki dalam masyarakatnya. Secara umum adanya gender telah melahirkan
perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana
manusia beraktivitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara
pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan - akan hal itu merupakan sesuatu
yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang
dimiliki oleh perempuan dan laki – laki.
Kata gender dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan
tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan
(konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar
manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari satu
tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak
bersifat kodrati, dapat berubahdan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke
manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.
Gender adalah perbedaan antara laki - laki dan perempuan dalam peran,
fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial,
budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut
waktu serta kondisi setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh
tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat
berubah menurut waktu serta kondisi setempat.
Dengan demikian gender menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan
jenis kelamin manusia laki - laki dan perempuan. Perbedaan biologis dalam hal alat
reproduksi antara laki-laki dan perempuan memang membawa konsekuensi fungsi
reproduksi yang berbeda (perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkandan
menyusui; laki – lakimembuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin biologis inilah
merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, tidak dapat berubah, tidak dapat
dipertukarkan dan berlaku sepanjang zaman.Namun demikian, kebudayaan yang
dimotori oleh budaya patriarki menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi
indikator kepantasan dalam berperilaku yang akhirnya berujung pada pembatasan
hak, akses, partisipasi, kontrol dan menikmati manfaat dari sumberdaya dan
informasi. Akhirnya tuntutan peran, tugas, kedudukandan kewajiban yang pantas
dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dan yang tidak pantas dilakukan oleh laki-
laki atau perempuan sangat bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya.
Puja Triandini
17/420214/PMU/09425
Gender dan Pembangunan
Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana
kalangan liberalis karena hal tersebut akan bermuara kepada kebebasan individu,
yang mana hal tersebut merujuk kepada kebebasan individu kaum perempuan.
Namun, sebagian kalangan lain yaitu kaum feminisme sangat mendukung dan
menuntut akan adanya hal ini.
Begitu banyak ketidakadilan gender yang masih kental sekali dirasakan jika
kita meninjau dari sisi wanita kita melihat dari contoh yang masih sederhana saja
seperti mengapa seorang wanita harus menjalani tes keperawanan saat ingin
mengikuti ujian masuk angkatan kepolisian sedangkan laki-laki tidak ada yang
namanya tes keperjakaan , ini sudah pasti membedakan manusia dari segi gender .
kalau di dalam berorganisasi jarang sekali kita temukan wanita yang menjadi
seorang pemimpin organisasi paling kuat hanya sebagai bendehara atau sekretaris ,
jika membidangi bidang-bidang di organisasi itu juga sebagian besar hanya sebagai
anggota bukan sebagai CEO nya .
yang sehat, adil dan realistis. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan politik
perempuan, perlu ditingkatkan baik dari segi organisasional maupun pemantapan
pilar-pilar demokrasi melalui lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif yang
aspiratif dan pro terhadap kepentingan perempuan. Kondisi semacam ini perlu
mendapat perhatian khusus, untuk itulah salah satu hal yang perlu ditangani adalah
masalah pendidikan politik bagi kaum perempuan, sehingga dengan tumbuh
berkembangnya kesadaran politik dikalangan perempuan, mereka diharapkan
mampu memanfaatkan kesempatan dan peluang yang ada sesuai potensi yang
dimiliki dan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan khusus afirmasi (Affirmative Action) harus segera diubah dengan srategi
Pengurus Utamaan Gender (PUG) di semua bidang kehidupan, khususnya di semua
lini dan strata untuk mempercepat persamaan akses, partisipasi, kontrol, serta
manfaat yang sama antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan Inpres Nomor 9
tahun 2000, eksekutif hanya mengikat untuk melaksanakan PUG. Oleh karena itu,
perlu ditingkatkan jumlah kebijakan pelaksanaan PUG yang akan mengikat seluruh
pemangku kepentingan, baik pemerintah, penyelenggara pemilu, dan partai politik
sebagai pilar demokrasi untuk mendorong pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM)
perempuan di bidang politik melalui peningkatan keterwakilan perempuan dalam
pengambil kebijakan. Gerakan perempuan dan pemerhati masalah perempuan,
melakukan upaya yang sangat keras memperjuangkan masuknya kuota sebesar 30%
keterwakilan perempuan sebagai jumlah minimal dalam paket UU politik dari hulu
ke hilir.
E. Metode Penelitian
memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang
keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993). Penelitian deskriptif
menurut Azwar (2010) menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami dan disimpulkan.
3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan foto atau video untuk
mendapatkan keterangan visual mengenai objek penelitian. Dokumen yang
digunakan peneliti di sini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai objek
penelitian.
4. Studi pustaka, yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder
yang berkaitan dengan tujuan penelitian, antara lain literatur, jurnal, artikel dan
buku referensi yang berkaitan dengan penelitian.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan upaya klarifikasi data pada informan kunci
dengan teknik yang berbeda. Pada penelitian ini, teknik pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam, pencatatan, studi pustaka dan
dokumentasi.
Daftar Pustaka
Ihromi, T.O. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Marzuki. Kajian Awal Tentang Teori-Teori Gender. Yogyakarta: PKn dan Hukum FISE
UNY
Singarimbun, M dan Effendi, S., 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet
http://www.sumbarprov.go.id/details/news/8277