Anda di halaman 1dari 12

PERSENTASI KEPEMIMPINAN MODUL

8
 NAMA : SUMIATI
 NIM : 018889537
MODUL 8
PERKEMBANGAN MUTAKHIR TENTANG KEPEMIMPINAN

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Petikan Pidato Patton menunjukkan betapa posisi perempuan dalam


kepemimpinan mempunyai nilai yang strategis dan unggul, sama seperti
halnya posisi laki-laki. Perbedaan keduanya hanya terletak pada
perbedaan pandangan sikap kepemimpinan, kinerja dan hasil
kepemimpinan dalam ukuran profesionalitas.
Dari dekade ke dekade, peran pemimpin perempuan dalam masyarakat
dan berbagai komunitas lainnya, memiliki fokus yang beragam, misalnya
peranan kepemimpinan ibu dalam pendidikan dini anak, seni manajemen
pemimpin perempuan dalam politik dan lainnya tetapi berpegang pada
lokus yang sama, yakni mengenai signifikansi pemimpin perempuan dalam
komunitasnya. Pada era modern seperti sekarang ini, ternyata
kepemimpinan perempuan masih dianggap sebagai hal yang eksklusif,
padahal di banyak negara sudah banyak pengakuan kesetaraan antara
perempuan dan hanya beberapa perusahaan besar dunia yang
menggunakan perempuan sebagai pemimpin eksekutifnya.
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI SOSIAL
TEMUAN PENELITIAN TENTANG STEREOTIPE SEKITAR KEPEMIMPINAN
MANAJERIAL PEREMPUAN .

 Kepemimpinan Perempuan dalam organisasi sosial merupakan salah satu


gambaran nyata tetapi, masih ada hambatan bagi kepemimpinan perempuan,
misalnya masih adanya stereotipe negatif tentang kepemimpinan perempuan.
 Adanya stereotipe negatif tentang kepemimpinan perempuan disebabkan oleh:

1. Faktor latar belakang sosial budaya termasuk pandangan dalam keyakinan


dan kepercayaan masyarakat secara individual maupun kolektif.
2. Beragamnya pemahaman masyarakat terhadap kesetaraan gender yang
terkait dengan dunia kerja.
3. Tingkat pembangunan suatu negara atau wilayah. Semakin maju suatu negara
maka ada kecenderungan semakin besar peluang tercapainya maksimalisasi
pendidikan masyarakat dan meniadakan diskriminasi jenis kelamin. Semakin
terbelakang pembangunan suatu negara maka ada kecenderungan semakin
besar terjadinya diskriminasi jenis kelamin dalam pemberian kesempatan
pendidikan.
Banyaknya stereotipe yang tidak menguntungkan bagi pemimpin perempuan menurut hasil
penelitian Bass, Krusell dan Alexander dalam Bass (1990:711) dikelompokkan menjadi
empat garis besar stereotipe umum yang negatif tentang posisi kepemimpinan manajerial
perempuan, antara lain:

1. Perempuan kurang orientasi kerjanya.


2. Perempuan kurang potensi kepemimpinannya.
3. Perempuan kurang mandiri.
4. Perempuan lebih emosional.
SIASAT UNGGULAN BAGI KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI ERA
GLOBAL

 Siasat unggulan sangat diperlukan bagi perempuan untuk menduduki posisi sebagai pemimpin di
pasar global. Hal ini disebabkan oleh beberapa situasi dan kondisi budaya, sosial dan politik yang
menghambat kesempatan dan perkembangan karir kepemimpinan perempuan. Siasat unggulan
bagi wanita untuk menduduki posisi sebagai pemimpin tersebut meliputi berikut ini.
1. Belajar berkawan dengan pihak mana pun secara ikhlas
2. Memberikan dan menerima bantuan dari kaum pria tanpa membiarkan hal tersebut mengarah
pada tindakan asusila
3. Mengombinasikan gaya kooperatif dan bersahabat dengan keahlian kepemimpinan yang
berorientasi pada tujuan (hal ini sangat dihargai oleh para atasan).
4. Harus memiliki kontak jaringan yang tepat serta sesuai dengan profesinya, bisnisnya dan
kepentingannya.
5. Sering kontak bisnis yang pragmatis (sesuai dengan kegunaannya) dengan pemimpin perempuan
lainnya dari pada pertemuan sosial biasa.
 Di era globalisasi , dari dimensi agama dan sosial, kedudukan perempuan sebagai pemimpin

dalam ajaran agama dan dalam komunitas sosial mana pun mendapatkan tempat yang sama.
Salah satunya, seperti yang tertera dalam kitab suci Alquran Surat Al Baqarah (Sapi Betina) ayat
30, yang menyatakan sebagai berikut.
Dan tatkala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Aku hendak jadikan khafilah di muka bumi ....
 Apa yang tertera dalam ayat tersebut, menandaskan bahwa semua umat manusia yang
meliputi perempuan maupun laki-laki, keduanya mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi pemimpin, asalkan memenuhi persyaratan yang ada. Umumnya, persyaratan-
persyaratan tersebut meliputi kompetensi (keahlian, pengetahuan), sikap mental, kesehatan
dan lainnya sesuai tuntutan organisasi tersebut. Oleh sebab itu perempuan yang menjadi
pemimpin perlu mengembangkan kepemimpinan yang berlandaskan pada Emotional
Spiritual Quotient ( ESQ). ESQ merupakan paduan antara IQ (intelligence quotient), EQ
(emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) sehingga ESQ merupakan paduan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosionaldan kecerdasan spiritual , di mana ESQ
mewujud sebagai suatu sikap dan perilaku kreatif, intelektual, visioner, memiliki
komitmen, integritas dan kemampuan bersinergi dengan orang lain, serta daya tahan
mental untuk menghadapi tantangan dengan berdasarkan pada hubungannya dengan
Tuhan YME yang dapat membangun ketangguhan pribadi sekaligus ketangguhan sosial .
(Agustian, 2004: 288). Dasar hubungan dalam meningkatkan ESQ, misalnya dalam konteks
Alquran adalah God Spot-Asmaul Husna, dalam Injil adalah Tritunggal Yang Maha Kudus,
dan begitu pula pada agama-agama besar lainnya diselaraskan dengan keyakinan
Ilahiyahnya masing-masing.
 Komponen-komponen yang memperkaya karakteristis kepemimpinan perempuan

(dimodifikasi dari tulisan Agustian (2004:174, 234,284), antara lain berikut ini :
1. Pembangunan Mental
2. Ketangguhan Pribadi
3. Ketangguhan Sosial
KEPEMIMPINAN DALAM BERAGAM BUDAYA DAN NEGARA
A. DIMENSI-DIMENSI KEPEMIMPINAN

 Ada dimensi-dimensi kepemimpinan yang relevan dengan fungsi kepemimpinan yang sifatnya
universal, tetapi juga ada dimensi-dimensi yang sifatnya spesifik atau hanya relevan di suatu negara
atau budaya tertentu tetapi tidak relevan pada budaya atau negara lainnya.
 Secara umum, pada berbagai negara dan budaya berbeda (secara universal) terdapat dimensi

kepemimpinan yang relevan dengan fungsi kepemimpinan yang sama, yaitu seorang pemimpin
diharapkan mampu proaktif dan tidak otoriter. Selain itu, para pimpinan yang memiliki lebih banyak
pengalaman berkarier di tempat yang bervariasi, mampu menunjukkan efektivitas kepemimpinan
yang lebih baik dibanding para pemimpin yang memiliki lebih sedikit pengalaman kerja dan yang
kurang variatif jenis pekerjaannya.
 Perbedaan budaya atau negara umumnya berpengaruh pada tujuan, penentuan skala prioritas,

pragmatism, kemampuan berkomunikasi interpersonal, kestabilan emosi, dan gaya kepemimpinan.


Perbedaan budaya atau negara juga menunjukkan pengaruh pada kecepatan promosi dalam
kaitannya dengan atribut – atribut tersebut.

 Ronen dan Shenkar (1985) mencoba mengelompokkan negara-negara yang memiliki kecenderungan
perilaku dan sikap kepemimpinan yang sama atau memiliki kemiripan yang tinggi. Pengelompokan
tersebut adalah :
1. Perbedaan berdasar Kelompok Budaya dikaitkan dengan Sikap dan Perilaku Kepemimpinan.
2. Perbedaan Intra – Budaya dikaitkan dengan Perilaku dan Sikap Kepemimpinan.
3. Perbedaan Intra – Negara dikaitkan dengan Perilaku dan Sikap Kepemimpinan.
 B. PERBEDAAN BUDAYA DIKAITKAN DENGAN PRODUKTIVITAS DAN KEPUASAN KERJA

 Para pemimpin dari Negara-negara Amerika Utara, produktivitas dan kepuasan kerjanya akan lebih tinggi
jika mereka membuat seluruh perencanaan kerjanya bersama dengan kelompok mereka sendiri. Tetapi
jika mereka membuat perencanaan kerjanya sama-sama dengan kelompok lain maka produktivitas dan
kepuasan kerja mereka menjadi lebih rendah. Kecenderungan ini lebih besar dibanding yang tampak pada
para pemimpin dari negara-negara Eropa, Amerika latin, dan Jepang.

 C. PERBEDAAN BUDAYA DIKAITKAN DENGAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN

 Secara umum nilai selalu diletakkan dalam dua kutub yang dikotomus. Nilai-nilai tersebut adalah :
1. Modernism versus Traditionalism
2. Universalism versus Partikularism
3. Pragmatism versus Idealism
4. Individualism versus Kolektivisme

 KEPEMIMPINAN VISIONER
A. PENGERTIAN VISI

 Para pemimpin yang efektif selalu mempunyai rencana dan berorientasi penuh pada hasil. Para pemimpin
harus mengadopsi visi baru yang menantang, dibutuhkan dan bisa dijangkau serta mampu
mengomunikasikan visi dan mempengaruhi orang lain sehingga arah barunya mendapat dukungan dan
bersemangat memanfaatkan sumber daya dan energi yang dimiliki untuk mewujudkan visi.
 Secara sederhana, Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan menarik bagi organisasi. Visi

adalah pernyataan tujuan ke mana organisasi akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih
berhasil atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang. Visi selalu berhubungan dengan
masa depan. Memang, visi adalah awal masa depan karena visi mengekspresikan apa yang kita dan orang
lain akan berusaha keras mencapainya.
B. CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN VISIONER

 Seorang pemimpin yang efektif hendaknya mampu mengemban empat peran berikut :
1. Penentu Arah
2. Agen Perubahan
3. Juru Bicara
4. Pelatih

 Seorang pemimpin visioner harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih.
 Oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus :

1. Menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh
organisasi.
2. Memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik.
3. Selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.

 Memilih dan menyatakan visi yang benar adalah tugas terberat dan tujuan yang paling teliti terhadap
kualitas kepemimpinan yang kuat.
 Oleh karena itu visi yang benar adalah berikut ini :

1. Akan menghasilkan komitmen dan memberi motivasi kepada orang-orang di dalam organisasi.
2. Memberi arti bagi kehidupan para karyawan.
3. Menentukan standar-standar keberhasilan.
4. Menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang.
 Tidak semua visi sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa kegagalan dapat
terjadi, antara lain karena :
1. Ke luar rel karena peristiwa tidak terduga,
2. salah sejak awalnya,
3. Beberapa visi lain berjangka pendek,
4. Beberapa mungkin baik bagi organisasi tetapi kurang bagus dalam
implementasinya,
5. Terlalu lama dipertahankan, berkarat dan ketinggalan zaman.

 Dengan melihat kegagalan visi tersebut perlu dilakukan suatu pencegahan,


dengan cara berikut :
1. Jangan Melakukan Sendiri.
2. Jangan Berlebihan dalam Idealisme.
3. Kurangi Kemungkinan Kejutan yang Tidak Menyenangkan.
4. Waspadai Kelambanan Organisasi.
5. Jangan terlalu Mengandalkan Batas Minimum.
6. Bersikaplah Fleksibel dan Sabar dalam Mengimplementasikan Visi.
7. Jangan Pernah Puas.
KEPEMIMPINAN AHLI (Mastery Leadership)

 Kerangka pemikiran manajer sebagai pemimpin ahli dan handal, dipenuhi oleh pengetahuan-
pengetahuan, antar lain berikut ini :
1. Menghargai kompetensi serta mempunyai hasrat daya cipta akan suatu kreasi yang unik dan
mengesankan bagi diri, organisasi dan lingkugannya.
2. Andal atau ahli dalam memahami berbagai perbedaan tingkat perkembangan suatu proses
perubahan dan mampu berurusan dengan segala situasi, kondisi dan berbagai kalangan
sumber daya manusia yang terllibat dalam proses perubahan tersebut.
3. Memiliki wilayah kekuasaan dan ruang lingkup pengetahuan untuk pengembangan karier
pribadinya, pihak lain, organisasi dan kemaslahatan umum. Pemikiran, visi, misi,
pengetahuan dan karya manajer sebagai pimpinan yang andal harus bersinergi untuk
kepentingan tujuan individual, organisasional dan populis atau masyarakat umum.
4. Mempunyai komitmen untuk menjaga keberlangsungan kehidupan, tradisi-tradisi, hasil budi
daya serta sejarah manusia masa kini dan yang akan datang dengan bertumpu pada
kelestarian alam.
5. Dinamika organisasi dan masyarakat yang berubah terus menerus dari suatu kondisi ke
kondisi lainya. Kehidupan organisasi dan manusia di dalamnya.
6. Memahami bahwa segala sesuatu saling berhubungan dengan sesuatu yang lain.
7. Manajer sebagai pemimpin andal merupakan produk dari abad informasi, di mana kapasitas
pribadi dan organisasi akan terus menerus menerima data dari berbagai sumber.
 Peran yang dimainkan oleh manajer ahli terdiri atas berikut ini :
1. Focalizer artinya manajer tersebut dapat menularkan visi bersama ( shared vision ), misi, posisi,
dan atensi.
2. Facilitator artinya manajer tersebut dapat membawa komitmen, tindakan, keselarasan dan
pertumbuhan.
3. Synergizer artinya manajer tersebut dapat membantu pencapaian kesesuaian tujuan individu,
organisasi, dan peran dalam masyarakat.
4. Co – creator, artinya manajer tersebut dapat memposisikan seseorang (para pegawainya) sebagai
asisten (pembantu) yang belajar (co-learner) atau asisten penajam kesuksesan ( co-sharper of
success ) dari rekan sejawatnya.

 Aspek-aspek pengetahuan yang harus dimiliki oleh manajer ahli antara lain berikut ini :
1. Memiliki wawasan dan pemahaman tentang orang-orang, benda-benda, kejadian-kejadian dan ide-
ide sebaik pengetahuan manajer.
2. Memiliki wawasan dan pemahaman yang lebih besar tentang tekanan lingkungan dan trends dari
kegiatan fungsi manajemen yang rutin setiap hari.
3. Memiliki wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang dinamika potensi diri yang mencakup
fungsi-fungsi syaraf, pikiran, tubuh dan kesadaran diri.

 Sebagai manajer ahli, keahlian yang dibutuhkan mencakup tiga tingkatan, antara lain berikut ini :
1. Pada tingkatan Pribadi.
2. Pada tingkatan Tim.
3. Pada tingkatan Budaya.

Anda mungkin juga menyukai