Anda di halaman 1dari 14

Literature Review: Pengaruh Gender terhadap Gaya

Kepemimpinan Seorang Manajer

KEMALA INDAH PERTIWI PUTRI


135211019
Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung
Bandung, Indonesia

ABSTRAK
This literature review explains about the influence of gender in Managers
leadership style.In this gender explanation, gender is a Feminine or masculine
characteristic that might man or woman have. In this journal only explains about
gender in general. Not explains about gender refraction or deviation in biologic.
This literature review is made based on the theory taken from many journals and
sources. Leadership style theory that related to the influence of gender is
transformational leadership style and transactional leadership style.
.

I. PENDAHULUAN
Maskulin dan feminin adalah
dua karakteristik yang dimiliki oleh
pria maupun wanita. Gender
tersebutlah yang dapat
mempengaruhi terhadap gaya
kepemimpinan seseorang. Yang akan
menentukan cara kerja dan tipe
kepemimpinan seseorang. Dan yang
akan dibahas dalam jurnal kali ini
adalah apakah gender berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinan
seorang manajer. Dan hal-hal apa
saja yang berkaitan dengan gender
yang dapat mempengaruhi gaya
kepemimpinan seseorang.

Eagly dan Johnson (1990)


menjelaskan bahwa:
the strongest evidence for a gender
difference in leadership style in the
thendency for women to adipt a more
participate style and for men to
addopt a more directive style.
Ditunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan seorang wanita lebih
menekankan pada pendekatan
emosional terhadap karyawannya
dan pemimpin ikut terjun ke
lapangan agar mencapai tujuan
sesuai dengan yang diinginkan.
Berbeda dengan kepemimpinan pria
yang cenderung hanya hubungan

atasan dan bawahan, dan bawahan


hanya melaksanakan perintah yang
diberikan oleh atasan, tanpa adanya
motivasi internal ataupun pendekatan
internal antara bawahan dan atasan.
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan,
maka rumusan masalah dalam jurnal

ini adalah : apakah gender


berpengaruh pada gaya
kepemimpinan seorang manajer?

Kepemimpinan merupakan
aspek pengelolaan yang sangat
penting. Esensi kepemimpinan
adalah kepengikutan (followership).
Dengan kata lain berarti adanya
keinginan orang-orang untuk
mengikuti yang akan membuat
seseorang menjadi pemimpin. Selain
itu orang-orang cenderung mengikuti
mereka yang dipandang dapat
menyediakan sarana untuk mencapai
tujuan, keinginan, dan kebutuhan
mereka sendiri. (Harold Koontz :
147)

tindakan nyata, menghasilkan para


pahlawan pada semua level
organisasi, dan memberikan
pelatihan secara efektif kepada
anggota organisasi, dan masih
banyak lagi (Andreas Lako, 2004)

Berikut beberapa pengertian


kepemimpinan menurut para ahli,
yaitu :

4. Kepemimpinan merupakan
kemampuan yang dipunyai seseorang
untuk mempengaruhi orang-orang
lain agar bekerja mencapai tujuan
dan sasaran. (Handoko, 1996:294)

1. Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok ke arah tercapainya
tujuan (Robbins, 2003:314).
2. Kepemimpinan mempunyai makna
yang luas yaitu 1) sebagai suatu
proses untuk mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas
para anggota kelompok; 2)
memberikan visi, rasa gembira,
kegairahan, cinta,
kepercayaan,semangat, obsesi, dan
konsentrasi kepada para anggota
organisasi; dan 3) menggunakan
simbol-simbol, memberikan
pelatihan, menunjukkan contoh atau

II. PEMBAHASAN
A. Teori Kepemimpinan

3. Kepemimpinan adalah suatu


proses untuk mempengaruhi dan
mengarahkan anggota kelompok
untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan
organisasi atau kelompok (Dita et.
Al, 2004:221)

Dengan kata lain,


kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan yang menghasilkan atau
menimbulkan pengaruh bagi orang
lain untuk melaksanakan sesuatu
sesuai dengan perintah atau visi misi
organisasi.
Agar tugas dapat dijalankan
sesuai dengan target dan tujuan,
pemimpin perlu memperhatikan
pendekatan-pendekatan dasar
kepemimpinan, sebagai berikut
(Robbins, 2003):
1. Teori Sifat

Teori sifat adalah teori


yang membedakan
pemimpin dan yang bukan
pemimpin pada kualitas
perseorangan dan
karakteristiknya.
2. Teori Perilaku
Kepemimpinan
Teori perilaku kepemimpinan
adalah teori yang
mengemukakan tentang
perbedaan perilaku pemimpin
dan yang bukan memimpin.
Teori perilaku kepemimpinan
dihasilkan berdasarkan
penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh:
a. Studi Universitas Negeri
Ohio
Studi ini mengidentifikasi
dimensi-dimensi independen
perilaku dari pemimpin.
Dimensi-dimensi tersebut
adalah dimesi struktur awal
(initiating structure) yang
mengacu pada sejauh mana
seorang pemimpin dapan
mendefinisikan dan
menstrukturkan peran mereka
sebagai pemimpin dan peran
bawahan. Dan dimensi
pertimbangan (consideration)
yang mengacu pada sejauh
mana seorang pemimpin
dapat menjalin hubungan
pekerjaan dengan saling
percaya, menghargai, dan
berempati terhadap bawahan.
b. Studi Universitas Michigan
studi ini membahas
keterkaitan antara perilaku
pemimpin dengan keefektifan
kinerja. Perilaku pemimpin
mempunyai 2 orientasi, yaitu
orientasi pada karyawan dan

orientasi pada produksi.


Pemimpin berorientasi pada
karyawan lebih menekankan
pada hubungan antar
personal, dan pemimpin
berorientasi pada produksi
lebih menekankan pada aspek
teknis atau tugas dari
pekerjaan.
3. Teori Situasional
Teori situasional lebih
memperhatikan ada interaksi
antara karakteristik pemimpin
dengan situasi.
Beberapa contoh teori antara
lain:
a. Model Fiedler
model untuk kepemimpinan
dikembangkan oleh Fred
Fiedler yang menyatakan
bahwa performa grup yang
eektif itu tergantung
kesesuaian antara model
pemimpin dan bawahan dari
situasi yang berpengaruh
pada pemimpin. Model ini
membagi dua orientasi, yaitu
orientasi pada kerja dan
orientasi pada hubungan.
b. Teori Jalur-Tujuan
Teori ini menjelaskan bahwa
pemimpin sebagai pembantu
bagi bawahannya dalam
mencapai tujuan dan untuk
menyediakan petunjukpetunjuk yang diperlukan
agar dapat memastikan
bahwa dari kerja bawahannya
sesuai dengan tujuan
organisasi. Teori ini
dikembangkan oleh Robert
House.

Dalam teori
kepemimpinan terdapat
beberapa pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Diri
Pendekatan sifat berusaha
memahami kepemimpinan
berdasarkan keyakinan bahwa
pemimpin yang baik memili
karakteristik bawaan dari
lahir, baik menyangkut ciri
fisik maupun kepribadian.
Stogdill (dalam Synth, 1989,
Watkins, 1992; dan Dunford,
1995) dalam wibowo (2011)
menyebutkan karakteristik
fisik dan kepribadian
pemimpin mencakut antara
lain : usia, penampilan,
kelancran berbicara,
kecerdasan, enerjik, dominan,
percaya diri, ekstrovert,
memiliki dorongan
berprestasi, terkait dengan
kepemimpinan yang efektif.
Adapun Yukl (1989)
menyebutkan bahwa
pemimpin yang sukses
memiliki kemampuan luar
biasa seperti: energi yang
tiada habisnya, ketajaman
intuisi, wawasan yang sangat
luas. Dan kemampuan
mempengaruhi yang tak
dapat ditolak.
2. Pendekatan Gaya
Teori tentang gaya
kepemimpinan merupakan
kajian perilaku atau tindakan
pemimpin dalam
mempengaruhi atau
menggerakkan para
pengikutnya guna mencapai
suatu tujuan. Perilaku dan
tindakan tersebut dapat
dipahami sebagai dua hal

berbeda namun saling


bertautan, yakni 1) fokus
terhadap penyelesaian tugas
(pekerjaan) atau
task/production centered, dan
2) fokus pada upaya
pembinaan terrhadap personil
yang melaksanakan
tugas/pekerjaan tersebut
(people/employee-centered)
(Wibowo, 2011).
3. Pendekatan Kontingensi
(The Contingency Approach)
Keragaman gaya
kepemimpinan yang paling
optimal tergantung pada (1)
sifat, kemampuan, dan
keterampilan pemimpin, (2)
perilaku bawahan, dan (3)
kondisi dan situasi
lingkungan (Dunford, 1995);
atau seperti dikemukakan
oleh Sweeney dan McFarlin
(2002) dalam UdikBudi
Wibowo (2011:9) bahwa
Pada lingkungan apapun,
memperhitungkan konteks
mencakup bagaimana
karakteristik situasi,
pemimpin, dan pengikutnya,
semuanya berkombinasi
mempertajam strategi
perilaku pemimpin. Dengan
demikian gaya kepemimpinan
yang optimal merupakan
strategi mempengaruhi
karyawan dengan cara
mengkombinasinasi antara
karakteristik pemimpin,
pegawai (pengikut), dan
konteks situasi (Wibowo,
2011).
Teori kepemimpinan
dikembangkan oleh Hersey dan

Blanchard (Yukl, 1989) yang dikutip


oleh Wibowo (2011) pada awalnya
disebut life cycle theory of
leadership dan kemudian
dinamakan situational leadership
theory. Argumen dasar dari teori ini
adalah kepemimpinan yang efektif
memerlukan kombinasi yang tepat
antara perilaku berorientasi tugas dan
perilaku berorientasi hubungan, serta
mempertimbangkan tingkat
kematangan bawahan. Kombinasi
tersebut dapat diterapkan dalam
beberapa gaya kepemimpinan
telling,
selling, participating dan
delegating.
Gaya kepemimpinan directing /
telling sesuai dengan bawahan
yang memiliki tingkat kesiapan.
Dalam gaya kepemimpinan
directing, pemimpin bertindak
hyperactive memberikan tugas
tugas kepada bawahan dan
mengawasinya. Pemimpin bertindak
The King can do no wrong dan
menginstruksikan bawahannya
apa, bagaimana, kapan dan di mana
tugas-tugas harus dilakukan.
Gaya kepemimpinan coaching /
selling untuk menghadapi bawahan
dengan tingkat kesiapan. Gaya
kepemimpinan coaching ditandai
oleh pemberian tugas-tugas oleh
atasan masih tinggi, tetapi disertai
dengan kualitas hubungan lebih baik
(atas memberikan dukungan,
tidak sekedar sebagai pengawas).
28
Gaya kepemimpinan
participating ditandai oleh inisiatif
dari
bawahan mulai muncul dan instruksi
dari atasan tidak lagi
dominan. Peran atasan adalah
menyeimbankan antara komunikasi

dan memberikan dukungan kepada


bawahan. Atasan juga
memberikan dukungan yang
kondusif kepada bawahan mereka,
misalnya melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan.

B. Teori Gender
Gender adalah seperangkat
peran yang, seperti halnya kostum
dan topeng di teater, menyampaikan
kepada orang lain bahwa kita adalah
feminin atau maskulin (Mosse,
1999:3) dalam Sembiring (2008).
Konsep lainnya tentang gender
yakni, adalah suatu sifat yang
melekat pada kaum laki laki
maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun
kultural, misalnya perempuan
itu dikenal lemah lembut cantik,
emosional, atau keibuan sementara
laki laki dianggap : kuat, rasional,
jantan, perkasa ( Fakih,1996 : 8 )
yang dikutip oleh Sembiring (2008).
Dalam buku Konsep dan
Teori Gender, Sasongko (2009:1720) memaparkan mengenai
kesetaraan dan keadilan gender
dikenal adanya 2 aliran atau teori
yaitu teori nurture dan teori nature.
Namun demikian dapat pula
dikembangkan satu konsep teori
yang diilhami dari dua konsep teori
tersebut yang merupakan
kompromistisatau keseimbangan
yang disebut dengan teori
equilibrium.
1. Teori Nurture
Menurut teori nurture, perbedaan
antara laki-laki dan perempuan
disebabkan dari hasil konstruksi

sosial budaya yang menyebabkan


adanya perbedaan peran antara lakilaki dan perempuan dalam berbagai
aspek kehidupan. Konstruksi sosial
menempatkan laki-laki dan
perempuan dalam kelas yang
berbeda. Laki-laki dipandang sebagai
kaum borjuin sedangkan perempuan
dipandang sebagai kaum proletar
2. Teori Nature
Teori nature menjelaskan bahwa
perbedaan antara perempuan dan
laki-laki merupakan kodrat yang
harus diterima. Perbedaan biologis
itu memberikan indikasi bahwa lakilaki dan perempuan memilki peran
yang berbeda. Peran tersebut ada
yang dapat ditukar namun ada juga
yang tidak bisa ditukar dikarenakan
kodrat alamiahnya.
3. Teori Equilibrium
Teori ini menekankan pada konsep
kemitraan 16 dan keharmonisan
dalam hubungan antara perempuan
dengan laki laki. Pandangan ini
tidak mempertentangkan antara
kaum perempuan dan laki laki,
karena keduanya harus bekerja sama
dalam kemitraan dan keharmonisan
dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, bangsa dan
Negara.untuk mencapai suatu tujuan,
laki-laki dan perempuan perlu
bekerjasama dan menjalin hubungan
komplementer guna melengkapi satu
sama lain. karena pasti masingmasing memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
C. Gaya Kepemimpinan
Menurut Heidjrachman dan
S. Husnan gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan

tujuan organisasi dengan tujuan


individu untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sementara itu, pendapat lain
dari Hersey menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku (kata-kata dan tindakantindakan) dari seorang pemimpin
yang dirasakan oleh orang lain.
Dengan kata lain, gaya
kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia inginkan.
Beberapa gaya
kepemimpinan menurut para ahli
adalah sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan menurut
Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi
pengharapan, Robert House dalam
Nursalam (2002)mengemukakan
empat gaya kepemimpinan yaitu:
Direktif: Pemimpin menyatakan
kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya
inimengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang
dicapai oleh bawahannya.
Suportif: Pemimpin berusaha
mendekatkan diri kepada bawahan
dan bersikap ramah terhadap
bawahan.
Parsitipatif: Pemimpin
berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran
dalam rangka pengambilan sebuah
keputusan.

Berorientasi Tujuan: Pemimpin


menetapkan tujuan yang menantang
dan mengharapkan bawahan
berusaha untukmencapai tujuan
tersebut dengan seoptimal mungkin
(Sujak dalam Nursalam, 1990)
2. Gaya Kepemimpinan menurut
Likert
Likert mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem
yaitu:
1) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter,
mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi
yang dilakukan satu arah ke bawah
(top-down)
.2) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan
sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancamanatau
hukuman tetapi tidak selalu dan
membolehkan komunikasi ke atas.
Pemimpinmemperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan
wewenang, meskipun dalam
pengambilankeputusan masih
melakukan pengawasan yang ketat.
3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan
terhadap bawahan yang cukup besar.
Pemimpinmenggunakan balasan
(insentif)
untuk memotivasi bawahan dan
kadangkadang menggunakan
ancaman atauhukuman. Komunikasi
dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dibuat oleh bawahan.

4) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan
sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentifekonomi
untuk memotivasi bawahan.
Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja
Sementara itu, gaya kepemimpinan
dapat dilihat berdasarkan
kepribadian, antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Karismatis:
kepemimpinan kharismatik parara
pengikut membuat atribusi dari
kemampuan kepemimpinan yang
heroik atau luar biasa bila mereka
mengamati perilaku-perilaku
tertentu. (Robbins, 2003). Robbet
House mengidentifikasi tiga
karakteristik pribadi pemimpin
karismatik : kepercayaan diri yang
luar biasa tinggi, kekuasaan, dan
teguh dalam keyakinan (Robbings,
2003)
b. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Pemimpin yang diplomatis dapat
menempatkan perspektif pada dua
sudut pandang. Kebanyakan orang
hanya dapat melihat dari satu sudut
pandang saja, yaitu sisi keuntungan
untuk dirinya atau sisi keuntungan
untuk lawannya. Tapi gaya
kepemimpinan seperi ini memiliki
kelemahan. Pemimpin menjadi pasif
dan cenderung terlalu sabar.
c. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Makan atau dimakan adalah
prinsip dari pemimpin yang memiliki
gaya otoriter dalam memimpin.
Segala keputusan ada ditangan
pemimpin dan bawahan sama sekali
tidak berwenang dalam hal

pengambilan keputusan. Pemimpin


seperti ini cenderung lebih
mementingkan hasil dibanding
proses.
d. Gaya Kepemimpinan Moralis
pemimpin dengan gaya
kepemimpinan moralis cenderung
sopan dan sangat ramah terhadap
orang lain. juga memiliki empati
yang sangat tinggi terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh
anggotanya. Kelemahannya,
pemimpin yang memiliki gaya
seperti ini memiliki emosi yang tidak
stabil dan kurang bisa
mengendalikan emosinya.
Kepemimpinan Transformasional
dan Transaksional
Gaya kepemimpinan yang digunakan
dalam pembahasan keterkaitan antara
gender dan gaya kepemimpinan
adalah:
1. Kepemimpinan Transformasional
Definisi transformasional
menurut Greenberg dan Baron adalah
Kepemimpinan yang mana para
pemimpin menggunakan
kharismanya untuk menata ulang dan
merevitalisasi organisasi mereka.
Menurut Greenberg and
Baron, pemimpin yang
transformasional memiliki beberapa
karakteristik, yaitu (Dita et.al,2004 :
221) :
a. Mereka memiliki kharisma,
dimana mereka akan memberikan
visi yang kuat dan pengertian akan
misi perusahaan.
b. Rangsangan intelektual, pemimpin
yang transformasional membantu
para pengikutnya untuk mengenali

masalah yang dihadapi dan


solusinya.
c. Perhatian individual, pemimpin
yang transformasional memberikan
dukungan kepada para pengikutnya,
dorongan dan perhatian yang
dibutuhkan supaya memiliki
performa yang baik.
d. Motivasi yang inspirasional,
pemimpin yang transformasional
dapat mengkomunikasikan arti
penting dari misi perusahaan dan
menyatakannya ke dalam symbol
(misalnya, lencana dan selogan)
untuk membantu untuk
memfokuskan usaha mereka.
Berikut ini adalah 4 kemampuan
yang tampak dari pemimpin
transformasional:
a. Pemimpin memiliki visi yang
jelas, tujuan, dan rencana. dan pandai
dalam mengungkapkannya
b. Pemimpin dapat
mengkomunikasikan visinya dengan
jelas sehinga menimbulkan kesan
dari keuntungan yang akan dicapai
apabila visi terlaksana.
c. Pemimpin mampu membangun
kepercayaan, adil, dan bersikap
konsisten dalam menghadapi segala
permasalahan yang terjadi.
d. Pemimpin bersungguh-sungguh
dalam berusaha mencapai
kesuksesannya.
2. Kepemimpinan Transaksional
Menurut Robbins, kepemimpinan
yang transaksional adalah
pemimpin yang mampu memandu
atau memotivasi pengikutnya ke
dalam pengaturan pada pencapaian
tujuan dengan menjelaskan peran dan
tugas yang dibutuhkan (Dita
et.al,2004:222).

Beberapa pengertian tentang


kepemimpinan transaksional menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan Transaksional
didefinisikan sebagai kepemimpinan
yang melibatkan suatu proses
pertukaran (exchange process) di
mana para pengikut mendapat
imbalan yang segera dan nyata untuk
melakukan perintah-perintah
pemimpin (Pidekso dan Harwisi,
2001 : 72).
b. Kepemimpinan transaksional yaitu
hubungan antara pemimpin dan
bawahan yang berlandaskan pada
adanya pertukaran atau adanya
tawar menawar antara pimpinan dan
bawahannya (Damarsari, 2004:5).
Kepemimpinan transaksional
terdiri dari dua faktor utama yakni
(Damarsari, 2004:15):
a. Imbalan Kontingensi (Contingent
Reward)
pemberian imbalan sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan
bawahan sesuai kesepakatan,
biasanya disebut juga sebagai bentuk
pertukaran yang aktif. Artinya,
bawahan akan endapatkan imbalan
atas tujuan yang dapat dicapainya
dan tujuan tersebut telah disepakati
bersama antara pemimpin dan
bawahan.
b. Manajemen Eksepsi (Management
by Exception)
Merupakan transaksi yang aktif dan
pasif. Aktif yaitu pemimpin secara
terus menerus melakukan
pengawasan terhadap bawahannya
untuk mengantisipasi adanya
kesalahan terjadi, pemimpin akan

menunggu semua proses dalam tgas


selesai selanjutnya menentukan ada
atau tidaknya kesalahan.
Perbedaan antara pemimpin
transaksional dan transformasional :
a. Pemimpin transaksional
Pemimpin transaksional lebih
menitikberatkan terhadap transaksi
interpersonal antara manajer dan
karyawan. Tiga karakteristik dasar
yang dimiliki pemimpin
transaksional adalah :
1. Pemimpin menggunakan
penghargaan untuk memotivasi
karyawannya
2. Pemimpin mengacu pada
kewaspadaan aktif. Pemimpin selalu
mengawasi kerja anggotanya agar
tujuan dapat tercapai dengan baik
(pengawasan)
3. Pemimpin memberi tekanan dan
pemeriksaan hanya sewaktu bawahan
gagal dalam melaksanakan tujuan
b. Pemimpin transformasional
memberikan pesan-pesan yang
berupa angan-angan yang akan selalu
diingat oleh karyawannya, motivasi
inspiraasional, komunikasi non
verbal, rangsangan intelektual dari
pemimpin, dengan cara berikut
pemimpin memiliki harapan kepada
anggotanya agar menjalankan tugas
sebaik mungkin dan bekerja melebihi
apa yang ditugaskan.
Pengaruh Gender terhadap Gaya
Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan
terdapat perbedaan gaya dalam
memimpin dilihat dari perbedaan

gender. Perbedaan gender ini adalah


karakter maskulin dan feminim.
Karakter maskulin cenderung
dimiliki oleh kaum laki-laki
sedangkan feminim cenderung
dimiliki oleh kaum perempuan.
Karakter maskulin identik dengan
ketegasan, kepercayaan diri, dan
mengutamakan indikator dalam
penilaian kerja. Sedangkan karakter
feminim yang identik dengan wanita
lebih menekankan pada empati,
demokratis, dan pandangan antar
personal.
Week et.al, menjelaskan
dalam gender socialization theory
mengidentifikasikan bahwa gender
merupakan inti dari kepribadian yang
terbentuk mulai dari usia dini dan
tidak dapat diperbaharui maupun
diganti (Dita et.al, 2004:220).
Suatu kajian yang ekstensif
mengemukakan dua kesimpulan
mengenai gender dan gaya
kepemimpinan. Pertama, kemiripan
antara pria dan wanita cenderung
lebih besar dari pada perbedaannya.
Kedua, perbedaan yang ada
tampaknya adalah bahwa wanita
mengandalkan gaya kepemimpinan
yang lebih demokratis sedangkan
pria merasa lebih nyaman dengan
gaya direktif. (Robbins 2003)
Banyaknya kemiripan antara
wanita dan pria dalam hal
kepemimpinan bukanlah hal yang
mengejutkan. Perbedaan gender yang
tampak tidak cukup kuat dijadikan
sebagai bukti karena adanya seleksi
diri karir dan seleksi diri
organisasional. Orang yang berhasil
menjadi pemimpin berkaitan erat
dengan orang yang pandai bergaul
dan mendorong dirinya untuk

memburu karir dimana mereka dapat


menajalankan kepemimpinannya,
terlepas dari jenis kelamin.
Akibatnya, lepas dari jenis kelamin,
mereka yang mencapai posisi
kepemimpinan formal dalam
organisasi cenderung untuk lebih
mirip daripada berbeda.
Berdasarkan jenis-jenis
orientasi diatas, maka yang paling
dapat dipengaruhi oleh peran gender
secara stereotip yang terdiri dari
feminim dan maskulin adalah gaya
kepemimpinan transformasional dan
transasksional.
Kepemimpinan transaksional
menekankan pada hasil kerja
dibanding proses. Pemberian
motivasi berupa imbalan kontingensi
(imbalan yang telah disetujui
sebelumnya antara pemimpin dan
karyawan), dan memberikan
pengawasan aktif ataupun pasif
(Manajemen Ekspasi). gaya
kepemimpinan tersebut lebih
mungkin dimiliki oleh laki-laki yang
identik dengan gender masukulin
yang cenderung memiliki sikap
sistematis, tegas, dan rasional.
Kepemimpinan
transformasional cenderung
mengandalkan kharisma,rangsangan
intelektual, pendekatan individual,
demokratis,dan pemberian motivasi
internal. Kemampuan-kemampuan
tersebut lebih mungkin dimiliki oleh
wanita yang identik dengan karakter
feminim. Tetapi, kecenderungan
wanita untuk memimpin lebih
demokratis dibandingkan pria
ternyata dapat menurun jika wanita
bekerja ditempat yang lebih
didominasi oleh kaum pria.
Tampaknya norma kelompok dan
stereotip jantan dari kepemimpinan

mengesampingkan prefensi pribadi


sehingga wanita meninggalkan gaya
feminin mereka dalam pekerjaan
tersebut dan bertindak lebih
otokratis.
Secara histories, laki-laki
menduduki mayoritas yang lebih
dominan dalam posisi pemimpin.
Maka ada godaan untuk
mengandaikan bahwa perbedaan
yang terdapat antara laki-laki dan
perempuan akan bermanfaat untuk
menguntungkan laki-laki. Ternyata
tidak. Dalam organisasi dewasa ini,
keluwesan, team-work, kepercayaan,
sedang menggeser struktur secara
ketat. Manajer yang baik dapat
mendegarkan, memotivasi, dan
memberi dukungan kepada
karyawannya. Dan banyak wanita
yang tampaknya dapat melakukan
hal tersebut lebih baik dibanding
pria. Gaya kepemimpinan yang
lazimnya digunakan oleh wanita
dapat membuat mereka lebih baik
dalam bermusyawarah, karena lebih
kecil kemungkinan mereka
memfokus pada
kemenangan,kekalahan, dan
persaingan seperti pria. Mereka
cenderung melakukan perundingan
dalam suatu konteks hubungan yang
berkelanjutan dengan berusaha keras
membuat pihak yang lain sebagai
pemenang di matanya sendiri dan
mata orang-orang lain. (Robbins,
2003)
Mc Allister dan Stephen
dalam Rosener, menjelaskan bahwa
(Dita et.al, 2004:223) :
1. Wanita lebih memungkinkan dari
pada pria untuk menggunakan
kepemimpinan transformasional
yang memotivasi dengan
mengorbankan kepentingan pribadi
untuk tujuan perusahaan.

2. Wanita lebih memungkinkan dari


pada pria menggunakan kekuatan
berdasarkan karisma, riwayat
pekerjaan dan koneksi (kekuatan
personal) sebagai kekuatan dalam
menghadapi posisi organisasional,
gelar, dan kemampuan memperoleh
penghargaan atau sanksi.
3. umumnya pria dan wanita
mendeskripsikan dirinya sendiri
sebagai gabungan dari campuran
sifat yang dianggap feminin (lebih
peka, lemah lembut, perasaan yang
halus, patuh, sentimental, penuh
pengertian, perasaan kasihan,
sensitif, mudah dipengaruhi).
Maskulin (bersifat dominan, agresif,
keras, tegas, otoriter, analistik,
kompetitif, tidak mudah dipengaruhi)
dan gender netral (mudah
beradaptasi, realistis, tulus, berhatihati, konvensional, dan dapat
diandalkan, mudah diprediksi,
sistematis, efisien).
4. Wanita yang mendeskripsikan
dirinya sendiri sebagai Feminin
atau gender netral dilaporkan
umumnya memiliki tingkat sebagai
pengikut atau bawahan dari pada
yang mendeskripsikan dirinya sendiri
sebagai maskulin.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan teori yang telah
dipaparkan diatas, gender sedikit
banyak dapat mempengaruhi gaya
kepemimpinan seorang manajer.
Walaupun pria dan wanita telah
memiliki kodrat alamiahnya masingmasing, tetapi tidak menutup
kemungkinan karakter-karakter yang
dimiliki akan mengalami pergeseran
melalui faktor-faktor sosial.
Dewasa ini, gender tidak lagi
menjadi faktor penghambat wanita

untuk menjadi seorang pemimpin.


Walaupun secara histories, pria lebih
mendominasi dalam posisi
pemimpin. tapi pada kenyataannya,
wanita memiliki kemampuan
memimpin yang sama hebatnya
dengan pria.
Sedangkan ditinjau dari teori
kepemimpinan transformasional dan
transaksional, berdasarkan pengaruh
gender secara stereotip yaitu jeminin
dan masukulin, wanita cenderung
lebih mungkin memiliki gaya
kepemimpinan transformasional
sedangkan pria lebih mungkin

memiliki gaya kepemimpinan


transaksional.

Daftar Pustaka

Herawati, L. (2007). Analisis Perbedaan Gaya Kepemimpinan


Berdasarkan Gender pada PT. PERSERO ANGKASA PURA I Cabang
Bandar Udara Adisujipto Yogyakarta. Skripsi, 50-80.
Khairunnisa, A. (2013). Pengaruh Gender Dan Gaya Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian
Pemasaran di PT. Agrodana Futures Bandung. Skripsi, 12-26.
Tanzil lu, E. (2013). Relevansi Gender terhadap Leadership Style dan
Penerapan Result Control di Fakultas Bisnis Program Studi S-1
Universitas 'X'. Jurnal Ilmiah, 5-15.

Anda mungkin juga menyukai