Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SURVEY MANAJEMEN RESIKO

DINAS KETAHANAN PANGAN


KABUPATEN MUSI BANYUASIN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Inspektorat Kabupaten
Musi Banyuasin dapat menyelenggarakan Survey Manajemen Risiko Tahun
2022. Survey Manajemen Risiko ini dilaksanakan sebagai dokumen
pendukung dalam penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) sesuai dengan Peraturan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor S Tahun 2021
Tentang Penilaian Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Terintegrasi pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
Tujuan Survey Manajemen Risiko adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat perkembangan penerapan manajemen risiko di Inspektorat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Selain itu juga melalui survey diharapkan
dapat mengetahui manfaat dan hambatan Inspektorat Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin dalam menerapkan manajemen risiko.
Survey Manajemen Risiko dilakukan untuk memastikan tercapainya
tujuan utama yaitu: meningkatkan kesempatan dalam memanfaatkan
peluang, meningkatkan perencanaan dan pencapaian kinerja , meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan serta meningkatkan akuntabilitas dan tata
kelola organisasi.
Kami ucapkan terima kasih atas segala dukungan dari berbagai pihak
baik internal maupun eksternal sehinggga survey manajemen risiko ini dapat
terselenggara dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan dari manajemen
risiko itu sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penilaian Risiko pada dasamya merupakan kegiatan untuk


mengidentifikasi kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi Pemerintah. Konsepsi ini menuntut adanya pra kondisi agar proses
identifikasi dan analisis risiko dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif
sesuai karakteristik Penilaian Risiko menurut PP 60 Tahun 2008 yaitu
adanya Desain Penyelenggaraan SPIP. Data awal kelemahan SPIP juga
perlu dianalisis sebelum melakukan penilaian risiko. Dalam hal ini risiko
berhubungan dengan pendekatan atau metodologi dalam menghadapi
ketidakpastian dalam bisnis. Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang
kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan.
Ketidakpastian ini bisa berupa ancaman, pengembangan strategi, dan
mitigasi risiko.
Manajemen Risiko Indeks (MRI) pada K/L/D adalah indeks yang
menggambarkan kualitas penerapan manajemen risiko di lingkup K/L/D yang
diperoleh dari perhitungan parameter penilaian pengelolaan risiko. Pada
model penilaian MRI, parameter penilaian dikelompokkan menjadi 8
(delapan) area dalam 3(tiga) komponen utama yaitu:
A. Perencanaan
Penilaian atas komponen perencanaan dilakukan untuk menilai kualitas
penetapan tujuan yang meliputi penilaian keselarasan, ketepatan indikator,
kelayakan target kinerja sasaran strategis, program dan kegiatan.
B. Kapabilitas
Penilaian atas komponen kapabilitas dilakukan terhadap area – area sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan
Penilaian merupakan komitmen, pendekatan dan dorongan pimpinan
K/L/D terkait penerapan menajemen resiko.
2. Kebijakan manajemen resiko
Kebijakan manajemen resiko merupakan panduan bagi Unit Pengelola
Resiko (UPR) dalam menerapkan manajemen resiko di lingkungan
pelayanan.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan dukungan dari sisi kesadaran,
kompetensi dan keterampilan terkait manajemen resiko;
4. Kemitraan
Kemitraan terkait dengan bagaiamana K/L/D mengelola resiko yang
berhubungan dengan mitra kerja;
5. Proses pengelolaan resiko
Proses pengelolaan resiko merupakan langkah yang dilakukan K/L/D
dalam pengelolaan resiko.
C. Hasil
Komponen hasil menggambarkan hasil pengelolaan resiko dan pencapaian
tujuan K/L/D. Penilaian atas komponen hasil terbagi kedalam 2 (dua) area,
sebagai bertikut :
1. Aktivitas penanganan resiko merupakan implementasi penanganan resiko
oleh K/L/D;
2. Outcome menunjukan kontribusi penerapan manajemen resiko pada
pencapaian tujuan K/L/D.

1.2. Dasar Hukum


Dasar hukum dalam melaksanakan survey manajemen resiko adalah
sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahu 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
2. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor : PER-1326/K/LB/2009 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
3. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penilaian Maturitas
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terintegrasi
pada Kementeraian/Lembaga/Pemerintah Daerah.
4. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 56 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pengelolaan Resiko di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Musi Banyuasin.

1.3. Tujuan Survey


Tujuan survey manajemen rseiko adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat perkembangan penerapan manajemen resiko di Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten Musi Banyuasin. Selain itu juga melalui survei diharapkan dapat
mengetahui manfaat dan hambatan Dinas Ketahanan Pangan dalam menerapkan
manajemen resiko.
Survey manajamen resiko dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan
utama yaitu meningkatkan kesempatan dalam memanfaatkan peluang,
meningkatkan perencanaan dan pencapaian kinerja, meningkatkan kialitas
pengambilan keputusan serta meningkatkan akuntabilitas dan tata kelolah
organisasi.

BAB II
HASIL SURVEY MANAJEMEN RESIKO

Pelaksanaan Survey Manajemen Resiko yang telah dilaksanakan oleh Dinas


Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin dengan hasil secara rinsi dapat
dijelaslkan sebagai berikut :

2.1. Pelaksanaan Survey Manajemen Resiko Dinas Ketahanan Pangan


Kabupaten Musi Banyuasin
Survey manajemen resiko secara online dilaksanakan secara internal pada
ASN Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin pada tanggal 1
Nopember s/d 10 Nopember 2022 yang diikuti oleh 32 Responden yaitu 53,1% laki –
laki dan 46,9% perem[uan, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 : Diagram Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Sementara itu responden berdasarkan kalisifikasi jabatan, terdapat dari kelas
jabatan structural sebesar 53,1% dan pelaksana sebesar 46,9% sedangkan dari
kelas jabatan fungsional tidak ada, seperti terlihat dalam diagram dibawah ini :

2.2. Penerapan Survey Manajemen Risiko


Berdasarkan hasil survey bahwa penerapan manajemen risiko di
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin yang menjawab
bahwa manajemen risiko telah dijalankan secara normal sebanyak 40,6%,
sudah ditur secara normal sebesar 31,3%, sudah di standarisasi mencapai
25%, sedangkan sisanya adalah sudah dilakukan secara intitutif hanya
3,1%.

.
Gambar 2.3 Diagram DKP Penerapan Manajemen Resiko

Terkait sejauh mana Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin


menerapkan manajemen resiko, mayoritas responden memberikan jawaban bahwa
manajemen resiko telah dijalakan secara normal dan sudah diatur secara normal
40,6%, dan sudah distandarisasi sebesar 15,6% sedangkan dilakukan secara intiutif
sebesar 3,1%. Sejauh mana Dinas Ketahanan Pangan Musi Banyuasin menerapkan
manajemen resiko dapat dicermati pada gambar dibawah ini :

Gambar.2.4. Penerapan Manajemen Resiko di Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi


Banyuasin
Berdasarkan survey dari responden manajemen resiko yang dapat dihadapi
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin yang perlu mendapat
perhatian adalah resiko hokum sebesar 28,1%, resiko kegagalan perencanaan SDM
21,9% , resiko reputasi sebesar 18,8% dan resiko kerjasama dengan pihak ketiga
serta resiko ketidakpastian kebijakan pemerintah sebesar 15,6%. Secara rinci resiko
yang dihadapi Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin berdasrkan
hasil survey dapat disajikan pada gambar 2.5 berikut ini.

Gambar.2.5. Resiko yang dihadapi Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin

Secara umum SNI ISO 31000 telah menjadi standar yang paling luas
digunakan di Indonesia pada saat ini terutama pada perusahaan – perusahaan dan
badan usaha lainnya. Demikian halnya jyga dengan hasil survey yang telah
dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin terhadap
kerangka kerja manajemen resiko yang digunakan. Sebanyak 43,8% menyatakan
bahwa yang dipakai adalah SNI ISO 31000, dan COSO serta Kombinasi sebesar
28,1%. Secara rinci hasil survey pada responden terkait kerangka manajemen resiko
di Dinas Ketahanan {angan Kabupaten Musi Banyuasin disajikan [ada gambar
dibawah ini.

Gambar.2.6. Kerangka Kerja Manajemen Resiko di Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten


Musi Banyuasin
2.3. Penanngung Jawab Manajemen Resiko
Menilik kebutuhan atas kepemimpinan yang kuat dalam menjalankan inisiatif
Manajemen Resiko, kapabilitas pemimpin juga menjadi hal krusial yang perlu
diperhatikan. Untuk mendapatkan proteksi resiko yang komprehensif, manajemen
resiko perlu dipimpin dari pimpinan instasi yang memiliki kapabilitas yang
dibutuhkan.
Manajemen resiko pada perusahaan mayoritas Direktur perusahaan
memegang tanggung jawab tertinggi manajemen resiko. Berdasarkan hasil survey
yang dilakukan peran Kepala Dinas menjadi sangat penting dan semuanya memilih
sebesar 100 %, berkiut dapat disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar.2.7. Pemilik Tanggung Jawab Tertinggi Proses Manajemen Resiko DInas


Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin

Sebagai pemegang tanggung jawab tertinggi Manajemen Resiko, seseorang


perlu memiliki kapabilitas tertentu. Komponen ini berusaha melihat kapabilitas apa
saja yang dinilai perlu dimiliki agar seorang pemimpin resiko dapat menjalankan
tugasnya degan baik. Berdasarkan survey, kemampuan mengelolah perubahan
menjadi hal yang paling banyak dipilih yaitu sebesar 43,8%. Selain itu juga
kepemimpinan sebesar 25 % serta Analisis Strategis sebesar 21,9% sedangkan
kemapuan memecahkan masalah dan komunikasi sebesar 6,3% dan 3,1%. Seperti
terlihat dalam gambar berikut ini.

Gambar.2.8. Keahlian yang harus ada bagi pemilik tanggung jawab tertinggi proses
manajemen resiko
2.4. Manfaat Manajemen Resiko

Manfaat Manajemen Resiko bagi suatu instansi seringkali menjadi


perdebatan dalam instansi tersebut. Tanpa alat ukur keberhasilan yang tepat,
keuntungan dari inisiatif manajemen resiko selalu menjadi pro-kontra manajemen,
terutama mempertimbangkan usaha dan hambatan yang perlu dilalui instansi untuk
menerapkan Manjemen Resiko yang efisien dan efektif.
Hasil survey menunjukan bahwa efesiensi penggunaan sumber daya adalah
paling utama yang bermanfaat bagi proses manajemen resiko yaitu 40,6% , selain itu
peningkatan kualitas pelayanan sebesar 31,3% dan kinerja keuangan secara
keseluruhan sebesar 25% dan peningkatan kinerja pegawai sebesar 3,1% secara
kesleuruhan tidak dapat dikesampingkan.

Gambar.2.9. Manfaar dari Proses Manajemen Resiko pada Dinas Ketahanan Pangan

2.5. Hambatan Manajemen Resiko

Hambatan yang dimaksud adalah factor – factor yang dapat menghambat


imlementasi manajemen resiko dalam suatu instansi. Hasil survey menunjukan
bahwa ada beberapa factor yang dapat menghambat implementasi manajemen
resiko yaitu :
- Implementasi Manajemen Resiko sebesar 37,5%
- Menanamkan manajemen resiko terintegarsi sebesar 28,1%
- Perlu kepemimpinan yang kuat sebesar 28,1%
- Sulit mendapatkan data yang tepat sebesar 3,11%
- Sulit mengintegrasikan manajemen resiko sebesar 3,11%
Gambar.2.10. Hambatan dalam implementasi manajemen resiko

2.6. Pendidikan dan Pelatihan


Setelah mengetahui tingkat kematangan pembentujan kapabilitas manajemen resiko,
survey ini juga menilik jenis pelatihan yang dianggap paling efektif untuk
meningkatkan kapabilitas manajemen resiko. Mayoritas responden menginginkan
pelatihan manajemen resiko diberikan secara insidentil 50%, tetapi responden
memilih tidak ada pelatihan mengenai manajemen resiko sebanyak 43,8 % itu
menandakan bahwa masih belum adanya pelatihan yang diikuti oleh responden
tentang manajemen resiko yang akan menjadi masukan serta acuan untuk
pelaksanaa kedepannya.

Gambar.2.11. Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan dalam Implementasi Manajemen


Resiko

Dengan distribusi yang cukup serupa, ada beberapa perbedaan preferensi


jenis pelatihan di setiap tingkat kematangan, 50 % responden memilih meningkatkan
pelatihan dalam bentuk pendekatan diskusi, 34,4 % menginginkan simulasi dan/atau
demonstrasi dalam peningkatan manajemn resiko ini, sedangkan 12,5 % meimilih
pnedekatan pelatihan konvensional, berikut ini jenis pelatihan yang diinginkan dalam
mengefektifkan peningkatan manajemen resiko Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten
Musi Banyuasin.

Gambar.2.12. Jenis Pendidikan dan Pelatihan yang dibutuhkan dalam Implementasi


Manajamen Resiko

2.7. Analisa Pemahaman Responden


Berdasrakan hasil survey terhadap pertanyaan – pertanyaan terkait
pemahaman atas penerapan Manajemen Resiko di Dinas Ketahanan pangan
Kabupaten Musi Banyuasin dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Atas Pertanyaan sejauh mana Dinas Ketahanan Pangan menerapkan


manajemen resiko, didapat hasil sebagai berikut :
Uraian Keterangan
a. Sudah dijalakan secara normal 40,6%
b. sudah diatur secara normal 40,6%
c. sudah distandarisasi 15,6%
d. sudah dilakukan secara intiutif 3,1%
Total (a+b+c+d) 100 %

2. Atas pertanyaan Kerangka Manajeemn Resiko apa yang digunakan Dinas


Ketahanan Pangan, didapat hasil sebagai berikut :
Uraian Keterangan
a. SNI ISO 31000 43,8%
b. COSO 28,1%
c. Kombinasi 28,1%
Total (a+b+c) 100 %
3. Atas pertanyaan siapa yang mempunyai tanggung jawab tertinggi dalam proses
manajamen resiko Dinas Ketahana Pangan, didapat hasil :
Kepala Dinas 100%

4. Atas pertanyaan keahlian apa yang harus dimiliki oleh penanggung jawab
manajemen resiko tertinggi di Dinas Ketahanan Pangan, didapat hasil :
Uraian Keterangan
a. kemampuan mengelolah 43,8%
perubahan
b. kepemimpinan 25%
c. Analisis Strategis 21,9%
d. Kemampuan memecahkan 6,3%
masalah
Total (a+b+c+d) 96,9%

5. Atas pertanyaan apa saja yang menurut anda menjadi manfaat dari adanya
proses manajemen resiko, didapat hasil :
Uraian Keterangan
a. Efesiensi Penggunaan Sumber 40,6%
Daya
b. Peningkatan kualitas pelayanan 31,3%
c. Peningkatan kinerja keuangan 25 %%
secara keseluruhan
Total (a+b+c) 96,9%

6. Berdasarkan hasil dari poin 1 s/d 5 maka diambil rata – rata persentase
pemahaman responden terhadap Manajemen Resiko yaitu sebagai berikut :
Uraian Nilai
Poin 1 100 %
Poin 2 100 %
Poin 3 100 %
Poin 4 96,9 %
Poin 5 96,9 %
Total 493,8 %
Rata - Rata 98,76%
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

1. Manajemen Resiko Indeks (MRI) pada K/L/D adalah indeks yang


menggambarkan kualitas penerapan manajemen resiko di lingkup K/L/D yang
diperoleh dari perhitungan parameter penilaian pengelolaan resiko.
2. Manajemen resiko indeks (MRI) adalah salah satu dari 4(empat) unsur dalam
penilaian maturitas penyelenggaraan system pengendalian intrern
pemerintah.
3. Tujuan survey manajemen resiko adalah untuk mengetahui sejauhmana
tingkat perkembangan penerapan manajemen resiko di Dinas Ketahanan
Pangan Kab Muba. Selain itu juga melalui survey dharapkan dapat
mengetahui manfaat dan hambatan Dinas Ketahanan Pangan dalam
menerapkan manajemen resiko.
4. Hasil survey menunjukan bahwa :
a. 98,76 % pegawai di Dinas Ketahanan Pangan yang mengikuti survey
sudah paham mengenai penerapan manajemen resiko, kerangka
manajemen resiko, pemilik tanggung jawab tertinggi manajemen resiko
dan manfaat dari manajemen resiko.
b. Resiko terbesar yang dihadapai Dinas Ketahanan Pangan adalah Resiko
Hukum
c. Hambatan terbesar dalam penerapan manajemen resiko adalah
Implementasi Manajemen Resiko.
d. Pendidkan dan pelatihan merupakan strategi pengembangan SDM.
5. Survey manajemen resiko dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan
utama yaitu, meningkatkan kesempatan dalam memanfaatkan peluang,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan serta meningkatkan
akuntabilitas dan tata kelolah organisasi.

3.2. Saran

1. Menilik kebutuhan atas kepemimpinan yang kuat dalam menjalakan inisiatif


manajemen resiko, kapabilitas pemimpin juga menjadi hal krusial yang perlu
diperhatikan. Untuk mendapatkan proteksi resiko yang komprehensif,
manajemen resiko perlu dipimpin oleh pimpinan instansi yang memiliki
kapabilitas yang dibutuhkan secara mumpuni.
2. Setelah mengetahui tingkat kematangan pembentukan kapabilitas manajemen
resiko, instansi perlu melakukan berbagai jenis pelatihan dan yang dianggap
paling efektif untuk meningkatkan kapabilitas manajemen resiko di Dinas
Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin adalah pelatihan manajemen
resiko dalam bentuk simulasi dan demontrasi.

Anda mungkin juga menyukai