Anda di halaman 1dari 56

RENCANA AKSI PENINGKATAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RESIKO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA

Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester

Genap Governance, Risk, and Compliance

Oleh:
V. Giovani Febrian 242221074
Adeantiko Riza Fabiunca 242221073
Kelas E2M – Manajemen Risiko

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS S2 MAGISTER
MANAJEMEN
2023
BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, kegiatan


statistik bertujuan untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat dan mutakhir dalam
rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien guna
mendukung pembangunan nasional. Untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat
dan mutakhir, Badan Pusat Statistik selaku instansi yang menyelenggarakan urusan di bidang
statistik melakukan berbagai upaya. Seluruh upaya diarahkan mencapai visi menjadi
Penyedia Data Berkualitas Untuk Indonesia Maju.
BPS Provinsi Sulawesi Utara menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan. Risiko
tersebut dapat berupa tantangan dan ancaman yang dapatmemperlambat, merintangi bahkan
menggagalkan pencapaian tujuan. Untuk itu peril dilakukan adanya manajemen risiko untuk
dapat mengelola risiko dengan baik sekaligus dapat mencapai tujuan dengan lebih efektif dan
efisien.

1.1. TANTANGAN
Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategisya dan
pentingnya manajemen resiko BPS Provinsi Sulawesi Utara:
1. Mengintegrasikan manajemen risiko pada proses bisnis BPS. Hal ini merupakan
tantangan terbesar karena membutuhkan komitmen dari kepala untuk membuat
kebijakan yang mengatur.
2. Menciptakan lini pertahanan kedua yaitu Unit Pengendali Risiko (UPR). Diperlukan
komitmen dan proses yang tidak mudah dalam membuat unit kerja baru, karena
artinya harus merombak struktur organisasi.
3. Kompleksitas risiko. dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi maka
perkembangan tersebut secara tidak langsung juga akan membawa risiko tambahan
bagi BPS. Kompleksitas risiko tersebut jika tidak diidentifikasi dari sekarang akan
menjadi “bom waktu” bagi BPS sehingga akan menghambat kinerja serta pencapaian
tujuan BPS.
4. Menanamkan budaya sadar risiko secara menyeluruh dan kuat. Diperlukan sosialisasi
yang menyeluruh dan peraturan yang mengikat agar budaya sadar risiko dimiliki oleh
seluruh insan BPS.
5. Resistansi pegawai. Sebagai sebuah “barang baru” di BPS, penerapan manajemen
risiko di BPS tentunya menimbulkan penolakan dari pegawai BPS, terutama bagi
mereka yang selama ini telah menempati “zona nyaman” mereka. Tidak jarang
resistensi itu muncul karena manajemen risiko dianggap sebagai beban baru bagi
mereka. Dan lebih jauh lagi pada akhirnya manajemen risiko dilaksanakan untuk
menggugurkan kewajiban saja tanpa memperhatikan esensinya.
6. Suksesi Kepemimpinan. Komitmen pimpinan menjadi hal yang utama sebagai “roh”
penerapan manajemen risiko di BPS. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa keterbatasan anggaran, tidak adanya legalitas MR, tumpang tindih struktur MR
adalah masalah-masalah yang timbul dari komitmen pimpinan yang masih rendah.
Memilih pimpinan BPS di masa depan/suksesi kepemimpinan menjadi tantangan bagi
BPS. Jangan sampai pimpinan BPS kedepan merupakan sosok pemimpin yang tidak
memiliki komitmen terhadap penerapan manajemen risiko. Komitmen pimpinan
memang bukan satu-satunya kunci untuk implementasi manajemen risiko yang baik,
namun tanpa komitmen pimpinan segala manfaat manajemen risiko terlihat hanya
sebagai “negeri utopia” saja.

1.2. REGULASI
Penerapan manajemen risiko merupakan kewajiban bagi setiap organisasi pemerintah
termasuk BPS. Menurut pasal 13 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008,
pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Uraian selanjutnya dalam
PP tersebut mengenai risiko menggambarkan pentingnya pengelolaan risiko secara
komprehensif sehingga perlu dilakukan manajemen risiko. Dengan demikian manajemen
risiko yang akan diterapkan di BPS merupakan bagian integral dari penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tersebut.
BPS sesungguhnya telah menginisiasi penerapan manajemen risiko misalnya dengan
membuat aplikasi pengelolaan risiko di tingkat operasional seperti e-SPIP dan penerapan
pengelolaan risiko pada kegiatan Sensus Penduduk Tahun 2020. Akan tetapi kegiatan
tersebut dilakukan secara parsial dan belum diatur dalam kebijakan yang lebih
menyeluruh di BPS. Oleh karena itu perlu pengaturan penerapan manajemen risiko yang
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengefektifkan pengelolaan risiko di Badan
Pusat Statistik.
BAB II GAMBARAN TERIKINI IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO

Bab ini menjelaskan gambaran terkini penerapan manajemen resiko yang telah
dilakukan oleh BPS Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan kriteria dalam Manajemen Resiko
Indeks (MRI). Gambaran penerapan manajemen risiko yang didasarkan pada penilaian
mandiri akan dijelaskan berikutnya.

2.1. PROSES (METODE) PENILAIAN MANDIRI


A. Tahap Persiapan, terdiri dari :
 Penetapan Tim : BPS Provinsi Sulawesi menetapkan Tim Penilaian Mandiri (PM) dan
Tim Penjamin Kualitas (PK). Masing-masing tim terdiri dari 3 anggota yaitu 1 ketua tim
dan 2. Ketua tim harus memiliki pemahaman atas proses bisnis satker mulai dari
perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban, serta pernah mengikuti bimbingan
teknis atau pelatihan tentang manajemen risiko. Minimal 1 orang anggota di masing-
masing tim harus memiliki pengetahuan tentang manajemen risiko.
 Penetapan tugas tim, antara lain :
a. Tim PM dan tim PK bersama-sama bertugas membuat rencana penilaian,
menentukan aspek yang dinilai, dan menentukan metode penilaian.
b. Tim PM bertugas menyusun kertas kerja penilaian mandiri manajemen risiko,
melakukan sosialisasi manajemen risiko, serta melakukan evaluasi kertas kerja pada
seluruh satker.
c. Tim PK bertugas menentukan satker yang menjadi sampel penilaian, menyusun
kuesioner PK, melakukan penilaian pada satker terpilih, serta membuat rekomendasi
perbaikan proses manajemen risiko.
 Perencanaan penilaian, terdiri dari jadwal sosialisasi, penilaian mandiri, serta penjaminan
kualitas.
 Penentuan aspek manajemen risiko yang dinilai, beserta bobot dan interval skornya
dengan mengikuti standar penilaian tingkat maturitas Manajemen Risiko Indeks (MRI)
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan parameter penilaian yang
dibagi dalam 3 komponen dan 8 area sebagai berikut :
i. Perencanaan
a. Kualitas Perencanaan, dimana penilaian atas komponen perencanaan
dilakukan untuk menilai kualitas penetapan tujuan yang meliputi penilaian
keselarasan, ketepatan indikator, kelayakan target kinerja sasaran strategis,
program, dan kegiatan. Bobot komponen ini 40 persen.
ii. Kapabilitas
a. Kepemimpinan, merupakan komitmen, pendekatan, dan dorongan pimpinan
K/L/D terkait penerapan manajemen risiko. Bobot area ini 5 persen.
b. Kebijakan manajemen risiko, merupakan panduan bagi Unit Pengelola Risiko
(UPR) dalam menerapkan manajemen risiko di lingkungan kerjanya. Bobot
area ini 5 persen.
c. Sumber daya manusia (SDM), merupakan dukungan dari sisi kesadaran,
kompetensi, dan keterampilan terkait manajemen risiko. Bobot area ini 5
persen.
d. Kemitraan, terkait dengan bagaimana K/L/D mengelola risiko yang
berhubungan dengan mitra kerja. Bobot area ini 2,5 persen.
e. Proses pengelolaan risiko, merupakan langkah yang dilakukan K/L/D dalam
pengelolaan risiko. Bobot area ini 12,5 persen.
iii. Hasil
a. Aktivitas penanganan risiko, merupakan implementasi penanganan risiko oleh
K/L/D. Bobot area ini 18,75 persen.
b. Outcome, menunjukkan kontribusi penerapan manajemen risiko pada
pencapaian tujuan K/L/D. Bobot area ini 11,25 persen.
Parameter-parameter tersebut dinilai dalam skala 5 dengan interval sebagai berikut :
Kematangan/Maturitas Interval Nilai
Optimized / ERM 4,50-5,00
Managed 4,00-4,49
Defined 3,00-3,99
Repeatable / Initial 2,00-2,99
Ad Hoc 0,00-1,99
Tabel 2.1.1. Interval Kematangan Manajemen Risiko
 Penentuan metode penilaian, antara lain
- Seluruh satker melakukan PM dengan mengisi Kertas Kerja yang disusun oleh tim
PM.
- Tim PK melakukan penilaian pada satker terpilih dengan metode wawancara dan
observasi menggunakan kuesioner yang disusun oleh tim PK.
B. Tahap Pelaksanaan, terdiri dari :
 Sosialisasi : Pada tahap ini tim PM melakukan sosialisasi manajemen risiko dan
penilaian mandiri ke seluruh satker di bawah Provinsi Sulawesi Utara. Sosialisasi
dilakukan dalam waktu satu bulan. Setiap satker diinstruksikan untuk melakukan atau
meningkatkan proses manajemen risiko di lingkungan kerjanya masing-masing.
 Penilaian Mandiri (PM) : PM dilakukan 6 bulan setelah sosialisasi dimana seluruh satker
mengisi kertas kerja yang telah disusun oleh tim PM. Kertas kerja kemudian dikirim dan
dikumpulkan tim PM untuk dievaluasi ketepatan dan kelengkapan pengisian. Hasil
evaluasi kemudian dikirim ke tim PK.
 Penjaminan Kualitas (PM) : PK dilakukan 1 bulan setelah pengumpulan kertas kerja.
Pada tahap ini tim PK memilih 3 satker untuk dilakukan penjaminan kualitas. Pemilihan
dilakukan berdasarkan evaluasi kertas kerja serta besarnya likelihood dan dampak dari
risiko. PK dilakukan menggunakan metode wawancara dan observasi langsung pada
satker sampel yang dituangkan pada kuesioner PK.
C. Tahap Pelaporan, dilakukan 1 minggu setelah pelaksanaan PK. Hasil PK kemudian
dipaparkan dalam suatu rapat evaluasi pada seluruh satker beserta dengan rekomendasi
perbaikannya oleh tim PK.
D. Tahap Pemantauan, dilakukan dengan cara pengumpulan dokumen manajemen risiko dari
seluruh satker secara berkala. Pada tahap ini dilakukan pemantauan pada penerapan
perbaikan dan peningkatan manajemen risiko di seluruh satker.

2.2. HASIL PENILAIAN MANDIRI


1. Kualitas Perencanaan
Kualitas Perencanaan BPS Provinsi Sulawesi Utara:
 Sasaran strategis yang tepat dan telah dilengkapi dengan indikator kinerja dan
target kinerja yang tepat
Hasil Penilaian : Ya, BPS Provinsi Sulawesi Utara telah memiliki Renstra, namun
belum ada risk based budgeting.
Skor : 3
 Strategi pencapaian sasaran strategis yang berkualitas (selaras dan mampu
mewujudkan sasaran strategis unit organisasi yang anda pilih dan institusi secara
nasional) dan telah dilengkapi dengan indikator kinerja dan target kinerja yang
tepat.
Hasil Penilaian : Ya, BPS Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun IKU, PK, dan
Laporan Kinerja.
Skor : 3
2. Kepemimpinan
Apakah pimpinan pada BPS Provinsi Sulawesi Utara:
 Mengambil peran utama dalam penilaian risiko dan memberikan arahan yang
jelas?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara belum memberikan arahan
yang jelas terkait penilaian risiko, hanya secara umum.
Skor : 2
 Menetapkan kriteria/pengukuran selera/toleransi resiko bagi unitnya untuk
mengambil risiko?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara belum menetapkan
kriteria/pengukuran selera/toleransi risiko.
Skor : 1
 Mendukung inovasi dan karenanya pengambilan resiko untuk peningkatan kinerja
organisasi?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara sangat memotivasi
jajarannya untuk terus berinovasi demi perbaikan kinerja.
Skor : 3
 Menetapkan akuntabilitas yang jelas untuk pengelolaan risiko?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara belum menetapkan
akuntabilitas yang secara spesifik pada pengelolaan risiko.
Skor : 1
 Mendorong peningkatan implementasi manajemen risiko pada unitnya secara
berkelanjutan?
Hasil Penilaian : Belum ada dorongan dari Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara
yang secara spesifik pada peningkatan implementasi manajemen risiko secara
berkelanjutan.
Skor : 1
 Mengalokasikan sumber daya untuk penerapan manajemen risiko?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara sudah menentukan person
in charge (PIC) pengendalian risiko dari masing-masing bidang dan satker,
namun belum mengalokasikan anggaran secara khusus untuk penerapan
manajemen risiko.
Skor : 2
 Menggunakan informasi terkait risiko dalam pengambilan keputusan?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara dalam pengambilan
keputusan selalu mempertimbangkan pendapat dari PIC pengendalian risiko.
Skor : 2
 Mendorong penerapan manajemen risiko, melalui Penggunaan kinerja penerapan
manajemen risiko sebagai indikator penilaian kinerja?
Hasil Penilaian : Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara belum mendorong
penerapan manajemen risiko, melalui Penggunaan kinerja penerapan manajemen
risiko sebagai indikator penilaian kinerja.
Skor : 3
3. Kebijakan Manajemen Resiko (Strategi, struktur dan pedoman
MR) Apakah BPS Provinsi Sulawesi Utara memiliki:
 Struktur manajemen resiko.
Hasil Penilaian : Sudah ada draft struktur organisasi manajemen risiko dari BPS
RI namun belum dirilis secara resmi dan belum disosialisasikan ke seluruh
satker. Skor : 2
 Pedoman manajemen resiko.
Hasil Penilaian : Sudah ada draft pedoman manajemen risiko dari BPS RI namun
belum dirilis secara resmi dan belum disosialisasikan ke seluruh satker.
Skor : 2
 Sistim Informasi Manajemen Resiko.
Hasil Penilaian : Belum ada sistem informasi manajemen risiko
Skor : 1
 Strategi penerapan manajemen resiko.
Hasil Penilaian : Ya, strategi manajemen risiko masih dilakukan secara silo,
artinya ditentukan oleh PIC pengendalian risiko dari masing-masing
bidang. Skor : 2
4. Sumber Daya Manusia
Apakah pegawai pada BPS Provinsi Sulawesi Utara:
 Telah mendapatkan fasilitas untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan
terkait manajemen risiko.
Hasil Penilaian : Ya, beberapa pegawai diikutkan bimtek manajemen risiko, dan
ada pemberian tugas belajar S2 Manajemen Risiko
Skor : 3
 Memiliki kesadaran terkait manajemen risiko.
Hasil Penilaian : Belum, tapi beberapa yang telah mengikuti bimtek manajemen
risiko senantiasa menghimbau pentingnya manajemen risiko.
Skor : 2
 Mendapatkan apresiasi/reward atas pengelolaan resiko yang berhasil
meningkatkan kinerja organisasi.
Hasil Penilaian : Belum
Skor : 1
 Tidak mendapatkan hukuman atas kegagalan pengambilan risiko dalam
berinovasi yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Hasil Penilaian : Belum
Skor : 1
5. Kemitraan
Apakah ada mekanisme yang tepat untuk:
 Mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko (termasuk implikasi dari transfer
risiko) dengan organisasi/instansi lain yang menjadi mitra BPS Provinsi Sulawesi
Utara.
Hasil Penilaian : Belum ada mekanisme pengelolaan risiko yang berkaitan dengan
kemitraan
Skor : 1
 Monitoring dan evaluasi atas resiko yang terkait dengan mitra (termasuk
implikasi dari transfer risiko).
Hasil Penilaian : Belum ada mekanisme monitoring dan evaluasi atas risiko
yang berkaitan dengan kemitraan
Skor : 1
6. Proses Manajemen Resiko
 Risiko telah teridentifikasi dan dituangkan dalam register risiko
Hasil Penilaian : Ya, untuk kegiatan tertentu seperti SP2020 LF dan Regsosek
telah dilakukan penyusunan risk register, namun belum terintegrasi pada proses
bisnis organisasi.
Skor : 2
 Proses manajemen risiko telah melekat pada proses bisnis unit organisasi
Hasil Penilaian : Manajemen Risiko belum terintegrasi pada proses bisnis BPS.
Skor : 1
 Seluruh risiko telah dianalisis dampak dan tingkat keterjadiannya
Hasil Penilaian : Ya, untuk kegiatan tertentu seperti SP2020 LF dan Regsosek.
Skor : 2
 Telah menentukan prioritas risiko
Hasil Penilaian : Ya, untuk kegiatan tertentu seperti SP2020 LF dan Regsosek
Skor : 2
 Proses manajemen risiko telah
direview Hasil Penilaian : Belum
pernah direviu Skor : 1
 Terdapat review independen terhadap proses manajemen
risiko Hasil Penilaian : Belum pernah direviu
Skor : 1
7. Aktivitas Penanganan Resiko
 Telah menentukan rencana tindak pengendalian
Hasil Penilaian : Ya, ada rencana tindak pengendalian, namun hanya untuk
kegiatan tertentu.
Skor : 2
 Register risiko dan rencana tindak pengendalian telah dikomunikasikan ke
pihak terkait
Hasil Penilaian : Belum, pengelola risiko pada tingkat paling bawah belum
mendapat informasi terkait tindak pengendalian
Skor : 1
 Strategi dan kebijakan manajemen risiko telah dikomunikasikan
Hasil Penilaian : Ya, dengan menetapkan PIC pada masing-masing satker.
Skor : 2
 Tindak pengendalian telah diimplementasikan
Hasil Penilaian : Belum, hanya untuk bukti pelaporan pada BPS RI.
Skor : 1
 Pimpinan telah membangun sistem pengaduan
Hasil Penilaian : Belum ada sistem pengaduan yang resmi, hanya melalui
jalur informal.
Skor : 2
 Pemantauan/monitoring terhadap risiko telah dilakukan
Hasil Penilaian : Belum ada pemantauan terhadap
risiko Skor : 1
8. Outcomes
 Apakah tindak pengendalian telah efektif menurunkan risiko?
Hasil Penilaian : Cukup mengurangi dampak risiko, namun belum
optimal. Skor : 2
 Apakah implementasi manajemen resiko telah efektif meningkatkan kinerja
organisasi (pengukuran disesuaikan dengan IKU unit organisasi yang anda
pilih) Hasil Penilaian : Cukup meningkatkan kinerja, namun belum optimal.
Skor : 2
Komponen Area Rata-rata Bobot Skor Akhir
Skor
Perencanaan Kualitas Perencanaan 3 40% 1,2
Kapabilitas Kepemimpinan 1,875 5% 0,09375
Kebijakan manajemen risiko 1,75 5% 0,0875
SDM 1,75 5% 0,0875
Kemitraan 1 2,5% 0,025
Proses manajemen risiko 1,5 12,5% 0,1875
Hasil Aktivitas penanganan risiko 1,5 18,75% 0,28125
Outcomes 2 11,25% 0,225
Hasil Pengukuran 2,1875
Tabel 2.2.1. Hasil Penilaian Mandiri Maturitas MRI BPS Provinsi Sulawesi Utara

Dari penilaian terhadap 8 parameter di atas maka setelah dilakukan pembobotan


seperti pada tabel 2.2.1, didapatkan skor penilaian mandiri MRI BPS Provinsi Sulawesi Utara
sebesar 2,1875, yang artinya tingkat maturitas BPS Provinsi Sulawesi Utara berada pada
tingkat Repeatable/Initial. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa BPS Provinsi Sulawesi
Utara masih menggunakan pendekatan manajemen risiko yang silo.
BAB III AGENDA DAN RENCANA AKSI IMPLEMENTASI MANAJEMEN
RESIKO

Bab ini menjelaskan usulan tentang agenda (target) dan rencana aksi peningkatan penerapan manajemen resiko pada BPS Provinsi
Sulawesi Utara. Rencana aksi dilakukan berdasarkan kriteria dalam Manajemen Resiko Indeks (MRI). Uraian agenda (target) dan rencana aksi
peningkatan penerapan manajemen resiko disusun berdasakan item-item MRI sebagai berikut:

Output yang Diharapkan Periode Ukuran Keberhasilan


Item MRI Rencana Aksi
(Target) Penyelesaian
Penerjemahan visi dan Juknis tata cara cascading dan 2024 Penerapan petunjuk
misi secara Berjenjang penyusunan indikator kinerja teknis cascading kinerja
sampai jabatan terendah yang standar sudah
berdasarkan lingkup dilakukan dengan benar
tugas dan fungsinya
Integrasi Manajemen Terintegrasi atau terimplementasinya 2024 Adanya integrasi
Kualitas Perencanaan
Risiko pada proses Bisnis Manajemen Risiko pada proses bisnis manajemen risiko yang
BPS (GSBPM) BPS yaitu Generic Statistical Business holistic pada 8 bagian
Process Model (GSBPM) Generic Statistical
Business Process Model
(GSBPM)
Internalisasi Renstra, Informasi Renstra, IKU, Dan PK BPS 2024 Terlaksananya
IKU, dan PK yang terinternalisasi dengan baik internalisasi Renstra,
kepada seluruh pegawai BPS IKU, dan PK BPS kepada
seluruh pegawai di
masing-masing satker.
Risk Based Budgeting Terlaksananya proses penganggaran 2025 Pelaksanaan perencanaan
yang didasarkan kepada risk based anggaran di biro bina
budgeting program dengan
mengadaptasi proses risk
based budgeting
Diklat kepemimpinan Terlaksananya Pendidikan dan pelatihan 2024-2026 seluruh Kepala BPS dan
dengan fokus kepemimpinan dengan Governance, Kasubbag Umum telah
Kepemimpinan
Governance, Risk, and Risk, and Compliance sebagai mengikuti diklat
Compliance fokusnya. kepemimpinan GRC
Penyusunan regulasi Tersedianya regulasi yang 2023 Adanya peraturan kepala
Manajemen Risiko BPS memayungi seluruh kegiatan BPS tentang pelaksanaan
Kebijakan Manajemen
manajemen risiko di BPS secara Manajemen Risiko di
Resiko
holistik lingkungan Badan Pusat
Statistik
Penyusunan kebijakan Pedoman teknis MR internal unit kerja 2023 Petunjuk teknis
internal Mengenai MR manajemen risiko

Penyempurnaan proses Pedoman pelaksanaan dan teknis MR 2024 Tersedianya buku


bisnis Manajemen risiko (Peraturan Kepala/Perban) panduan MR terbaru
(MR) yang mengakomodir risk
register terbaru.
Pembentukan struktur Struktur MR di setiap unit dan satuan 2024 Terbentuknya struktur
MR kerja Eselon 3 Kab/Kota serta Satuan Tugas
(Satgas) MR di seluruh
satuan kerja
Pembentukan Indeks Terbentuknya Indeks Budaya Risiko 2025 Indeks Budaya Risiko
Budaya Risiko
Peningkatan kompetensi Tercapainya kompetensi pegawai 2024-2025 Pelaksanaan diklat MR
Manajemen Risiko tentang manajemen risiko bagi pegawai (diluar
pegawai kepala dan kasubbag
umum) untuk masing-
Sumber Daya Manusia
masing satker.
Internalisasi Manajemen Terlaksananya internalisasi dan 2024 Pelaksanaan sosialisasi
Risiko sosialisasi di setiap satker guna dan internalisasi
menumbuhkan budaya risiko. manajemen risiko di
setiap satker yang
dilaksanakan setiap
semester.
Reward bagi satker yang Terbentuknya metode pengukuran 2025 Pemberian reward atas
telah melakukan untuk menilai satker dalam mengelola satker yang mengelola
pengelolaan risiko risikonya. risiko dengan baik
dengan baik
Identifikasi risiko yang Terlaksananya identifikasi terhadap 2024 Daftar pihak
terkait dengan transfer risiko-risiko yang membutuhkan ketiga/kemitraan yang
risiko penanganan seperti transfer risiko berhubungan dengan
risiko
Kemitraan
Evaluasi transfer risiko Terlaksananya evaluasi terhadap Laporan Evaluasi
pelaksanaan transfer risiko. apakah Transfer Risiko/pihak
transfer risiko pihak lain sudah efektif ketiga
atau belum.
Pembentukan Unit Terbentuknya Unit Kepatuhan 2024 SK tim Unit Kepatuhan
Kepatuhan Internal di Internal di BPS Provinsi Internal
Proses Manajemen BPS Provinsi sebagai
Resiko bagian dari Pengelolaan
risiko
Pembentukan Unit Terbentuknya Unit Pengendalian 2024 SK tim Unit
Pengendalian Risiko Risiko (UPR) Pengendalian Risiko
(UPR) sebagai bagian
dari proses pengelolaan
risiko.
Implementasi MR di Register Risiko dan Peta Risiko 2024 Tersedianya risk register
setiap satuan kerja serta peta risiko untuk
masing-masing satuan
kerja
Pembuatan Laporan Tersedianya laporan tahunan mengenai 2025 Laporan tahunan
tahunan manajemen manajemen risiko mulai dari penetapan penetapan konteks dan
risiko konteks sampai penilaian risiko penilaian risiko
Pembuatan Laporan Tersedianya laporan tahunan 2025 Laporan tahunan
tahunan manajemen mengenai penanganan risiko penanganan risiko
risiko
Internalisasi laporan Terlaksananya internalisasi mengenai 2025 Pelaksanaan rapat guna
Aktivitas Penanganan
penanganan risiko tindak penganan risiko yang telah menyampaikan Tindakan
Resiko
dilakukan kepada seluruh pegawai penanganan risiko kepada
semua pegawai
Evaluasi IKU Terlaksananya evaluasi terhadap 2025 Rapat evaluasi IKU bagi
IKU yang telah ditetapkan semua pegawai,
identifikasi atas tercapai
atau tidaknya suatu IKU
Evaluasi Manajemen Terlaksananya evaluasi terhadap 2025 Rapat evaluasi
Outcomes
Risiko pelaksanaan manajemen risiko mulai manajemen risiko.
dari penetapan konteks, penilaian risiko apakah penerapan risiko
dan penanganan risiko yang dilakukan efektif
membantu pencapaian
IKU
Tabel 3.1.1. Agenda dan Rencana Aksi Manajemen Risiko
BAB IV MONITORING DAN
EVALUASI

Bab ini menjelaskan usulan program monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan
pada BPS Provinsi Sulawesi utara untuk memastikan tercapainya agenda dan rencana aksi
peningkatan penerapan manajemen resiko pada Bab 3. Uraian ini dilengkapi dengan
tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi oleh BPS Provinsi Sulawesi Utara dalam
pelaksanaan agenda dan rencana aksi tersebut.

IV.1. PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah penerapan penanganan
risiko. Sedangkan evaluasi akan dilaksanakan secara berkala sebagai akhir proses manajemen
risiko. Kedua kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan karena memiliki beberapa manfaat,
antara lain :
- Mengkomunikasikan kegiatan dan hasil manajemen risiko di seluruh organisasi
secara transparan.
- Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
- Meningkatkan kualitas manajemen risiko.
- Membantu interaksi dengan para pemangku kepentingan.
Untuk itu diadakan beberapa program monitoring yang bisa dilakukan untuk
memastikan rencana aksi implementasi manajemen risiko berjalan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan :
1. Melakukan Penilaian Mandiri secara berkala dengan mengisi kertas kerja. Penilaian
mandiri diusulkan dilakukan setiap 3 bulan.
2. Melakukan Penjaminan Kualitas dengan melakukan kunjungan langsung ke satker yang
menjadi sampel dan melakukan wawancara terkait pengelolaan risiko, seperti
kelengkapan dokumen risk register dan rencana tindakan penanganan, serta melakukan
observasi langsung terhadap pelaksanaan penanganan risiko. Hasil penjaminan kualitas
nantinya akan dibagi pada semua satker. Penjaminan Kualitas diusulkan diadakan setiap
6 bulan.
Sedangkan program evaluasi dilakukan secara tahunan dengan melakukan pertemuan
antar pemilik dan pengelola risiko serta penyusunan beberapa laporan, diantaranya adalah :
1. Rapat evaluasi IKU bagi semua pegawai, identifikasi atas tercapai atau tidaknya suatu
IKU.
2. Rapat evaluasi manajemen risiko. apakah penerapan risiko yang dilakukan efektif
membantu pencapaian IKU.
3. Penyusunan Laporan Tahunan Penetapan Konteks dan Penilaian Risiko
4. Penyusunan Laporan Tahunan Penanganan Risiko

IV.2. TANTANGAN YANG DIHADAPI

Tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi oleh BPS Provinsi Sulawesi Utara


dalam pelaksanaan agenda dan rencana aksi pada Bab 3 antara lain :

a. Munculnya resistansi dari para pegawai terhadap pelaksanaan kegiatan manajemen risiko
karena dianggap menambah beban kerja.
b. Adanya kesenjangan pemahaman tentang manajemen risiko diantara para pegawai
menuntut adanya sosialisasi untuk menumbuhkan budaya risiko.
c. Penyediaan anggaran untuk penanganan risiko yang berarti harus melakukan risk based
budgeting.
d. Kondisi geografis yang bervariasi dari daratan hingga kepulauan, berpotensi
mengakibatkan risiko yang bervariasi pula, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam
melakukan identifikasi dan penanganan risiko.
e. Jumlah SDM yang terbatas namun berasal dari berbagai latar belakang menjadi
tantangan dalam membentuk tim penilaian mandiri, dan tim penjaminan kualitas.
f. Pembentukan Unit Pengendalian Risiko (UPR) menjadi tantangan tersendiri mengingat
terbatasnya jumlah pegawai dan padatnya kegiatan teknis.
BAB V PENUTUP

Dari hasil penilaian mandiri yang dilakukan terhadap penerapan Manajemen Risiko di
BPS Provinsi Sulawesi Utara, didapatkan nilai MRI 2,1875. Tingkat kematangan yang
dimiliki BPS Provinsi Sulawesi Utara atas penerapan manajemen risiko mencapai level
Initial. Di level initial, penerapan manajemen risiko masih dilaksanakan secara parsial dan
belum dilaksanakan secara holistic. Mulai ada kesadaran atas kebutuhan untuk pengelolaan
risiko. Namun setiap unit kerja membentuk manajemen risikonya sendiri dengan tingkat
penerapan yang berbeda-beda. Rencana aksi ditawarkan untuk implementasi manajemen
risiko yang lebih baik lagi. Usulan rencana aksi tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan item-item penilaian dalam MRI, yaitu Kualitas Perencanaan,
Kepemimpinan, Kebijakan Manajemen Resiko, Sumber Daya Manusia, Kemitraan, Proses
Manajemen Resiko, Aktivitas Penanganan Resiko, Outcomes. Untuk setiap item tersebut
ditawarkan beberapa rencana aksi yang masih belum ada dalam implementasi manajemen
risiko di BPS provinsi Sulawesi Utara sampai dengan saat ini. Selain rencana aksi, target atau
output yang diharapkan, waktu pelaksanaan, serta ukuran keberhasilan juga ditawarkan guna
mengukur keberhasilan penerapan rencana aksi tersebut.
Dengan demikian diharapkan rencana aksi yang ada dapat memperkuat penerapan
manajemen risiko di BPS Provinsi Sulawesi Utara. Sehingga dengan penguatan tersebut
diharapkan manajemen risiko mampu menjadi bagian dalam tata Kelola yang lebih baik guna
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.
REFERENSI

1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2021). Peraturan Badan Pengawasan


Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penilaian
Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terintegrasi pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Jakarta: Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. (2023). Laporan Kinerja BPKP Tahun
2022. Jakarta: BPKP.
3. Badan Pusat Statistik. (2021). Arah Perubahan Badan Pusat Statistik 2021-2024. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
4. Badan Pusat Statistik. (2020). Rencana Strategis BPS Tahun 2020-2024. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
5. EFQM. (2019). The EFQM Model: Revised 2nd edition Now includes additional
information on Use Cases, RADAR Guidelines and Scoring Profiles. EFQM.
6. HM Government. (2020). The Orange Book: Management of Risk - Principles and
Concepts. Cabinet Office.
7. Hopkin, P. (2017). Fundamentals of Risk Management: Understanding, evaluating and
implementing effective risk management (5th ed.). Kogan Page.
8. Tarantino, A. (2009). The Governance, Risk, and Compliance Handbook: Technology,
Finance, Environmental, and International Guidance and Best Practices. Wiley.
LAMPIRAN

1. RISK REGISTER

FORMULIR IDENTIFIKASI RISIKO


Unit Organisasi : BPS Provinsi/Kabupaten/Kota ……
Kegiatan : Pendataan Awal Registrasi Sosial Ekonomi
Periode Penerapan : 2022 - 2023

Proses Bisnis Pernyataan Risiko Penyebab Risiko Dampak Sumber Risiko Aktual Pengendalian Yang Telah Dilaksanakan
Risiko: Efektif (E)
Kategori Risiko Level Level Respon Risiko Prioritas
Kode Uraian Proses No Uraian Kegiatan No Uraian No Uraian No Uraian Internal (1) Risiko Uraian Kurang Efektif (KE)
Eksternal (2) Kemungkinan Dampak Tidak Efektif (TE)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
3.4 Verifikasi Keluarga 1 Menandai hasil 1 Pemberian tanda pada 1 Petugas kurang memahami 1 Data yang diperoleh tidak Risiko (1) 3 4 17 1. Pemeriksaan oleh PML atas peng- KE Kendali 1
3.4.1 Verifikasi Keluarga oleh identifikasi kesejahteraan kuesioner dengan pilihan kriteria untuk pilihan 1 atau obyektif Operasional (2) klasifikasian kemiskinan
PPL keluarga nomor tidak tepat 2 atau 3
2 Tuntutan masyarakat dan 2. Sosialisasi kepada masyarakat KE
Ketua SLS tidak memehami keluhan karena perolehan mengenai kriteria kemiskinan
2 kriteria sehingga manfaat program tidak
memberikan informasi yang sesuai kondisi sebenarnya
bias

2
3
2 ………….

……….., tgl/bln/thn
Pemilik Risiko,
Pengelola Risiko, Sekretaris Utama/Kepala BPS ……

(Nama) (Nama)
NIP. …….. NIP. ……..

2. BUKU PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

Anda mungkin juga menyukai