Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1

1) FIKRI HUSIN BATUBARA


2) ELPITA SARI HASIBUAN
3) EVI BORLIANA SIREGAR
4) MUHAMMAD VIKRY REZKI RAMBE

A. Konsep-konsep manajemen resiko perusahaan


1. Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa
menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten
atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.
3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan
menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja
perusahaan.
4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati
Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.
5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat
risiko yang disebutkan dalam peta risiko (risk map). Hal ini juga berguna dalam
pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara
berkesinambungan.
6. Sosialisasi Manajemen Risiko
Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan
pemahaman tentang risiko dan pentingnya manajemen risiko.

Risiko diartikan sebagai ketidakpastian yang ditimbulkan oleh adanya perubahan. Risiko
adalah penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan. Faktor ketidakpastian inilah yang akhirnya
menyebabkan timbulnya risiko pada suatu kegiatan. Sedangkan dari sudut pandang bisnis,
secara umum risiko dapat didefinisikan sebagai potensi, kemungkinan atau ekspektasi terhadap
suatu kejadian yang dapat berpengaruh secara negatif terhadap pendapatan dan modal.
Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja
menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka ini
yang dikenal dengan istilah kesempatan (oppurtunity). Sedangkan ketidakpastian yang
berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Jadi dapat disimpilkan bahwa risiko
adalah suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat
memberikan dampak yang merugikan.

B. Bagaiamana proses manajemen resiko di perusahaan


Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi pasti berhadapan dengan risiko. Manajemen risiko
membantu organisasi dalam mengelola setiap risiko yang mungkin terjadi dan berdampak pada
pencapaian tujuan organisasi.
Kementerian Keuangan dalam melaksanakan proses manajemen risiko dan penerapannya
telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/ PMK.09/2008 tentang Penerapan
Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan dan Implementasi manajemen risiko
tersebut dilakukan oleh unit eselon II lingkup Kantor Pusat dan Kantor Vertikal. Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) secara bertahap dan pasti telah melaksanakan penerapan
Manajemen Risiko (MR) sesuai Peraturan Menteri Keuangan dimaksud. Bekerjasama dengan
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenkeu sebagai Compliance Office for Risk Management
(CORM) yang bertugas sebagai pembimbing sekaligus lembaga untuk dimintai konsultasi
dalam penerapan manajemen risiko .
Proses manajemen risiko adalah suatu proses yang bersifat berkesinambungan, sistematis,
logik, dan terukur yang digunakan untuk mengelola risiko. Proses manajemen risiko meliputi
penerapan kebijakan, prosedur, dan praktek untuk melaksanakan penetapan konteks, identifikasi
risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, monitoring dan reviu, dan komunikasi
dan konsultasi.
Manajemen Risiko adalah bagian integral dari manajemen dan pengambilan keputusan yang
baik di tiap tingkatan organisasi. Semua bagian pada hakikatnya telah mengelola risiko secara
berkelanjutan baik disadari maupun tidak, terkadang lebih ketat dan sistematis dan kadangkala
lebih toleran. Meskipun dalam PMK No.191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen
Risiko di Lingkungan Kementerian Keuangan dijelaskan bahwa definisi risiko ditekankan pada
dampak negatif atas pencapaian tujuan, definisi yang tepat sampai saat ini masih terus
berkembang. Perdebatan masih terus berlangsung berkenaan dengan kenyataan bahwa apabila
diukur dan dikelola dengan baik risiko dapat meningkatkan inovasi dan kesempatan lebih besar
dalam pencapaian tujuan (dampak positif). Hal ini sekaligus memperjelas pernyataan bahwa
pada prinsipnya Manajemen Risiko juga merupakan sarana dan alat perbaikan terhadap
pengendalian Manajemen Risiko yang telah ada atau dengan kata lain merupakan sarana dan
alat perbaikan standar operasional prosedur(SOP) dan petunjuk teknis (Juknis). Oleh sebab itu,
suatu keharusan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan pada proses Manajemen risiko
merupakan inovasi baru dan/atau modifikasi sistem pengendalian yang ada.
Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko merupakan bagian yang penting dari
manajemen risiko karena merupakan penerapan atas prinsip dan kerangka kerja manajemen
risiko yang telah dibangun. Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama,
yaitu penetapan konteks, penilaian risiko, dan penanganan risiko.
Penetapan konteks manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi serta
mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak
dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal tersebut
akan membantu untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.
Penetapan konteks manajemen risiko erat kaitannya dengan melakukan penetapan tujuan,
strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses
pengelolaan risiko suatu perusahaan. Proses ini menunjukkan kaitan atau hubungan antara
permasalahan hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan perusahaan (eksternal &
internal), proses manajemen risiko, dan ukuran atau kriteria risiko yang hendak dijadikan
standar.
Proses kedua adalah penilaian risiko meliputi tahapan identifikasi risiko yang bertujuan
untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran organisasi.
Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar risiko untuk
kemudian dilakukan pengukuran risiko untuk melihat tingkatan risiko.
Proses pengukuran risiko berupa analisis risiko yang bertujuan untuk menganalisis
kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diindentifikasi. Hasil pengukuran berupa status
risiko yang menunjukkan ukuran tingkatan risiko dan peta risiko yang merupakan gambaran
sebaran risiko dalam suatu peta. Tahapan lainnya dalam penilaian risiko adalah evaluasi risiko
yang ditujukkan untuk membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah
ditentukan untuk dijadikan sebagai dasar penerapan penanganan risiko.
Proses ketiga dalam proses manajemen risiko adalah penanganan risiko yang berupa
perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif solusinya sehingga
penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien. Beberapa alternatif penangangan
risiko yang dapat diambil antara lain yang bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi
risiko untuk mengurangi kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga
(risk sharing) dan menerima risiko (risk acceptance).
Pada akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung lainnya yaitu
komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan yang memadai dari setiap
kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap kegiatan mencapai sasarannya dengan tepat.
Proses lainnya adalah monitoring dan review yang bertujuan untuk memastikan bahwa
implementasi manajemen risiko berjalan sesuai dengan perencanaan serta sebagai dasar untuk
melakukan perbaikan secara berkala terhadap proses manajemen risiko.
Proses Monitoring dan Review dilaksanakan melalui evaluasi dan pemeriksaan terhadap
proses bisnis yang berjalan, serta dengan audit manajemen risiko.
Dalam hal ini, audit manajemen risiko dapat dilaksanakan baik melalui audit internal
maupun eksternal sehingga dapat diketahui apa sajakah kelemahan dari kebijakan manajemen
risiko yang berjalan atau yang sudah disusun, sehingga ke depannya manajemen dapat
melaklukan pembaharuan terhadapan kebijakan manajemen risiko. Masukan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan fungsi manajemen risiko dalam bentuk seperti pembaharuan atas daftar
risiko yang terindetifikasi, tingkat kemungkinan dan dampak dari risiko tersebut serta tindakan
pengendalian serta sistem monitor yang sesuai untuk kebutuhan organisasi dalam mencapai
tujuan perusahaan.
Proses pendukung lainnya dalam penerapan manajemen risiko adalah komunikasi kepada
manajemen dan unit-unit kerja perusahaan sehingga setiap individu dalam perusahaan
memahami atas kesadaran risiko, budaya risiko, kematangan risiko. Proses komunikasi ini
dilaksanakan sebagai upaya untuk mengukur kesiapan organisasi dalam mengatasi risiko dan
untuk mengevaluasi penerapan manajemen risiko tersebut.
Diharapkan dengan adanya fungsi manajemen risiko yang terkelola dengan baik di setiap
unit kerja, dapat mendukung penerapan Good Corporate Governance di dalam perusahaan
secara keseluruhan. Karena sejatinya fungsi manajemen risiko bertujuan untuk mendorong dan
mendukung pengembangan, pengelolaan risiko usaha perusahaan dengan penerapan prinsip
kehati-hatian, akuntabilitas, dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai