Anda di halaman 1dari 28

INITIATING COLLABORATIVE

GOVERNANCE:
THE SYSTEM CONTEXT,
DRIVERS, AND REGIMES
FORMATION
EVIE OKTAFIA
ICHRIMA RYZKA CHAMILA
RANA MUTHIA OKTARI
SARITA ASTIANTI
STEVEN JOSHUA

KELOMPOK 2-NIAGA REGULER 2015


The
System
Context
Definisi System Context
Seperangkat kondisi luas yang mempengaruhi formasi serta
performa dari rezim tata kelola kolaboratif pemerintahan
(CGRs)
Pemerintah melakukan kolaborasi dengan berbagai aktor
untuk membuat kebijakan
System context berkaitan dengan kondisi: politik, hukum,
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
Kondisi-kondisi ditengah masyarakat yang dijadikan sebagai
sumber permasalahan yang nantinya akan dicari
pemecahan masalahnya menggunakan kolaborasi
pemerintahan (CGRs)
6 Kondisi Paling Menonjol Pada System
Context
Public Resource or Service Conditions
Pengelolaan sumberdaya publik
dan pelayanan kepada
masyarakat yang menjadi
tanggung jawab pemerintah
Masalah utama dalam
pelaksanaan CGRs
Terdiri atas seluruh kondisi
lingkungan yang dirasakan oleh
masyarakat seperti: pemanfaatan
sda, polusi, air bersih, kesehatan
publik, sistem transportasi dan
lain-lain.
Policy and Legal Frameworks
Terdiri atas institusi hukum,
regulasi, undang-undang,
mandat, memorandum dan
seluruh kepentingan yang
berkaitan dengan manajemen
public resource and public
service
Dalam pelaksanaanya CGRs
diatur dan difasilitasi oleh
kebijakan dan hukum yang
berlaku
Socioeconomic and Cultural
Characteristics
Salah satu alat ukur yang mengukur
kualitas dari public resource or service
conditions yang dilaksanakan oleh
pemerintah
Kondisi sosial, ekonomi dan budaya antara
lain: tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, toleransi keragaman ras dan
lain-lain
Network Characteristics

Adanya hubungan antara


aktor-aktor atau organisasi
yang saling bertukar informasi
serta pikiran
Besarnya kekuatan jaringan
tersebut dipengaruhi oleh
frekuensi interaksi antara
anggota
Political Dynamics and Power
Relation

Berkaitan dengan dinamika politik dalam suatu


negara serta kekuatan dari politik tersebut
Kekuatan politik dapat mempengaruhi sekaligus
mengontrol persepsi masyarakat mengenai kebijakan
History of Conflict

Konflik berpengaruh terhadap tingkat


kepercayaan antar aktor yang saling
berkolaborasi. Konflik yang terjadi dapat
mengurangi kepercayaan pihak-pihak tersebut
Konflik dapat berdampak negatif ataupun positif
bagi CGRs
THE DRIVERS:
FAKTOR YANG
MENDORONG
COLLABORATIVE
GOVERNANCE
INTER
UNCERTAINTY
DEPENDENCE

CONSEQUENTI
INITIATING
-AL
LEADERSHIP
INCENTIVES
UNCERTAINTY
Situasi keraguan, ambiguitas, informasi yang terbatas
dan ketidakstabilan terkait dengan kondisi, event,
ketersediaan sumberdaya ataupun keputusan pihak
lain.
Masalah sosial sulit menciptakan uncertainty, karena
tidak ada kesepakatan mengenai masalah yang
dihadapi
Bisa mengarahkan kelompok untuk mengurangi,
membaur ataupun membagi risiko melalui kolaborasi,
selain itu pula mengembangkan kreatifitas dan inovasi
INTERDEPENDENCE
Kolaborasi muncul akibat individu atau kelompok tidak
berhasil mencapai tujuannya sendiri
Ketika suatu masalah itu menjadi rumit dan saling
berhubungan, interdependence menjadi essential driver
karena CGR tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut
sendiri.
CONSEQUENTIAL INCENTIVES

Ketika tawaran berkaitan dengan hasil


akhir, motivasi untuk berkolaborasi
akan meningkat.
Potensial participant sadar adanya
incentive dan kerjasama bisa
membawa efek positif.
Insentif memiliki berbagai bentuk.
Misalnya dana/hibah bisa timbul dari
pengembangan kolaborasi.
INITIATING
Asell dan Gash (2008) LEADERSHIP
kepemimpinan penting untuk
sebuah kolaborasi/Collaborative
Governance Regime (CGR)
Initiating leadership adalah
kehadiran dan aksi seseorang
atau inti kelompok yang
menstimulasi ketertarikan dan
diskusi awal mengenai
pembentukan sebuah usaha
kolaborasi
Initiating Leadership (2)
Dapat muncul dari variasi
organisasi atau kelompok.
Contoh: pemerintah, politikus,
atau NGO, sektor privat. .

Yang diperlukan pemimpin


inisiasi:
- Profesionalisme
- Jaringan sosial
- Dikenal dari indivdu
- Terlihat credible dan dapat
dipercaya
Initiating Leadership (3)
Pemimpin inisiasi yang efektif (Brysin,
Crosby, dan Stone 2006):
- Mampu menyelesaikan masalah kolaboratif
- Tidak mengadvokasi satu solusi
- Konsistens untuk tidak berpihak pada satu
pandangan seorang partisipan
Initiating
Collabora-
tive
Regimes
Self-initiated CGRs: pemimpin
inisiasi terpengaruh oleh situasi
untuk mengatasi masalah
Jenis- bersama [voluntary]
Independently convened CGRs:
Jenis pemimpin inisiasi bekerja dengan
batas-rentang organisasi untuk
Initiating mengadakan dan memberi

Collabor- insentif kolaborasi secara


sukarela antar anggota dengan
ative mengadakan pertemuan dengan
broker dn mengatur putaran
pertama dari kolaborasi dinamis.
[voluntary & mandate]
Initiating Collaborative Regimes
 (2)
Tahapan:
- Bentuk anggota oleh pemimpin inisiasi
- Pertimbangkan anggota yang tepat
- Mampu menghitung costs and benefits bagi anggota
(transaction cost, power sharing, resource, time, dan effort)
- Mampu memastikan pentingnya keberagaman persepsi
dan ide
- Insentif meningkat saat proses invitation.
- Melibatkan orang-orang yang kredibel dan memiliki
kekuasaan, memiliki kemampuan dan sumber daya, dan
yang memiliki kelompok yang membantu untuk mendorong
yang lain untuk partisipasi.
ANALISIS KONTEKS
SISTEM YANG
MEMPENGARUHI
PENDIDIKAN TINGGI DI 50
NEGARA BAGIAN AMERIKA
SERIKAT
Tahun 2000:
negara membuat perbedaan
besar dalam kesempatan
seseorang untuk meraih
pendidikan atau dengan kata lain
sebagai isyarat untuk perubahan
hidup. Hanya sekitar 25 persen
dari pelaksanaan kinerja yang The System
dituangkan dalam indikator yang
digunakan untuk penilaian Context
kesejahteraan suatu negara. 75
persen sisanya terkait dengan
 for Higher
faktor lain seperti: kebijakan dan  Education
kepemimpinan negara.
The System Context for Higher
Education (2)
Laporan tahun 2002 :
Membandingkan negara pada 5 area kinerja. Pada laporan
tersebut, ditemukan bahwa negara-negara bagian membuat
kemajuan paling banyak dalam mempersiapkan siswa untuk
berpendidikan di tingkat perguruan tinggi.
Namun hanya 4 negara yang memperbaiki semua persiapan
dan banyak siswa di negara lain yang masih belum memiliki
kesempatan untuk mengikuti pelajaran di sekolah yang dapat
mempersiapkan mereka untuk masuk ke universitas/college
The System Context for Higher
Education (3)
Fungsi negara dalam konteks sistem pendidikan:
- Mengontrol sekolah negeri
- Membentuk struktur organisasi struktur pendidikan tinggi
- Mempengaruhi hubungan antara sekolah dan institusi
pendidikan tinggi

Fungsi negara bagian dalam konteks sistem pendidikan:


- Memberikan dukungan langsung dan pengawasan pada
institusi pendidikan tinggi
- Mendukung institusi publik maupun swasta melalui bantuan
keuangan siswa dan pajak.
Drivers for Higher Education
Collaboration 

Konteks sistem dipenuhi dengan kondisi yang mengangkat


profil tantangan pendidikan tinggi. Ketidakpastian hadir dan
diartikulasikan dalam keprihatinan tentang daya saing dari
Amerika Serikat dalam ekonomi global.
Drivers for Higher Education
Collaboration (3)

AS tidak dapat bersaing


dalam ekonomi global
dengan mengubah sistem
pendidikan tinggi hanya satu
atau segelintir negara
Drivers for Higher Education
Collaboration (2)
Negara tidak memiliki keahlian
dalam memajukan perubahan
kebijakan sesuai yang disarankan
untuk lingkungan yang berpusat
pada pelajar dan yang berbasis
pasar

Anda mungkin juga menyukai